Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH TACIT KNOWLEDGE DAN ENTREPRENEURSHIP EDUCATION

TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA


 (Studi Kasus pada siswa SMK se-Kuningan)

Putri Yunita Aprillianita


Universitas Pendidikan Indonesia
Putriyunitaap01@upi.edu

ABSTRACT

Abstract : The purpose of this study is to determine the effect of tacit knowledge and
entrepreneurship education on entrepreneurial intentions of SMK student case studies. The
sample in the study amounted to 155 vocational students using the purposive sampling
method. Data collection methods in this study used a questionnaire and data analysis using
SPSS software version 23. The results of this study indicate that tacit knowledge and
entrepreneurship education on entrepreneurial intentions.
Keywords : Tacit Knowledge, Entrepreneurship Education, Entrepreneurship Intentions

ABSTRAK
Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tacit knowledge dan
entrepreneurship education terhadap niat berwirausaha studi kasus siswa SMK . Sampel
dalam penelitian berjumlah 155 siswa SMK dengan menggunakan metode purposive
sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan
analisis data menggunakan software SPSS versi 23. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tacit knowledge dan entrepreneurship education terhadap niat berwirausaha.
Kata kunci : Tacit Knowledge, Entrepreneurship Education, Niat Berwirausaha

PENDAHULUAN
Setiap guru mengharapkan siswanya memiliki massa depan yang baik. Hal tersebut
harus diimbangi dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa di kelas. Kemampuan
seseorang terlihat dari pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki dengan didukung oleh
kondisi fisik dan intelektualnya (Manfredi Latilla et al., 2018). Maka, di dalam melaksanakan
suatu pembelajaran tidak cukup jika hanya memiliki knowledge, tetapi harus didukung oleh
kemampuan yang kuat.
Saat ini di Indonesia masih mengalami masalah yang tidak kunjung selesai, yaitu angka
pengangguran. Sedikitnya jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia menyebabkan semakin
bertambahnya angka pengangguran, hal ini didukung oleh Badan Pusat Statistik yang
melaporkan bahwa jumlah penganguran di Indonesia pada agustus 2015 adalah sebanyak
7,56 juta jiwa. Bertambah 320 ribu bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
2014 yaitu 7,24 juta jiwa. solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
meningkatkan lapangan pekerjaan di Indonesia, dengan bertambahnya lapangan pekerjaan
maka jumlah tenaga kerja yang menganggur diharapkan dapat berkurang. 
Wirausahawan sangat berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang baru.
Dalam menciptakan seorang wirausaha dapat dimulai dengan mengajarkan ilmu
kewirausahaan yang diterapkan di sekolah menengah kejuruan. Memberikan pendidikan
kewirausahaan kepada siswa akan mendorong niat siswa untuk berwirausaha. Sekolah
Menengah Kejuruan sudah menerapkan hal ini pada  siswanya. Ditambah lagi dengan
diharuskannya siswa melakukan praktek lapangan sebagai syarat kelulusan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui “pengaruh tacit knowledge dan entrepreneurship education
terhadap niat berwirausaha”.
A. Rumusan Penelitian
Sesuai dengan yang telah diuraikan penulis dalam latar belakang penelitian, maka penulis
merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut.
1. Apakah tacit knowledge berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha.
2. Apakah entrepreneurship education berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha.

B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tacit knowledge terhadap niat
berwirausaha.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh entrepreneurship eucation  terhadap
niat berwirausaha.

C. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun
praktis sebagai berikut :
1. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis pada umumnya yang
berkaitan dengan ilmu manajemen khususnya pada bidang manajemen bisnis yang
berkaitan dengan tacit knowledge dan entrepreneurship education serta pengaruhnya
terhadap niat berwirausaha.
2. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam aspek praktis yaitu untuk
meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah.
3. Penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan landasan untuk melaksanakan
penelitian-penelitian selanjutnya mengenai tacit knowledge dan entrepreneurship
education yang mempengaruhi niat berwirausaha siswa pada sekolah-sekolah SMK
Negeri.

