Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SEJARAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

OLEH

Komang Pande Neobagus Wibawa

P2.31.38.1.17.0.26

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

TEKNOLOGI REKAYASA ELEKTRO-MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok
dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan masyarakat. Salah satu
upaya peningkatan derajat kesehatan adalah melalui perbaikan
keadaan atau kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan
merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan,
bahkan merupakan salah satu upaya penentu atau determinan dalam
kesejahteraan penduduk. Lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan
bukan hanya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga
untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja (UU, 2009).
Menurut HL. Blum (1980) seorang ahli kesehatan masyarakat
menyatakan bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor dominan yaitu perilaku/gaya hidup (life style), faktor
lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan
kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik
(keturunan), dimana keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang
mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan
masyarakat (Bastaman, 2016). Lingkungan yang sehat sangat
berpengaruh dalam kesehatan masyarakat di sekitarnya. Peningkatan
kesehatan lingkungan salah satunya dilaksanakan melalui upaya
peningkatan sanitasi lingkungan, baik lingkungan fisik, kimia, biologi,
dan perilaku masyarakat. Peningkatan sanitasi lingkungan dapat
dilakukan dengan cara pengendalian vektor di suatu wilayah atau
menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan
penyakit melalui vektor dapat dicegah (Permenkes RI
No.374/Menkes/Per/II/2010 tentang Pengendalian Vektor).
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah perkembangan kesehatan masyarakat?
b. Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di
Indonesia?
c. Apa itu kesehatan masyarakat?
d. Apa tujuan dari kesehatan masyarakat?
e. Bagaimana ruang lingkup kesehatan masyarakat?
f. Bagaimana prinsip-prinsip kesehatan masyarakat?
g. Apa saja sasaran kesehatan masyarakat?
3. Tujuan
Melaluli makalah ini, penulis bertujuan untuk memberikan sedikit
pemahaman tentang ilmu kesehatan masyarakat kepada pembaca
dan mampu bermanfaat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
BAB II

