Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

RUMAH SAKIT
Di
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH

PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO) KEMOTERAPI PASIEN


CARCINOMA RECTI

DISUSUN OLEH :

MEUTIA DEWI SAFRIDA, S.FARM


NIM 2043700409

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
JAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh Gelar Apoteker (APT)

Program Studi Profesi Apoteker

Disusun Oleh :

Meutia Dewi Safrida (2043700409)

Telah Disetujui oleh :

Pembimbing Fakultas Kepala Instalasi Farmasi

Universitas 17 Agustus 1945 RSUD. Dr. Zainoel Abidin

Drs. Stefanus Lukas, MARS., apt apt. Syarifah Maraiyuna, S.Si

Koordinator PKPA

Kaprodi Profesi Apoteker

Apt. Nuzul Fajriani, M.Sc


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nya dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. Laporan ini ditulis berdasarkan teori dan hasil pengamatan
penulis selama melakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu apt. Syarifah Maraiyuna, S.Si selaku
kepala Instalasi Farmasi, Ibu apt. Diana Febrita, S.Farm., dan Bapak apt. Drs. Stefanus
Lukas, MARS.,selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran
dan tanggung jawab hingga selesainya penulisan laporan ini tepat waktu.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Isra
Firmansyah, Sp.S (K)., Ph.D., sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh yang telah memberikan fasilitas untuk melaksanakan Praktik Kerja
Profesi Apoteker, dan juga seluruh Apoteker, Asisten Apoteker, Staf Instalasi Farmasi,
Dokter serta Perawat yang bertugas dan telah banyak membantu penulis selama melakukan
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada orang tua yang selalu
memberikan dukungan moril maupun materil selama melaksanakan Praktik Kerja Profesi
Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Terakhir kepada
sahabat mahasiswa/i pendidikan profesi apoteker, terima kasih atas semua bantuannya.
Penulis berharap semoga laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dapat menambah
ilmu pengetahuan di bidang farmasi, khususnya farmasi rumah sakit dan dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Banda Aceh, Oktober 2021


Penulis,

Meutia Dewi Safrida

NIM 2043700409
DAFTAR ISI

Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Kanker Rectum ..................................................................................... 1
1.1.1 Definisi Kanker Rectum ............................................................... 1
1.1.2 Etiologi ......................................................................................... 1
1.1.3 Patofisiologi ................................................................................. 2
1.1.4 Manifestasi Klinis ........................................................................ 3
1.1.5 Klasifikasi .................................................................................... 3
1.1.6 Faktor Resiko Kanker Rectum ..................................................... 4
1.1.7 Jenis-Jenis Kanker Rectum .......................................................... 5
1.1.8 Pengobatan Kanker Rectum ......................................................... 6
1.2 Regimen Terapi ..................................................................................... 7
1.2.1 Indikasi Obat ................................................................................ 8
1.2.2 Mekanisme Obat .......................................................................... 8
2.1 Handling Sitostika .................................................................................
2.1.1 Penyiapan ....................................................................................
2.1.2 Pencampuran ...............................................................................
2.1.3 Penanganan Tumpahan dan Kecelakaan Kerja ...........................
2.1.4 Pengelolaan Limbah Sitostika .....................................................
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT..................................................... 9
2.1 Identitas Pasien ..................................................................................... 9
2.2 Regimen Terapi ..................................................................................... 9
2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit............................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kanker Rectum

1.1.1 Definisi Kanker Rectum

Karsinoma rekti didefinisikan sebagai keganasan yang muncul pada rektum, yang

sebagian besar adalah tumor ganas. Jenis keganasan terbanyak pada rektum adalah

Adenokarsinoma

Karsinoma recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rectum yang

khusus menyerang bagian recti yang terjadi akibat timbulnya di mukosa/epitel dimana lama

kelamaan timbul nekrose dan ulkus (Taufan Nugroho,2011).

