Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL PENELITIAN

“Penerapan Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Motivasi Belajar

Siswa di SDN IV Sambirejo dalam Pembelajaran Bahasa Using”

Ditujukan untuk Tugas Mata Kuliah

“Metodologi Penelitian”

Nama : Lailia Zulfa

NIM : 18010644120

Kelas : PGSD E 2018

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Surabaya

2021
PROPOSAL PENELITIAN

“Penerapann Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Motivasii Belajar

Siswa di SDN IV Sambirejo dalam Pembelajaran Bahasa Using”

Ditujukan untuk Tugas Mata Kuliah

“Metodologi Penelitian”

Disusun oleh :

Lailia Zulfa

18010644120/PGSD E 2018

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Surabaya

2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Usulan Penelitian Oleh : LAILIA ZULFA

NIM : 18010644120

Judul : “Penerapa Model Pembelajaran Scramble untuk

Meningkatkann Motivasi Belaja Siswa di SDN IV

Sambirejo dalam Pembelajaran Bahasa Using”

Proposal berikut telah dinyatakan memenuhii syarat dan disetujui untukk


diseminarkan.

Surabaya, 30 Mei 2021


Pembimbing,

(Nama Lengkap)
NIP

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 2
C. Pembatasan Masalah 3
D. Rumusan Masalah 3
E. Manfaat Penelitian 3
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS 5
A. Kajian Teori 5
B. Kerangka Berfikir 20
C. Hipotesis 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24
A. Tujuan Penelitian 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian 24
C. Metode Penelitian 24
D. Populasi, Sampel dan Sampling 25
E. Teknik Pengumpulan Data 25
LAMPIRAN 28
DAFTAR PUSTAKA 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasiona berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistemm
pendidikan nasional berfungsi untuk dan mmbentuk watak dan mengembangkan
kemampuan serta peradaban warga negara yang bermartabat untuk mencerdaskan
bangsanya, bertujuan untukk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa supaya
menjadi sosok yang berima dan bertaqwa terhadap Tuhan YME, berakhlak mulia,
sehat jasmani dan rohani, berilmu pengetahuan, cakap, kreatiff, mandiri dalam
menjalankan kegiatan, dan menjadikan warga negara demokratiss dan bertanggung
jawab.
Dalam proses pembelajaran tentunya tidak luput dari beberapa masalah.
Beberapa masalah dalam proses pembelajaran sering kali ditemui ktika ada siswa
yang tidak begitu tertarik mengikuti pembelajaran. Salah satu penyebabny ialah
model yang digunakann oleh guru cenderung sulit menjadikan siswa aktif serta
bersemangat mengikuti pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan siswa
mengantuk dan merasa bosan senghingga aktivitas pembelajaran dan motivasi
belajar siswa menurun.
Menurut M.Dalyono yang mempengaruhi keberhasila dalam pembelajaran
ialah kuat lemahnya motivasi belajar yang dimiliki siswa. Siswa yang belajar
dengn motivasi belajar yang kuat tentunya siswa tersebut akan melakukan seluruh
kegiatan pembelajaran dengan semangat serta bersungguh-sungguh. Sebaliknya
siswa yang belajar dengan motivasi belajarnya yang lemah tentunya akan merasa
malas tak jarang siswa tersebut tidak akan untuk menyelesaikan tugas berkaitan
dengan proses pembelajaran (M. Dalyono. 2014, 57).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru yang ada di
SDN IV Sambirejo terdapat Kebijakan muatan lokal Bahasa Using yang hanya
diterapkan di kabupaten Banyuwangi. Kebijakan tersebut terdapat di PERDA
Kabupaten Banyuwangi No. 5 tahun 2007 tentang Pembelajarann Bahasa Daerah

1
di Jenjang Pendidika Dasar. Dalam pembelajaran guru cenderung menerapkan
model pembelajaran konvensional yang membuat siswa cenderung kurang
semangat serta bosan dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Using. Berdasarkan
pada masalah yang ada tersebut, suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila
dapat tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan serta inovatif.
Kurangnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Using bisa
diakibatkan oleh teknik guru dalam mengelola pembelajara yang ada di kelas.
Guru cenderung monoton monoton dalam menyampaikan materi pelajaran sehingg
siswa merasa bosan untuk mengikuti pembelajaran dan tidak termotivasi untuk
belajar. Sebagian guru hanya menerangkan materi di depan kelas namun tidak
memberikan kesempatan siswa untuk mengasa kemampuan berpikirnya, sehingga
siswa cenderung pasif menerima apa yang diberikan guru.
Untuk menangani permasalahan tersebut yang berkelanjuta maka perlu
adanya penerapan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajara ialah
sistem atau urutan yang dipakai untuk pedoman ketika merencanakann
pembelajara di kelas (Suprijono, 2012, 15). Salah satunya ialah menerapkan
model pembelajaran scramble, model ini merupaka model pembelajaran yang
didalam proses pembelajarannya dilakukan secara brkelompok. Model
pembelajara scramble, guru akann membantu siswa menemukan serta saling
berinteraksi antara siswa yang ada pada kelompok tersebut.
Scramble ialah model pembelajaran yang didalam pembelajarannya meminta
siswa untuk mencari jawaban yang sesuai serta menyelesaikann masalah yang
disajikan dengan cara memberikan lembar jawaban dan soal kepada siswa.
Scramble ialah model yang penerapannya menggunakan teknik bermain mengacak
kalimat, kata ataupun paragraf untuk selanjutnya siswa diminta merangkainya
dengan benar (Sohimi, 2016: 169). Menurut uraian, maka peneliti akan mengambil
topik “Penerapan Modell Pembelajaran Scramble untuk Meningkatka Motivasii
Belajar Siswa di SDN IV Sambirejo dalam Pembelajaran Bahasa Using”

2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarka latar belakang tersebut maka identifikasi masalahh ialah sebagai
berikut:
1. Motivasii belajar siswa dalam pembelajara Bahasa Using rendah
2. Guru menerapkan model pembelajaran konvemsional
3. Siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran

C. Batasan Maslah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka batasan masalah ialah sebagai
berikut:
1. Peningkata motivasi belajar siswa dengan subjek penelitian model
pembelajarann scramble ialah siswa kelas 5 SDN IV Sambirejo yang
berjumlah 20 siswa.
2. Materi yang dipilih oleh peneliti ialah kalimat tanya (5W+1H) dalam Bahasa
Using

D. Rumusann Masalah
Berdasarkan latar belakang masala diatas maka rumusaan masalah ialah
sebagai beriku:
1. Bagaimana proses pembelajaran dengan model pembelajarann scramble untuk
meningkatka motivasi belajar siswa di SDN IV Sambirejo dalam pembelajaran
bahasa using?
2. Apakah dalam penerapa model scramble terdapat peningkatan motivasi belajar
siswa di SDN IV Sambirejo dalam pembelajaran bahasa using?

