TINJAUAN PUSTAKA
dkk., 1995) terletak pada back arc basin Sumatera bagian Selatan, seperti yang
1. Formasi Muaraenim
pada lingkungan laut dangkal, paludal, dataran delta dan non-marin. Bagian top
dan bottom dicirikan oleh munculnya lapisan batubara yang menerus secara
kuning kelabu dengan sisipan batubara mengandung oksida besi berupa konkresi
dan lapisan tipis. Batupasir pada formasi ini dapat mengandung glaukonit dan
7
8
Batubara di formasi ini hampir seluruhnya berupa lignit low grade. Hanya
pada bagian tertentu saja lignit tersebut berubah menjadi batubara high grade.
kontak dengan lapisan tuf. Di bagian bawah lapisan batubara secara insitu terdapat
2. Endapan Rawa
berumur kuarter. Endapan rawa ini terdiri dari Batupasir, Batulanau, dan
Batulempung.
Baratdaya antiklin kemiringan lebih curam dan dibatasi oleh sesar, dan ada bagian
yang tertutup oleh batas half-graben. Formasi tertua yang tersingkap di puncak
permukaan kuat dan dengan singkapan batuan dasar Pra-Tersier. Di dekat daerah
Lahat menunjukkan ke arah Timur, sisi utara banyak lapisan batubara dengan
kemiringan curam dan juga lebih banyak yang tersesarkan daripada di sisi Selatan.
curam di sisi Selatan dan di sisi Utara dengan kemiringan relatif landai.
Sumatera Selatan adalah hasil dari aktivitas orogenic yang terjadi dalam
Secara garis besar bahan penyusun kerak bumi dibagi menjadi dua kategori:
Batuan dan Tanah. Batuan merupakan agregat mineral yang diikat oleh gaya-gaya
kohesif yang permanen dan kuat. Tanah adalah kumpulan agregat mineral alami
Menurut Shower & Shower (1967; dalam Zakaria, 2010) batuan dan tanah
Batuan merupakan material kerak bumi yang terdiri atas mineral penyusun
compressive strength) > 200 psi, bila terdiri dari satu butir ukuran butirnya
Tanah merupakan mineral penyusun yang atau tanpa material organik sisa
memiliki sifat urai, lepas (loose) , lunak (uncemented, soft), qu < 200 psi,
Casagrande, (1948; dalam Bell, 2007) merupakan seorang ahli teknik yang
tanah dibagi menjadi tiga yaitu tanah berbutir kasar, tanah berbutir halus, dan
tanah organik. Tanah berbutir kasar jika lebih dari 50% materialnya mempunyai
ukuran >200 mesh sedangkan tanah berbutir halus adalah tanah yang materialnya
adalah simbol komponen dominan kemudian diikuti oleh simbol gradasi untuk
(Bell, 2007)
12
1. < 0,25 kg/cm2 (< 0,025 MPa) – VERY SOFT CLAY – Mudah ditekan dan
4. 1,0-2,5 kg/cm2 (0,10-0,25 MPa) – STIFF CLAY – tidak mudah ditekan dan
7. 10-50 kg/cm2 (1,0-5,0 MPa) – VERY WEAK ROCK – dapat hancur dengan
pukulan bagian tajam dengan alat bantu palu geologi, dapat dipotong
pukulan kuat dari bagian tajam palu geologi, sulit dipotong dengan
menggunakan pisau.
13
12. >2500 kg/cm2 (>250 MPa) – EXTREMELY STRONG ROCK – hanya dapat
sebagai pergerakan suatu massa batuan, tanah, atau bahan rombakan material
terminologi gerakan lereng (slope movement) yang dianggap lebih tepat untuk
bawah atau keluar lereng dibawah pengaruh gravitasi bumi. Sedangkan Brunsden,
gerakan massa penyusun lereng daripada istilah longsoran (landslide) yang lebih
populer dikenal masyarakat. Selby, (1993; dalam Karnawati, 2005) lebih lanjut
14
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gerakan massa tanah atau
batuan adalah gerakan perpindahan atau pergerakan keluar atau menuruni lereng
oleh massa tanah atau batuan penyusun lereng, ataupun bahan rombakan dari
bahan penyusun lereng, akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan
1. Sliding
pada permukaan runtuh. Dua tipe utama dari longsoran tipe gelinciran
2. Falling
terlepas dari lereng yang terjal. Bongkahan batuan tersebut dapat jatuh
kecepatan yang sangat tinggi. Keruntuhan tipe ini juga dapat didahului
3. Toppling
terjal atau bahkan vertikal yang memiliki bidang tak menerus yang
hampir tegak lurus. Momen guling tersebut dihasilkan oleh berat blok
batuan dan juga dapat diakibatkan oleh gaya hidrostatik dari air yang
4. Flowing
aliran basah adalah aliran pasir-lanau, aliran tanah cepat, aliran tanah
5. Creeping
miring, tiang listrik yang miring serta jalan atau pagar yang bergeser
batuan yang menyusun lapisan penutup batubara yang terdiri dari tanah,
batuan dalam bentuk inti bor (core) yang akan diuji di laboratorium.