1.1.2 Etiologi

Penyebab Karisinoma Recti masih belum diketahui pasti,namun telah dikenali

beberapa faktor predisposisi.Faktor predisposisi lain mungkin berkaitan dengan kebiasaan

makan.Hal ini karena Karsinoma Recti terjadi serkitar sepuluh kali lebih banyak pada

penduduk wilayah barat yang mengkonsumsi lebih banyak makanan mengandung

karbohidrat murni dan rendah serat,dibandingkan produk primitif (Misalnya,di Afrika) yang

mengkonsumsi makanan tinggi serat (Lorraine M.Wilson,2006). Menurut Brunner &

Suddarth, penyebab Karisinoma Recti adalah :

a. Polip di usus (colorectal polyps)

Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rectum,dan sering

trjadi pada orang berusia 50 tahun keatas.sebagian besar polips bersifat jinak (bukan

kanker),tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.


b. Colitis ulcerativa atau penyakit crohn

Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya

Colitis ulcerativa atau penyakit crohn) selama bertahuntahun memiliki resiko yang

lebih besar.

c. Riwayat kanker pribadi

Orang sudah pernah terkena kanker kolorectal dapat terkena kanker kolorectal

untuk kedua kalinya.selain itu,wanita dengan riwayat kanker diindung telur,uterus

(endometrium) atau payudara mempunyai tingkay resiko yang lebih tinggi untuk

terkena kanker kolorektal.

d. Riwayat kanker kolorektal pada keluarga

Jika anda mempunyai riwayat kanker kolorektal pada keluarga,maka

kemungkinan nada terkena penyakit ini lebih besar,khususnya jika saudara anda

terkena kanker pada usia muda.

e. Faktor gaya hidup

Orang yang merokok,atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit

buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat resiko yang lebih besar terkena kanker

kolorektal pada mereka yang berusia lebih tua.lebih dari 90% orang yang menderita

penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun keatas.

1.1.3 Patofisiologi

Karisinoma Recti terutama (95%) adenokarisinoma (muncul dari lapisan epitel

usus).Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak

jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya.Sel kanker deapat terlepas dari

tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).
1.1.4 Manifestasi Klinis

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker,tahap penyakit,dan fungsi segmen usus

tempat kanker berlokasi.Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi.Pasase

darah dalam feses adalah gejala paling umum.Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak

diketahui penyebabnya,anoreksia,penurunan berat badan,dan keletihan.

Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal

abdomen dan melena (feses berwarna hitam).Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi

sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram,penipisan

feses,konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses.Gejala yang

dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah

defekasi,konstipasi dan diare bergantian,serta feses berdarah

1.1.5 Klasifikasi

Dokter membagi kanker colorectal berdasarkan stadium berikut:

a. Stadium 0 : kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau

rektum.Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal stadium 0.

b. Stadium I : Tumor telah tumbuh kedinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum

tumbuh menembus dinding.

c. Stadium II : Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolom atau

rektum.Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan disekitarnya, tapi sel-sel kanker

belu menyebar ke kelenjar getah bening.

d. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar pada mereka yang berusia tua. Lebih

dari 90% orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.

e. Stadium IV : kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain,misalnya hati atau

paru-paru.
f. Kambuh : Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali

setelah periode tertentu,karena kanker itu tidak terdeteksi.Penyakit ini dapat kambuh

kembali dalam kolon atau rektum,atau dibagian tibuh yang lain.

1.1.6 Faktor Resiko Kanker Rectum

Menurut Kemenkes RI, (2017) tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran

(PNPK), ada beberapa faktor risiko pada kanker rektum diantaranya yaitu :

a. Faktor genetik

Sekitar 20% penderita kanker rektum atau kolon merupakan riwayat dari

keluarga. Pasien yang baru didiagnosa adenoma kolorektal atau kanker kolorektal

invasi memiliki penigkatan resiko kanker kolorektal. Suseptibilitas genetic terhadp

kanker kolorektal meliputi sindrom Lynch yaitu hereditary nonpolyposis colorectal

cancer (HNPCC) dan familial adenomatous polyposis. Oleh karena itu, riwayat

keluarga perlu ditanyakan pada semua pasien kanker kolorektal.

b. Obesitas

Fisik yang tidak aktif merupakan salah satu faktor yang paling sering

dilaporkan sebagai faktor yang berhubungah dengan kanker kolorektal. Aktivitas fisik

yang reguler mempunyai efek protektif dan dapat menurunkan resiko kanker

kolorektal smapai 50%. Menurut American Cancer Society setidaknya melakukan

aktivitas fisik dengan jalan kaki cepat selama 30 menit atau lebih, selama 5 hari atau

setiap minggu. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga dapat menyebabkan

kelebihan berat badan yang dapat meningkatkan resiko kanker kolorektal dan rektum.