E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka manfaat penelitian ialah
sebagai berikut :

3
1. Siswa : Dapat membuat siswa bersemangat belaja Bahasa Using
menggunakanmodel scramble.
2. Guru : Meningkatkan wawasan bagi guru mengenai model
pembelajarascramble sehingga dapat menerapkan model dalam proses
pembelajaran selain itu guru juga mendapat pengalama secara langsung dengan
modell pembelajaran scramble.
3. Sekolah : Dapat dimanfaatkan untuk sumber informasi serta bahan ketika
melaksanakan penelitian yang lebih tinggi tentang modell pembelajaran
scramble dalam kegiatan pembelajaran.

4
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGK BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajia Teori
1. Model Pembelajarann Scramble
Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau struktur yang
diterapkan dalam memnyusun kurikulum (rancangan pembelajaran untuk
jangka lama), merancang bahan yang digunakan dalam kelas, serta menjadi
petunjuk untuk pembelajaran di kelas (Rusman, 2012: 103). Menurut sutirman
model pembelajaran juga disebut sebagai suatu rentetan dari suatu pendkatan,
metode, strategi, cara, serta taktik dalam proses pembelajaram (Sutirma, 2013:
22). Serangkaian proses pembelajaran mulai dari awal sampai dengan akhir
pembelajaran yang diterapkan oleh guru secara khas merupakan model
pembelajaran.
Menurut beberapa pemaparan mengenai arti dari model pembelajaran,
maka maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran ialah struktur
atau suatu rancangan proses pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan
belajar dikelas dari awal sampai dengan akhir pembelajaran yang diterapkan
oleh guru secara khas untuk petunjuk dalam pembelajaran di kelas dengan
menerapkan pendekatann pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran, sintaks, dan pengelolaan lingkungan belajar di kelas.
Rober Taylo dalam (Miftahul, 2013:303) model pembelajaran scramble
ialah “sistem pembelajaran yang dipakai untuk meningkatkan pemusatan
perhatian atau konsentrasi dan meningkatkan kecepatan serta ketepatanndalam
siswa berpikir”. Menurut pendapat Kokom Komalasari dalam (Fitriana, 2017:
15) kata scramble berasal dari bahasa Inggrs memiliki arti “perjuangan,
perebutan” pembelajaran dengan model mengajak siswa mencari jawaban yang

5
tepat berdasarkan suatu pertanyaann yang telah disediakan dengan menyusun
huruf-huru yang telah diacak sebelumnya selanjutnya siswa akan menemukan
jawaban dengan depat”.
Model pembelajaran scramble perlu alat berupa kumpulan pertanyaan
serta jawaban acak yang akan dituliskan pada kertas. Kumpulan pertanyaan
yang disusun disesuaikan dengan bahan pembelajaran atau materi yang perlu
diketahui oleh siswa. Jawaban untuk kumpulan pertanyaan terdapat pada kertas
yang hurufnya sebelumnya sudah diacak. Prosedur yang digunakan untuk
menerapkann model pembelajaran ini ialah sebagai berikut :
a. Guru menyajikan materi atau bahan ajar sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai siswa
b. Guru memberikan lembar jawaban dan pertanyaan yang leh
dipersiapkan oleh guru
c. Siswa diminta merangkai jawaban yang telah diacak secara tepat dan
diminta menyesuaikan dengan pertanyaan yang tepat
Scramble dapat digunakan sebagai permaina untuk anak yang dapat
dipakai sebagai cara untuk mengembangkan dan meningkatkan wawasan
berfikir tentang suatu informasi atau materi pembelajaran berdasarkan sifat
jawabannyya. Sohimi (2016: 167) menyatakan model scramble terdiri dari
beberapa jenis antara lain:
a. Scramble Kata : ialah suatu permainan dengan merangkai huruf yang
diacak selanjutnya siswa diperintahkan untuk merangkai kata tersebut
menjadi sebuah kata yang tepat, misalnya: -u-d-a-n= daun, i-d-l-h-a =
lidah.
b. Scramble Kalimat : ialah suatu permaina dengan merangkai kata yang
diacak selanjutnya siswa diperintahkan untuk menyusun kata tersebut
menjadi kalimat yang tepat. Kalimat yang disusun memiliki makna
logis serta benar. Contohnya: 1) belajar-kamar-di-matematika-Adik :
Adik belajar matematika di kamar.

6
c. Scramble Wacana : ialah permaina untuk merangkai wacana yang
bermakna serta masuk akal. Hasil wacana yang telah disusun harus
memiliki makna serta masuk akal.
d. Scramble Paragraf : ialah suatu permaina dengan merangkai kalimat
yang diacak selanjutnya siswa diperintahkan untuk menrangkainya
menjadi paragraf yang tepat. Hasil susunan paragraf hendaknya
bermakna serta logis.
Berdarkan pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa scramble
merupakan suatu model pembelajaran yang didalamnya berupa permainan yang
mengacak kata atau kalimat atau paragraf untuk selanjutnya siswa diminta
merangkai jawaban yang di acak menjadi jawaban yang tepat. Dalam penelitian
ini, peneliti memberitahukan mengenai pembatasan dalam penelitian. Batasan
yang dibuat peneliti akan fokus membahas jenis scramble kalimat serta
scramble kata. Scramble kalimat yaitu suatu permainan dengan merangkai kata
yang diacak selanjutnya siswa diperintahkan merangkai kata tersebut menjadi
kalimat bermakna serta masuk akal. Scramble kata merupakan permaina
merangkai huruf yang diacak selanjutnya siswa diminta merangkainya menjadi
kata yang tepat.
Berikut merupakan tabel sintaks model pembelajaran scramble :
Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tahap pertama Menanyakn pada siswa Menyimak dengan
Stimulus/pemberiann tentang informasi seksama pertanyaan
ransanga (Stimulation) seputar materi. yang disampaikan guru
Tahap kedua Siswa mengidentifikasi Mendengarka materi
Pertanyaan/identifikasi permasalahan yang pembelajaran yang
permasalaha (Problem disajikan oleh guru disampaikan guru.
Statement) yang sesuai dengan
materi pembelajaran
dengan bimbingan

