Anda di halaman 1dari 13

BAB II

LANDASAN TEORITIS

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi


1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi panca
indera yang dialami oleh pasien gangguan jiwa yang merasakan sensasi
tanpa stimulus rangsangan dari luar yang nyata dan terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh atau baik (Keliat, Akemat, Helena, &
Nurhaeni, 2011). Halusinasi adalah kesan, respon yang pengalaman
sensori yang salah (Stuart & Sudden, 2009). Sehingga kesimpulan dari
pengertian halusinasi diatas adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami suatu gangguan sensori persepsi terhadap lingkungan sekitar
tanpa danya stimulus baik secara pengelihatan, pendengaran, pengecapan,
perabaan dan penciuman.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi:
- Faktor predisposisi:
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi
jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan olehh individu
untuk mengatasi stress, meliputi faktor perkembangan terlambat,
sosiokultural dan sosial budaya, faktor komunikasi dalam keluarga,
biokimia, faktor psikologis dan genetik.
- Faktor presipitasi:
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh
individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan
energi ekstra untuk menghadapinya dan hal tersebut dapat
meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik. Yang termasuk dalam faktor
presipitasi adalah kelebihan proses informasi pada sistem syaraf,
mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu, adanya hubungan
yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya.
3. Tanda dan Gejala
- Bicara, tersenyum dan tertawa sendiri
- Menarik diri dan mrnghindar dari orang lain
- Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata an tidak nyata
- Tidak dapat memusatkan perhatian
- Mempunyai perasaan curiga, bermusuhan dan merusak
- Ekspresi muka tegang dan mudah tersinggung.
4. Mekanisme Koping:
- Proyeksi
- Menarik diri
- Denial
- Regresi
5. Rentang Respon
Rentang Respon Neurologis
Respon Adaptif Respon Maladaptif

6. Tahap Halusinasi
- Tahap I (non psikotik) / Compoerting
Pada tahap ini halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien,
tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi klien. Perilaku yang muncul
: Tersenyum atau tertawa sendiri, menggerakan bibir tanpa suara,
pengerakan mata yang cepat, respon verbal lambat, diam, dan
berkonsentrasi.
- Tahapan II (non psikotik) / Comdemning
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan berat. Secara umum halusinasi yang ada dapat
menyebabkan antipati. Perilaku yang muncul: terjadi peningkatan
denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah, perhatian tehadap
lingkungan menurun, konsentrasi terhadap pengalaman sensoripun
menurun, kelhilangan kemampuan dalam membedakan antara
halusinasi dan realita.
- Tahapan III (psikotik) / Controling
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan
berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi. Perilaku yang muncul :
Klien menuruti perintah halusinasi, sulit berhubungan dengan orang
lain, perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat, tidak mampu
mengikuti perintah yang nyata, klien tampak tremor dan berkeringat.
- Tahapan IV (psikotik) / Connquering
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien tampak panik.
Perilaku yang muncul : Resiko tinggi menciderai, agitasi / kataton,
tidak mampu merespons rangsangan yang ada
7. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Stuart & Sudden (2009) halusinasi terbagi menjadi:
- Halusinasi dengar : Klien mendengar suara/bunyi yang tidak ada
hubunngannya dengan stimulus yang nyata/lingkungan.
Tanda dan gejala yang muncul yaitu bicara atau tertawa sendiri, marah
– marah tanpa sebab, menutup atau mengarahkan telinga kearah
tertentu, menddengar sura- suara kegaduhan, mengajak bercaka-
cakap, dan sura yang menyuruh unutk melakukan sesuatu.
- Halusinasi penglihatan : Klien melihat gambaran yang jelas / samar
terhadap adanya stimulus yang nyata dari lingkungan dan orang lain
tidak melihatnya.
Tanda dan gejalanya yaitu: klien menunjuk-nunjuk kearah tertentu,
ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas, klieen melihat bayangan
atau sinar, bentuk geometris, gambaran kartun atau monster.
- Halusinasi penciuman : Klien mencium sesuatu bau yang muncul dari
sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata.
Tanda dan gejala yang muncul yaitu klien sering menutup hidung,
mengendus-ngendus seperti menium bau tertentu (darah, urine, feses,
dll).
- Halusinasi pengecapan : Klien merasakan sesuatu yang tidak nyata,
biasanya merasakan rasa makanan yang tidak enak.
Tanda dan gejalanya yaitu klien terlihat mering meludah, merasakan
ingin muntah, merasakan di dalam mulutnya terdapat benda, makanan,
atau bahkan merasa adanya darah, urine di dalam mulutnya.
- Halusinasi perabaan : Klien merasakan sesuatu pad kulitnya tanpa ada
stimulus yang nyata.
Tanda dan gejalanya yaitu klien terlihat sering menggaruk-garuk
permukaan kulit, merasakan adanya serangga di permukaan kulit,
mrasa seperti tersengat listrik.
- Halusinasi kinestetik : Klien merasa badannyabergerak dalam suatu
ruangan atau anggota badannya bergerak.
Tanda dan gejalanya yaitu klien memegang kakinya yang dianggapnya
bergerak seniri, dan mengatakan badan melayang di udara.
- Halusinasi viseral : Perasaan tertentu timbul dari tubuhnya.
Tanda dan gejalanya yaitu klien terlihat memegang badannya yang
dianggap berubah bentuk dan tidak normal seperti biasanya, dan
mengatakan bahwa perutnya mnjadi mngecil setelah meminum atau
makan makanan tertentu.

