Anda di halaman 1dari 33

RISET OPERASI

BAB 4

Metode Simplex Dual


A. SIMPLEX PRIMAL DAN DUAL
Secara harfiah, dual berarti rangkap dua, sedangkan primal adalah
rangkap satu. Jadi ada hubungan yang erat antara primal dan dual seperti
diungkapkan di bawah ini.
“The dual in linier programming that is derived mathematically
from s given primal linier program model.” (Toha Hamdy A.)
Artinya, dalam linier programming yang bersifat dua (dual) diperoleh
secara matematis dari linier programming yang bersifat primal.
Selanjutnya dijelaskan hubungan primal dan dual sebagai berikut.
“The dual is defired for various forms as primal depend on the type of
constrains, the sign of the variables and the sense or optimation.”
Artinya, rangkap dua (dual) diartikan sebagai ragam bentuk primal yang
tergantung kepada jenis variabel (parameter) dan maksud dari tujuan
optimasi.
A. SIMPLEX PRIMAL DAN DUAL
Pada Primal Simplex, setiap fungsi kendala dapat dibuat persamaan
(equation) dan semua variabel bersifat positif (nonnegatif).

Tabel 4.1 Beda Simplex Primal dan Simplex Dual


Jenis Tujuan Kendala Variabel
Primal - Memaksimumkan Persamaan (equation) Nilai variabel adalah
(maximization) dapat dibuat non negative (positif)
- Meminimumkan ≤ atau ≥ tergantung ≥0
(minimization) tujuan
Dual Memaksimumkan ≤ (lebih kecil) Tidak terbatas
Meminimumkan ≥ (lebih besar) (unrestricted)
A. SIMPLEX PRIMAL DAN DUAL
Bentuk Umum Standar Primal

Bentuk umum dari LP (Linier Programe) primal sebagai berikut.

Maksimum n
Atau Z = ∑ Ci Xj
j=1
Minimumkan

Di mana fungsi kendalanya sebagai berikut.


n
∑ Ci Xj =b i = 1, 2, 3, … m
j=1
di mana
Xj ≥ b j = 1, 2, 3, … n
Artinya, terdapat sejumlah n variabel untuk x yang meliputi variabel
surplus, variabel kekenduran (slack variable) dan variabel buatan (artificial
variable).
A. SIMPLEX PRIMAL DAN DUAL
Selanjutnya, untuk menentukan LP dual berdasarkan LP primal
secara matematis dapat dilihat pada Tabel 4.1. akan tetapi, sebelum itu
perlu disimak hal berikut.
1. Untuk setiap LP fungsi kendala primal terdapat variabel yang bersifat
dual (tidak terbatas)
2. Untuk LP primal terdapat satu kendala dual (tidak terbatas)
3. Angka (coefisient) dari variabel primal membentuk sisi kiri angka
(coefisient) kendala dual bersangkutan. Sedangkan angka-angka
pada fungsi objectif (tujuan) untuk variabel yang sama menjadi sisi
kanan fungsi kendala dual.
B. BENTUK UMUM PRIMAL DUAL DALAM MATRIK
Bentuk umum primal dan dual tertentu dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Bentuk Primal-Dual Variabel Primal
Variabel Primal
x1 x2 xj …..xn
Sisi kanan dari
fungsi kendala c1 c2 cj …..cn
dual a11 a12 a1j… a1n b1
 y1
a21 a22 a2j…a2n b2
Sisi kiri  y2
koefisien dari . . .…. .
fungsi kendala Variabel dual
. . .…. .
dual
. . .…. .
am1 am2 amj…amn bm
 ym
J dari fungsi kendala dual Menjadi fungsi
tujuan dual
C. PRIMAL DUAL DALAM CONTOH
Primal
Fungsi tujuan, memaksimumkan Z = 10x 1 - 24x2 + 8x3
Fungsi kendala : 2x 1 + 4x2 + 2x3 ≠ 20
4x1 + 2x2 + 6x3 = 16
x1 ≥ 0, x2 ≥ 0 dan x3 ≥ 0
Dirubah sesuai dengan standar primal, fungsi di atas menjadi sebagai berikut :
Memaksimumkan Z = 10x 1 + 24x2 + 8x3 + 0x4
Fungsi kendala :
2x1 + 4x2 + 2x3 + 1x = 20
4x1 + 2x2 + 6x3 + 0x = 16
x1 ≥ 0, x2 ≥ 0, x3 ≥ 0 dan x4 ≥ 0
C. PRIMAL DUAL DALAM CONTOH
Mengapa ditambah X4? Ingat penjelasan pada Bab 3 tentang sisi
kapasitas yang ditambahkan pada “ketidaksamaan” agar menjadi
persamaan (equation).
Ingat juga kain perca untuk kemeja ? Idenya sama saja.
Jadi, anda ingat mengenai perubahan ≤ menjadi = seperti contoh kain
perca = jumlah kain asalnya (2 meter). Padahal bila kemeja ≠ jumlah kain
asal atau kurang dari 2 m. Bagaimana bila digunakan standar dual ? Untuk
maksud tersebut kita dapat menggunakan petunjuk pada Tabel 4.2. Ingat
pula, bila fungsi tujuan (objektif) menjadi maksimum berarti fungsi kendala
≤ 0, tetapi bila fungsi tujuan (objektif) dirubah menjadi minimum berarti
fungsi kendala ≥ 0 (lihat pada table 4.1). Berdasarkan data dari contoh
diatas, kita dapat membuat matriks seperti Tabel 4.3 berikut.
C. PRIMAL DUAL DALAM CONTOH
Tabel 4.3 Primal dual
Variabel primal  x1 x2 x3 x4

