Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Manajemen Volume 6 Nomor 2 (2020) p – ISSN : 2301-6256

Juli – Desember 2020 e - ISSN : 2615-1928


http://ejournal.lmiimedan.net

JURNAL MANAJEMEN

Open access available at http://ejournal.lmiimedan.net

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP


KINERJA KARYAWAN DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING (STUDI PADA KARYAWAN PD. PEMBANGUNAN KOTA
BINJAI)
Ahmad Prayudi
Universitas Medan Area

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah untuk: (a). mengetahui dan
Diterima Agustus 2020 menjelaskan gambaran gaya kepemimpinan transformasional,
motivasi kerja dan kinerja karyawan; (b). mengetahui dan
Disetujui September 2020
menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan transformasional
Dipublikasikan Oktober terhadap motivasi kerja karyawan; (c). mengetahui dan
2020 menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan,
Keywords: (d). mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh tidak langsung
Kepemimpinan kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan
Transformasional; melalui motivasi kerja. Populasi penelitian adalah seluruh pegawai
Motivasi kerja; Kinerja PD. Pembangunan Kota Binjai sebanyak 75 orang dengan teknik
karyawan pengambilan sampel jenuh atau sensus yaitu penentuan jumlah
sampel dari seluruh anggota populasi yaitu 74 orang. Alat analisis
yang digunakan adalah model analisis jalur. Dari analisis
inferensial dapat disimpulkan bahwa (a). Hipotesis 1 diterima
dengan koefisien jalur (βY1.X1), gaya kepemimpinan
transformasional (X1) terhadap motivasi kerja (Y1) adalah 0,587;
(b). Hipotesis 2 diterima, dengan koefisien jalur (βY2.X1) gaya
kepemimpinan transformasional (X1) terhadap kinerja karyawan
(Y2) sebesar 0,597; (c). Hipotesis 3 diterima, dengan koefisien jalur
(βY2.Y1) motivasi kerja (Y1) terhadap kinerja karyawan (Y2) sebesar
0,357, (d). Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh
ireversibel terhadap kinerja karyawan melalui motivasi kerja
sebesar 0,201.
PENDAHULUAN meningkatkan kinerja karyawan adalah
Karyawan merupakan sumber daya pemimpin yang dapat mempengaruhi
penting dalam suatu perusahaan, dan bawahan dan melibatkannya secara aktif
sering disebut sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan tersebut
pencapaian tujuan perusahaan. Oleh melalui gaya kepemimpinan yang sesuai.
karena itu, perusahaan membutuhkan
karyawan yang berkinerja tinggi agar Unsur penting dalam upaya
dapat mencapai tujuan bisnisnya. Salah meningkatkan kinerja karyawan adalah
satu unsur penting dalam upaya pemimpin yang dapat mempengaruhi
bawahan, dan secara aktif melibatkan
STIE LMII MEDAN JULI – DESEMBER 2020 63
Jurnal Manajemen Vol. 6, No. 2 (63-72) p – ISSN : 2301-6256
Prayudi (2020) e - ISSN : 2615-1928
http://ejournal.lmiimedan.net