ISI

A. SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT


1. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan (Pre Scientific Period).
Sejarah kebudayaan peradaban masyarakat kuno yang
berpusat di Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma (The Pre-Cristion
Period). Pada saat itu pemerintah kota telah melakukan upaya-
upaya pemberantasan penyakit. Sebagai bukti ditemukan dokumen-
dokumen tentang peraturan-peraturan tertulis yang mengatur
tentang pembuangan air limbah (drainase), pengaturan air minum,
pembuangan sampah, dsb. (Hanlon, 1964). Dari hasil penemuan
arkeologi pada saat itu telah dibangun WC Umum (Public Latrine)
dan sumber air minum sendiri namun untuk alasan ’estetika’, bukan
untuk alasan kesehatan.
Pada kerajaan Romawi Kuno, peraturan-peraturan yang dibuat
bedasarakan alasan kesehatan. Dalam hal itu pegawai-pegawai
kerajaan ditugaskan untuk melakukan supervisi ke lapangan ke
tempat-tempat air minum (Public Bar), warung makan, tempat-
tempat prostitusi, dsb. (Notoadmodjo, 2005).
A. Abad Pertama sampai Abad Ketujuh.
Pada masa ini berbagai penyakit menyerang
penduduk. Di berbagai tempat terjadi endemik atau
wabah penyakit. Bahkan begitu banyaknya penyakit
menular dan, oleh karena itu kesehatan masyarakat
makin dirasakan pentingnya (Halon, 1964). Penyakit
kolera menjalar dari Inggriske Afrika, kemudian ke Asia
(khususnya Asia Barat dan Asia Timur) dan akhirnya
sampai ke Asia Selatan. Pada Abad ke 7 India menjadi
pusat endemik kolera. Selain kolera penyakit lepra
menyebar dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui
emigran. Upaya-upaya yang dilakukan adalah perbaikan
lingkungan yaitu higiene dan sanitasi, pengusahaan air
minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi
rumah telah menjadi bagian kehidupan masyarakat
waktu itu (Notoadmodjo, 2005).
B. Abad ke-13 sampai abad ke-17.
Pada masa ini kejadian endemik Pes yang paling
dasyat terjadi di China dan India, diperkirkan 13 juta
orang meninggal. Catatan lain di India, Mesir dan Gaza
13.000 orang meninggal setiap harinya, atau selamah
wabah tersebut jumlah kematian mencapai 60 juta orang.
Pertistiwa tersebut dikenal dengan   ’The Black Death’.
Pada abad tersebut Kolera juga menjadi masalah di
beberapa tempat. Tahun 1603 terjadi kematian 1
diantara 6 orang karena penyakit menular. Tahun1965
meningkat menjadi 1 diantara 5 orang. Tahun 1759
tercatat penyakit-penyakit lain yang mewabah
diantaranya Dipteri, Tifus, dan Disentri.
2. Periode Ilmu Pengetahuan (Scientific Period).
Abad ke-18 sampai permulaan abad ke-19 (kebangkitan Ilmu
Pengetahuan. Penyakit-penyakit yang muncul bukan saja dilihat
sebagai fenomena biologis yang sempit, tetapi merupakan suatu
masalah yang komplek. Pada masa ini juga ditemukan berbagai
macam vaksin dan bahan disinvektans. Vaksin Cacar oleh Luis
Pasteur, Asam Carbolic untuk sterilisasai ruangan operasi ditemukan
oleh Joseph Lister, Ether untuk Anestesi oleh Williem Marton, dsb.
Tahun 1832 di Inggris terjadi epidemic Kolera. Parlemen Inggris
menugaskan Edmin Chadwich, seorang pakar sosial untuk memimpin
penyelidikan penyakit tersebut. Atas laporanya tersebut Parlemen
Inggris mengeluarkan UU tentang upaya-upaya peningkatan
kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan dan tempat kerja,
pabrik, dsb. John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk
menangani masalah kesehatan.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai
dikembangkan pendidikan tenaga kesehatan. Tahun 1883 Sekolah
Tinggi Kedolteran didirikan oleh John Hopkins di Baltimore AS, dengan
salah satu departemennya adalah Departemen Kesehatan
Masyarakat. Tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar di
Eropa, Kanada, dsb. Dari segi pelayanan masyarakat, pada tahun
1855 untuk pertamakalinya pemerintah AS membentuk Departemen
Kesehatan yang merupakan peningkatan dari Departemen
Kesehatahn Kota yang sudah terbentuk sebelumnya. Tahun 1972
dibentuk Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public
Health Association) (Notoamodjo, 2005).