8. Pohon Masalah :

Akibat

Masalah Utama

Penyebab

Pada awalnya halusinasi disebabkan oleh ketidakmampuan seorang


penderita untuk menerima dirinya sendiri atau menilai diri negatif oleh
karena berbagai faktor atau disebut sebagai gangguan konsep diri: harga
diri rendah dari seorang penderita. Oleh karena hal tersebut penderita
menjadi tidak percaya diri dan menghindari kontak atau interaksi dengan
orang lain yang ada disekitarnya (isolasi sosial). Penurunan interaksi
penderita dengan orang disekitar membuat penderita mengalami
penurunan kemampuan untuk merawat diri sehingga terjadi gangguan
pemeliharaan.
Selain itu, akibat dari isolasi sosial yang dialami oleh penderita
akan menyebabkan terjadinya halusinasi dimana penderita merasakan
sensasi tanpa adanya stimulus yang nyata berupa halusinasi pendengaran,
penglihatan, perabaan, penciuman, dan pengecapan yang biasanya ditandai
dengan berbicara sendiri, tertawa sendiri, mencium bau-bauan, dan lain
sebagainya. Akibat adanya stimulus yang tidak nyata itu, penderita
menjadi memiliki persepsi untuk melukai diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan sekitarnya.

9. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan Keperawatan


Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Tujuan 1. Setelah….. x interaksi klien Bina hubungan saling
Umum menunjukkan tanda – tanda percaya dengan
(TUM): percaya kepada perawat : menggunakan prinsip
Klien dapat ▪ Mau menjawab salam komunikasi terapeutik :
mengontrol ▪ Mau berjabat tangan ● Sapa klien dengan ramah
halusinasinya ▪ Mau menyebutkan nama baik verbal maupun non
Tujuan ▪ Ekspresi wajah bersahabat verbal.
Khusus ▪ Menunjukkan rasa senang ● Perkenalkan nama, nama
(TUK) 1 : ▪ Ada kontak mata panggilan dan tujuan
dapat membina ▪ Mau duduk berdampingan perawat berkenalan.
hubungan dengan perawat ● Tanyakan nama lengkap
saling percaya ▪ Bersedia mengungkapkan dan nama panggilan yang
masalah yang dihadapi disukai klien.
● Buat kontrak yang jelas.
● Tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
interaksi.
● Tunjukan sikap empati
dan menerima apa adanya.
● Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
● Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien.
arkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
TUK 2 : 2. Setelah ….. x interaksi klien 1. Adakan kontak sering dan
Klien dapat menyebutkan : singkat secara bertahap
mengenal ▪ Isi 2. Observasi tingkah laku
halusinasinya ▪ Waktu klien terkait dengan
▪ Frekuensi halusinasinya (* dengar
▪ Situasi dan kondisi yang /lihat /penghidu /raba
menimbulkan halusinasi /kecap), jika menemukan
klien yang sedang
halusinasi:
● Tanyakan apakah klien
mengalami sesuatu (
halusinasi dengar/ lihat/
penghidu /raba/ kecap
).
● Jika klien menjawab
ya, tanyakan apa yang
sedang dialaminya
● Katakan bahwa
perawat percaya klien
mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya (dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi).
● Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal yang
sama.
● Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien.
3. Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya
pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien :
● Isi, waktu dan
frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi, siang,
sore, malam atau sering
dan kadang – kadang ).
Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi.
2. Setelah…..x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien
menyatakan perasaan dan apa yang dirasakan jika
responnya saat mengalami terjadi halusinasi dan
halusinasi : beri kesempatan untuk
▪ Marah mengungkapkan
▪ Takut perasaannya.
▪ Sedih 2. Diskusikan dengan klien
▪ Senang apa yang dilakukan untuk
▪ Cemas mengatasi perasaan
▪ Jengkel tersebut.
3. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila klien
menikmati halusinasinya.
TUK 3 : 3.1.Setelah….x interaksi klien 1. Identifikasi bersama klien
Klien dapat menyebutkan: cara atau tindakan yang
mengontrol 3.2. tindakan yang biasanya dilakukan jika terjadi
halusinasinya dilakukan untuk mengendalikan halusinasi (tidur, marah,
halusinasinya menyibukan diri dll).
3.3.Setelah …..x interaksi klien 2. Diskusikan cara yang
menyebutkan cara baru digunakan klien,
mengontrol halusinasi ● Jika cara yang
digunakan adaptif beri
pujian.
● Jika cara yang
digunakan maladaptif
diskusikan kerugian
cara tersebut
3. Diskusikan cara baru
untuk memutus/
3.4.Setelah….x interaksi klien dapat mengontrol timbulnya
memilih dan memperagakan cara halusinasi :
mengatasi halusinasi ● Katakan pada diri
(dengar/lihat/penghidu/raba/keca sendiri bahwa ini tidak
p) nyata ( “saya tidak
mau dengar/ lihat/
3.5.Setelah ……x interaksi klien penghidu/ raba /kecap
melaksanakan cara yang telah pada saat halusinasi
dipilih untuk mengendalikan terjadi).
halusinasinya ● Menemui orang lain
3.6.Setelah … X pertemuan klien (perawat/teman/anggot
mengikuti terapi aktivitas a keluarga) untuk
kelompok menceritakan tentang
halusinasinya.
● Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari hari
yang telah di susun.
● Meminta
keluarga/teman/
perawat menyapa jika
sedang berhalusinasi.
4. Bantu klien memilih cara
yang sudah dianjurkan dan
latih untuk mencobanya.
5. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dipilih dan dilatih. Pantau
pelaksanaan yang telah
dipilih dan dilatih, jika
berhasil beri pujian.
6. Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi
persepsi
TUK 4 : 4.1.Setelah … X pertemuan keluarga, 1. Buat kontrak dengan
Klien dapat keluarga menyatakan setuju keluarga untuk pertemuan
dukungan dari untuk mengikuti pertemuan ( waktu, tempat dan topik
keluarga dengan perawat ).
dalam 4.2.Setelah ……x interaksi keluarga 2. Diskusikan dengan
mengontrol menyebutkan pengertian, tanda keluarga ( pada saat
halusinasinya dan gejala, proses terjadinya pertemuan keluarga/
halusinasi dan tindakan untuk kunjungan rumah).
mengendali kan halusinasi ● Pengertian halusinasi
● Tanda dan gejala
halusinasi
● Proses terjadinya
halusinasi
● Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi.
● Obat- obatan
halusinasi.
● Cara merawat anggota
keluarga yang
halusinasi di rumah
(beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian
bersama, memantau
obat -obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi)
● Informasikan waktu
kontrol ke rumah sakit
dan cara mencari
bantuan jika halusinasi
tidak tidak dapat diatasi
di rumah
TUK 5 : 5.1.Setelah ……x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien
Klien dapat menyebutkan; tentang manfaat dan
memanfaatka o Manfaat minum obat kerugian tidak minum
n obat dengan o Kerugian tidak minum obat obat, nama , warna, dosis,
baik o Nama,warna,dosis, efek terapi cara minum obat, efek
dan efek samping obat terapi dan efek samping
5.2.Setelah ……..x interaksi klien penggunan obat.
mendemontrasikan penggunaan 2. Pantau klien saat
obat dgn benar penggunaan obat.
5.3.Setelah ….x interaksi klien 3. Beri pujian jika klien
menyebutkan akibat berhenti menggunakan obat dengan
minum obat tanpa konsultasi benar.
dokter 4. Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa
konsultasi dengan dokter.
5. Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika terjadi
hal-hal yang tidak
diinginkan

Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan


Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Stuart, G.W. (2009). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis:
Mosby.

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditamam.

Anda mungkin juga menyukai