bawahan dalam mencapai tujuan tersebut menjelaskan bahwa motif merupakan


melalui gaya kepemimpinan yang sesuai. pendorong bagi kebutuhan seorang
Hubungan atasan dengan karyawan pegawai yang harus dipenuhi agar
diharapkan dapat menghasilkan situasi pegawai tersebut dapat beradaptasi
yang harmonis sehingga melahirkan dengan lingkungannya. Oleh karena itu
kerjasama yang baik untuk mencapai faktor motivasi harus diperhatikan oleh
tujuan perusahaan. Untuk itu, organisasi suatu perusahaan, karena motivasi
membutuhkan pemimpin reformis yang merupakan sarana yang dapat men-
dapat menjadi mesin perubahan dorong karyawan untuk menyelesaikan
(transformasi) untuk menghasilkan kerja tugas yang diberikan. Salah satu teori
sama yang baik antara pemimpin dan motivasi yang berkaitan dengan
bawahan. kebutuhan individu adalah teori Maslow.
Maslow berpendapat bahwa seseorang
Salah satu gaya kepemimpinan yang bekerja berdasarkan kebutuhan untuk
mengedepankan pentingnya pemimpin memenuhi berbagai kebutuhan.
untuk memotivasi visi dan lingkungan
bagi karyawan untuk mencapai melebihi Hierarki kebutuhan Maslow dalam
harapannya (Burns dalam Dewi, 2012) Mathis dan Jackson (2011)
adalah gaya kepemimpinan transforma- mengelompokkan kebutuhan menjadi
sional. Dalam perubahan organisasi, baik lima kategori yang naik dalam urutan
terencana maupun tidak, aspek tertentu. Sebelum kebutuhan yang lebih
terpenting adalah perubahan individu. mendasar terpenuhi, seseorang tidak
Perubahan pada diri individu ini tidaklah akan berusaha untuk memenuhi
mudah, namun harus melalui suatu kebutuhan yang lebih tinggi. Jadi,
proses. Pemimpin merupakan role model kebutuhan ataupun motivasi dapat
dalam organisasi, sehingga perubahan terpenuhi (tinggi) maka kinerja
harus dimulai dari level atas (leader). karyawan juga tinggi (Miswan, 2010).
Bass juga menegaskan pentingnya gaya
transformasional dalam Yukl (2010) Berdasarkan tulisan di atas peneliti
bahwa kepemimpinan transformasional tertarik meneliti tentang pengaruh gaya
meningkatkan motivasi dan kinerja kepemimpinan transformasional dan
pengikut lebih dari sekedar motivasi kerja terhadap kinerja
transaksional. Dengan kepemimpinan karyawan. Adapun tujuan penelitian ini
ini, menurut Bass dalam Yukl (2010), adalah:
dia menegaskan bahwa pengikut 1. Untuk mengetahui dan
merasakan kepercayaan, kekaguman, menjelaskan gambaran gaya
kesetiaan dan rasa hormat kepada kepemimpinan transformasional,
pemimpin dan termotivasi untuk motivasi kerja, dan kinerja
melakukan lebih dari apa yang karyawan di PD. Pembangunan
diharapkan dari mereka semula. Kota Binjai.
Selain gaya kepemimpinan 2. Untuk mengetahui dan
transformasional, dorongan atau menganalisis pengaruh gaya
motivasi juga penting dalam upaya kepemimpinan transformasional
meningkatkan kinerja karyawan. terhadap motivasi kerja karyawan
Mangkunegara (2009) dapat di PD. Pembangunan Kota
Binjai.
64 JULI – DESEMBER 2020 STIE LMII MEDAN
Jurnal Manajemen Volume 6 Nomor 2 (2020) p – ISSN : 2301-6256
Juli – Desember 2020 e - ISSN : 2615-1928
http://ejournal.lmiimedan.net

3. Untuk mengetahui dan dari teori Maslow yang


menganalisis pengaruh motivasi menyederhanakan teori Maslow menjadi
kerja terhadap kinerja karyawan tiga hal pokok, yaitu kebutuhan dasar
di PD. Pembangunan Kota Binjai (existence), keterhubungan (relatedness)
dan pertumbuhan (growth) (Robbins,
TELAAH TEORI 2008). Teori ERG dijabarkan oleh
Kepemimpinan Transformasional Robbins (2008) sebagai berikut:
Gaya kepemimpinan transformasional
adalah tipe pemimpin yang Kebutuhan eksistensi yaitu keinginan
menginspirasi para pengikutnya untuk akan kesejahteraan fisiologis dan
mengesampingkan kepentingan pribadi material; kebutuhan keterkaitan
dan memiliki kemampuan (relatedness) yaitu keinginan untuk
mempengaruhi yang luar biasa. Aspek memuaskan hubungan antara personal;
utama dari kepemimpinan dan kebutuhan pertumbuhan (growth)
transformasional adalah penekanan pada yaitu keinginan akan perkembangan dan
pengembangan pengikut, oleh karena itu pertumbuhan psikologis berkelanjutan.
Yukl (2010) mengemukakan beberapa Clayton Alderfer dalam Mangkunegara
pedoman bagi pemimpin (2009) mengemukakan teori ERG
transformasional, yaitu: merupakan refleksi dari tiga dasar
1. Menyatakan visi dan misi yang kebutuhan, yaitu:
jelas dan menarik. 1. Existence Needs (eksistensi).
2. Menjelaskan bagaimana visi Kebutuhan ini berhubungan
tersebut dapat dipercaya. dengan fisik dari eksistensi
3. Bertindak secara rahasia dan pegawai, seperti makan, minum,
optimis. pakaian, bernapas, gaji,
4. Memperlihatkan keyakinan keamanan kondisi kerja.
terhadap pengikut. 2. Relatedness Needs
5. Menggunakan tindakan dramatis (keterhubungan). Kebutuhan
dan simbolis untuk menekankan interpersonal, yaitu kepuasan
nilai-nilai penting. dalam berinteraksi dalam
6. Memimpin dengan memberikan lingkungan kerja.
contoh. 3. Growth Needs (pertumbuhan).
7. Memberikan kewenangan kepada Kebutuhan untuk
orang-orang untuk mencapai visi mengembangkan dan
itu meningkatkan pribadi. Hal ini
berhubungan dengan kemampuan
dan kecakapan pegawai.
Teori Motivasi ERG
Teori lain yang membahas motivasi Dari pendapat tersebut diketahui bahwa
adalah metode ERG yang dikemukakan kebutuhan Eksistensi (E) sama dengan
oleh Alderfer. Alderfer pada dasarnya kategori Maslow yaitu fisiologi dan
setuju dengan pandangan Maslow bahwa keselamatan. Kebutuhan akan
setiap orang memiliki kebutuhan yang Keterkaitan (R) sama dengan kategori
diatur dalam hierarki. Teori ERG kebutuhan akan rasa memiliki sosial dan
sebagai hasil penelitian pengerjaan ulang cinta; dan kebutuhan akan Pertumbuhan
STIE LMII MEDAN JULI – DESEMBER 2020 65
Jurnal Manajemen Vol. 6, No. 2 (63-72) p – ISSN : 2301-6256
Prayudi (2020) e - ISSN : 2615-1928
http://ejournal.lmiimedan.net