B. Perkembangan Kesehatan Masyarakat DiIndonesia


1. Masa Pra Kemerdekaan.
Pada tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels melakukan
pelatihan praktik persalinan pada para dukun bayi. Pada tahun 1851
didirikan sekolah dokter Jawa di Batavia yaitu STOVIA. Tahun 1888 di
Bandung didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran yang selanjutnya
menjadi Lembaga Eykman sekarang. Pada Tahun 1913 didirikan
Sekolah Dokter Belanda yaitu NIAS di Surabaya. Tahun 1922 terjadi
wabah Pes, sehingga tahun 1933-1935 diadakan pemberantasan Pes
dengan DDT dan vaksinasi massal.
Hasil penyelidikan Hydric, petugas kesehatan pemerintah waktu
itu, penyebab kesakitan dan kematian yang terjadi di Banyumas
adalah kondisi sanitasi, lingkungan dan perilaku penduduk yang
sangat buruk. Hydric kemudian mengembangankan percontohan dan
propaganda kesehatan.
2. Masa Era Kemerdekaan.
A. Pra Reformasi.
a. Masa Orde Lama.
Pada tahun 1951 konsep bandung Plan
diperkenalkan oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah,
yaitu konsep pelayanan yang menggabungkan
antara pelayanan kuratif dan preventif. Tahun
1956 didirikanlah proyek Bekasi oleh dr. Y.
Sulianti di Lemah Abang, yaitu model pelayanan
kesehatan pedesaan dan pusat pelatihan tenaga.
Kemudian didirikan Health Centre (HC) di 8 lokasi,
yaitu di Indrapura (Sumut), Bojong Loa (Jabar),
Salaman (Jateng), Mojosari (Jatim), Kesiman
(Bali), Metro (Lampung), DIY dan Kalimatan
Selatan. Pada tanggal 12 November 1962
Presiden Soekarno mencanangkan program
pemberantasan malaria dan pada tanggal tersebut
menjadi Hari Kesehatan Nasional (HKN).
b. Masa Orde Baru.
Konsep Bandung Plan terus
dikembangkan, tahun 1967 diadakan seminar
konsep Puskesmas. Pada tahun 1968 konsep
Puskesmas ditetapkan dalam Rapat Kerja
Kesehatan Nasional dengan disepakatinya bentuk
Puskesmas yaitu Tipe A, B & C. Kegiatan
Puskesmas saat itu dikenal dengan istilah ’Basic’.
Ada Basic 7, Basic 13 Health Service yaitu : KIA,
KB, Gizi Mas., Kesling, P3M, PKM, BP, PHN,
UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan.
Pada tahun 1969, Tipe Puskesmas menjadi A & B.
Pada tahun 1977 Indonesia ikut menandatangi
kesepakatan Visi : ”Health For All By The Year
2000”, di Alma Ata, negara bekas Federasi Uni
Soviet, pengembangan dari konsep ” Primary
Health Care”. Tahun 1979 Puskesmas tidak ada
pen’Tipe’an, dan dikembangkan piranti manajerial
Perencanaan dan penilaian Puskesmas yaitu ’
Micro Planning’ dan Stratifikasi Puskesmas. Pada
tahun 1984 dikembangkan Posyandu, yaitu
pemngembangan dari pos penimbangan dan
karang gizi. Posyandu dengan 5 programnya
yaitu, KIA, KB, Gizi, Penangulangan Diare dan
Imunisasi dengan 5 Mejanya (Notoadmodjo,
2005). Pada waktu-waktu selanjutnya Posyandu
bukan saja untuk pelayanan Balita tetpai juga
untuk pelayanan ibu hamil. Bahkanpada waktu-
waktu tertentu untuk promosi dan distribusi Vit.A,
Fe, Garam Yodium, dan suplemen gizi lainnya.
Bahkan Posyandun saat ini juga menjadi andalah
kegiatan penggerakan masyarakat (mobilisasi
sosial) seperti PIN, Campak, Vit A, dsb.
B. Reformasi.
Waktu terus bergulir, tahun 1997 Indonesia
mengalami krisis ekonomi. Kemiskinan meningkat,
kemampuan daya beli masyarakat rendah,
menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan renda,
kemudian dikembangkan program kesehatan untuk
masyarakat miskin yaitu, JPS-BK. Tahun 1998 Indonesia
mengalami reformasi berbagai bidang termasuk
pemerintahan dan menjadi negara dermokrasi. Tahun
2001 otonomi daerah mulai dilaksanakan, sehingga
dilapangan program-prorgam kesehatan bernunasa
desentralisasi dan sebagai konsekuensi negara
demokrasi, program-program kesehatan juga banyak
yang bernuasa ’politis’. Tahun 2003 JPS-BK kemudian
penjadi PKPS-BBM Bidang Kesehatan, tahun 2005
berubah lagi menjadi Askeskin. Pada saat itu juga
dikembangkan Visi Indonesia Sehat Tahun 2010 dengan
Paradigma Sehat. Puskesmas dan Posyandu masih
tetap eksis, bahkan Posyandu menjadi andalan ujung
tombak ’mobilisasai sosial’ bidang kesehatan. Dalam era
otonomi dan demokrasi menuntut akutanbilitas dan
kemitraan, sehingga berkembang LSM-LSM baik bidang
kesehatan, maupun bukan untuk menuntut akutanbilitas
tersebut dalam berbagai bentuk partisipasi. Sebagai
’partnersship’ LSM-LSM tersebut program kesehatan
yang bertanggung jawab adalah Promosi Kesehatan.
Promosi Kesehatan harus menjadi ujung tombak
mewakili program kesehatan secara keseluruhan, baik
sebagai pemasaran-sosial Visi Indonesia Sehat 2010
untuk merubah paradigma (Paradigma Sehat)petugas
kesehatan dan masyarakat. Tugas lain promosi
kesehatan melakukan advokasi, komunikasi kesehatan
dan mobilisasi sosial, baik kepada pihak legislatif,
eksekutif maupun masyarakat itu sendiri. Terutama
melalui kemitraan dengan LSM-LSM tersebut. Dengan
kata lain pada era otonomi/desentralisasi saat ini sektor
kesehatan harus diperjuangkan juga secara politik
karena sebenarnya saat ini bidang kesehatan disebut
juga sebagai era ’Political Health’, maka peranan
promosi kesehatan sangat menonjol dalam ikut
mengakomodasi upaya tersebut dengan berbagai
strategi.

C. PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT


Kesehatan menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas
dari penyakit atau kelemahan. Sehat menurut UU 23 tahun 1992
tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang mungkin hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Sehat secara mental (kesehatan jiwa) adalah satu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan
keadaan orang-orang lain. Sehat secara sosial adalah perikehidupan
seseorang dalam masyarakat, yang diartikan bahwa seseorang
mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan
kehidupannya sendiri dan kehidupan keluarga sehingga
memungkinkan untuk bekerja, beristirahat dan menikmati liburan.
Berdasarkan dua pengertian kesehatan tersebut, dapat
disarikan bahwa kesehatan ada empat dimensi, yaitu fisik (badan),
mental (jiwa), sosial dan ekonomi yang saling mempengaruhi dalam
mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok, atau
masyarakat. Oleh karena itu, kesehatan bersifat holistik atau
menyeluruh, tidak hanya memandang kesehatan dari segi fisik saja.
Misalnya: seseorang kelihatan sehat dari segi fisiknya, akan tetapi ia
tidak mampu mengendalikan emosinya ketika sedih maupun senang
dengan mengekspresikan ke dalam bentuk perilaku berteriak atau
menangis keras-keras, atau tertawa terbahak-bahak yang
membuatnya sulit untuk bisa kembali ke kondisi normal, maka orang
tersebut tidak sehat. Begitu pula orang yang kelihatan sehat dari segi
fisiknya, akan tetapi tidak mampu memajukan kehidupannya sendiri
dengan belajar, bekerja, ataupun berinteraksi dengan masyarakat
sekitarnya, maka orang tersebut tidak bisa dikatakan sehat. Berikut ini
beberapa definisi kesehatan masyarakat menurut profesor Winslow
dan Ikatan Dokter Amerika, AMA (1948) :
Ilmu kesehatan masyarakat (public health) menurut profesor
Winslow (Leavel & Clark, 1958) adalah ilmu dan seni mencegah
penyakit memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan
mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir
untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat,
pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian
pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan
penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung
agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang
kuat untuk menjaga kesehatannya.
Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-
usaha pengorganisasian masyarakat (Ikatan Dokter Amerika, AMA,
1948).
Kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan
terpadu antara sanitasi dan pengobatan dalam mencegah penyakit
yang melanda penduduk atau masyarakat. Kesehatan masyarakat
adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan Praktek (seni) yang bertujuan
untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan
kesehatan penduduk (masyarakat). Kesehatan masyarakat adalah
sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan
ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat

D. TUJUAN KESEHATAN MASYARAKAT


Tujuan Kesehatan masyarakat baik dalam bidang promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif adalah tiap warga masyarakat dapat mencapai
derajat kesehatan yang setingitinggi baik fisik, mental, sosial serta
diharapkan berumur panjang. Adapun tujuan umum dan tujuan khusus
kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan
kemampuan masyarakat secara menyeluruh
dalam memelihara kesehatan untuk mencapai
derajat kesehatan secara mandiri
b. Khusus
I. Meningkatkan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam
pemahaman tentang pengertian
sehat sakit.
II. Meningkatkan kemampuan individu,
keluarga kelompok dan masyarakat
dalam mengatasi masalah
kesehatan.
III. Tertangani/terlayani kelompok
keluarga rawan, kelompok khusus
dan kasus yang memerlukan
penanganan tindak lanjut dan
pelayanan kesehatan
E. RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT
Ruang lingkup kesehatan masyarakat mencakup 2 disiplin
pokok keilmuan, yakni ilmu bio medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu
sosial (social sciences), sejalan dan perkembangan ilmu kesehatan
masyarakat mencakup: Ilmu Biologi, kedokteran, kimia, fisika,
lingkungan, sosial, antropologi, pendidikan dan sebagainya. Secara
garis besar disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat
sebagai berikut:
1. Epidemiologi
2. Biostatistik/statistik kesehatan
3. Kesehatan lingkungan
4. Pendidikan kesehatan/ilmu Prilaku
5. Administrasi Kesehatan masyarakat
6. Gizi masyarakat
7. Kesehatan kerja
Dan masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal
pemecahannya secara multi disiplin, sedangkan kesehatan
masyarakat sebagai seni mempunyai bentangan semua kegiatan yang
langsung atau tidak untuk mencegah penyakit (preventif),
meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, sosial)
adalah upaya masyarakat, misal pembersihan lingkungan, penyediaan
air bersih, pengawasan makanan dan lain-lain. Penerapannya dalam
ruang lingkup kesehatan masyarakat adalah:
1. Pemberantasan penyakit, menular dan
tidak menular
2. Perbaikan sanitasi lingkungan tempat-
tempat umum
3. Perbaikan lingkungan pemukiman
4. Pemberantasan vektor
5. Pendidikan atau penyuluhan kesehatan
masyarakat
6. Pelayanan ibu dan anak
7. Pembinaan gizi masyarakat
8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat
umum
9. Pengawasan obat dan minuman
10. Pembinaan peran serta masyarakat
Jadi kesehatan masyarakat veteriner adalah semua yang
berhubungan dengan hewan yang secara langsung atau tidak
mempengaruhi kesehatan manusia berfungsi untuk melindungi
konsumen dari bahaya yang dapat mengganggu kesehatan, menjamin
ketenteraman bathin, pada penularan zoonosis, melindungi petani
atau peternak dari rendahnya mutu nilai bahan asal hewan yang
diproduksi.
Ruang lingkup kesehatan masyarakat meliputi usaha-usaha:
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
Peningkatan kesehatan adalah usaha yang ditujukan
untuk meningkatkan kesehatan yang meliputi usaha-usaha,
peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan,
pemeliharaan kesehatan lingkungan, olah raga secara teratur,
istirahat yang cukup dan rekreasi sehingga seseorang dapat
mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
2. Preventif (pencegahan penyakit)
Pencegahan penyakit adalah usaha yang ditujukan untuk
mencegah terjadinya penyakit melalui usaha-usaha pemberian
imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan
kesehatan secara berkala untuk mendeteksi penyakit secara
dini.
3. Kuratif ( pengobatan)
Pengobatan adalah usaha yang ditujukan terhadap
orang sakit untuk dapat diobati secara tepat sehingga dalam
waktu singkat dapat dipulikan kesehatannya.
4. Rehabilitatif (pemeliharaan kesehatan)
Pemeliharaan kesehatan adalah usaha yang ditujukan
terhadap penderita yang baru pulih dari penyakit yang
dideritanya.

