RUMAH SAKIT
Di
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
DISUSUN OLEH :
Disusun Oleh :
Koordinator PKPA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nya dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. Laporan ini ditulis berdasarkan teori dan hasil pengamatan
penulis selama melakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu apt. Syarifah Maraiyuna, S.Si selaku
kepala Instalasi Farmasi, Ibu apt. Diana Febrita, S.Farm., dan Bapak apt. Drs. Stefanus
Lukas, MARS.,selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran
dan tanggung jawab hingga selesainya penulisan laporan ini tepat waktu.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Isra
Firmansyah, Sp.S (K)., Ph.D., sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh yang telah memberikan fasilitas untuk melaksanakan Praktik Kerja
Profesi Apoteker, dan juga seluruh Apoteker, Asisten Apoteker, Staf Instalasi Farmasi,
Dokter serta Perawat yang bertugas dan telah banyak membantu penulis selama melakukan
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada orang tua yang selalu
memberikan dukungan moril maupun materil selama melaksanakan Praktik Kerja Profesi
Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Terakhir kepada
sahabat mahasiswa/i pendidikan profesi apoteker, terima kasih atas semua bantuannya.
Penulis berharap semoga laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dapat menambah
ilmu pengetahuan di bidang farmasi, khususnya farmasi rumah sakit dan dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
NIM 2043700409
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Kanker Rectum ..................................................................................... 1
1.1.1 Definisi Kanker Rectum ............................................................... 1
1.1.2 Etiologi ......................................................................................... 1
1.1.3 Patofisiologi ................................................................................. 2
1.1.4 Manifestasi Klinis ........................................................................ 3
1.1.5 Klasifikasi .................................................................................... 3
1.1.6 Faktor Resiko Kanker Rectum ..................................................... 4
1.1.7 Jenis-Jenis Kanker Rectum .......................................................... 5
1.1.8 Pengobatan Kanker Rectum ......................................................... 6
1.2 Regimen Terapi ..................................................................................... 7
1.2.1 Indikasi Obat ................................................................................ 8
1.2.2 Mekanisme Obat .......................................................................... 8
2.1 Handling Sitostika .................................................................................
2.1.1 Penyiapan ....................................................................................
2.1.2 Pencampuran ...............................................................................
2.1.3 Penanganan Tumpahan dan Kecelakaan Kerja ...........................
2.1.4 Pengelolaan Limbah Sitostika .....................................................
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT..................................................... 9
2.1 Identitas Pasien ..................................................................................... 9
2.2 Regimen Terapi ..................................................................................... 9
2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit............................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma rekti didefinisikan sebagai keganasan yang muncul pada rektum, yang
sebagian besar adalah tumor ganas. Jenis keganasan terbanyak pada rektum adalah
Adenokarsinoma
Karsinoma recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rectum yang
khusus menyerang bagian recti yang terjadi akibat timbulnya di mukosa/epitel dimana lama
1.1.2 Etiologi
makan.Hal ini karena Karsinoma Recti terjadi serkitar sepuluh kali lebih banyak pada
karbohidrat murni dan rendah serat,dibandingkan produk primitif (Misalnya,di Afrika) yang
Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rectum,dan sering
trjadi pada orang berusia 50 tahun keatas.sebagian besar polips bersifat jinak (bukan
Colitis ulcerativa atau penyakit crohn) selama bertahuntahun memiliki resiko yang
lebih besar.
Orang sudah pernah terkena kanker kolorectal dapat terkena kanker kolorectal
(endometrium) atau payudara mempunyai tingkay resiko yang lebih tinggi untuk
kemungkinan nada terkena penyakit ini lebih besar,khususnya jika saudara anda
Orang yang merokok,atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit
buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat resiko yang lebih besar terkena kanker
kolorektal pada mereka yang berusia lebih tua.lebih dari 90% orang yang menderita
1.1.3 Patofisiologi
usus).Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya.Sel kanker deapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).