(G) sama dengan kategori harga diri dan Interpersonal impact, merupakan tingkat
perwujudan diri. sejauhmana pegawai memelihara harga
diri, nama baik dan kerjasama di antara
Kinerja Karyawan rekan kerja dan bawahan
Mangkunegara (2009) memberikan
pengertian bahwa kinerja adalah hasil Hipotesis
kerja secara kualitas dan kuantitas yang Berdasarkan penjelasan di atas, maka
dicapai oleh seorang pegawai dalam dalam penelitian ini terdapat 4 hipotesis
melaksanakan tugasnya sesuai dengan yaitu:
tanggung jawab yang diberikan H1: Diduga gaya kepemimpinan
kepadanya. transformasional berpengaruh signifikan
terhadap motivasi kerja.
Pengukuran menurut Bernandin dan
Russel dalam Miswan (2010:13-14) H2: Diduga gaya kepemimpinan
mencakup 6 (enam) kriteria primer, transformasional berpengaruh signifikan
yaitu: terhadap kinerja karyawan.
Quality, merupakan tingkat sejauhmana
proses atau hasil pelaksanaan kegiatan H3: Diduga motivasi kerja
mendekati kesempurnaan, atau berpengaruh signifikan terhadap kinerja
mendekati tujuan yang diharapkan. karyawan.

Quantity, merupakan jumlah yang METODE PENELITIAN


dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, Jenis penelitian explanatory (penjelasan)
jumlah unit, jumlah siklus kegiatan yang adalah penelitian yang dilakukan dengan
diselesaikan. menjelaskan hubungan kausal antara
variabel-variabel melalui pengujian
Timeliness, merupakan sejauhmana hipotesis (Singarimbun, 2006).
suatu kegiatan diselesaikan pada waktu
yang dikehendaki, dengan Populasi dalam penelitian ini adalah
memperhatikan koordinasi output lain, seluruh karyawan PD. Pembangunan
serta waktu yang tersedia untuk kegiatan Kota Binjai yaitu 75 orang termasuk satu
yang lain. orang pimpinan cabang. Jumlah populasi
diambil sebagai sampel penelitian yaitu
Cost effectiveness, sejauhmana 74 orang, dan satu orang pimpinan
penggunaan sumberdaya organisasi cabang tidak diikutkan sebagai sampel
(manusia, keuangan, teknologi, serta penelitian. Teknik sampling yang
material) dimaksimalkan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah
mencapai hasil tertinggi atau teknik sampling jenuh atau sensus, yaitu
pengurangan kerugian dari setiap unit penetapan jumlah sam-pel dari seluruh
penggunaan sumber daya. anggota populasi
Need for supervision, merupakan tingkat Statistik deskriptif digunakan untuk
sejauhmana seorang pekerja dapat menganalisis data dengan cara
melaksanakan suatu fungsi pekerjaan mendeskripsikan atau menggambarkan
tanpa memerlukan pengawasan seorang data yang telah terkumpul sebagaimana
supervisor untuk mencegah tindakan adanya tanpa bermaksud membuat
yang kurang diinginkan. kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi (Sugiyono, 2012).
66 JULI – DESEMBER 2020 STIE LMII MEDAN
Jurnal Manajemen Volume 6 Nomor 2 (2020) p – ISSN : 2301-6256
Juli – Desember 2020 e - ISSN : 2615-1928
http://ejournal.lmiimedan.net