7
guru.
Tahap ketiga a.Menyampaikam a. Mendengarkan
Pengumpulan informasi tujuan pembelajaran penjelasa guru
serta data (Data berdasarkan RPP yang tentang tujuan
Collectio) telah dibuat. pembelajaran.
b.Membagikan kartu b.Siswa mengerjakan
soal serta kartu soal berdasakan
jawaban yang arahan dari guru
sebelumnya sudah c. Siswa berkelompok
diacak susunannya. dengan siswa lainnya
c.Guru memimpin siswa sesuai arahan guru
untuk berkelompok
Tahap keempat Menyampaikan durasi Menyimak araha dari
Pengelolaan data (Data waktu dalam guru.
Processing) pengerjaan soal.
Tahap kelima Membimbing siswa apabila durasi yang
Pembuktian untuk mengerjakan soal diberikan oleh guru
(Verification) yang telah di berikan telah selesai, maka
sesuai durasi dengan semua kelompok wajib
kelompoknya masing- mengumpulkan
masing jawabannya.
Tahap keenam a. Guru membacakan Menjawab pertanyaan
Menarik pertanyaan yang yang telah dibacakan
kesimpulan/generalis asi teah dikerjakan oleh oleh guru dengan cepat
(Generalization) siswa dengan
kelompoknya.
b. Memberikan skor
nilai kepada
kelompok yang telah
berhasil berhasil

8
menjawab soal
secara cepat dan
tepat.
Model pembelajarann scramble, dilakukan dengan menyediakan pertanyaan
yang sesuai berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, merangkai
jawaban yang diacak kata-katanya, guru menyampaikan materi pembelajaran
berdasarkan kompetensi yang akan di capai, selanjutnya guru memmbagikan
lembar kerja kepad siswa (Darmadi, 2017: 41). Menurut Tukiran Tanireja, dkk
(2014: 116) media serta proses yang diterapkan dalam model pembelajara
scramble ialah sebagai beriku:
a. Membuat kumpulan soal yang telah disesuaikan tujuan
pembelajaran/kompetensi yang harus dicapai siswa.
b. Membuat jwaban yang telak diacak huruf atau katanya.
c. Guru menyampaikan materi pembelajaran tujuan pembelajaran yang
harus dicapai siswa.
d. Membagikan kumpulan soal dan pertanyaan yang telah dibuat kepada
siswa.
Menurut Aris Sohimin langkah pembelajaran model scramble antara lain:
a. Tahap Persiapa
Pada tahap ini guru menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam
pembelajaran. Alat dan bahan yang akan dipakai berupa soal serta
jawaban yang berbentuk kartu, jawaban pada kartu tersebut sudah diacak.
Selanjutnya guru mempersiapkan kartu tersebut sejumlah kelompok yang
ada. Guru juga membantu siswa untuk membagi kelompok serta tempat
duduk yang akan mendukung proses belajar pembelajara.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti guru akan menyampaikan materi berdasarkan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai siswa. Selanjutnya setiap kelompok
berunding dengan angggotanya untuk membahas jawbaan dari soal serta

9
mencari jawaban yang sesuai dengan kartu soal. Selanjutnya setelah
semua kelompok sudah selesai mengerjakan guru akan membacakan soal
dan kelompok diminta menjawab dengan cepat dan tepat. Kelompok yang
benar menjawab akan mendapatkan point
c. Tindak Lanjut
Pada tahap ini kegiata tindak lanjut bergantung dari motivasi belajarr
siswa.
Model pembelajaram scramble tentunya mempunyai beberapa kelebihan
serta kekurangn. Kelebihan dalam mode pembelajaran scramble menurut Aris
Shoimin (2016: 168) ialah:
a. Seluruh anggota kelompok atau setap siswa terlatih untuk tanggung jawab
terhadap sesgala hal yang dikerjakan pada kegiatan pembelajara.
b. Membuat siswa dapat bermain denga belajar, siswa dengan
kelompoknya dapat berkreasi sekaligus berfikir dan belajar, serta siswa
dapat belajar dengan senang dan bersemangat.
c. Model pembelajaran scrambe juga dapat meningkatkan kedisiplinan dan
kepedulia antar sesama siswa.
d. Informasi dan materii pembeajaran yang disampaikan oleh guru melalui
suatu permainan biasanya akan lebih bermakna serta membuat siswa
terkesan sehingga sulit melupakan materi dan akan selalu mengingatnya.
e. Perilaku kompetitiff dalam model pembelajaran scramble dapat
memotivasi siswa untuk bersaing dalam mengerjakan soal yang telah
diberikan.
Kelemahan dari model pembelajaran scramble ialah sebagai berikut :
a. Dalam perumusan langkah pembelajaran dengan modell scramble
cenderung sulit untuk menyesuaikan dengan kebiasaa siswa dalam proses
belajar mengajar dikelas.

10
b. Langkah pembeljaran yang menerapkan model scramble memerlukan
waktu yang cukup banyak sehingga guru sulit menyesuaikan dengan
waktu yang mengajar yang telak ditentuka.
c. Pembelajaran ini sulit diterapkan oleh guru apabila kriteria keberhasilan
berdasarkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.
d. Metode pembelajaran ini biasanya dapat menimbulka suara keras atau
kurang kondusif sehingga dapat mengganggu kelas lain.

2. Motivasi Belajar
Motivasi berasall dari kata dasar motif memiliki arti kekuatan yang dapat
memberikan semangat sesorang untuk mengerjakan aktivitas. Motif sendiri
mengandung makna sebagai kekuatan yang berasal dari diri seseorang yang
diperlukan dalam melaksanakan aktifitas tertentu untuk mencapi tujuan yang
diinginkan (Sadirman, 2011:71).
Ada beberapa pendapat ahli mengenai pengertian tentang motivasii.
Menurut James O.Whitaker dalam buku Sadirman, motivasi merupakan
keadaan yang berguna untuk mendorong seseorang untuk bertindak dalam
mencapaii suatu tujuan yang timbul karena motivasi(Sadirman, 2011:20).
Menurut hamzah dalam bukunya motivasi merupakan suatu dorongan yang
menjadi dasar dalam menggerakkan tingkah laku seseorang (Hamzah B. Uno,
2011:1).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka motivasi memiliki arti
sebagai daya yang berguna untuk penggerak yang tumbuh dari dalam seseorang
untuk melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan yang dinginkan.
Adapun pengertian belajar menurut Sadirman ialah usaha untuk
memahami pengetahuann yang merupakan proses terbentuknya pribadi
seseorang yang seutuhnya dengan adanya penambahan pengetahuan (Sadirman,
2011:20).

