Gina Valerina
·
5 menit
Sebagai investor pemula mungkin kamu belum begitu familiar dengan kata diversifikasi.
Sebenarnya, diversifikasi kerap menjadi salah satu rekomendasi para pakar atau investor yang
sudah sangat berpengalaman yang ditujukan bagi investor lainnya di luar sana, terlebih bagi
investor pemula.
Diversifikasi merupakan salah satu strategi investasi, dan senjata yang sangat ampuh dalam
memaksimalkan keuntungan.
Di sisi lain, diversifikasi sebagai ‘senjata ampuh’ utamanya diterapkan untuk meminimalisir
risiko meski tidak ada yang akan membantah bahwa diversifikasi juga mampu memaksimalkan
keuntungan.
kamu mungkin sering mendengar istilah “Don’t Put All your Eggs in One Basket”.
Dari sudut mana pun kamu memandangnya, istilah tersebut mengandung makna yang sangat
dalam.
Dalam investasi, hal tersebut memiliki arti “Jangan alokasikan seluruh aset kamu pada satu
instrumen investasi” dan itulah arti ‘diversifikasi’ yang sebenarnya.
Diversifikasi Investasi, Strategi Rekomendasi Para Pakar – Setiap orang yang melakukan
investasi pasti ingin memperoleh keuntungan besar dengan nilai modal yang semakin bertambah
entah menggunakan investasi jangka panjang ataupun produk investasi jangka pendek.
Hanya saja, tetap diperlukan sebuah strategi tepat untuk bisa meningkatkan nilai dana yang
ditanamkan.
Salah satu caranya adalah diversifikasi, strategi investasi yang masih direkomendasikan para
pakar.
Daftar Isi [Tutup]
Apa itu Diversifikasi Investasi?
Diversifikasi Portofolio Mengurangi Risiko Investasi
Langkah Melakukan Diversifikasi Portofolio Investasi
o 1. Pahami Risk Tolerance kamu
o 2. Tentukan Target Aset yang Siap Diinvestasikan
o 3. Rutin Melakukan Rebalancing
o 4. Pahami Kapasitas Risiko
o 5. Fokus Terhadap Tujuan Finansial Jangka Panjang
Ada satu perumpamaan yang sering dikaitkan dengan diversifikasi, yaitu jangan meletakkan
seluruh telur dalam satu keranjang.
Artinya adalah jika kamu ingin melakukan investasi, maka janganlah berinvestasi pada satu
instrumen saja.
Pada dasarnya investor menciptakan sebuah portfolio yang beragam demi menghindari kerugian.
Apabila nilai saham perusahaan terus mengalami penurunan ataupun melemah, maka investasi
kamu pun akan turut melorot dan nilai investasi juga tidak akan berkembang.
Bila kamu memisahkan investasi dengan membeli dua saham dari perusahaan yang berbeda,
maka hal tersebut akan mengurangi resiko terjadinya kerugian dana nilai portfolio ataupun
investasi akan aman.
Dengan kata lain, diversifikasi adalah strategi dalam menempatkan dana investasi ke dalam
instrumen yang berbeda.
Yang dimaksud dengan instrumen disini adalah likuiditasnya, resiko, dan potensi returnnya.
Sebagai contohnya adalah potensi return investasi dalam saham akan berbeda dengan obligasi.
Pada dasarnya nilai return dari saham lebih besar jika dibandingkan dengan obligasi.
Hanya saja tetap resiko berinvestasi dalam saham juga jauh lebih besar dibandingkan dengan
obligasi.
Hal ini disebabkan karena fluktuasi dari harga saham lebih besar sehingga resiko lebih besar.
Selain itu, likuiditas yang dimaksud disini adalah kemudahan untuk menjual dan membeli
sebuah instrumen untuk berinvestasi.
Jika kamu membuat iklan tentang properti atau rumah kamu, maka belum tentu rumah tersebut
akan langsung terjual.
Sedikit berbeda dengan saham yang bisa saja diperdagangkan hari itu juga bila memang
diinginkan dan bisa memperoleh keuntungan langsung hari itu juga.
Namun hal yang harus diingat juga adalah jangan membeli terlalu banyak reksadana yang
sejenis.
Nah sekarang, demi mempermudah diversifikasi portofolio investasi, langkah-langkah apa yang
seharusnya kamu ambil?