c. Diet

Berdasarkan studi yang dilakukan American Cancer Society bahwa konsumsi

tinggi daging merah atau daging yang telah diproses dapat meningkatakna resiko

kanker kolon dan rektum. Resiko tinggi ditemukan pada penderita yang
mengkonsumsi daging merah yang dimasak dengan temperatur tinggi dan waktu yang

lama. 17 Selain itu individual yang mengkonsumsi rendah buah dan sayur juga

mempunyai faktor resiko yang lebih tinggi.

d. Merokok dan alkohol

Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan resiko kanker,

mengkonsumsi alkohol 2-4 porsi alkohol per hari selama hidupnya, mempunyai

tingkat resiko lebih tinggi pada kanker kolorektal yaitu sebesar 23%. Sedangkan

hubungan antara merokok dan kanker lebih kuat pada kanker rektum dibandingkan

dengan kanker kolon.

1.1.7 Jenis-Jenis Kanker Rectum

Adenokarsinoma merupakan jenis kanker yang terbanyak yaitu lebih dari 90%.

Sebagian kecil sekitar 5% berupa karsinoma musineum dan karsinoma signet ring cell. Pada

karsinoma musineum, sel-sel kanker banyak mensekresi musin ekstraseluler, sedangkan pada

bentuk signet ring cell terjadi penumpukan musin intraseluler. Pada tipe signet ring cell

prognosisnya sangat jelek dan sering ada metastase jauh pada saat diagnosis ditegakkan. Jenis

ini juga sering tumbuh meluas secara longitudinal pada dinding kolon tanpa menimbulkan

distorsi yang nyata pada mukosa sehingga kolon menjadi kaku dan keras yang disebut linitis

plastika. 15 Menurut WHO tipe histologi dari kanker rektum yaitu :

a. Adenocarsinoma in situ

b. Adenocarsinoma

c. Mucinous (colloid) adenocarsinoma (>50% mucinous)

d. Signet ring cell carcinoma (>50% signet ring cells)

e. Squamous cell (epidermoid) carcinoma

f. Adenosquamous carcinoma

g. Medullary carcinoma
h. Undifferentiated carcinoma

1.1.8 Pengobatan Kanker Rektum

Tujuan dari pengobatan penderita kanker yaitu dapat mempertahankan fungsi anatomi

dan fisiologisnya. Berikut terapi yang dilakukan pada kaner rektum :

a. Pembedahan

Pembedahan merupakan terapi utama untuk kanker rektum. No touch method

dan radikalis adalah suatu prinsip pembedahan yang memperhatikan aliran darah dan

kelenjar getah bening dengan tujuan untuk menentukan ketahanan hidup penderita.

Ada berbagai macam reseksi yang dilakukan, tergantung dari lokasi tumornya,

diantaranya yaitu Low Anterior Resection (LAR) dan Abdomino Perianal Resection

(APR) atau kolostomi. LAR merupakan reseksi dari rektum proksimal melalui insisi

abdominal yang diilakukan pada kanker rektum yang terletak di proksimal, sedangkan

reseksi APR atau kolostomi yaitu mengambil seluruh kolon distal, rektum dan anus

melalui abdomen dan perianal, kemudian dilakukan pembuatan kolostomi permanen

(Braddy, 2011).

b. Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan jika terdapat metastase ke kelenjar getah bening sekitar

atau mempunyai pola histology yang agresif (adanya produksi musin atau pada

kanker signet ring cell). Adjuvan kemoterapi juga ditentukan berdasarkan stadium

saat diagnosis ditegakkan, dan sangat di rekomendasikan untuk stadium C Dukes dan

Astler kanker kolon (Braddy, 2011).

c. Radioterapi

Radioterapi dilakukan setelah terjadinya kegagalan pada saat operasi, atau

terjadinya residif lokal pada kelenjar getah bening local dan regional sebesar 25-60 %,

maka tujuan utama dari radioterapi adjuvan yaitu mengurangi kekambuhan pada
lokoregional dengan mengontrol sel-sel tumor yang tidak terangkat sewaktu

pembedahan. Radioterapi dapat diberikan pada pre operasi, post operasi, maupun

kombinasi pre dan post operasi. Dosis yang diberikan pada pre operasi yaitu 40 Gy

selama 20 hari atau 40-50 Gy dalam 5 sampai 6 minggu setelah satu bulan kemudian

diikuti oleh pembedahan. Secara teori radiasi pre operasi membunuh sel kanker

sehingga mengurangi implantasi (penyebaran) sel saat manipulasi bedah. Pemberian

dosis fraksinasi pada umunya adalah 2 Gy perfraksi dalam waktu kurang lebih 4

minggu, pada beberapa referensi bisa diberikan 5 Gy perfraksi dengan dosis sekitar