11
Menurut Hamzah B. Uno motivsi belajar berarti kekuatan yang ada dari
luar maupun dalam seseorang untuk mengerjakan sesuatu , sebenarnya terdapat
beberapa faktor yang mendukung pembelajaran. faktor yang dimaksud ialah :
dorongan dari dalam diri seseorang untuk berhasil, kemauan untuk belajar,
keinginan serta cita-cita, penghargaan untuk kegiatan belajar, serta lingkunga
belajar yang mendukung (Hamza B. Uno, 2011: 23).
Menurut Sadirman motivasi belajarr merupakan seluruh daya yang ada
untuk penggerak dari dalam diri seseorang siswa untuk dalam menjalani
kegiatan belajar yang akan menjami kelangsungan kegiatan pembelajaran yang
memberi arah terhadap kegiatan belaja sehingga tujuan pembelajaran yang
diinginkan dapat tercapai (Sadirman, 2011:75).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut peneliti menyimpulkan apabila
motivasi belajar merupakan seluruh kekuatan yangterdapat didalam maupun
luar diri seseorang siswa untuk untuk menjalani kegiatan pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran yang dinginkan tercapai dapat terlaksana.
Menurut Hamza B. Uno (2011:24) motivasi belajar dapat ditimbulbulkan
karena adanya dua faktor yang bisa mempengaruhinya, antara lain :
a. Motivasi Intrinsik, yaitu suatu hasrat serta keinginan untuk berhasil
berupa keinginan untuk belajar, harapan serta cita-cita.
b. Motivasi ekstrinsi yaitu terjadi karena terdapat penghargan, lingkungan
untuk belajar yang baik serta proses pembelajaran yang menarik.
Terdapat Indikator dalam motivasi belajar yang dapat diklasifikasikn
antara lain:
a. Adanya keinginan atau dorongan untuk berhasil;
b. Adanya keinginan untuk belajar;
c. Adanya cita-cita yang ingin dicapai di masa depan;
d. Adanya hadiah atau penghargaan dalam kegiatan belajar;
e. Adanya kegiatan yang inovatif dalamproses pembelajaran;

12
f. Adanya lingkungan untuk belajar yang baik serta mendukung siswa
untukbelajar sehingga membuat siswa dapat belaja dengan baik.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Menurut
Oemar Hamalik (2011:121) terdapat beberapa faktor yang dapat mmpengaruhi
motivasi belajar, baik motivasi instrinsi ataupun motivasi ekstrinsik antara lain :
pertama, tingkat kesadara dari siswa akan kebutuhayang dapat menginspirasi
tingkah lakuataupun perbuatannya serta kesadaran terhadap tujuan untuk belajar
yang ingin dicapai. Kedua, sikap seorang guru di dalam kelas, seorang guru harus
mengajak siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dengan
kegiatan yang menyenangkan. Ketiga, pengaruh kelompokk siswa. Apabila
pengaruhkelompok terlalu kuat maka motivasi akan cenderung ke ekstrinsik.
Keempat, suasana yang ada didalam kelas sangat berperangruh dalam muncuknya
sifat tertentu dalam kelas.
Peran penting dari motivasibelajar antara lain:
a. Penguatann untuk belajar. Motivasi belajar dapat berperan penting
sebagai dorongan untuk siwa belajar ketika siswa dihadapkan oleh
sebuah masalah dan membutuhkan pemecahan masalah dalam
kegiatan belajar. Serta permasalahan tersebut hanya dapat diselesaikan
dengan cara-cara yang sudah pernah dilalui oleh siswa.
b. Memperjelas tujuan pembelajaran. Peran penting motivasi belajar
dalam memperjelas tujuanpembelajaran ialah makna dalam belajar.
Siswa akan cenderung termotivais serta semngat untuk belajar apabila
hal-hal yang dipelajari sudah dapat dilihat manfaatnya dalam
kehidupan nyata.
c. Meningkatkan ketekunan siswa untuk belajar. Siswa yang sudah
termotivasi akan cenderung mempelajari suatu hal dengan sungguh-
sungguh dan tekun supaya hasilnya memuaskan (Hamzh B.Uno, 2011:
26-28).

13
Selain peran penting motivasibelajar Oemar Hamalk (2011: 109),
memaparkan mengenai fungsi motivasi antara lain meliputi:
a. Dorongan supaya timbulnya perilaku atau perbuatan.
b. Motivasi berfungsi untuk arahan seseorang untuk melakukan kegiatan
supaya tujuan tercapai
c. Motivasi memiliki fungsi untuk penggerak, yang memiliki arti
berfungsi untuk motor penggerak dalam kegiata belajar.
Berdasarkan pendapat tersebut penliti memberikan kesimpulan bahwa
peran serta fungsi motivasi belaja ialah pendorong usaha serta pencapaian suatu
prestasi sehingga dapat mencapai prestasi yang diingin. Peserta didik
diharapakan dapat menentukan perbuatan sendiri mengenai apa yang haru
dilakukan supaya mencapai tujuan belajarnya.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan supaya motivasi belajar
siswa dapat tumbuh, ialah:
a. Memberi angka
Angka yang dimaksud ialah nilai, pada umumnya siswa ingin
mengetahui hasil nilai yang diperoleh setelah mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru maupun ujiannya. Siswa yang mendapat nilai baik
akan lebih termotivasi untu belajar lebih giat lagi sebaliknya anak yang
memperoleh nilai yang kurang baik akan frustasi dan malas untuk
belajar atau malah lebih bersemangat lagi untuk belajar. Oleh sebab itu
pemberian nilai yang baik dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk
belajar.
b. Pemberian hadiah
Pemberian hadiah ini dapat dilakukan oleh guru kepada siswa yang
berprestasi atau menunjukan perilaku baik. Pemberian hadiah ini
sebagai bentuk reward untuk siswa sehingga siswa termotivasi untuk
belajar dan berperilaku baik. Tetapi pemberian hadiah ini tidak berlaku