D. Konsep Niat Wirausaha  dalam Kajian Kewirausahaan


Theory of Planned Behavior ( TPB ) Ajzen, 1991 menyatakan bahwa niat (intensi)
seseorang untuk melakukan suatu perilaku, niat merupakan variabel antara yang
menyebabkan terjadinya perilaku dari suatu sikap maupun variabel lainnya. (Millman et al.,
2010) Membuktikan bahwa kegiatan kewirausahaan ditentukan oleh niat. Orang-orang tidak
akan menjadi pengusaha secara tiba-tiba tanpa pemicu tertentu, dan yang paling penting,
yaitu niat. (Indarti, Nurul, 2008) menjelaskan bahwa Seseorang dengan niat untuk memulai
usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan
dibandingkan seseorang tanpa niat untuk memulai usaha. Seperti yang dinyatakan oleh
(Ernst, 2011) niat telah terbukti menjadi prediktor yang terbaik bagi perilaku kewirausahaan.
Oleh karena itu, niat dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk
memahami siapasiapa yang akan menjadi wirausaha.

E. Definisi Niat Wirausaha


Niat adalah keinginan tertentu seseorang untuk melakukan sesuatu atau beberapa
tindakan, itu merupakan hasil dari pikiran sadar yang mengarahkan tingkah laku seseorang
(Parker and Gartner, 2004). Menurut (Drennan V, 2006), niat berwirausaha didefisikan
sebagai tendensi keinginan individu untuk melakukan tindakan wirausaha dengan
menciptakan produk baru melalui peluang bisnis dan pengambilan risiko. Niat juga
menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba, niat menunjukkan seberapa besar
upaya yang direncanakan seseorang untuk dilakukannya dan niat adalah paling dekat
berhubungan dengan perilaku selanjutnya (Suharti and Sirine, 2011). (Sieger, Fueglistaller
and Zellweger, 2011)mencatat bahwa memahami anteseden niat kewirausahaan
memungkinkan guru, konsultan, penasehat dan pembuat kebijakan untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana niat terbentuk dan bagaimana usaha pendiri
baru keyakinan, persepsi dan motif mempengaruhi niat untuk memulai usaha.
F. Konsep Tacit knowledge
Tacit knowledge berkembang dari transfer pengetahuan khusus konteks yang
disematkan secara khusus dalam proses yang tidak terstandardisasi dan disesuaikan (Dhanaraj
et al., 2004). Sebagai akibatnya, dalam beberapa dekade terakhir, ada minat yang meningkat
dalam dimensi pengetahuan, yang mungkin paling sulit untuk dikelola, karena tidak dapat
secara formal dikomunikasikan dan sering tertanam dalam manusia. Dengan demikian,
masalah pengetahuan tacit telah ditangani dalam banyak disiplin dan oleh banyak penulis,
namun masih dianggap relatif belum dieksplorasi dan tidak sepenuhnya dipahami (Pathirage
et al., 2007). Pengetahuan adalah pusat untuk mencapai efektivitas organisasi (Anand et al.,
1998) karena secara strategis terkait dengan inovasi dan operasional terkait dengan kualitas
kinerja dan efisiens (Authors, 2012).
G. Definisi Pendidikan Kewirausahaan
Pendidikan kewirausahaan sebagai intervensi tujuan oleh instruktur dalam kehidupan
seorang pelajar, dengan memberikan pengetahuan kewirausahaan dan keterampilan yang
berguna bagi peserta didik untuk bertahan hidup di dunia bisnis.. Pendidikan kewirausahaan
memiliki tujuan pembelajaran yang beragam. Menurut (QAA, 2016) dijelaskan bahwa:         
“Entrepreneurship education focuses on the development and application of an
enterprising mindset and skills in the specific contexts of setting up a new venture,
developing and growing an existing business, or designing an entrepreneurial
organisation.”
Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berbeda-beda, (Liñán, 2011)
Menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan dikategorikan menjadi empat yaitu 1)
Entrepreneurial Awareness Education; 2) Education for Start-Up: 3) Education for
Entrepreneurial Dynamism 4) Continuing Education for Entrepreneurs. Sejalan dengan
pendapat di atas, (Küttim et al., 2014) menegaskan bahwa luaran dari program pendidikan
dan pelatihan kewirausahaan bersifat kompleks dan mengandung tantangan yang
multidimensi, karena memungkinkan adanya outcomes yang berbeda-beda. Penentuan
outcomes akan sangat tergantung pada substansi untuk masing-masing program.
H. Kerangka Pemikiran