dasar, yang hasilnya diperlukan untuk menentukan tinggi dan sudut lereng yang
uniaksial (σ dan c), modulus elastisitas (E), dan Poisson’s ratio (υ).
3. Uji kuat geser langsung (direct shear) maksimum (peak) dan sisa (residu)
untuk mendapatkan parameter kohesi maksimum dan sisa (cmax dan csisa)
dan sudut geser dalam maksimum dan sisa (φmax dan φsisa).
4. Uji triaxial untuk mendapatkan parameter kohesi (c) dan sudut geser
dalam (φ).
pembentuk lereng tersebut berupa batuan yang keras. Menurut klasifikasi Hoek &
Bray (2005) material dengan kuat tekan uniaksial < 10 MPa termasuk dalam
kestabilan lereng adalah parameter density dari uji sifat fisik serta kohesi dan
Menurut Hoek & Bray (2005), longsoran yang terjadi di tambang terbuka
Longsoran busur mempunyai bentuk dasar longsoran yang berupa busur dan
umumnya terjadi pada lereng yang material pembentuknya adalah tanah, batuan
yang sangat terkekarkan (heavily jointed rock mass), atau batuan terkekarkan yang
lapuk. Pada lereng tambang longsoran jenis ini sering terjadi pada lereng bagian
massa batuan yang orientasi bidang lemahnya sejajar dengan arah kemiringan
lereng. Jadi longsoran tersebut mengikuti arah bidang lemah yang ada.
20
Longsoran baji adalah longsoran bidang dengan 2 atau lebih bidang lemah.
Bongkah atau baji yang meluncur bisa bertumpu pada kedua bidang lemahnya
atau hanya pada salah satu bidang saja, tergantung dari posisi/kedudukan bidang
lemah tersebut.
Longsoran guling umumnya terjadi pada lereng yang terjal dan pada batuan
yang keras dimana struktur bidang lemahnya berbentuk kolom. Longsoran jenis
ini terjadi apabila bidang-bidang lemah yang ada berlawanan dengan kemiringan
lereng.
Menurut Zakaria, (2009) Lereng yang alami ataupun lereng buatan memiliki
nilai kesetabilan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu gaya penahan dan
menjadi dua yaitu gaya-gaya yang cenderung untuk menyebabkan material pada
lereng untuk bergerak ke bawah dan gaya-gaya yang menahan material pada
Ketika gaya penahan lebih besar dari gaya penggeraknya, maka lereng
tersebut akan berada dalam keadaan stabil, jika gaya penahan lebih kecil dari gaya
22
pendorong maka lereng tersebut akan longsor. Untuk menyatakan nilai (tingkat)
kestabilan suatu lereng dikenal istilah yang disebut dengan nilai faktor keamanan
(safety factor), yang merupakan hasil perbandingan antara besarnya gaya penahan
Kestabilan suatu lereng akan bervariasi sepanjang waktu. Hal ini antara lain
disebabkan adanya musim hujan dan musim kering sehingga terdapat perubahan
musiman dari permukaan air tanah atau terjadi perubahan kekuatan geser material
yang diakibatkan oleh proses pelapukan. Penurunan kestabilan lereng dapat juga
terjadi secara drastis apabila terjadi perubahan yang tiba-tiba, seperti hujan lebat
dengan intensitas yang tinggi, erosi pada kaki lereng atau pembebanan pada
permukaan lereng.
antara lain:
memiliki sifat fisik dan mekanik yang berbeda. Sifat material yang diperlukan
dalam analisis kestabilan lereng yaitu parameter kekuatan geser dan berat satuan
material (γ). Parameter kekuatan geser terdiri dari komponen yaitu kohesi dan
23
sudut geser. Untuk analisis lereng yang telah mengalami longsoran harus
volume total material tersebut. Berat satuan material akan menimbulkan tekanan
air pori pada permukaan bidang longsor serta menimbulkan beban material yang
menyebabkan longsor.