25-25,5 Gy dalam waktu 5-7 hari untuk mempercepat tindakan bedah dan

mempersingkat waktu terapi secara keseluruhan. Dikatakan pemberian radiasi dosis

rendah ini tidak berhubngan dengan survival rate pada single adjuvan tetapi

menurunkan insiden residif pada daerah pelvis serta ekuivalen dengan 40-60 Gy

konvensional fraksinasi (Braddy, 2011).

Sekitar 4 sampai 6 minggu setelah operasi dosis radiasi yang diberikan yaitu

sebesar 50 Gy selama 20 hari atau selama 4 minggu. Dosis paliatif untuk kasus seperti

kasus yang inoperable dan rekuren diberikan 45-50 Gy dalam 25 fraksi selama 5

minggu, sedangkan untuk kasus seperti pendarahan, rasa sakit hebat dan danya rectal

discharge yaitu dosis yang diberikan sebesar 20 Gy dalam 5 hari atau 30 Gy dalam 10

hari (Braddy, 2011)

1.2 Regimen Terapi

Kemoterapi Kombinasi Paliatif untuk Kanker Kolorektal Metastatik

Menggunakan Irinotecan, Fluorouracil dan Leucovorin. Regimen terapi ini disebut

regimen GIFOLFIRI menurut BCCA.


BC CANCER ADMINISTRATION
DRUGS DOSE
GUIDLINE
2
Irinocetan 180 mg/m IV in 500 ml of D5W over 1 hour 30 min
Leucoverin 400 mg/m2 IV in 250 ml D5W over 1 hour 30 min
Flourouracil 400 mg/m2 IV push, after leucovorin, THEN
Flourouracil 2400 mg/m2 IV over 46 h in D5W to a total volume of 230 ml

by continous at 5 ml/h via Baxter LV5 INFUSOR


Sumber : http://www.bccancer.bc.ca/health-professionals/clinical-resources/chemotherapy-
protocols/gastrointestinal

1.2.1 Indikasi Obat

a. Irinotecan adalah obat generik yang digunakan sebagai terapi pengobatan kanker

pankreas, kanker usus besar dan rektum. 

b. Fluorouracil (fluorourasil) atau 5-fluorourasil merupakan agen kemoterapi yang

termasuk dalam golongan antimetabolit atau antineoplastik. Fluorourasil adalah

regimen standar yang digunakan dalam terapi tumor padat multipel, seperti kanker

payudara dan keganasan pada saluran pencernaan (kanker nasofaring, lambung, usus

besar, rektum, dan pankreas). Baik sebagai adjuvan dalam terapi kuratif, dan sebagai

strategi terapi paliatif untuk penanganan metastasis.

c. Calsium Folinate digunakan untuk mengatasi terapi metotreksat dosis tinggi. Terapi

kombinasi dengan 5-fluorouracil untuk pasien dengan kanker kolorektal. Calsium

folinate banyak digunakan untuk mengatasi efek toksisitas dari obat-obatan yang

bekerja sebagai antagonis dari asam folat.

1.2.2 Mekanisme Obat

a. Irinotecan bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan sel

kanker. Irinotecan termasuk golongan obat keras, sehingga perlu dikonsultasikan

terlebih dahulu pada dokter sebelum digunakan.


b. Fluorouracil bekerja antagonis dengan timin terhadap aktivitas enzim timidilat

sintetase, sehingga menghambat pembentukan DNA dari sel-sel kanker, dan

diharapkan dapat membunuh sel-sel tersebut.

c. Kalsium folinat bekerja sebagai inhibitor kompetitif, koenzim berbagai metabolisme,

dan juga dapat mempengaruhi kerja dari enzim.