Tacit Knowledge
(X1) Niat Berwirausaha (Y)
Suharti dan Sirine
(2011) 1. Keinginan
yang tinggi untuk
Entrepreneurship menjadi wirausaha 2.
Education (X2) Lebih menyukai
menjadi wirausaha
Lo choi tung (2011)
dari pada menjadi
1. Know-why karyawan 3. Memiliki
rencana memulai
2. Know-what usaha dimasa depan
3. Know-how setelah mendapatkan
pendidikan
4. Know-who kewirausahaan

H1 : Tacit knowledge berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha


H2 : Entrepreneurship education berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan menggunakan google form


kepada siswa SMK se-kabupaten Kuningan Hasil responden yang diperoleh adalah 155
responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, teknik ini
digunakan dalam pengambilan sampel karena didalam menentukan sampel terdapat
pertimbangan kriteria tertentu, yaitu siswa SMK kelas XI (sebelas). Dalam penelitian ini akan
menggunakan uji analisis regresi berganda. Pengukuran variabel-variabel dalam penelitian ini
mengacu pada penelitian sebelumnya.
Hasil uji validitas menunjukkan hasil perhitungan menggunakan Program SPSS 23 For
Windows yang dilihat dari kolom Corrected Item Total Correlation bahwa setiap item
pernyataan mulai dari item 1 sampai item 4 untuk semua variabel independen dan variabel
dependen, hasil yang didapatkan dari setiap pernyataan yang diuji ≥ 0,2 maka variabel
dinyatakan valid. Penelitian menggunakan rumus model alpha yang diolah dengan bantuan
Program SPSS 23 For Windows. Pada bagian Case Processing Summary terlihat bahwa
responden yang diteliti pada uji coba kuesioner berjumlah 155 orang (N=155) dan semua data
tidak ada yang dikeluarkan dari analisis. Berwirausaha memperlihatkan nilai Alpha Cronbach
sebesar 0,829, 0,756, 0,921, dan 0,840 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel dapat
dinyatakan reliabel karena setiap variabel tersebut memiliki nilai Cronbach Alpha melebihi
0,6. Uji normalitas menggunakan program aplikasi SPSS 23 dapat dilihat pada kolom
Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,059. Karena
signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data
yang digunakan telah memenuhi asumsi normalitas atau data berdistribusi normal. Uji
multikolinearitas dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF) melalui program
aplikasi SPSS 23 dapat diketahui nilai VIF untuk variabel Tacit Knowledge sebesar 2,249,
Entrepreneurship Education sebesar 3,658, dan Niat Berwirausaha sebesar 3,357. Nilai VIF
lebih kecil dari 10 (VIF) 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak
ditemukan adanya masalah heteroskedastisitas. Analisis Regresi Berganda Untuk mengetahui
persamaan regresi.
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 23 dapat diketahui persamaan regresinya yaitu: Y
= a + b1X1 + b2X2 + = -0,231+ 0,124 X1 + 0,008 X2 + Artinya : Jika nilai konstan, maka
nilai Y akan bertambah sebesar -0,231. Hal tersebut berarti bila Tacit Knowledge dan
Entreupreneurship education sama dengan konstanta, maka Niat Berwirausaha sama dengan
-0,231. Persamaan di atas menunjukkan jika Tacit Knowledge dan Entreupreneurship
education bertambah sebesar satu satuan sedangkan variabel lainnya konstan, maka akan
meningkatkan Niat Berwirausaha sebesar 0,124, 0,008, 0,920. Koefisien Determinasi. Hasil
perhitungan Koefisien Determinasi diperoleh menggunakan SPSS 23 terlihat bahwa R Square
(Koefisien Determinasi) sebesar 0,845. Hal ini berarti 84,5% Niat Berwirausaha dipengaruhi
oleh Tacit Knowledge dan Entreupreneurship education, sisanya 15,5% dipengaruhi oleh
faktor lain. Uji Hipotesis. Dari uji Anova atau F test didapat Fhitung = 281,893 dengan
signifikansi 0,000, oleh karena probabilitas < α 0,05 maka H0 ditolak sebaliknya jika nilai
signifikansi > α 0,05 maka H0 tidak ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 23
diperoleh nilai signifikansi pada Tacit Knowledge adalah 0,011, Entreupreneurship education
adalah 0,912, Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa variabel Tacit Knowledge dan
Entreupreneurship education secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Niat
Berwirausaha.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil uji t pada hipotesis pertama, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara Tacit Knowledge terhadap niat berwirausaha pada Siswa SMK. Hal ini
menunjukkan bahwa apabila seseorang memiliki sikap yang positif untuk menjalankan
kegiatan berwirausaha maka semakin tinggi juga niat untuk menjalankan suatu usaha. Sikap
positif tersebut dapat membuat seseorang memiliki pemikiran yang siap untuk menerima
risiko dan rintangan yang ada pada saat memasuki dunia usaha. Hasil penelitian ini serupa
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Wijaya, 2007) yang menyatakan terdapat pengaruh
antara sikap terhadap intensi berwirausaha. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji t pada hipotesis
kedua, menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara subjective norms
terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara.
Hal ini berbanding terbalik dengan yang diteliti oleh (Zewudu dan Alamnie, 2017) dimana
hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat pengaruh antara norma subyektif terhadap
intensi berwirausaha. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Andika dan
Madjid, 2004) menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh antara norma subyektif
terhadap intensi berwirausaha.
Hal ini dapat terjadi karena dukungan sosial yang didapat dan dirasakan oleh seorang
individu bisa saja berbeda-beda, serta walaupun individu tersebut mendapatkan dukungan
dari orang-orang disekitarnya tetapi jika dirinya tidak memiliki niat dan keinginan dari dalam
diri sendiri maka hal tersebut tidak akan merubah pandangan orang tersebut untuk untuk
melakukan kegiatan berwirausaha yang dapat memperkuat intensi berwirausaha pada dirinya.
Hal ini juga dimungkinkan karena adanya perbedaan pada faktor responden, perbedaan
situasi, kemampuan seseorang, dukungan sosial yang didapat, letak demografi, lingkungan,
budaya dan sebagainya. Lebih lanjut mengenai hipotesis terakhir pada penelitian yaitu hasil
uji t pada hipotesis ketiga, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara self
efficacy terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Tarumanagara. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa tingginya rasa self efficacy
(keyakinan diri) pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara untuk
melakukan kegiatan berwirausaha. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi self efficacy
(keyakinan diri) yang dimiliki oleh mahasiswa maka semakin tinggi intensi berwirausaha
mahasiswa. Hal ini dapat terjadi jika seseorang memiliki keyakinan pada kemampuan yang
terdapat dalam dirinya maka orang tersebut mampu untuk menjalankan kegiatan
berwirausaha sehingga dapat menimbulkan intensi berwirausaha pada orang tersebut. Hasil
penelitian ini memiliki hasil yang serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh (Adnyana
dan Purnami, 2016) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara self efficacy
terhadap intensi berwirausaha.