F. PRINSIP-PRINSIP KESEHATAN MASYARAKAT


Agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan
baik ada beberapa prinsip pokok yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Sasaran pelayanan meliputi individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat
2. Dasar utama dalam pelaksanaan perawatan kesehatan
masyarakat adalah menggunakan metode pemecahan
masalah yang dituangkan dalam pelayanan kesehatan.
3. Kegiatan utama pelayanan kesehatan adalah di
masyarakat bukan di rumah sakit. Tenaga kesehatan
adalah tenaga yang generalis.
4. Peran tenaga kesehatan terpenting adalah sebagai
pendidik (health education) dan pembantu (change
egent).
5. Praktik kesehatan masyarakat timbul dari kebutuhan
aspirasi, masalah dan sumber yang terdapat di
masyarakat.
6. Praktik kesehatan masyarakat di pengaruhi perubahan
dalam masyarakat pada umumnya dan perkembangan
masyarakat pada khususnya.
7. Praktik kesehatan masyarakat adalah bagian dari sistem
kesehatan masyarakat.
8. Praktik kesehatan masyarakat merupakan gambaran dari
seluruh program kesehatan di masyarakat.

G. SASARAN KESEHATAN MASYARAKAT


Sasaran Kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga,
kelompok khusus baik yang sehat maupun yang sakit yang
mempunyai masalah kesehatan.
a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga,
apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan
karena ketidak mampuan merawat dirinya sendiri oleh
sesuatu hal dan sebab maka akan dapat mempengaruhi
anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental dan
sosial
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat,
terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya,
yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga
karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan
interaksi, bila salah satu atau beberapa keluarga
mempunyai masalah kesehatan maka akan berpengaruh
terhadap anggota dan keluarga yang lain
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang
mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur,
permasalahan, kegiatan yang terorganisasai yang sangat
rawan terhadap masalah kesehatan, dan termasuk di
antaranya adalah:
I. Kelompok khusus dengan kebutuhan
kesehatan khusus sebagai akibat
pertumbuhan dan perkembangan seperti;
ibu hamil, bayi baru lahir, anak balita, anak
usia sekolah, dan usia lanjut.
II. Kelompok dengan kesehatan khusus yang
memerlukan pengawasan dan bimbingan
serta asuhan, di antaranya penderita
penyakit menular dan tidak menular.
III. Kelompok yang mempunyai risiko terserang
penyakit, di antaranya; wanita tuna susila,
kelompok penyalahgunaan obat dan
narkoba, kelompok-kelompok pekerja
tertentu, dan lain-lain.
IV. Lembaga sosial, perawatan dan
rehabilitasi, di antaranya; panti werda, panti
asuhan, pusat-pusat rehabilitasi dan
penitipan anak.

Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan organisasi dan


menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan
yang dilakukan secara operasional. Oleh karenanya rumusan sasaran
yang ditetapkan diharapkan dapat memberikan fokus pada
penyusunan program opersional dan kegiatan pokok organisasi yang
bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dapat dicapai. Oleh karenanya
penetapan sasaran harus memenuhi criteris specific, measurable,
aggressive but attainable, result oriented dan time bond. Guna
memenuhi kreteria tersebut maka penetapan sasaran harus disertai
dengan penetapan indikator sasaran, yakni keterangan, gejala atau
penanda yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
upaya pencapaian sasaran atau disebut juga sebagai tolok ukur
keberhasilan pencapaian sasaran.
Berdasarkan uraian tentang sasaran tersebut maka dapat
ditetapkan beberapa contoh sasaran sebagai berikut:
1. Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan
indikator sasaran sebagai berikut:
a. Meningkatnya kunjungan ibu hamil atau K4
b. Meningkatnya pertolongan persalinan oleh bidan/nakes
yang memiliki kompetensi kebidanan
c. Meningkatnya ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk
d. Meningkatnya kunjungan neonates atau KN2
e. Meningkatnya kunjungan bayi dan balita
f. Meningkatnya kunjungan imunisasi pada bayi di
desa/kelurahan hingga 100%
g. Meningkatnya kunjungan BBLR yang ditanani nakes
2. Meningkatnya pelayanan anak pra sekolah dan usia
sekolah, dengan indikator sasaran sebagai berikut:
a. Meningkatnya deteksi dini tumbuh kembang anak balita
dan pra sekolah
b. Meningkatnya pemeriksaan kesehatan siswa SD/
sederajat oleh oleh nakes
c. Meningkatnya peyanan kesehatan remaja
3. Meningkatnya pemantauan pertumbuhan balita, dengan
indikator sasaran sebagai berikut:
a. Meningkatnya kenaikan berat badan balita (N/D)
b. Menurunnya berat badan balita dibawah gairs merah
(BGM)
4. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat, dengan
indikator sasaran sebagai berikut:
a. Meningkatnya ibu hamil mengkonsumsi 90 tablet Fe
b. Meningkatnya balita mendapatkan kapsul Vitamin A 2
(dua) kali per tahun
c. Seluruh bayi BGM dari keluarga miskin diberi makanan
pendamping ASI
d. Seluruh balita gizi buruk mendapat perawatan kesehatan
e. Meningkatnya WUS yang mendapatkan kapsul yodium
5. Meningkatnya pelayanan KB, dengan indikator sasaran:
Meningkatnya peserta KB aktif
6. Meningkatnya pelayanan obstetric dan neonatal
emergensi dasar dan komprehensif, dengan indikator
sasaran sebagai berikut:
a. Meningkatnya akses terhadap ketersediaan darah dan
komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu
hamil dan neonates
b. Meningkatnya ibu hamil risiko tinggi atau komplikasi yang
ditangani
c. Meningkatnya neonates risiko tinggi atau komplikasi
yang ditangani
7. Meningkatnya pelayanan gawat darurat, dengan
indikator sasaran: Meningkatnya sarana kesehatan
dengan kemampuan pelayanan kegawat daruratan yang
dapat diakses masyarakat
8. Meningkatnya pelayanan pengobatan dan perawatan,
dengan indikator sasaran sebagai berikut:
a. Meningkatnya pelayanan kesehatan rawat jalan
b. Meningkatnya pelayanan kesehatan rawat inap
9. Meningkatnya pelayanan kesehatan jiwa, dengan
indikator sasaran: Meningkatnya pelayanan kesehatan
gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum
10. Meningkatnya pelayanan kesehatan kerja, dengan
indikator sasaran: Meningkatnya pelayanan kesehatan
kerja pada pekerja formal
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan 
Ilmu Kesehatan Masyarakat tidak hanya ada ataupun
diterapkan dimasa sekarang (yang dikenal periode ilmu
penegetahuan), tetapi telah ada sejak dulu mulai dari abad pertama
(sebelum periode ilmu pengetahuan). Walaupun pada zaman dahulu
(sebelum ilmu pengetahuan berkembang) pelaksanaan kesehatan
masyarakat di terapkan bukan hanya semata-mata karena sehat itu
adalah hal yang sangat penting, melaikan hal-hal yang lain. Seperti
karena hal estetika (keindahan), peraturan-peraturan kesehatan
memberikan keuntungan berupa pajak, dan hal lainnya. Dan pada
zaman itupun pemecahan terhadap masalah kesehatan belum
sepenuhnnya dilakukan. Tetapi dengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan, ilmu kesehatan masyarakat mulai mempunyai dampak
positif dalam menangani masalah kesehatan. Diantarannya telah
ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai
pencegah penyakit. Selain itu telah didirikan departemen/ lembaga
dan sekolah kesehatan diberbagai dunia. 
2. Saran
Perkembangan ilmu kesehatan di dunia memberikan
pengetahuan kepada kita tentang cara menangani masalah kesehatan
masyarakat dimasa lampau agar kita bisa menerapkannya dimasa kini
dengan penanganan yang lebih baik, baik dibidang promosi
kesehatan, gizi kesehatan , dan lainnya. 

Anda mungkin juga menyukai