2.1 Handling Sitostatika

2.1.1 Penyiapan

Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu dilakukan langkah

langkah sebagai berikut:

a. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5 BENAR

(benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)

b. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer batch, tgl

kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.

c. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidak

lengkap.

d. Menghitung kesesuaian dosis.

e. Memilih jenis pelarut yang sesuai.

f. Menghitung volume pelarut yang digunakan.

g. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang perawatan,

dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal

kadaluarsa campuran.

h. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis, ruang

perawatan, jumlah paket.

i. Melengkapi dokumen pencampuran


j. Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan

pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.

2.1.2 Pencampuran

Proses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah – langkah sebagai

berikut:

a. Memakai APD sesuai PROSEDUR TETAP

b. Mencuci tangan sesuai PROSEDUR TETAP

c. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan

d. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai PROSEDUR TETAP

e. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.

f. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.

g. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.

h. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.

i. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja BSC.

j. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.

k. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi sediaan

sitostatika

l. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat yang harus

terlindung cahaya.

m. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan khusus.

n. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam wadah

untuk pengiriman.

o. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui pass

box.

p. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap


2.1.3 Penanganan Tumpahan dan Kecelakan Kerja

a. Penanganan Tumpahan

Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas tersebut

atau meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy spill kit yang

terdiri dari:

1) Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril

• Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan.

• Beri tanda peringatan di sekitar area.

• Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

• Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat seperti

sendok dan tempatkan dalam kantong buangan.

• Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong

tersebut.

• Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong

tersebut.

• Cuci seluruh area dengan larutan detergent.

• Bilas dengan aquadest.

• Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat.

• Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong pertama.

• Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.

• Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam, tempatkan

dalam kantong kedua.

• Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung khusus

untuk dimusnahkan dengan incenerator.

• Cuci tangan.
2) Membersihkan tumpahan di dalam BSC

• Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk

tumpahan serbuk.

• Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan baru.

• Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas

kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan.

• Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan

aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah pada buangan.

• Ulangi pencucian 3 x.

• Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.

• Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir. h) Tanggalkan APD dan

buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan akhir untuk dimusnahkan

dengan inscenerator.

• Cuci tangan.

b. Penanganan Kecelakaan Kerja

Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh:

1) Kontak dengan kulit:

a) Tanggalkan sarung tangan.

b) Bilas kulit dengan air hangat.

c) Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.

d) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan larutan

Chlorin 5 % dan bilas dengan air hangat.

e) Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %.

f) Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus.

g) Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)


h) Laporkan ke supervisor.

i) Lengkapi format kecelakaan.

2) Kontak dengan mata

a) Minta pertolongan.

b) Tanggalkan sarung tangan.

c) Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama 5

menit.

d) Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan NaCl

0,9%.

e) Aliri mata dengan larutan pencuci mata.

f) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung.

g) Catat jenis obat yang tumpah.

h) Laporkan ke supervisor.

i) Lengkapi format kecelakaan kerja.

3) Tertusuk jarum

a) Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk menghisap

obat yang mungkin terinjeksi.

b) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang.

c) Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat dalam

jaringan yang tertusuk.

d) Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat.

e) Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat.

f) Tanggalkan semua APD.

g) Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi.

h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan kerja.

j) Segera konsultasikan ke dokter.

2.1.4 Pengelolaan Limbah Sitostatika

Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitoatatika (seperti: bekas

ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan sedemikian rupa hingga tidak menimbulkan

bahaya pencemaran terhadap lingkungan. Langkah – langkah yang perlu dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).

b. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk bendabenda tajam seperti

spuit vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk

limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar internasional warna ungu)

dan berlogo sitostatika

c. Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah.

d. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.

e. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.

f. Cuci tangan.
BAB II

EDUKASI PASIEN

2.1 Identitas Pasien

Nama : A.S

Umur : 18 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

BSA : 1.2 m2

No.CM : 12660**

Dignosis : Adecarcinoma Recti

Hispatologi :-

Siklus : Ke-4

Regimen : Irinocetan, 5-Fluorounacil, Calcium Folinate

2.2 Regimen Terapi yang di Berikan

Regimen yang diberikan adalah regimen GIFOLFIRI menurut BCCA. Dosis dibawah

diberikan sesuai BSA pasien yang telah dihitung sebelumnya.