Teknik analisis untuk mendeskripsikan selalu memberikan contoh kepada


data adalah presentase dan rata-rata. karyawan untuk setia kepada organisasi
dengan memberikan sebagian besar
Teknik statistik inferensial yang penerapan gaya kepemimpinan
digunakan dalam penelitian ini adalah transformasional (41,9% menegaskan
analisis jalur (path analysis). Model sangat setuju dan setuju). Artinya
analisis jalur (path analysis) digunakan kepemimpinan benar-benar dapat
untuk menganalisis pola hubungan antar menjadi contoh atau panutan loyalitas
variabel dengan tujuan untuk kepada perusahaan dan loyalitas tersebut
mengetahui pengaruh langsung maupun menjadi cerminan loyalitas karyawan
tidak langsung seperangkat variabel kepada perusahaan.
bebas (eksogen) terhadap variable terikat
(endogen) (Riduwan dan Kuncoro, Selain itu juga dikatakan oleh mayoritas
2006). Dengan analisis jalur dapat karyawan, pimpinan juga mampu
diketahui pengaruh langsung dan tidak memotivasi karyawan untuk terus
langsung antar variabel. Pengaruh meningkatkan hasil kerjanya (X1.5)
langsung berarti arah hubungan antara dengan nilai rata-rata 4,34, sehingga
dua variabel langsung tanpa melewati kemampuan kepemimpinan dalam
variabel yang lain, sementara hubungan memotivasi karyawan memiliki proporsi
tidak langsung harus melewati variabel yang cukup besar dalam menerapkan
yang lain. gaya kepemimpinan transformasional.
Hal ini didukung oleh mayoritas
HASIL DAN PEMBAHASAN responden yaitu 48,6% menyatakan
Berdasarkan nilai rata-rata variabel sangat setuju, dan 39,2% menyatakan
(grand mean) diketahui bahwa mayoritas sangat setuju. Artinya semakin besar
responden setuju dengan gaya kemampuan kepemimpinan dalam
kepemimpinan transformasional yang memotivasi karyawan maka akan
diterapkan oleh kepemimpinan. Artinya, semakin sesuai gaya kepemimpinan
kepemimpinan tepat menerapkan gaya transformasional yang akan diterapkan.
kepemimpinan transformasional. Hal Seperti yang diungkapkan Yukl (2010)
tersebut dapat dilihat pada item X1.2 dan Luthans (2006) bahwa gaya
(rata-rata 4,04), artinya pemimpin dapat kepemimpinan transformasional pada
dipercaya untuk menginspirasi prinsipnya memotivasi bawahan untuk
bawahannya untuk mencapai berbuat lebih baik dari yang dapat
kesuksesan. Mereka memiliki proporsi dilakukan, dengan kata lain dapat
yang besar dalam penerapan gaya meningkatkan rasa percaya diri atau
kepemimpinan transformasional: kepercayaan diri karyawan.
(55,3%) setuju, dan 35,3% sangat
setuju). Artinya pemimpin dapat Dilihat dari total mean (grand mean)
menginspirasi dan meyakinkan bawahan variabel Y.1 yaitu 4,26, artinya mayoritas
bahwa dengan bimbingan dan arahan responden setuju memiliki motivasi
kepemimpinan, karyawan dapat kerja yang tinggi. Hal ini terlihat dari be-
mencapai kesuksesan dengan lebih berapa item yang mendukung Y.1.5, Y.1.6,
mudah. dan Y.1.8.
Item pendukung lainnya adalah X1.4 Butir Y.1.5 yaitu hubungan yang
(rata-rata item = 4.22), artinya pemimpin harmonis antar rekan kerja memberikan
STIE LMII MEDAN JULI – DESEMBER 2020 67
Jurnal Manajemen Vol. 6, No. 2 (63-72) p – ISSN : 2301-6256
Prayudi (2020) e - ISSN : 2615-1928
http://ejournal.lmiimedan.net