2. Porositas
dengan volume keseluruhan batuan. Batuan yang mempunyai porositas besar akan
menyerap banyak air, dengan demikian berat satuannya akan menjadi lebih besar,
sehingga dapat mengurangi kestabilan lereng. Terdapatnya air dalam batuan juga
akan memperbesar tekanan air pori sehingga memperkecil kuat geser batuan. Hal
Keterangan:
n = porositas batuan
e = volume pori
24
Kadar air dalam batuan adalah hasil perbandingan antara berat air dengan
berat butiran dari batuan. Semakin besar kandungan air dalam batuan, akan
memperbesar tekanan air pori. Dengan demikian, kuat geser batuan menjadi
Keterangan:
Ww = berat air
Derajat kejenuhan adalah perbandingan volume air pori dengan volume isi
pori seluruhnya. Makin jenuh suatu batuan maka kadar air yang dikandung oleh
batuan tersebut semakin besar. Maka akan memperbesar tekanan air pori dan
memperkecil kuat geser material, sehingga nilai kestabilan lereng akan berkurang.
25
Keterangan:
Sr = derajat kejenuhan
1. Kuat tekan
2. Kuat geser
3. Kuat tarik
suatu batuan maka kekuatan geser-nya akan makin besar pula. Harga
diplotkan dalam sebuah grafik antara tegangan normal dan tegangan geser.
terhadap sumbu y (tegangan geser) dan nilai kohesi pun akan diperoleh.
Sudut geser dalam adalah sudut yang dibentuk dari hubungan antara
tegangan normal dan tegangan geser dalam suatu batuan ataupun tanah.
26
2.7.1.4 Geologi
tegangan normal. Lereng dengan muka air tanah yang dangkal akan semakin
mudah longsor karena terjadi pembebanan oleh gaya hidrostatis yang ditimbulkan
Kondisi air tanah merupakan salah satu parameter terpenting dalam analisis
kenaikan tegangan air pori yang berlebih. Tekanan air pori tidak diperlukan
apabila dilakukan analisis kestabilan dengan tegangan total. Gaya hidrostatik pada
permukaan lereng yang diakibatkan oleh air yang menggenangi permukaan lereng
27
juga harus dimasukkan dalam perhitungan kestabilan lereng, karena gaya ini
yang antara lain karena menurunkan kekuatan geser material sebagai akibat
naiknya tekanan air pori, bertambahnya berat satuan material, timbulnya gaya-
air tanah yang terburuk. Selain faktor curah hujan yang sangat tinggi, kondisi air
tanah yang berbahaya terhadap kestabilan lereng juga dapat disebabkan oleh
Data geometri lereng yang diperlukan yaitu data mengenai sudut kemiringan
dan tinggi lereng. Geometri lereng alami dapat ditentukan dengan membuat
hal ini akan mempengaruhi laju erosi yang dilanjutkan dengan proses
pengendapan, arah aliran air tanah maupun air permukaan, serta memiliki
28
pelapukan di suatu daerah, maka kekuatan material di tempat itu akan semakin
berkurang.
2.7.1.8 Iklim
efek mengurangi kondisi kestabilan lereng. Gaya-gaya dari luar yang dapat
3. Beban dinamik akibat lalu lintas alat angkut yang bekerja pada lereng.
4. Beban statik akibat dari bangunan maupun timbunan yang terdapat diatas
lereng
29
Suatu lereng yang dalam keadaan tidak tergangu pada umumnya berada
lereng tersebut akan mengalami longsor atau gerakan tanah, hal tersebut
Pada lereng yang dalam keadaan tidak terganggu (alami) telah bekerja
tegangan-tegangan vertikal, horisontal, dan tekanan air pori pada batuan dan
tanah. Ketiga hal tersebut mempunyai arti penting dalam membentuk kestabilan
lereng. Sedangkan tanah atau batuan sendiri mempunyai sifat-sifat fisik tertentu
yang juga sangat berpengaruh dalam menentukan kekuatan tanah dan/atau batuan
Penambahan beban / gaya penggerak juga dapat membuat lereng yang pada
mulanya stabil menjadi tidak stabil. Penambahan ini juga dapat terjadi secara
Penambahan air tanah pada pori-pori atau celah-celah tanah dan/atau batuan
jelas akan menambah berat satuan material memperbesar beban pada lereng.
Maka akan memperbesar gaya penggerak yang dapat mengakibatkan longsor pada
lereng.