Fungsi tujuan  10 24 8 0
primal

Fungsi kendala  2 4 2 1 20 y1 Variabel


dual
primal 4 -2 6 0 15 y2

Fungsi kendala dual Fungsi


tujuan
dual
C. PRIMAL DUAL DALAM CONTOH
Selanjutnya agar sifat primal (sisi kiri) diubah menjadi sifat dual (sisi kanan)
maka dengan standar dual (rangkap dua) berubah menjadi berikut.
fungsi tujuan : meminimumkan K = 20y 1 + 15y2
fungsi kendala x1  2y1 + 4y2 ≥ 10
fungsi kendala x2  4y1 – 2y2 ≥ 24
fungsi kendala x3  2y1 + 6y2 ≥ 8
fungsi kendala x4  y1 + 0y2 ≥ 0
Perhatikan x4  y1 + 0y2 ≥ 0  y1 ≥ 0 karena x4 dianggap variable yang
berlebih sehingga lebih baik dihilangkan dan fungsi berubah menjadi seperti
berikut.
C. PRIMAL DUAL DALAM CONTOH
Minimumkan D = 20y 1 + 15y2
Fungsi kendala sebagai berikut.
2y1 + 4y2 ≥ 10
4y1 – 2y2 ≥ 24
2y1 + 6y2 ≥ 8
Di mana. y1 ≥ 0
y2 tidak terbatas (unrestricted)
D. SIMPLEX DUAL
Masalah simplex dalam Bab 3 biasanya kita sebut dengan masalah
primal. Hal yang menarik perlu dikemukakan bahwa masalah pokok
tersebut dapat diselesaikan dengan cara lain yakni mengubah baris-baris
menjadi kolom-kolom. Khususnya bila suatu masalah simplex terlalu
banyak barisnya, sedangkan kolomnya sedikit. Cara untuk mengubah
baris menjadi kolom disebut dengan Dual Simplex (simplex rangkap dua).
Harapannya, dengan pemecahan secara dual dapat menghemat waktu.
Untuk hal tersebut terdapat aturan (rules of thumbs) sebagai berikut.
1. Memilih cara penyelesaian dengan membuat formulasi matriks
simplex yang jumlah barisnya menjadi lebih sedikit (semula labih
banyak barisnya).
2. Jika ternyata dengan cara primal maupun dual diperoleh jumlah baris
matriks yang sama, pilih jumlah kolomnya lebih sedikit.
E. BEBERAPA HAL PENTING DALAM SIMPLEX DUAL

Terdapat beberapa hal yang penting untuk diketahui sebagi berikut.


1. Maksimum dan Minimum
Mengubah maksimum menjadi minimum.
Bila fungsi tujuan T A + TB  minimum akan diubah menjadi
maksimum, caranya fungsi tujuan tersebut dikalikan dengan -1.
Jadi : - TA - TB  maksimum
E. BEBERAPA HAL PENTING DALAM SIMPLEX DUAL

2. Ketidaksamaan yang ≥
Bila diketahui fungsi kendala seperti ini.
6x + 4y ≥ 24 maka bila diubah menjadi persamaan (equation)
dikurangi variabel kekenduran (slack variable) sebagi berikut.
6x – 4y – S1 = 24
Mengigat slack variable S 1 negatif maka masalah ini tidak
dapat diselesaikan dengan matriks simplex. Mengapa? Karena
metode Simplex hanya memerlukan setiap persamaan mempunyai
harga satu (hanya satu) nilai positif (non zero) yang dapat
dimasukkan ke dalamnya.
E. BEBERAPA HAL PENTING DALAM SIMPLEX DUAL