N Nama Obat Dosis/ Siklus

o
1. Irinocetan 216 mg
2. Fluorounacil 480 mg

720 mg
3. Calcium Folinate 240 mg

2.3 Laporan Tindakan Kemoterapi Siklus Ke-4

a. Hari ke-1

• IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit.

• Injeksi Dexamethasone 2 amp IV pelan


• Injeksi Ranitidine 1 amp IV pelan.

• Injeksi Ondansetron 3 amp @8 mg IV pelan

• Bilas dengan NaCl 0,9% ± 100 cc.

• Drip Irinocetan 216 mg dalam sol NaCl 500 cc selama 90 menit.

• Bilas dengan NaCl 100 cc selama 15 menit

• Drip Calcium Folinate 240 mg dalam NaCl 0,9% 250 selama 2 jam

• Bilas dengan NaCl 0,9% 100 cc selama 15 menit

• Bolus IV 5-Flourouracil 480 mg dilanjutkan dengan

• Drip 5-Flourouracil 720 mg dalam 500 cc NaCl 0,9% selama 16 jam.

• Bilas dengan NaCl 0,9% selama 15 menit

• Injeksi Dexamethasone 1 amp IV pelan

• Injeksi Ondansetron 1 amp IV pelan

• Injeksi Ranitidin 1 amp IV pelan

• IVFD sol NaCl 0,9% 20 tetes/ menit.

b. Hari ke-2

• IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit.

• Injeksi Dexamethasone 2 amp IV pelan

• Injeksi Ranitidine 1 amp IV pelan.

• Injeksi Ondansetron 3 amp @8 mg IV pelan

• Bilas dengan NaCl 0,9% ± 100 cc.

• Drip Calsium Folinate 240 mg dalam NaCl 0,9% 250 selama 2 jam

• Bilas dengan NaCl 100 cc selama 15 menit

• Bolus IV 5-Flourouracil 480 mg dilanjutkan dengan

• Drip 5-Flourouracil 720 mg dalam 500 cc NaCl 0,9% selama 16 jam.

• Bilas dengan NaCl 0,9% selama 15 menit


• Injeksi Dexamethasone 1 amp IV pelan

• Injeksi Ondansetron 1 amp IV pelan

• Injeksi Ranitidin 1 amp IV pelan

• IVFD sol NaCl 0,9% 20 tetes/ menit.

c. Hari ke-15

• IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit.

• Injeksi Dexamethasone 2 amp IV pelan

• Injeksi Ranitidine 1 amp IV pelan.

• Injeksi Ondansetron 3 amp @8 mg IV pelan

• Bilas dengan NaCl 0,9% ± 100 cc.

• Drip Irinocetan 216 mg dalam sol NaCl 500 cc selama 90 menit.

• Bilas dengan NaCl 100 cc selama 15 menit

• Drip Calcium Folinate 240 mg dalam NaCl 0,9% 250 selama 2 jam

• Bilas dengan NaCl 0,9% 100 cc selama 15 menit

• Bolus IV 5-Flourouracil 480 mg dilanjutkan dengan

• Drip 5-Flourouracil 720 mg dalam 500 cc NaCl 0,9% selama 16 jam.

• Bilas dengan NaCl 0,9% selama 15 menit

• Injeksi Dexamethasone 1 amp IV pelan

• Injeksi Ondansetron 1 amp IV pelan

• Injeksi Ranitidin 1 amp IV pelan

• IVFD sol NaCl 0,9% 20 tetes/ menit.

d. Hari ke-16
• IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit.

• Injeksi Dexamethasone 2 amp IV pelan

• Injeksi Ranitidine 1 amp IV pelan.

• Injeksi Ondansetron 3 amp @8 mg IV pelan

• Bilas dengan NaCl 0,9% ± 100 cc.

• Drip Calsium Folinate 240 mg dalam NaCl 0,9% 250 selama 2 jam

• Bilas dengan NaCl 100 cc selama 15 menit

• Bolus IV 5-Flourouracil 480 mg dilanjutkan dengan

• Drip 5-Flourouracil 720 mg dalam 500 cc NaCl 0,9% selama 16 jam.

• Bilas dengan NaCl 0,9% selama 15 menit

• Injeksi Dexamethasone 1 amp IV pelan

• Injeksi Ondansetron 1 amp IV pelan

• Injeksi Ranitidin 1 amp IV pelan

• IVFD sol NaCl 0,9% 20 tetes/ menit.