30
muka bumi akan mengakibatkan terjadinya perubahan arah dan besar gaya-gaya
yang bekerja pada suatu titik tetentu di muka bumi. Dengan begitu geometri akan
berubah dan beban pada lereng-lereng yang baru akan lebih besar sehingga dapat
peledakan (blasting), yang apabila mempunyai arah yang sama dengan permukaan
geser, satuan berat material, kondisi air tanah dan kondisi pembebanan maupun
seperangkat asumsi mekanika sederhana. Duncan and Wright (2005; dalam Read
terdapat bidang gelincir yang potensial, dimana kondisi gaya dan/atau momen
Secara garis besar analisis ini menghasilkan output berupa faktor keamanan,
Salah satu solusi yang sering digunakan dalam metode batas kesetimbangan
(limit equilibrium method) adalah metode irisan (slice method) dimana bidang
gelincir diasumsikan kedalam irisan vertikal (vertical slice). Hal ini untuk
mengakomadasi kondisi properties dari batuan atau tanah dan pore pressure
bevariasi dari tiap lokasi slope. Beberapa ahli merumuskan formula untuk
32
Berikut adalah berbagai formula analisa metode kelongsoran menurut para ahli
method).
ialah metode irisan yang dicetuskan oleh Fellenius (1936). Metode ini banyak
digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng yang tersusun oleh tanah, dan
untuk semua segmen diproyeksikan antara bidang dengan garis horizontal pada
sebuah sudut yang paralel terhadap dasar dari irisan. Metode ini dapat digunakan
Massa tanah yang bergerak diandaikan terdiri dari atas beberapa elemen
vertikal. Lebar elemen dapat diambil tidak sama dan sedemikian sehingga
lengkung busur di dasar elemen dapat dianggap garis lurus. Tubuh lereng yang
bidang gelincirya. Semakin banyak segmen yang dibuat maka semakin akurat
perhitungannya. Garis bidang gelincir ini dapat berbentuk lingkaran ataupun semi-
lingkaran. Nilai faktor keamanan dari metode ini pada lereng yang tidak
( )
( )
Jika lereng terendam air atau jika muka air tanah diatas kaki lereng, maka
tekanan air pori akan bekerja pada dasar elemen yang ada dibawah air tersebut.
Dalam hal ini tahanan geser harus diperhitungkan yang efektif sedangkan gaya
menjadi :
( )
( )
Keterangan:
c = Kohesi (Kg/m2)
Wt = Berat total tiap segmen (Luas segmen dikali berat satuan isi
material ( ) ), (kg/m)
cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti.
kesetimbangan batas umum, jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok
digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang runtuh kritis yang berbentuk
tegangan efektif.
[ ]
( )
Jika lereng dipengaruhi oleh tekanan air pori atau dalam keadaan jenuh air
( )
[ ]
( )
Keterangan :
c = c’ = kohesi
Metode analisis Janbu (1954) mengasumsikan bahwa titik gaya antar irisan
dapat didefinisikan oleh suatu garis arah (line thrust). Bidang longsor pada analisa
metode janbu ditentukan berdasarkan zona lemah yang terdapat pada massa
batuan atau tanah. Metode analisis Janbu merupakan cara analisa kekestabilanan
Untuk mencari nilai faktor keamanan, gaya geser antar irisan harus
Gaya antar segmen horizontal didapatkan dengan mengintegrasi dari kiri ke kanan
melalui lereng. Keadaan keseimbangan untuk setiap elemen dan seluruh massa
∑ ( )
∑
Keterangan:
Y = tan ψb tan
Z = γrh x tan ψb
Q = 1/2 γwz2
fo = 1+K(d/L - 1,4(d/L)2)
c' = 0; K = 0,31
c = kohesi
Menurut Bowles (1984), apabila harga FS suatu lereng > 1,25, yang berarti
gaya penahan lebih besar daripada gaya penggerak, maka lereng tersebut berada
dalam keadaan stabil. Tetapi, jika nilai kestabilan lerengnya 1,07 < FS < 1,25,
maka lereng tersebut berada dalam keadaan kritis. Namun, bila nilai FS < 1,07,
yang artinya gaya Penahan lebih kecil daripada gaya penggerak, maka lereng
tersebut berada dalam keadaan tidak stabil dan rawan terjadi longsor.
37
Gambar 2.6 Prinsip gaya-gaya pada kestabilan lereng (dalam Zakaria, 2009)
Bowles (1984) juga menyatakan bahwa kondisi 1,07 < FS < 1,25 tetap tidak
gaya penggerak sekecil apapun, lereng akan menjadi tidak stabil dan rawan terjadi
longsor.