Berikut ini 5 langkah penting diversifikasi portofolio investasi berikut dapat membantu kamu
untuk mulai mendiversifikasikan aset kamu demi memperluas diversifikasi kamu.
1. Pahami Risk Tolerance kamu
Ketika kita berbicara tentang risk tolerance, apa yang kita rujuk sebenarnya adalah batasan
tingkat risiko yang bisa kita terima dan batas minimum risiko yang bisa kita ambil.
Biasanya, investor yang memiliki risk tolerance yang tinggi akan berinvestasi pada target dengan
profil pengembalian risiko yang lebih tinggi.
Investor dengan risk tolerance yang lebih rendah akan mencari instrumen investasi yang lebih
aman seperti Obligasi Negara Ritel (ORI), saham dengan volatilitas rendah, hingga reksa dana
pasar uang.
Investasi ini memiliki ketergantungan historis yang rendah terhadap masing-masing keuntungan.
3. Rutin Melakukan Rebalancing
Rebalancing merupakan suatu proses di mana investor menyelaraskan atau menyeimbangkan
bobot aset yang diinvestasikan dalam portofolio investasi.
Dalam hal saham, misalnya, rebalancing dapat merujuk pada kegiatan yang melibatkan aktivitas
membeli atau menjual aset dalam portofolio untuk menjaga tingkat alokasi aset sesuai yang
diinginkan.
Sebagai contoh, misalnya dalam portofolio investasi seorang investor terdapat bobot aset dengan
rincian 50% investasi saham dan 50% lagi berisi obligasi.
Bila suatu saat harga saham memiliki performa yang baik, bisa saja investor tersebut menambah
bobot saham menjadi 70% dalam portofolionya.
Investor tersebut bisa saja memutuskan untuk menjual sebagian saham yang dimilikinya dan
membeli obligasi untuk membuat bobot portofolio investasinya kembali menjadi seimbang,
yakni 50/50.
Menyesuaikan target alokasi dalam portofolio investasi kamu akan membantu memastikan
portofolio kamu sesuai dengan risk tolerance, kebutuhan investasi dan tujuan finansial.
Sebaliknya, memutuskan untuk tidak menyesuaikan bobotnya justru akan meningkatkan risiko
investasi kamu.
Atau, dalam investasi kamu memiliki sifat yang konservatif sementara kamu sewaktu-waktu
perlu mengambil langkah yang lebih agresif.
Berbagai faktor seperti bobot dana dalam tabungan, nilai aset dalam investasi hingga tujuan
keuangan akan menentukan kapasitas risiko seorang investor.
Untuk itu, alangkah baiknya bila kamu dapat memahami sejauh mana kapasitas risiko yang kamu
miliki.
5. Fokus Terhadap Tujuan Finansial Jangka Panjang
Ketika mengelola portofolio investasi kamu, gunakan berbagai pendekatan seperti
keseimbangan, disiplin, dan jangka panjang sehingga investasi kamu bisa lebih fokus terhadap
tujuan jangka panjang.
Terkadang kita tergoda untuk berinvestasi pada ‘jenis investasi terbaik’ yang sering
direkomendasikan pakar, atau bahkan tergoda pada ‘jenis investasi yang menghasilkan
keuntungan’ tanpa pernah mempertimbangkan apakah jenis investasi tersebut memang mampu
mendukung kita untuk mewujudkan tujuan finansial jangka panjang.
Bila kamu saat ini memasuki masa-masa menjelang pensiun, kamu tentu harus
mempertimbangkan jenis investasi apa yang cocok untuk membantu memenuhi dana pensiun
kelak.
Jenis investasi apapun yang ingin dicoba, pastikan terlebih dahulu apakah jenis investasi tersebut
sesuai dengan risk tolerance dan tujuan finansial kamu.
Berfokus pada kebutuhan dan tujuan finansial jangka panjang akan membantu kamu bertahan
melewati masa-masa penuh gejolak dan membantu menumbuhkan aset serta mendapatkan
keuntungan yang maksimal dari diversifikasi portofolio investasi kamu.
Dengan begitu, kamu memiliki gambaran terkait bagaimana seharusnya kamu membuat
perencanaan untuk mendiversifikasikan dana investasi kamu.
Bila kamu selama ini berinvestasi saham dan obligasi misalnya, dengan memahami risk
tolerance, risk capacity dan menentukan tujuan finansial jangka panjang, kamu mungkin akan
menemukan jenis investasi lain yang cocok dengan kamu, misalnya deposito, reksa dana pasar
uang maupun produk obligasi dari Pemerintah.