proporsi yang cukup besar terhadap kemampuan responden untuk


kinerja pegawai (rata-rata butir 4.39), menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas
artinya semakin serasi hubungan antar (rata-rata butir 4.35) sebagaimana
rekan kerja, maka suasana kerja menjadi dikemuka-kan oleh Bernandin dan
nyaman sehingga pegawai merasa Russel dalam Miswan (2010)
tenang dalam pekerjaan mereka. Selain mengemukakan bahwa salah satu
hubungan antar karyawan, hubungan pengukuran kinerja karyawan adalah
yang harmonis antara atasan dan ketepatan waktu, yaitu lingkup suatu
bawahan (Y1.6 dengan item rata-rata kegiatan yang diselesaikan pada waktu
4,45) juga memiliki proporsi yang besar yang diinginkan (penyelesaian
dalam meningkatkan motivasi kerja pekerjaan). Artinya, semakin besar
karyawan. Artinya, semakin harmonis kemampuan karyawan dalam
hubungan antara atasan dan bawahan, menyelesaikan pekerjaannya secara
maka akan semakin tinggi pula motivasi tuntas, maka akan semakin besar pula
kerja karyawan. Item lain yang kinerjanya yang tercermin. Hal tersebut
mendukung motivasi tinggi adalah didukung oleh pernyataan bahwa
peluang mengembangkan kemampuan mayoritas responden setuju (56,8%) dan
baru (rata-rata item 4.46), artinya sangat setuju (39,2%).
proporsi peluang untuk mengembangkan
kemampuan baru bagi karyawan Unsur lain yang mendukung kinerja
memiliki proporsi yang besar dalam pegawai yang baik atau tinggi adalah
meningkatkan motivasi kerja karyawan. butir Y2.6 (rata-rata butir 4.31) dimana
jumlah pekerjaan yang diselesaikan oleh
Hal ini didukung oleh mayoritas responden melebihi standar perusahaan
responden yaitu 51,4% menyatakan (Y2.6) mencerminkan kinerja tersebut.
setuju dan 47,3% menyatakan sangat
setuju. Peluang yang besar bagi Seperti yang dikatakan Bernandin dan
karyawan untuk mengembangkan Russel dalam Miswan (2010) bahwa
kemampuannya dapat mendorong salah satu ukuran kinerja tinggi adalah
karyawan untuk bersemangat dalam kualitas, yaitu sejauh mana proses atau
menjalankan pekerjaannya. Seperti yang hasil pelaksanaan kegiatan mendekati
dijelaskan oleh Hasibuan (2002), Robbin kesempurnaan atau sedang. Mereka
& Judge (2008) dan Gibson et. al., mendekati tujuan yang diharapkan, di
(1996) bahwa motivasi merupakan antaranya adalah pekerjaan yang
pendorong atau penggerak yang dapat melebihi standar yang ditetapkan. Hal ini
menimbulkan kegembiraan dalam terlihat dari pernyataan karyawan yang
bekerja, sehingga dapat menghasilkan sebagian besar 50,0% menyatakan
produktivitas kerja yang sesuai dengan setuju, dan 40,5% sangat setuju. Hal ini
tanggung jawab kerja dan mendapatkan menggambarkan proporsi item Y2.6
kesempurnaan dalam menyelesaikan cukup besar terhadap kinerja karyawan
pekerjaan karyawan. yang tinggi. Artinya apabila pegawai
dapat melebihi standar kerja yang
Dilihat dari nilai mean variabel (mean ditetapkan oleh perusahaan. Hal ini
total) Y2 yaitu 4,20, artinya mayoritas dapat menggambarkan bahwa kinerja
responden berkinerja baik. Hal ini pegawai tersebut juga tinggi.
didukung oleh butir Y2.4 yaitu

68 JULI – DESEMBER 2020 STIE LMII MEDAN


Jurnal Manajemen Volume 6 Nomor 2 (2020) p – ISSN : 2301-6256
Juli – Desember 2020 e - ISSN : 2615-1928
http://ejournal.lmiimedan.net