Lalu bagaimana bila masalah tersebut tetap diselesaikan dengan


cara simplex?
Caranya kita tambahkan variabel bantuan A1 (artificial variable) untuk
“mengimbangi”
Jadi :
6x + 4y + S1 + A1= 24
Catatan :
Variabel tambahan memang tidak diinginkan dalam solusi optimum.
Oleh karena itu, pada fungsi tujuan akan dicantumkan M untuk
“mengimbangi” variabel buatan tersebut.
E. BEBERAPA HAL PENTING DALAM SIMPLEX DUAL

3. Persamaan (Equation)
Nilai dalam fungsi kendala terdapat persamaan (ini sekedar contoh)
maka.
2x + 3y = 100 maka perlu dibuat variabel buatan (artificial variable)
sehingga :
2x + 3y + A = 100
Dengan cara itu dapat digunakan cara simplex, tetapi untuk
mengimbanginya ditambahkan M dalam fungsi tujuan, karena M
merupakan variabel buatan.
E. BEBERAPA HAL PENTING DALAM SIMPLEX DUAL

4. Kurang Lebih Mendekati (Approximation)


Selain dari itu mungkin kita akan menemukan fungsi kendala dalam
bentuk berikut.
4x + 8y = 80 (contoh lain)
Simbol = adalah kira-kira atau kurang lebih mendekati nilai 80.
Agar dapat diselesaikan dengan cara simplex maka perlu dibutuhkan
variabel “kurang” dan variabel “lebih” sehingga menjadi:
4x + 8y + S 1 – S2 = 80
Untuk “mengimbangi” kedua variabel tersebut pada fungsi tujuan
yang semula, misalnya 100x + 80y perlu disesuaikan sehingga fungsi
objectif (tujuannya) berubah menjadi :
100x + 80y + S 1 – S2  maksimum
E. BEBERAPA HAL PENTING DALAM SIMPLEX DUAL

Hal tersebut di atas berlaku untuk masalah primal maupun dual.


Contoh kasus :
Untuk memudahkan penghayatan, kiranya contoh dibawah ini perlu
disimak secara seksama.
Fungsi tujuan:
60x + 50y  maksimum
Fungsi kendala:
8x + 4y ≠ 120 ……………………(1)
4x + 6y ≥ 100 …………………..(2)
6x + 18y = 130 …………………(3)
10x + 4 y = 80 …………….……(4)
E. BEBERAPA HAL PENTING DALAM SIMPLEX DUAL

Fungsi kendala pada contoh diatas harus ditambahkan berbagai


variabel kekenduran S (slack variable) atau variabel bantuan A (artifical
variable) sehingga diperoleh persamaan (equation) berikut.
(1) 8x +4y + S1 = 120
(2) 4x + 6y – S2 + A1 = 100
(3) 6x + 18y + A2 = 130
(4) 10x + 4 y –S3 + S4 = 80
Fungsi tujuannya dimodifikasi menjadi:
60x + 50y + OS1 + OS2 – S – S – M - M  maksimum
Bila nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam matriks simplex
permulaan (Simplex Initial Matrix) maka simak penjelasan berikut.
E. BEBERAPA HAL PENTING DALAM SIMPLEX DUAL
Tabel 4.4 Matriks Dual Simplex Permulaan (Matrix-1/Dual Simplex)

Baris Z x y1 S1 S2 S3 S4 -M1 -M2 Solusi Kolom


Z 1 60 50 0 0 -1 -1 U1 U2 0 Indeks

S1 0 8 4 1 0 0 0 0 0 120
A1 -M 4 6 0 -1 0 0 1 0 100
A2 -M 6 18 0 0 0 0 0 1 130
S4 -1 10 4 0 0 -1 1 0 0 80
Baris Indeks
Selanjutnya dapat diselesaikan sampai mencapai matriks yang optimal
berdasarkan proses simplex yang tertera dalam Bab 3 (mencari Angka
Kunci sampai mencapai Angka Baru dll)
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Contoh ini disarikan dari Buffa, Elwood S, Operation and Productions
Management sebagai berikut.
Fungsi Tujuan :
60x + 50y  Maksimum
Fungsi Kendala :
2x + 4y ≤ 80
3x + 2y ≤ 60
x ≤ 15
y ≤ 36
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Apabila menggunakan Primal maka bentuk dasar “matriks” sebagai
berikut.
F. Tujuan 60 50
Variabel Variabel
F. Kendala X y Lain