Jika kamu belum yakin, kamu bisa mempelajari fundamentalnya terlebih dahulu dengan
mendanai di KoinP2P dari KoinWorks.
KoinWorks adalah sebuah aplikasi yang memberikan solusi finansial mulai dari pengembangan
aset melalui pendanaan, hingga pinjaman bisnis atau individu.
Hanya dengan Rp100.000 saja kamu sudah bisa menyalurkan dana kamu kepada para peminjam
yang terdiri dari para UMKM di Indonesia.
Nominal yang kecil ini bisa membuat kamu lebih banyak melakukan diversifikasi portofolio
investasi.
Pada artikel ini kita akan membahas tentang: - 1. Pengantar Teori Markowitz 2.
Asumsi Teori Markowitz 3. Diversifikasi 4. Kriteria Dominasi 5. Pengukuran Risiko.
Isi:
Model Markowitz dengan demikian merupakan kerangka teoritis untuk analisis risiko
dan pengembalian dan antar-hubungan mereka. Dia menggunakan analisis statistik
untuk pengukuran risiko dan pemrograman matematis untuk pemilihan aset dalam
portofolio secara efisien. Kerangka kerjanya mengarah pada konsep portofolio yang
efisien. Portofolio yang efisien diharapkan menghasilkan pengembalian tertinggi
untuk tingkat risiko tertentu atau risiko terendah untuk tingkat pengembalian tertentu.
Advertisement
Markowitz menekankan bahwa kualitas portofolio akan berbeda dari kualitas aset
individu di dalamnya. Dengan demikian, risiko gabungan dari dua aset yang diambil
secara terpisah bukanlah risiko yang sama dari dua aset secara bersamaan. Dengan
demikian, dua sekuritas TISCO tidak memiliki risiko yang sama dengan satu sekuritas
TISCO dan satu Reliance.
Advertisement
Risiko dan Hadiah adalah dua aspek investasi yang dipertimbangkan oleh investor.
Pengembalian yang diharapkan dapat bervariasi tergantung pada asumsi. Indeks risiko
diukur oleh varians dari distribusi di sekitar rata-rata, kisarannya dll, yang dalam
istilah statistik disebut varians dan kovarians. Kualifikasi risiko dan kebutuhan untuk
mengoptimalkan pengembalian dengan risiko terendah adalah kontribusi dari
Markowitz. Ini mengarah pada apa yang disebut Teori Portofolio Modern, yang
menekankan pertukaran antara risiko dan pengembalian. Jika investor menginginkan
pengembalian yang lebih tinggi, ia harus mengambil risiko yang lebih tinggi. Tapi dia
lebih suka pengembalian tinggi tetapi risiko rendah dan karenanya masalah tradeoff.
Portofolio aset melibatkan pemilihan sekuritas. Kombinasi aset atau sekuritas disebut
portofolio. Setiap investor individu menempatkan kekayaannya dalam kombinasi aset
tergantung pada kekayaannya, pendapatan dan kesukaannya. Teori tradisional
portofolio mendalilkan bahwa pemilihan aset harus didasarkan pada risiko terendah,
yang diukur dengan standar deviasi dari rata-rata pengembalian yang diharapkan.
Semakin besar variabilitas pengembalian, semakin besar risikonya.
Advertisement
Risiko keamanan masing-masing berbeda dari yang lain dan dengan kombinasi
sekuritas yang tepat, yang disebut diversifikasi seseorang dapat tiba pada kombinasi di
mana risiko satu diimbangi sebagian atau sepenuhnya oleh yang lain. Dengan kata
lain, variabilitas masing-masing keamanan dan kovarian untuk pengembalian mereka
tercermin melalui antar-hubungan mereka harus diperhitungkan.
(1) Investor rasional dan berperilaku untuk memaksimalkan utilitas mereka dengan
tingkat pendapatan atau uang tertentu.
(2) Investor memiliki akses gratis ke informasi yang adil dan benar tentang
pengembalian dan risiko.
(3) Pasar efisien dan menyerap informasi dengan cepat dan sempurna.
(4) Investor menolak risiko dan mencoba untuk meminimalkan risiko dan
memaksimalkan pengembalian.