14
terhadap seorang siswa yang memang tidak menyenangi pelajaran atau
berbakat terhadap materi yang diajarkan.
c. Saingan atau kompetisi
Persaingan atau kompetisi merupakan semacam lomba yang dapat
dipakai untuk memotivasi siswa untuk mau belajar. Namun terkadang
persaingan dalam suatu pembelajaran dapat berdampak buruk juga
dalam kelas seperti pertentangan antara siswa, percekcokan, rusaknya
pertemanan dan lain sebagainya.
d. Ego-involvement
Hal ini merupakan suatu bentuk atau sikap siswa dalam menunjukan
harga dirinya untuk mau mengerjakan tugas-tugas ataupun ulangan
sehingga siswa termotivasi untuk menumbuhkan kesadaran dari dalam
dirinya mengenai pentingnya mengerjakan tugas-tugasnya.
e. Memberi informasi mengenai adanya ulangan
Pemberian informasi menganai jadwal ulangan akan membuat siswa
untuk giat belajar, memberi informasi mengenai jadwal ulangan
merupakan cara untuk meningkatkan motivasi siswa untuk mau
belajar. Tetapi ulangan yang dilakukan terlalu sering akan membuat
siswa merasa bosan dan jenuh terhadap pembelajaran yang diterapkan.
f. Mengetahui nilai hasil tugasnya
Mengetahui hasil nilai dari tugas yang dikerjakannya terlebih lagi
apabila adanya peningkatan atau kemajuan dapat meningkatkan
semangat siswa untu belajar lebih giat.
g. Pujian
Pemberian pujian terhadap siswa karena sesuatu yang
telahdilakukannya sukses atau tercapai dapat bermanfaat untuk
motivasi belajar, dengan diberikan pujian siswa akan timbul rasa
senang serta puas.
h. Pemberian hukuman

15
Selain pemberian pujian, pemberian hukuman terhadap kesalahan atau
ketidak benaran siswa dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
apabila dilakukan dengan benar dan tepat. Hal tersebut dapat membuat
siswa untuk tidak mengulangi keslaahan yang sama dan membuat
siswa untuk berusaha melakukan sesuatu dengan benar.
i. Adanya hasrat belajar
Adanya hasrat belajar yang ada dari dalam diri siswa merupakan sikap
yang berasal dari diri siswa dnegan kesengajaan tanpa danya paksaan
dari luar dirinya untuk mau belajar. Hasrat untuk mau belajar ini
merupakan motivasi yang ada dari diri sesorang tentunya hasilnya
lebih baik,
j. Minat Motivasi
Minatmotivasi dapat muncu dikarenakan adanya kebutuhan, begitu
juga minat sehingga tepat jika minat merupakan alat untuk motivasi
yang sangat pokok.
k. Tujuan yang dipahami
Dengan memahmi tujuan belajar yang disampaikan merupakan alat
motivasi untuk siswa. Siswa yang cenderung memahami tujuannya
terlebih tujuan yang sangat berguna dan dapat membuat siswa untung
akan menimbulkan gairah serta semangat siswa untuk belajar.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti menyimpulkan ada beberapa cara
untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa antara lain dengan pemberian
angka/nilai, saingan atau kompetisi, pemberian hadiah, ego-involvement,
mengetahui hasil pekerjaan, pemberian pujian, memberikan ulangan, pemberian
hukuman, minat, hasratuntuk belajar, serta tujua yang diakui.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan diatas motivasi belajar sangat
penting untuk siswa karena dengan adanya motivasi belajar siswa akan
bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mempelajari seuatu sehingga
siswa dapat memahami secara utuh materi yang disampaikan. Pemahaman

16
materi tersebut dapat membuat prestasi atau hasil belajar siswa baik sehingga
mencapai tujuan pembalajaran yang diinginkan.
3. Pembelajaran Bahasa Using
Banyuwangi ialah wilayah yang terletak di paling timur pulauJawa
terletak di Provinsi Jawa Timur.Kabupten Banyuwangi dahulu merupakan
kerajaa yang termasuk wilayah kerajaanBlambangan. Sampai saat ini terdapat
suku atau orang asli yang mendiami Banyuwangi disebut dengan orang Osing.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata using memiliki arti suku
bangsa yang mendiami daerah di Banyuwangi, Jawa Timur. Arti lain
dari using ialah dialek bahasa jawa yang dituturkan oleh suku using.
Menurut Arifin dan Ilham kata Using memiliki arti “tidak” yang memiliki
makna orang yang tidak ikut mengungsi ketika terjadinya perang “Puputan
Bayu” yang pada waktu itu tetap menempati wilaya Blambangan (Budiono,
2018: 205).
Dalam PERGUB Jawa Timur No. 19 tahun 2014 tentang matapelajaran
Bahasa daerah yang merupakan muatan lokal wajib di provinsi Jawa Timur,
hanya terdapat BahasaMadura dan Bahasa Jawa. Dalam peraturan tersebut tidak
mencantumka muatan lokal bahasa Using sebagai mata pelajaran wajib di SD,
SMP maupun SMA. Upaya untuk memperjuangkn Bahasa Using sebagaii
Bahasa daerah melalui perjalana yang cukup panjang.
Upaya untuk pengukuhan dari Bahasa Using menjadi suatu bahasa yang
dapatberdiri sendiri diawali dengan cara menerbitkan kamus BahasaUsing -
Bahasa Indonesia, dalam kamus tersebut terdapat penentuan tata Bahasa baku
Bahasa Using serta buku pembelajaran yang terdapat padatahun 1997-2002.
Langkah selanjutnya disusunlah pedoman umum dalam menggunakan Bahasa
Using pada tahun 2008 oleh dewn kesenianBlambangan (Budiono, 2016:78).
Upaya untuk pengukuhan Bahasa Using sebagaii bagian dari Bahasa
daera khas Banyuwangii dilakukan dengan dikeluarkannya PERDA kabupaten
banyuwagi tahun 2007 yang menyatakn bahwa BahasaUsing merupakann