2.4 Efek Samping Obat dan Manajemen Efek Samping

Efek samping yang tidak terduga mungkin dapat terjadi dalam perawatan obat apa

pun. Yang tercantum di bawah ini sangat penting untuk pasien waspadai karena terkait

langsung dengan obat dalam rencana perawatan pasien.

Dokter akan meninjau risiko pengobatan dan kemungkinan efek samping sebelum

memulai perlakuan. Perawat kemoterapi akan meninjau kemungkinan efek samping dari

irinotecan, fluorouracil,dan leucovorin dan bagaimana mengelola efek samping tersebut.

Beberapa efek samping yang mungkin akan terjadi pada pasien yang menjalani

kemoterapi dengan regimen GIFOLFIRI ini adalah sebagai berikut:

Efek Samping Obat Manajemen Efek Samping


Reaksi alergi mungkin sangat jarang terjadi. Beri tahu perawat Anda jika ini terjadi saat

Tanda-tanda reaksi alergi adalah pusing, Anda menerima obat atau hubungi dokter

merasa lemas, bingung, sesak napas, dan Anda segera jika ini terjadi setelah Anda

mengi. Ini dapat terjadi segera atau beberapa meninggalkan

jam setelah menerima obat. Bisa terjadi klinik.

setelah dosis pertama, atau setelah banyak

dosis.
Fluorouracil menyebabkan rasa terbakar di Beri tahu perawat atau dokter Anda segera

bawah kulit. jika Anda terasa terbakar, menyengat, atau

perubahan lainnya selama obat diberikan.


Mual dan muntah dapat terjadi setelah Anda Anda mungkin akan diberikan resep untuk

pengobatan dan dapat berlangsung selama obat antimual yang harus diminum sebelum

24-48 jam. Beberapa orang mengalami pengobatan kemoterapi dan/atau di rumah.

sedikit atau tidak ada mual. Dia lebih mudah mencegah mual daripada

mengobatinya sekali saja telah terjadi, jadi

ikuti petunjuk dengan cermat.

• Minum banyak cairan.

• Sering makan dan minum dalam jumlah

sedikit.

• Cobalah ide-ide dalam Tips Praktis untuk

Mengelola Mual*
Diare dini dapat terjadi sangat umum • Beri tahu perawat atau dokter Anda

selama atau segera setelah perawatan segera jika Anda memiliki mata berair,

irinotecan (dalam 24 jam). Ini dimulai kram perut atau berkeringat selama atau

dengan mata berair, kram perut dan setelah perawatan Anda.

berkeringat. • Diare dini diobati dengan obat disebut

atropin, yang disuntikkan ke pembuluh


darah atau di bawah kulit Anda. Jika

pusat kanker Anda adalah ditutup,

dokter kanker Anda mungkin meminta

Anda untuk pergi ke darurat Rumah

Sakit Anda untuk diberikan atropin.


Nyeri atau nyeri tekan dapat terjadi di bagian Kompres dengan air dingin atau rendam

penyuntikan. dalam air dingin air selama 15-20 menit.

beberapa kali sehari.


Trombosit Anda mungkin menurun selama Untuk membantu mencegah masalah

atau setelah perawatan. Trombosit akan pendarahan:

kembali normal setelah perawatan terakhir • Cobalah untuk tidak memar, memotong,

Anda. Trombosit membantu membuat atau membakar diri Anda sendiri.

bekuan darah ketika Anda melukai diri • Bersihkan hidung Anda dengan meniup

sendiri. Anda mungkin memar atau berdarah dengan lembut. Tidak mengupil.

lebih mudah daripada biasa. • Hindari sembelit.

• Sikat gigi secara lembut dengan yang

lembut sikat gigi karena gusi Anda

mungkin lebih berdarah dengan mudah.

• Menjaga kebersihan mulut yang baik.

• Beberapa obat seperti ASA (mis.

ASPIRIN®) atau ibuprofen (misalnya

ADVIL®) dapat meningkatkan risiko

pendarahan.

• Jangan berhenti minum obat yang telah

telah diresepkan oleh dokter Anda

(misalnya ASA untuk hatimu).