(5) Investor mendasarkan keputusan pada pengembalian yang diharapkan dan varians
atau standar deviasi pengembalian ini dari rata-rata.
(6) Investor memilih pengembalian yang lebih tinggi ke pengembalian yang lebih
rendah untuk tingkat risiko tertentu.
Portofolio aset berdasarkan asumsi di atas dianggap efisien jika tidak ada aset lain
atau portofolio aset menawarkan pengembalian yang diharapkan lebih tinggi dengan
risiko yang sama atau lebih rendah atau risiko lebih rendah dengan pengembalian
yang diharapkan sama atau lebih tinggi. Diversifikasi sekuritas adalah salah satu
metode dimana tujuan di atas dapat diamankan. Risiko yang tidak sistematis dan
terkait perusahaan dapat dikurangi dengan diversifikasi ke berbagai sekuritas dan aset
yang variabilitasnya berbeda dan mengimbangi atau dengan kata lain yang berkorelasi
negatif atau tidak berkorelasi sama sekali.
Advertisement
Diversifikasi Teori Markowitz :
Markowitz mendalilkan bahwa diversifikasi tidak hanya bertujuan mengurangi risiko
keamanan dengan mengurangi variabilitas atau standar deviasinya, tetapi dengan
mengurangi kovarians atau risiko interaktif dari dua atau lebih sekuritas dalam suatu
portofolio. Sebagai kombinasi dari sekuritas yang berbeda, secara teori dimungkinkan
untuk memiliki rentang risiko yang bervariasi dari nol hingga tak terbatas.
Dalam contoh, jika 2 / 3rds diinvestasikan dalam sekuritas (1) dan 1/3 dalam sekuritas
(2), koefisien variasi, yaitu = SD / rata-rata adalah yang terendah.
σj standar deviasi J
N = jumlah sekuritas
Masalah:
Diberikan contoh berikut, cari tahu risiko yang diharapkan dari portofolio.
Advertisement
Parameter Diversifikasi Markowitz:
Untuk membangun set portofolio yang efisien, seperti yang ditetapkan oleh
Markowitz, kita perlu melihat parameter penting ini:
(3) Varian atau varians dari satu pengembalian aset ke pengembalian aset lainnya.
Secara umum semakin tinggi pengembalian yang diharapkan, semakin rendah standar
deviasi atau varians dan semakin rendah korelasi semakin baik keamanan untuk
pilihan investor. Apa pun risiko sekuritas individual dalam isolasi, risiko total
portofolio semua sekuritas mungkin lebih rendah, jika kovarians pengembaliannya
negatif atau dapat diabaikan.
Kriteria Dominasi:
Dominasi mengacu pada superioritas satu portofolio di atas yang lain. Satu set dapat
mendominasi yang lain, jika dengan pengembalian yang sama, risikonya lebih rendah
atau dengan risiko yang sama, pengembaliannya lebih tinggi. Prinsip dominasi
melibatkan pertukaran antara risiko dan pengembalian.
Advertisement
Contoh:
Deviasi standar yang akan dihitung: Rata-rata dalam Pengamatan Rata-rata: 10% - 5%
20% 35% - 10% = 10% akan menjadi Mean.
Risiko Portofolio:
Ketika dua atau lebih sekuritas atau aset digabungkan dalam portofolio, kovarians
atau risiko interaktifnya harus dipertimbangkan. Jadi, jika pengembalian dua aset
bergerak bersama-sama, kovariansnya positif dan risikonya lebih pada portofolio
semacam itu. Jika di sisi lain, pengembalian bergerak secara independen atau
berlawanan arah, kovarians negatif dan risiko secara total akan lebih rendah.
Cov xy adalah kovarians antara x dan y dan σ x adalah standar deviasi x dan σ y adalah
standar deviasi y.
Di mana, N = 2
Jika koefisien korelasi antara dua sekuritas adalah - 1.0, itu adalah korelasi negatif
yang sempurna. Jika itu + 1.0, itu adalah korelasi positif yang sempurna. Jika
koefisiennya '0' maka pengembaliannya dikatakan independen. Singkatnya, korelasi
antara dua sekuritas tergantung- (a) pada kovarians di antara mereka, dan (b) standar
deviasi masing-masing.
Dalam Model Markowitz, kita perlu memiliki input pengembalian yang diharapkan,
risiko diukur dengan standar deviasi pengembalian dan kovarians antara
pengembalian aset yang dipertimbangkan.