17
muatan lokak wajib yang diajarkan untuk sekolah dasr serta sekolah menengah.
Namun secara lebih khuss dilakukn pembelajaran Bahasausing terutama di
tingkat sekolah dasar.
Menurut Kraimatus Saidah dalam jurnalnya jika diberikan pilih lebih
meudah mengajarkan Bahasa Using atau Bahasa Indonesia maka jawbannya
ialah Bahasa Indonesia. Karena, menurut pendapatnya beberapa siswa masih
asing dengan kosa kata bahasa Using karena jarang menggunakan dalam
percakapan sehari-hari. Sebaliknya jika mengajarkan Bahasa Indonesia lebih
mudah karena siswa lebih mudah memhami pembelajaran bahasa
Indonesia(Karimatus Saidah, 2020 : 250).
Mata pembelajaran bahasaUsing merupakan program kebijakan muatan
lokal kabupaten Banyuwangi memiliki tujuan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa siswa, mengembangkan pengetahua, serta pelestarian
bahasa daerah yang hampir punah. Secara umum fungsi dari bahasa Using
sendiri merupakan alat komunikasi yang digunakan orang using untuk
berinteraksi dengan orang lain serta merupakan kesebian khas yang dimiliki
oleh kota Banyuwangi. Serta fungsi umum dari pembelajaran bahasa Using
ialah sebagai sarana penyebarluasa penggunaan bahasaUsing di masyarakat
dalam bermacam kebutuhan. Sedangkan secara khusus pembelajaran Bahasa
Using di ajarkan untuk siswa sekola dasar supaya siswa mampu menghargai
serta membanggaka Bahasa Using sebagai bagian dari unsur budaya yang
dimiliki oleh Indonesia (Karimatus Saidah, 2020 : 249).
Terdapat beberapa ruang lingkup dlam pembelajaran bahasa Using antara
lain penguasaan kosa kata, kemampua untuk memahami, kebahasan, apresiasi
sastra serta kemampuan untuk menggunakn Bahasa Using. Dalam
pembelajarannya tentunya atruktur bhasa using menerapkan kurikulum 2013
juga dimana terdapat kompetensi inti serta kompetensi dasar pula.
Kompetensi inti dalam pembelajaran Bahasa Using dibagi empat:

18
a. Kompetensi inti yang pertama ialah mengandung aspek sikap spiritual
yang tentuanya patut dikuasai oleh siswa.
b. Kompetens inti yang kedua ialah mengandung aspek sikapsosial
antara lain bersikap jujur, santun, disiplin, percaya diri serta mampu
bertanggung jawab.
c. Kompetensi Inti yang ketiga mengandung aspek tentang pengetahuan
d. kompetensi intii keempat mengandung aspek keterampila yang harys
dimiliki oleh siswa tersebut(Karimatus Saidah, 2020 : 250).
Pada pembelajaran bahasa Using hanya diperuntukan untuk siswa kelas
IV,V, dan kelas VI yang berarti mata pelajaran Bahasa Using hanya di ajarkan
di kelas tinggi. Pada penelitian ini fokus pada pembelajaran bahasa Using untuk
siswa kelas V sekolah dasar. Berikut materi untuk kelas V pembelajaran bahasa
Using (Karimatus Saidah, 2020 : 250):
Semester 1 Semester 2
- Pertanyaan serta pemapara tata cara - Bacaan tentang adat dan budaya
urutan dalam membuat makanan - karya sastra kota Banyuwangi
khas Banyuwangi - Istilah-istilah adat serta simbolnya
- Kosa Kata tentang macam-macam - Wangsalan
makana khas Banyuwangi
- Pantun yang terdiri dari 4 baris
- Bacaan mengenai Festival kesenian - Petanyaa dan meringkas bacaan
di kota Banyuwangi - Mengensl nama tokoh serta
- Kata majemu dan kata sifat bidangnya dalam percakapan
- Peribahasa - Puisi “Isub Lare Using”
- Bacaan mengenai perangkar - Menyususn pertanyan setelah
kesenian tradisional di Banyuwangi mengetahui jawabannya
- Kalimat Tanya - Tanya jawab dengan menggunaka
- Menyanyika lagu “Umbuk-Umbul basa (Besiki)
Blambangan” - Bermaim drama denga naskah yang

19
telag disediakan
Pada penelitian ini berfokus pada materi tentang kalimat tanya dalam
bahasa Using. Terdapat beberapa kalimat tanya dalam bahasa using antara lain
(Hanafi, 2018: 1434):
a. “Paran” dalam Bahasa Indonesia biasa disebut dengan kalimat tanya
“apa” yang digunakan ketika menanyakan sebuah benda
Contoh : paran gunane sengget ? (Apa kegunaan galah?)
b. “Sapa” dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kalimat tanya “siapa”
yang digunakan untuk menanyaka seseorang
Contoh : Sopo sing ning umyah? (Siapa yang dirumah?)
c. “Ring Endi” dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kalimat tanya
“dimana” yang digunakan untuk menanyakan tempat
Contoh : Ring endi riko memengan? (Dimana kamu bermain?).
d. “kelendi” dalam Bahasa Indonesia disebut dnegan kalimat tanya
“bagaimana” yang digunakan ketika menanyaka alasan atau urutam
suatu kejadian
Contoh : Kelendi carane memengan jumpritan? (Bagaimana caranya
bermain petak umpet?)
e. “Apuo” dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kalimat tanya
“mengapa” yang digunakan untuj menanyaka sebab suatu kejadian
Contoh : Apuo riko biso kebelandur? (Mengapa kamu bisa terpeleset?)
f. “Wayakendi” dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kalimay tanya
“kapan” yang digunakan untuk menanyakan waktu
Contoh : Wayakendi Gunung Bromo meledos? (Kapan Gunung Bromo
meletus?)