• Untuk nyeri ringan, coba acetaminophen

(mis. TYLENOL®) terlebih dahulu,

tetapi sesekali menggunakan ibuprofen

dapat diterima.
Ruam kulit jarang terjadi tetapi dapat terjadi Untuk membantu gatal:

• Anda bisa menggunakan losion kalamin.

• Jika sangat teriritasi, hubungi dokter

Anda selama jam kerja.

• Jika tidak, beritahukan pada kunjungan

Anda berikutnya.
Kulit Anda mungkin mudah terbakar sinar Untuk membantu mencegah sengatan

matahari. matahari:

• Hindari sinar matahari langsung.

• Kenakan topi, lengan panjang dan

celana panjang atau rok di luar pada

hari-hari cerah.

• Oleskan lotion tabir surya dengan SPF

(sun faktor proteksi) paling sedikit 30.

• Setelah terpapar sinar matahari, jika

Anda mengalami terbakar sinar matahari

atau reaksi kulit seperti gatal, ruam, atau

bengkak, hubungi dokter Anda.


Kehilangan nafsu makan jarang terjadi tetapi Cobalah ide-ide di Ide Makanan untuk

dapat terjadi dan dapat bertahan lama setelah Membantu Menaikkan Nafsu Makan

penghentian fluorourasil.
Kelelahan dan kekurangan energi dapat • Jangan mengendarai mobil atau

terjadi. mengoperasikan mesin jika Anda


merasa lelah.
Rambut rontok biasa terjadi pada irinotecan Gunakan sampo yang lembut dan sikat yang

dan mungkin dimulai dalam beberapa hari lembut.

atau minggu pengobatan. Rambut Anda • Perawatan harus dilakukan dengan

mungkin tipis atau Anda mungkin menjadi semprotan rambut, pemutih, pewarna

benar-benar botak. Kulit kepala Anda dan perms.

mungkin terasa lembut. Kamu boleh • Lindungi kulit kepala Anda dengan topi,

kehilangan rambut di wajah dan tubuh Anda. syal atau wig di cuaca dingin. Beberapa

Rambut Anda akan tumbuh kembali setelah rencana kesehatan yang diperpanjang

perawatan Anda selesai dan kadang-kadang akan membayar sebagian dari biaya wig.

antara perawatan. Warna dan tekstur dapat • Tutupi kepala Anda atau oleskan tabir

berubah. surya hari yang cerah.

• Oleskan minyak mineral ke kulit kepala

Anda untuk mengurangi gatal.

• Jika Anda kehilangan bulu mata dan

alis, lindungi mata Anda dari debu dan

pasir dengan topi dan kacamata

berbingkai lebar.
Sel darah putih Anda akan berkurang 1-2 Untuk membantu mencegah infeksi:

minggu setelah perawatan Anda. Sel darah • Sering-seringlah mencuci tangan dan

putih biasanya kembali normal 3 minggu selalu sesudahnya menggunakan kamar

setelah terakhir terapi. Sel darah putih mandi.

melindungi tubuh Anda dengan melawan • Rawat kulit dan mulut Anda.

bakteri (kuman) yang menyebabkan infeksi. • Segera hubungi dokter Anda terlebih

Ketika sel darah putih rendah, Anda berada dahulu tanda infeksi seperti demam

di risiko yang lebih besar untuk mengalami (lebih dari 100ºF atau 38ºC dengan
infeksi. termometer oral), menggigil, batuk, atau

terbakar saat Anda lewat air seni.

DAFTAR PUSTAKA

BC Cancer Agency Gynecology Tumour Group. (2019). BCCA Protocol summary for

treatment of high risk squamous cell carcinoma of cervix with concurrent cisplatin

and radiation. (GOCXRADC). Vancouver: BC Cancer Agency.

Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016

Lorraine M. Wilson. 2006. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.


Perez, C.A. and Brady, L.W. (2011) Radiation Oncology Management Decisions. Lippincott

Williams & Wilkins, Philadelphia.

Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Republik Indonesia 2014, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI,

diakses 3 Oktober 2021

Saleh, Agustina Zainu. 2006. Onkologi Ginekologi : Buku Acuan Nasional. Jakarta : Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Taufan Nugroho. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.

WHO.2012. GLOBOCAN (IARC) 2012 : Estimated Cancer Incidence, Mortality and

Prevalence Worldwide in 2012. Diakses pada 2 oktober 2021 dari

http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_cancer.aspx.

Anda mungkin juga menyukai