Unsur Y2.11 pada variabel Y2, yaitu kepemimpinan transformasional 1%,


kemampuan memaksimalkan maka motivasi kerja akan meningkat
penggunaan teknologi di tempat kerja, sebesar 58.7%. Hal ini berarti semakin
juga memberikan proporsi yang besar tepat penerapan gaya kepemimpinan
terhadap kinerja tinggi pegawai (rata- transformasional, maka akan semakin
rata unsur 4.43). tinggi pula motivasi kerja karyawan. Hal
ini didukung oleh hasil rerata variabel
Sebagaimana ditegaskan Bernandin dan gaya kepemimpinan transformasional
Russel dalam Miswan (2010), ukuran sebesar 4.04 yang berarti bahwa
kinerja tinggi adalah profitabilitas, yaitu mayoritas responden setuju dengan gaya
sejauh mana penggunaan sumber daya kepemimpinan transformasional yang
organisasi (manusia, keuangan, diterapkan pimpinan, karena responden
teknologi, material) dimaksimalkan yakin bahwa pimpinan dapat
untuk mencapai tujuan kinerja tertinggi dibanggakan, dapat dipercaya, memiliki
atau pengurangan kerugian. Hal ini rasa hormat, memberikan contoh agar
didukung oleh 56,8% karyawan yang karyawan loyal pada organisasi, mampu
setuju dan 43,2% sangat setuju. Artinya memotivasi karyawan untuk terus
semakin besar kemampuan karyawan meningkatkan hasil kerjanya, layak
dalam menggunakan teknologi dalam sebagai figur yang patut diteladani,
menjalankan pekerjaannya. Hal tersebut mendorong karyawan untuk lebih
tercermin bahwa karyawan memiliki kreatif, menyampaikan ide-ide kepada
kinerja yang tinggi karena pekerjaan karyawan dalam menyelesaikan
dapat diselesaikan dengan lebih cepat. pekerjaan, memiliki perhatian yang baik
terhadap karyawan, dan memberikan
penghargaan secara langsung kepada
Pengaruh gaya kepemimpinan karyawan yang berprestasi. Hasil
transformasional (X1) terhadap penelitian ini memperkuat hasil
motivasi kerja (Y1) penelitian Rahardjo dan Nafisah (2006)
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sub struktur juga menyimpulkan bahwa gaya
1: X1 terhadap Y1 kepemimpinan transformasional ber-
pengaruh terhadap motivasi. Bass dalam
Variabel Standardized t hitung Sig. Keterangan
Yukl (2010:305) bahwa kepemimpinan
Coefficients
transformasional lebih meningkatkan
gaya motivasi. Kepemimpinan
kepemimpinan
transformasional 0.587 6.158 0.000 Signifikantransformasional pada prinsipnya
(X1) memotivasi bawahan untuk berbuat lebih
R2 : 0.345
baik dari apa yang bisa dilakukan,
Sumber: Data primer diolah, 2020. dengan kata lain dapat meningkatkan
kepercayaan, atau keyakinan diri
Keterangan: Variabel endogen adalah bawahan yang akan berpengaruh
motivasi kerja (Y1) terhadap peningkatan kinerja. Oleh
karena itu, keterkaitan gaya
Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan
kepemimpinan transformasional dan
transformasional (X1) terhadap motivasi
motivasi menjadi hal penting dalam me-
(Y1) sebesar 0.587, atau 58.7%. Setiap
mahami karyawan
kali ada peningkatan gaya
STIE LMII MEDAN JULI – DESEMBER 2020 69
Jurnal Manajemen Vol. 6, No. 2 (63-72) p – ISSN : 2301-6256
Prayudi (2020) e - ISSN : 2615-1928
http://ejournal.lmiimedan.net

Pengaruh Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif signifikan terhadap