1.1.4 Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker,tahap penyakit,dan fungsi segmen usus
darah dalam feses adalah gejala paling umum.Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal
abdomen dan melena (feses berwarna hitam).Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi
sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram,penipisan
feses,konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses.Gejala yang
dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah
1.1.5 Klasifikasi
b. Stadium I : Tumor telah tumbuh kedinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum
c. Stadium II : Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolom atau
rektum.Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan disekitarnya, tapi sel-sel kanker
d. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar pada mereka yang berusia tua. Lebih
dari 90% orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.
e. Stadium IV : kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain,misalnya hati atau
paru-paru.
f. Kambuh : Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali
setelah periode tertentu,karena kanker itu tidak terdeteksi.Penyakit ini dapat kambuh
(PNPK), ada beberapa faktor risiko pada kanker rektum diantaranya yaitu :
a. Faktor genetik
Sekitar 20% penderita kanker rektum atau kolon merupakan riwayat dari
keluarga. Pasien yang baru didiagnosa adenoma kolorektal atau kanker kolorektal
cancer (HNPCC) dan familial adenomatous polyposis. Oleh karena itu, riwayat
b. Obesitas
Fisik yang tidak aktif merupakan salah satu faktor yang paling sering
dilaporkan sebagai faktor yang berhubungah dengan kanker kolorektal. Aktivitas fisik
yang reguler mempunyai efek protektif dan dapat menurunkan resiko kanker
aktivitas fisik dengan jalan kaki cepat selama 30 menit atau lebih, selama 5 hari atau
setiap minggu. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga dapat menyebabkan
kelebihan berat badan yang dapat meningkatkan resiko kanker kolorektal dan rektum.
c. Diet
tinggi daging merah atau daging yang telah diproses dapat meningkatakna resiko
kanker kolon dan rektum. Resiko tinggi ditemukan pada penderita yang
mengkonsumsi daging merah yang dimasak dengan temperatur tinggi dan waktu yang
lama. 17 Selain itu individual yang mengkonsumsi rendah buah dan sayur juga
mengkonsumsi alkohol 2-4 porsi alkohol per hari selama hidupnya, mempunyai
tingkat resiko lebih tinggi pada kanker kolorektal yaitu sebesar 23%. Sedangkan
hubungan antara merokok dan kanker lebih kuat pada kanker rektum dibandingkan
Adenokarsinoma merupakan jenis kanker yang terbanyak yaitu lebih dari 90%.
Sebagian kecil sekitar 5% berupa karsinoma musineum dan karsinoma signet ring cell. Pada
karsinoma musineum, sel-sel kanker banyak mensekresi musin ekstraseluler, sedangkan pada
bentuk signet ring cell terjadi penumpukan musin intraseluler. Pada tipe signet ring cell
prognosisnya sangat jelek dan sering ada metastase jauh pada saat diagnosis ditegakkan. Jenis
ini juga sering tumbuh meluas secara longitudinal pada dinding kolon tanpa menimbulkan
distorsi yang nyata pada mukosa sehingga kolon menjadi kaku dan keras yang disebut linitis
a. Adenocarsinoma in situ
b. Adenocarsinoma
f. Adenosquamous carcinoma
g. Medullary carcinoma
h. Undifferentiated carcinoma
Tujuan dari pengobatan penderita kanker yaitu dapat mempertahankan fungsi anatomi
a. Pembedahan
dan radikalis adalah suatu prinsip pembedahan yang memperhatikan aliran darah dan
kelenjar getah bening dengan tujuan untuk menentukan ketahanan hidup penderita.
Ada berbagai macam reseksi yang dilakukan, tergantung dari lokasi tumornya,
diantaranya yaitu Low Anterior Resection (LAR) dan Abdomino Perianal Resection
(APR) atau kolostomi. LAR merupakan reseksi dari rektum proksimal melalui insisi
abdominal yang diilakukan pada kanker rektum yang terletak di proksimal, sedangkan
reseksi APR atau kolostomi yaitu mengambil seluruh kolon distal, rektum dan anus
(Braddy, 2011).