B. Kerangka Berfikir
Pembelajaran secara konvensional yang dilakukan oleh guru biasanya
cenderung menggunakan metode seperti ceramah, tanya jawab, maupun penugasa

20
baik secara individu atau kelompok. Dalam pembelajaran tersebut guru cenderung
menerapkan model pembelajaran konvensional yang membuat siswa cenderung
kurang semangat serta bosan dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Using.
Berdasarkan permasalahan tersebut, suatu pembelajaran dapat dikasitakan berhasil
apabila pembelajaran yang dilakukan dpat menciptakan suasana belajar yang baik
dan inovatif.
Kurangnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Using
dapatdisebabkan berdasarkan teknik guru dalam mengelola proses belajar yang
ada di dalam kelas. Guru cenderung monoton monoton dalam menyampaikan
materi pelajaran sehingg siswa merasa bosan untuk mengikuti pembelajaran dan
tidak termotivasi untuk belajar. Sebagian guru hanya menerangkan materi di depan
kelas namun tidak memberikan kesempatan siswa untuk mengasa kemampuan
berpikirnya, sehingga siswa cenderung pasif menerima apa yang disampaikan oleh
guru.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut suapaya tidak berkelanjutan maka
perlu adanya penerapan model pembelajaran yang tepat. Salah satunya ialah
menerapkan model pembelajaran scramble, model ini merupaka model
pembelajaran yang menekankan pada proses pembelajaran secara berkelompok,
Dalam model pembelajaran ini, guru akann membantu siswa menemukan serta
saling berinteraksi antara siswa satu dengan siswa lainnya.

Kondisi Awal Guru menerapkan metode


Motivasi belajar siswa
konvensional yang
rendah
membuat siswa bosan

Tindakan Penerapanmodel
pembelajara scramble

Kondisi Akhir Motivasi belajar siswa


meningkat karena
penerapan model scramble
21
Dalam penelitian yang dilakukan akan dilaksanakan tes terhadap dua
kelompok sampel yaitu kelas eksperimem serta kelad kontrol bertujuan untuk
mengetahui kemampuam awal siswa, selanjutnya pada kelaseksperimen akan
diberikan penerapan pembelajaran dengan menerapkan modepembelajaran
scramble sedangkan pada kelad kontrol tetap menerapkan pembelajara tanpa
menggunakan model pembelajara scramble. Setelah tindakan tersebut siswa
diberikan angket untuk mengukur motivasi belajar menggunakam model
pembelajaran scramble. Berdasarkan uraian diatas, peneliti menuliskan kerangka
pikir dalam ilustrasi diagram berikut:
PEMBELAJARAN

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pemberian angket Pemberian angket

Tidak menerapkan Menerapkan model


model scramble scramble

Pemberian angket Pemberian angket

Motivasi Belajar

22
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka hipotesis penelitia yang
dirumuskan antara lain:
1. 𝐻0: Tidak terdapat pengaruhpenerapan model pembelajaran scramble
terhadap motivasi belajar peserta didik kelas V pada pembelajaran Bahasa
Using.
2. 𝐻𝑎: Terdapat pengaruh penerapanmodel pembelajaran scramble terhadap
motivasi belajar peserta didik kelas V pada pembelajaran Bahasa Using.

23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan rumusa masalah yang dijelaskan diatas maka tujuan
dari penelitian ialah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran dengan model pembelajaran
scramble untuk meningkatkanmotivasi belajar siswa di SDN IV
Sambirejo dalam pembelajaran bahasa using.
2. Untuk mengetahui adanya peningkatan motivasibelajar setelah
diterapkan model pembelajaran scramble di SDN IV Sambirejo dalam
pembelajaran bahasa using.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SDN IV Sambirejo yang terdapat di Desa
Sambirejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian iniakan dilakukan kurang lebih dua minggu mulai tangal 13
September 2021 sampai dengan 24 September 2021.

C. Metode Penelitian
Pada penelitian ini akan menggunakan pendekata kuantitatif dimana pada
penelitiankuantitatif dilakukan untuk untuk menjawab permaslaahan yang ada di
masyarakat. Permasalahan merupakan suatu penyimpangan atau ketidaksesuaian
yang terjadi dengan aturan semestinya terhadap faktanya yang ada dilapangan.
Permasalahan sendiri dapat berupa penyelewengan terhadap aturan, serta
ketidaksesuaian teori dengan praktek, ataupun rencana dengan pelaksananya
dilapangan dan lain sebagainya(Sugiyono, 2014:78).

24
Metode yang akan dipakai dalam penelitin ini ialah metode
penelitianeksperimen. Metode eksperimen ialah metode yang digunaka bertujuan
mengetahu pengaruh suatu perlakuan tertentu terhadap yang lain dalamkondisi
yang terkendali. Pada penelitian Eksperimen terdapat dua jenis kelompok yang
terdiri dari kelompok kontrol serta eksperimen. Keduanya tersebut sebisa mungkin
memiliki karakteristik yang sama (homogen). Dalam kelompok eksperimen akan
diberikan tindakan atau treatment tertentu, sebaliknya pada kelompok kontroltidak
diberika tindakan atau treatment tertentu (Sugiyono, 2014 : 72).
Jenis eksperimen yang akan dipakai dlam penelitian ini ialah True
Eksperimen Design dengan menggunakan rancanga penelitian Non-equivalent
Group Pretest Post test Design. Dimana jenis desain penelitian antara kelompok
kontrol serta kelompok eksperimen dipilih secara random (Jakni, 2016 : 74).
Pretest posttest yang dimaksudkan dalam penelitian ini ialah observasi awal untuk
mengetahu kelas yang akan diteliti homoge atau tidak, selanjutnya post test akhir
digunakan untuk menentukan pengaruh penerapan model pembelajaranscramble
dengan model pembelajaran secara konvensional untuk pembelajaan Bahasa
Using.

D. Populasi, Sample dan Sampling


1. Populasi
Populasi ialah wilayah generalisasi yang berupa objek ataupun subjek
yang memiliki karakteristik serta kulitas tertenti yangsebelumnya sudah
tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari selanjutnya peneliti akan menarik
kesimplan (Sugiyono, 2016:61). Pada penelitian ini populasi ialah terdiri dari
siswa kelas 5 SDN IV Sambirejo yang berjumlah 20 orang.
2. Sample
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang karakteristiknya sesuai
dengan penelitian(Sugiyono, 2016:61). Bungin menyatakan jika sampel yang
dapa menjamin ketepatan kesimpulan ialah sampel yang benar-benar