Transformasional (X1) dan Motivasi kinerja karyawan.
Kerja (Y1) terhadap Kinerja
Karyawan (Y2) Pengaruh motivasi kerja (Y1)
terhadap kinerja karyawan (Y2)
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sub Besarnya pengaruh motivasi kerja (Y1)
struktur 2: X1 dan Y1 ter-hadap Y2 terhadap kinerja karyawan (Y2) sebesar
Variabe Standardized t hitung Sig. Keterangan
0,357 atau 35,7%. Setiap kali ada
l Coefficients peningkatan motivasi kerja sebesar 1%,
(X1) 0.597 7.914 0.000 Signifikan maka kinerja karyawan akan meningkat
sebesar 35,7%. Artinya, semakin tinggi
motivasi kerja, maka semakin tinggi pula
(Y1) 0.357 4.736 0.000 Signifikan kinerja karyawan. Hal ini didukung oleh
R2 = 0.735
hasil rata-rata variabel motivasi kerja
Sumber: Data primer diolah, 2020.
sebesar 4,20 yang berarti motivasi kerja
Keterangan: Variabel endogen adalah tinggi, dan rata-rata variabel kinerja
kinerja karya-wan (Y2) karyawan sebesar 4,20 yang berarti
kinerja karyawan karyawan juga tinggi.
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
Transformasional (X1) terhadap hubungan anta-ra motivasi kerja dengan
Kinerja Karyawan (Y2) kinerja karyawan.
Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan
transformasional (X1) terhadap kinerja Menurut McClelland dalam
karyawan (Y2) sebesar 0.597 atau Mangkunegara (2009) bahwa terdapat
59.7%. Jika gaya kepemimpinan hubungan yang positif antara motivasi
transformasional meningkat 1%, maka dengan prestasi. Penelitian Miswan
kinerja pegawai akan meningkat 59,7%. (2010) mendukung pernyataan tersebut
Artinya semakin tepat penerapan gaya bahwa motivasi kerja karyawan dapat
kepemimpinan transformasional, maka meningkatkan kinerja secara signifikan.
akan semakin tinggi kinerja pegawai. Hal ini dikarenakan motivasi berprestasi
Hal ini didukung oleh hasil rata-rata yang berkembang dari dalam diri sendiri
variabel gaya kepemimpinan akan membentuk kekuatan tersendiri,
transformasional sebesar 4.04 yang dan apabila lingkungan kerja juga
berarti mayoritas responden setuju mendukung maka pencapaian kinerja
dengan gaya kepemimpinan akan lebih mudah. Jadi semakin tinggi
transformasional yang diterapkan oleh motivasinya maka semakin tinggi pula
pemimpin sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan tersebut.
kinerjanya (rata-rata kinerja adalah
Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung,
4,20). Jika pemimpin dapat
Pengaruh Tidak Langsung dan
mempengaruhi dan mengarahkan
Pengaruh Bersama Gaya
karyawan untuk mencapai tujuan
Kepemimpinan transformasional (X1)
perusahaan, maka karyawan akan
dan Motivasi Kerja (Y1) terhadap
bekerja dengan baik, dan meningkatkan
Kinerja Karyawan (Y2)
kinerjanya. Menurut penelitian Miswan
Gaya kepemimpinan transformasional
(2010) yang menyimpulkan bahwa gaya
berpengaruh tidak langsung terhadap
Kepemimpinan transformasional
kinerja karyawan melalui motivasi kerja.
70 JULI – DESEMBER 2020 STIE LMII MEDAN
Jurnal Manajemen Volume 6 Nomor 2 (2020) p – ISSN : 2301-6256
Juli – Desember 2020 e - ISSN : 2615-1928
http://ejournal.lmiimedan.net

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kinerja pegawai (Y2) adalah
gaya kepemimpinan transformasional 0,597.
memiliki pengaruh tidak langsung 3. Hipotesis 3 diterima, dengan
terhadap kinerja karyawan melalui koefisien lintasan (βY2.Y1)
motivasi sebesar 0.210. Nilai ini ternyata motivasi kerja (Y1) terhadap
lebih kecil jika dibandingkan dengan kinerja karyawan (Y2) sebesar
pengaruh langsung gaya kepemimpinan 0,357.
transformasional terhadap kinerja 4. Gaya kepemimpinan
karyawan (0.587). Artinya, gaya transformasional berpengaruh
kepemimpinan transformasional sudah tidak langsung terhadap kinerja
tepat diterapkan pada karyawan, tetapi karyawan melalui motivasi kerja
kalau melalui motivasi kerja sebesar 0,201.
pengaruhnya lebih kecil yaitu sebesar
0,210 daripada pengaruh langsung Berdasarkan temuan di atas, saran-saran
terhadap kinerja sebesar 0,587. berikut dapat dibuat:
Untuk PD. Pembangunan Kota Binjai,
KESIMPULAN pimpinan perusahaan harus terus
Dari hasil analisis deskriptif dapat berbenah dalam penerapan gaya
disimpulkan bahwa: kepemimpinan transformasional yaitu:
1. Nilai rata-rata variabel (grand 1. Menjadi contoh untuk tetap setia
mean) sebesar 4,04 artinya kepada perusahaan dan men-
kepemimpinan tepat menerapkan dorong karyawan untuk berbuat
gaya kepemimpinan lebih baik.
transformasional 2. Terus berupaya dan mendorong
2. Dilihat dari total mean (grand karyawan untuk selalu
mean) sebesar 4,26 artinya meningkatkan keterampilan dan
mayoritas responden memiliki disposisi, misalnya dengan
motivasi kerja yang tinggi. memasukkan pelatihan
3. Dilihat dari nilai mean variabel keterampilan sesuai dengan
(grand mean) Y2 yaitu sebesar tuntutan standar kompetensi.
4,20, artinya mayoritas 3. Manajemen perusahaan
responden berkinerja baik. memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk memperbaharui
Dari hasil analisis inferensial dapat diri, menggunakan segala
disimpulkan bahwa: keahlian, kemampuan dan
1. Hipotesis 1 diterima, dengan potensi karyawan untuk bekerja
koefisien lintasan (βY1.X1) maka lebih baik.
gaya kepemimpinan 4. Pimpinan memberikan
transformasional (X1) terhadap penghargaan kepada karyawan
moti-vasi kerja (Y1) adalah yang berprestasi dengan
0,587. memberikan insentif atau bonus.
2. Hipotesis 2 diterima, dengan 5. Terkait motivasi, pimpinan
koefisien lintasan (βY2.X1) maka perusahaan harus menjalin
gaya kepemimpinan komunikasi yang harmonis
transformasional (X1) terhadap dengan karyawan, pimpinan
memberikan kesempatan kepada
STIE LMII MEDAN JULI – DESEMBER 2020 71
Jurnal Manajemen Vol. 6, No. 2 (63-72) p – ISSN : 2301-6256
Prayudi (2020) e - ISSN : 2615-1928
http://ejournal.lmiimedan.net