PENUTUP
Berdasarkan hasil – hasil analisis yang sudah dilakukan dalam penelitian ini serta
dijelaskan pada bagian sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa Tacit Knowledge
memiliki pengaruh terhadap Niat Berwirausaha begitu pula Entreupreneurship education
yang juga memiliki pengaruh terhadap Niat Berwirausaha SMK. Peneliti menyarankan
kepada pihak Sekolah untuk meningkatkan pembelajaran tentang kewirausahaan. Untuk
penelitian selanjutnya disarankan agar ukuran sampel diperbesar serta memperluas cakupan
wilayah penelitian agar penelitian tidak hanya pada Sekolah Menengah Kejuruan, namun
dilakukan dan dibandingkan dengan sekolah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Argote, L., & Fahrenkopf, E. (2016). Knowledge transfer in organizations: The roles of
members, tasks, tools, and networks. Organizational Behavior and Human Decision
Processes. https://doi.org/10.1016/j.obhdp.2016.08.003

Arikunto, S., & Arikunto, S. (2015). Memacu Pelaksanaan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Melalui Pelayanan Supervisi. Cakrawala Pendidikan.
https://doi.org/10.21831/cp.v2i2.7414

Authors, F. (2012). Tacit knowledge sharing between IT workers The role of organizational
culture , personality ,. https://doi.org/10.1108/01409171311284602

Baharuddin, Sangkala, & Hamsinah. (2014). A model for performance evaluation system on
the state organization and the civil servants in the Regional Employment Board , BKD ,
in South Sulawesi , Indonesia. International Journal of Science and Research (IJSR).