25
representative. Dalam penelitia ini sample diambil dari dua kelas yang terdiri
dari kelad kontrol serta kelas eksperimen. Untuk penentuan kelas eksperime
serta kelaskontrol dilakukan dengan cara undian.
Pada penelitian ini peneliti menentukan 10 siswa kelas 5 SDN IV
Sambirejo sebagai kelas kontrol dan 10 siswa kelas 5 SDN IV Sambirejo
sebagai kelas eksperimen.
3. Sampling
Sampling merupakan teknik pengambila sampel. Dalam menentuka
sampel terdiri dari dua cara antara lain, probality sampling dan nonprobality
sampling (Sugiyono, 2012 : 118). Dalam hal ini penelitian ini mengambil
probality sampling ialah teknik penentuan sampel yang memberika
peluangsama bagi setiap bagian populasi untuk menjdi bagian dari sampel
(Sugiyono, 2012 : 120).
Penelitian ini menggunaka probality sampling jenis clutser rando
sampling. Peneliti berpendapat bahwa teknik sampling ini memungkinkan
setiap clutser untuk ikut serta atau memiliki peluang yang sama terambil dan
setiap populasi memiliki kesempatan untu menjadi sampel.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan untuk mengumplkan data dalam penelitian ini antara
lain:
1. Observasi
Observasi ialah cara untuk mengumpulkam bahan-bahan yang
dilakuka dengan cara melakukan pengamatan dan pencatata secara
sistematis pada fenomena yang sedang diteliti. Dalam hal ini hasil
observasi penelitian ialah observasi secara langsung tentang proses
belajar mengajar supaya mendapatkan informasi tentan subjek dan objek
dalan penelitian (Jakni, 2016 : 61). Teknik observasi yang dipakai dalam

26
penelitia digunakan untuk mendapatkan data untuk proses penerapan
model pembelajaran scramble.
2. Tes
Tes ialah alat yang dipakai atau langkah yang digunakan dalam
proses pengukura dan penilaiam dalam bidangpendidikan, berbentuk
pemberiam tugas atau serangkaia kegiatan dapat berbentuk perintah yang
wajib dikerjakan, ataupun pertanyaan yang harus dijawab, selanjutnya
dari pengukuran tersebut akan didapatkan nilai yang melambangka
tingkah laku, prestasi, atau nilaiyang ingin diteliti (Sugiyono, 2012 : 145).
Dalam penelitian ini melakukan tes yang terdiri dari pretest
sertaposttest. Kegiatan pretest posttest yang dimaksudkan dalam
penelitian ini ialah observasi awal untuk mengetahu kelas yang akan
diteliti homoge atau tidak, selanjutnya post test akhir dipakai dalam
menentukan pengaruh penerapan modelpembelajaran scramble dengan
model pmbelajaran secarakonvensional dalam pembelajaran Bahasa
Using.

27
LAMPIRAN

Intrumen Penelitian 1 (Pree Test)

Nama :

Kelas :

Absen :

Bacalah petunjuk pengerjaan berikut sebelum menjawab ebberapa pertanyaan


berikut!

1. Bacalah teks dibawah ini dengan cermat dan teliti!

2. Jawablah soal dibawah ini berdasarkan teks yang telah kamu baca!

28
a. Wayakendi pemerintah duwe gawe dina dadine Banyuwangi?
Jawab :
b. Paran sing diarani BEC?
Jawab :
c. Paran maksude panas kemelethak?
Jawab :
d. Sapa bae kang melu arak-arakan BEC?
Jawab :
e. Apuwo uwong podo ndeleng BEC?
Jawab :

29
Intrumen penelitian 2 (Post Test)

Nama :

Kelas :

Absen :

Petunjuk pengisian intrumen :

1. Bacalah pertanyaan berikut dengan cermat serta teliti!


2. Jawablah instrumen berikut dengan jujur!
3. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan pendapat kalian dengan
memberikan tanda tanda ( √ )
4. Isilah jawaban pada kolom yang tersedia!
- SS : Sangat Setuju
- S : Setuju
- TS : Tidak Setuju
- STS : Sangat Tidak Setuju

N Pertanyaan Jawaban
O SS S TS STS
1. Saya sangat bersemangat mengikuti pembelajaran
Bahasa Using yang menerapkan model pembelajaran
scramble
2. Saya senang belajar Bahasa Using yang menerapkan
modelpembelajaran scramble
3. Saya senang berinteraksi dengan kelompok saat
belajar Bahasa Using
4. Saya sangat bersemangat menjawab pertanyaan yang
menerapkan modelpembelajaran scramble
5. Saya saling bertukar pendapat selama pembelajaran
berlangsung
6. Selama proses pembelajara saya aktif mengikuti
kegiatan karena menyenangkan
7. Saya tidak merasa bosan mengikuti pembelajaran
Bahasa Using yang menerapkan modelpembelajaran
scramble

30
DAFTAR PUSTAKA

Aris, Shoimin. 2016. Model Pembelajara Inovatif dalamm Kurikulum2013.


Yogyakarta : Ar-Ruz Media. 
B. Uno, Hamzah. 2016. Teori Motivasii dan Pengukuran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dalyono, M. 2014. Psikologi Pndidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Djaali. 2008. Psikologii Pendidikan. Jakarta: Bumii Aksara.
Hamali, Oemar. 2013. Kurukulum dan Pembelajarn. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. 2013. Model Pengajarn dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustakaa Pelajar.
Jakni. 2016. Metode Penelitiann Eksperimen Bidamg Pendidikan. Bandun:
Alfabeta.
Rusman. 2012. Model – Model Pembelajarn. Depok : PT. Raja Grafindo
Parsada.
Sardiman. 2011. Interaksii & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafndo Persada.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
---------. 2012. Statistic Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
---------. 2014. Metode Penelitian Kuanttatif, kualitatfi & R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperativ Learning Teori & aplikasi .Yogyakarta:
Pustakaa Pelajar.
 Sutirman. 2013. Media & Model Pembelajara Inovatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Budiono, S. 2018. Penelusuran Identitas dan Bahasa Masyarakat Banyuwangi
Berdasarkann Kesamaam Leksikal Kosakata Jawa Kuno di Banyumad-Banyuwangi.
Sirok Bastra. Vol. 6. No. 2.

31
Hanafi, Hidayah. 2018. Adopsi tehadap Nilai Budaya Using tehadap Kerangka
Objektivitas Meaning oof Life. Jurnal Pendidikan. Vol. 3. No. 9
Saidah, Karimatus. 2020. Pemahaman Siswa Terhada PembelajaranBahasa
Using Sebagai Warisam Budaya Lokal Banyuwangi di SDN I Sumberbaru. Jurnal
Pendidikan Dasar Nusantara. Vol. 6. No. 2.

32

Anda mungkin juga menyukai