karyawan untuk mengembangkan Winong Rosari. Edisi 10.


keterampilan baru, sehingga Yogyakarta: ANDI.
dapat melaksanakan tugasnya Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009.
dengan baik dan memadai. Manajemen Sumberdaya
Manusia Perusahaan, Bandung:
Bagi peneliti lain, Berdasarkan koefisien Rosda.
derivasi, masih terdapat 17,4% proporsi Mathis, L, Robert, dan Jackson, John, H.
variabel lain yang tidak diteliti dalam 2011. Ma-najemen Sumber Daya
model penelitian. Oleh karena itu, Manusia, Penerjemah: Jimmy
peneliti selanjutnya sebaiknya Sadeli, Jakarta: Penerbit Salemba
memasukkan variabel keterampilan Empat Patria.
dalam model penelitian, karena menurut Miswan. 2010. Kepemimpinan, Iklim
beberapa pendapat, keterampilan juga Organisasi Dan Motivasi Kerja
memiliki pengaruh yang cukup besar Terhadap Kinerja Dosen Pega-
terhadap peningkatan kinerja pegawai. wai Negeri Sipil Pada
Universitas Swasta Di Ko-ta
DAFTAR PUSTAKA
Bandung (Studi Pada
Anwar Prabu Mangkunegara. 2015.
Jurusan/Program Studi di
Sumber Daya Manusia
Lingkungan Universitas Swasta
Perusahaan. Cetakan kedua belas.
Se-Kota Ban-dung). Thesis
Remaja Rosdakarya: Bandung.
Dosen STIA Bandung, tidak
Aqib, Zainal. 2014. Model-Model,
dipublikasikan.
Media, dan Strategi
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pembelajaran Kontekstual. (Ino-
Kuantitatif Kuali-tatif Dan R&D.
vatif). Bandung: Yrama Widya.
Bandung: Alfabeta.
Arief Rakhman Kurniawan. 2013.
Wibowo, 2016. Manajemen Kinerja,
Manager dan Supervisor. Buku
Edisi Kelima, PT.Rajagrafindo
Pintar, Yogyakarta.
Persada. Jakarta-14240.
Bangun, Wilson. 2012. “Manajemen
Wirawan. 2013. Kepemimpinan: Teori,
Sumber Daya Manusia”. Jakarta:
Psikologi, Perilaku Organisasi,
Erlangga.
Aplikasi dan. Penelitian. Jakarta:
Dewi, Sarita, Permata. 2012. Pengaruh
PT. Raja Grafindo Persad
Pengendalian Internal Dan Gaya
Yukl, Gary. 2010. Leadership in
Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Organization. Alih Bahasa oleh
Karyawan SPBU Yogyakarta
Udaya Jusuf: Kepemimpinan
(Studi Ka-sus Pada SPBU Anak
dalam Organisasi. Jakarta:
Cabang Perusahaan RB.Group).
Prehallindo.
Jurnal Nominal/Volume I Nomor
1/Tahun 2012. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku
Organisasi, Pen-erjemah Vivin
Andhika Yuwono, Shekar Pur-
wanti, Th. Arie Prabawati dan

72 JULI – DESEMBER 2020 STIE LMII MEDAN

Anda mungkin juga menyukai