Bennet, A., & Bennet, D. (2008). The fallacy of knowledge reuse: Building sustainable
knowledge. Journal of Knowledge Management.
https://doi.org/10.1108/13673270810902911

Cavusgil, S. T., & Calantone, R. J. (2003). Tacit knowledge transfer and firm innovation
capability, 18(1), 6–21. https://doi.org/10.1108/08858620310458615
Depdiknas. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2015 tentang Standar Nasional
Pendidikan dan Wajib Belajar. Citra Umbara. https://doi.org/10.16309/j.cnki.issn.1007-
1776.2003.03.004

Dhanaraj, C., Lyles, M. A., Steensma, H. K., & Tihanyi, L. (2004). Managing tacit and
explicit knowledge transfer in IJVs: The role of relational embeddedness and the impact
on performance. Journal of International Business Studies, 35(5), 428–442.
https://doi.org/10.1057/palgrave.jibs.8400098

Hamalik, O. (2008). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Dinamika


Ilmu. https://doi.org/10.1109/IAS.2009.43

Holste, J. S., & Fields, D. (2010). Trust and tacit knowledge sharing and use. Journal of
Knowledge Management. https://doi.org/10.1108/13673271011015615

M, Sardiman. A. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press.


https://doi.org/10.1016/j.bjps.2007.11.059

Manaf, H. A., Armstrong, S. J., Lawton, A., & Harvey, W. S. (2018). Managerial Tacit
knowledge, Individual Performance, and the Moderating Role of Employee Personality.
International Journal of Public Administration, 41(15), 1258–1270.
https://doi.org/10.1080/01900692.2017.1386676

Manfredi Latilla, V., Frattini, F., Messeni Petruzzelli, A., & Berner, M. (2018). Knowledge
management, knowledge transfer and organizational performance in the arts and crafts
industry: a literature review. Journal of Knowledge Management, 22(6), 1310–1331.
https://doi.org/10.1108/JKM-08-2017-0367

Mastura, J., & Abdul Rashid, A. Z. (2008). Entrepreneurship education in developing


country, exploration on its necessity in the construction program. Journal of
Engineering, Design and Technology, 6(2), 178–189.

Ngah, R., & Jusoff, K. (2009). Tacit knowledge Sharing and SMEs’ Organizational
Performance. International Journal of Economics and Finance.
https://doi.org/10.5539/ijef.v1n1p216

Oñate-Ocaña, L. F., & Ochoa-Carrillo, F. J. (2009). Sistema GRADE para clasificar nivel de
evidencia y grado de las recomendaciones para la elaboración de guías de buena práctica
clínica. Cirugia y Cirujanos.
https://doi.org/http://portal.guiasalud.es/emanuales/implementacion/apartado03/identific
acion.html#

Pathirage, C. P., Amaratunga, D. G., & Haigh, R. P. (2007). Tacit knowledge and
organisational performance: Construction industry perspective. Journal of Knowledge
Management, 11(1), 115–126. https://doi.org/10.1108/13673270710728277

Sarathy, R., & Muralidhar, K. (2006). Secure and useful data sharing. Decision Support
Systems. https://doi.org/10.1016/j.dss.2004.10.013
Slameto. (2016). Supervisi Pendidikan Oleh Pengawas Sekolah. Kelola.

Smith, M. K. (2003). Michael Polanyi and Tacit knowledge. The encyclopedia of informal
education. https://doi.org/10.1089/neu.2017.5314

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Sinarbaru.


https://doi.org/10.1016/j.talanta.2011.10.012

Theriou, G. N., & Chatzoglou, P. (2014). The impact of best hrm practices on performance –
identifying enabling factors. Employee Relations. https://doi.org/10.1108/ER-02-2013-
0025

Anda mungkin juga menyukai