b. Kemoterapi
atau mempunyai pola histology yang agresif (adanya produksi musin atau pada
kanker signet ring cell). Adjuvan kemoterapi juga ditentukan berdasarkan stadium
saat diagnosis ditegakkan, dan sangat di rekomendasikan untuk stadium C Dukes dan
c. Radioterapi
terjadinya residif lokal pada kelenjar getah bening local dan regional sebesar 25-60 %,
maka tujuan utama dari radioterapi adjuvan yaitu mengurangi kekambuhan pada
lokoregional dengan mengontrol sel-sel tumor yang tidak terangkat sewaktu
pembedahan. Radioterapi dapat diberikan pada pre operasi, post operasi, maupun
kombinasi pre dan post operasi. Dosis yang diberikan pada pre operasi yaitu 40 Gy
selama 20 hari atau 40-50 Gy dalam 5 sampai 6 minggu setelah satu bulan kemudian
diikuti oleh pembedahan. Secara teori radiasi pre operasi membunuh sel kanker
dosis fraksinasi pada umunya adalah 2 Gy perfraksi dalam waktu kurang lebih 4
minggu, pada beberapa referensi bisa diberikan 5 Gy perfraksi dengan dosis sekitar
25-25,5 Gy dalam waktu 5-7 hari untuk mempercepat tindakan bedah dan
rendah ini tidak berhubngan dengan survival rate pada single adjuvan tetapi
menurunkan insiden residif pada daerah pelvis serta ekuivalen dengan 40-60 Gy
Sekitar 4 sampai 6 minggu setelah operasi dosis radiasi yang diberikan yaitu
sebesar 50 Gy selama 20 hari atau selama 4 minggu. Dosis paliatif untuk kasus seperti
kasus yang inoperable dan rekuren diberikan 45-50 Gy dalam 25 fraksi selama 5
minggu, sedangkan untuk kasus seperti pendarahan, rasa sakit hebat dan danya rectal
discharge yaitu dosis yang diberikan sebesar 20 Gy dalam 5 hari atau 30 Gy dalam 10
regimen standar yang digunakan dalam terapi tumor padat multipel, seperti kanker
payudara dan keganasan pada saluran pencernaan (kanker nasofaring, lambung, usus
besar, rektum, dan pankreas). Baik sebagai adjuvan dalam terapi kuratif, dan sebagai
c. Calsium Folinate digunakan untuk mengatasi terapi metotreksat dosis tinggi. Terapi
folinate banyak digunakan untuk mengatasi efek toksisitas dari obat-obatan yang
2.1.1 Penyiapan
b. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer batch, tgl
c. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidak
lengkap.
g. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang perawatan,
kadaluarsa campuran.
h. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis, ruang
2.1.2 Pencampuran
Proses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah – langkah sebagai
berikut:
i. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja BSC.
k. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi sediaan
sitostatika
l. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat yang harus
terlindung cahaya.
n. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam wadah
untuk pengiriman.
o. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui pass
box.
a. Penanganan Tumpahan
atau meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy spill kit yang
terdiri dari:
• Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong
tersebut.
• Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong
tersebut.
• Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong pertama.
• Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung khusus
• Cuci tangan.
2) Membersihkan tumpahan di dalam BSC
• Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk
tumpahan serbuk.
• Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan baru.
• Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas
• Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan
• Ulangi pencucian 3 x.
• Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir. h) Tanggalkan APD dan
buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan akhir untuk dimusnahkan
dengan inscenerator.
• Cuci tangan.
d) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan larutan
a) Minta pertolongan.
c) Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama 5
menit.
d) Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan NaCl
0,9%.
h) Laporkan ke supervisor.
3) Tertusuk jarum
c) Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat dalam
d) Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat.
h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan kerja.
Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitoatatika (seperti: bekas
ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan sedemikian rupa hingga tidak menimbulkan
bahaya pencemaran terhadap lingkungan. Langkah – langkah yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut:
b. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk bendabenda tajam seperti
spuit vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk
limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar internasional warna ungu)
f. Cuci tangan.
BAB II
EDUKASI PASIEN
Nama : A.S
Umur : 18 tahun
BSA : 1.2 m2
No.CM : 12660**
Hispatologi :-
Siklus : Ke-4
Regimen yang diberikan adalah regimen GIFOLFIRI menurut BCCA. Dosis dibawah
o
1. Irinocetan 216 mg
2. Fluorounacil 480 mg
720 mg
3. Calcium Folinate 240 mg
a. Hari ke-1
• Drip Calcium Folinate 240 mg dalam NaCl 0,9% 250 selama 2 jam
b. Hari ke-2
• Drip Calsium Folinate 240 mg dalam NaCl 0,9% 250 selama 2 jam
c. Hari ke-15
• Drip Calcium Folinate 240 mg dalam NaCl 0,9% 250 selama 2 jam
d. Hari ke-16
• IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit.
• Drip Calsium Folinate 240 mg dalam NaCl 0,9% 250 selama 2 jam
Efek samping yang tidak terduga mungkin dapat terjadi dalam perawatan obat apa
pun. Yang tercantum di bawah ini sangat penting untuk pasien waspadai karena terkait
Dokter akan meninjau risiko pengobatan dan kemungkinan efek samping sebelum
memulai perlakuan. Perawat kemoterapi akan meninjau kemungkinan efek samping dari
Beberapa efek samping yang mungkin akan terjadi pada pasien yang menjalani
Tanda-tanda reaksi alergi adalah pusing, Anda menerima obat atau hubungi dokter
merasa lemas, bingung, sesak napas, dan Anda segera jika ini terjadi setelah Anda
dosis.
Fluorouracil menyebabkan rasa terbakar di Beri tahu perawat atau dokter Anda segera
pengobatan dan dapat berlangsung selama obat antimual yang harus diminum sebelum
sedikit atau tidak ada mual. Dia lebih mudah mencegah mual daripada
sedikit.
Mengelola Mual*
Diare dini dapat terjadi sangat umum • Beri tahu perawat atau dokter Anda
selama atau segera setelah perawatan segera jika Anda memiliki mata berair,
irinotecan (dalam 24 jam). Ini dimulai kram perut atau berkeringat selama atau
kembali normal setelah perawatan terakhir • Cobalah untuk tidak memar, memotong,
bekuan darah ketika Anda melukai diri • Bersihkan hidung Anda dengan meniup
sendiri. Anda mungkin memar atau berdarah dengan lembut. Tidak mengupil.
pendarahan.
dapat diterima.
Ruam kulit jarang terjadi tetapi dapat terjadi Untuk membantu gatal:
Anda berikutnya.
Kulit Anda mungkin mudah terbakar sinar Untuk membantu mencegah sengatan
matahari. matahari:
hari-hari cerah.
dapat terjadi dan dapat bertahan lama setelah Membantu Menaikkan Nafsu Makan
penghentian fluorourasil.
Kelelahan dan kekurangan energi dapat • Jangan mengendarai mobil atau
mungkin tipis atau Anda mungkin menjadi semprotan rambut, pemutih, pewarna
mungkin terasa lembut. Kamu boleh • Lindungi kulit kepala Anda dengan topi,
kehilangan rambut di wajah dan tubuh Anda. syal atau wig di cuaca dingin. Beberapa
Rambut Anda akan tumbuh kembali setelah rencana kesehatan yang diperpanjang
perawatan Anda selesai dan kadang-kadang akan membayar sebagian dari biaya wig.
antara perawatan. Warna dan tekstur dapat • Tutupi kepala Anda atau oleskan tabir
berbingkai lebar.
Sel darah putih Anda akan berkurang 1-2 Untuk membantu mencegah infeksi:
minggu setelah perawatan Anda. Sel darah • Sering-seringlah mencuci tangan dan
melindungi tubuh Anda dengan melawan • Rawat kulit dan mulut Anda.
bakteri (kuman) yang menyebabkan infeksi. • Segera hubungi dokter Anda terlebih
Ketika sel darah putih rendah, Anda berada dahulu tanda infeksi seperti demam
di risiko yang lebih besar untuk mengalami (lebih dari 100ºF atau 38ºC dengan
infeksi. termometer oral), menggigil, batuk, atau
DAFTAR PUSTAKA
BC Cancer Agency Gynecology Tumour Group. (2019). BCCA Protocol summary for
treatment of high risk squamous cell carcinoma of cervix with concurrent cisplatin
Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia 2014, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI,
Saleh, Agustina Zainu. 2006. Onkologi Ginekologi : Buku Acuan Nasional. Jakarta : Yayasan
http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_cancer.aspx.