80 ≥ 2 4 V1
60 ≥ 3 2 V2
15 ≥ 1 0 V3
36 ≥ 0 2 V4
Lalu, dimodifikasi dalam bentuk “duall” agar jumlah barisnya lebih
sedikit maka kita bubuhkan variabel lain (V1, V2, V3, V4) pada sisi
kanan dalam kolom baru sehingga menjadi berikut.
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
F. Tujuan 60 50
Variabel
X y
F. Kendala
80 ≥ 2 4
50 ≥ 3 2
15 ≥ 1 0
36 ≥ 0 2

Matriks ini terdiri dari 4 baris, yaitu V1, V2, V3, V4 dan x, y
Seperti diketahui, penyelesaian matriks 4 baris lebih kompleks dan sulit
sehingga perlu diusahakan jumlah barisnya menjadi 2 saja. Dalam hal
ini berarti semula baris V menjadi kolom V atau kolom x, y menjadi
baris x, y sehingga baris matriksnya menjadi lebih sedikit, dimana
semula 4 baris V menjadi 2 baris saja.
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Model matriksnya menjadi sebagai berikut.
-80 -60 -15 -36
V1 V2 V3 V4
2 3 1 0 60
4 2 0 2 50

Kemudian tambahkan slack variable dan artificial sehingga


memungkinkan dapat dipecahkan dengan metode simplex.
Bentuk matriks simplex dual permulaannya sebagai berikut :
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Tabel 4.5 Matriks-1/ Dual Simplex
Baris Z V1 V2 V3 V4 S1 S2 A1 A2 Solusi Kolom
Z 1 -80 -60 -15 -36 0 0 -M -M 0 Indeks

S1 0 2 3 1 0 -1 0 1 0 60
S2 0 4 2 0 2 0 -1 0 1 50
BarisMelalui
Indeks proses
+80 +60atau
+15prosedur
+36 0 perhitungan
0 -M -Mseperti
0 Bab 3 diperoleh
matriks simplex optimum sebagai berikut.

Baris Z V1 V2 V3 V4 S1 S2 A1 A2 Solusi Kolom


Indeks
Z -80 -60 -15 -36 0 0 -M -M 0

V2 35/2 0 1 ½ -1/2 -1/2 ¼ ½ -1/4 60


V1 15/4 1 0 -1/4 ¾ ¼ -3/8 -1/4 3/8 50
Baris Indeks 0 0 5 6 10 15 M- M- M-
10 15 1350
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Namun, apabila kita menyelesaikannya dengan Primal Simplex
maka akan diperoleh Matriks Optimum berikut.
2x + 4y +1S1 + 0S2 = 80
3x + 2y +1S2 + 0S2 = 60
x + 0y + 0S2 + 1S3 = 15
0x + 2y + 0S3 + 1S4 = 36
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Tabel 4.7 Matriks-1/Pimal Simplex
Baris Z x y S1 S2 S3 S4 Solusi Kolom
Indeks
Z 1 60 50 0 0 0 0

S1 0 2 4 1 0 0 0 80 40
S2 0 3 2 0 1 0 0 60 20
BK
S3 0 1 0 0 0 1 0 15 15
S4 0 0 2 0 0 0 1 0 0
Baris Indeks -60 -50 0 0 0 0 0
KK

Angka Baru pada Baris Kunci Matriks-2


Baris Z x y S1 S2 S3 S4 Solusi
x 60 1 0 0 0 1 0 15
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Angka Baru pada Sel-Sel Lain
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Tabel 4.8 Matriks-2/Pimal Simplex
Baris Z x y S1 S2 S3 S4 Solusi Kolom
Z 1 60 50 0 0 0 0 Indeks

S1 0 0 4 1 0 -2 0 50 12.5 BK
S2 0 0 2 0 1 -3 0 15 7.5
x 60 1 0 0 0 1 0 15 0
S4 0 0 2 0 0 0 1 36 18
Baris Indeks 0 -50 0 60 60 0

KK
Angka Baru pada Baris Kunci Matriks-3
Baris Z x y S1 S2 S3 S4 Solusi
60 0 1 0 ½ -1 ½ 0 7.5
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Angka Baru pada Sel-Sel Lain
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Tabel 4.9 Matriks-3/Pimal Simplex
Baris Z x y S1 S2 S3 S4 Solusi Kolom
Z 1 60 50 0 0 0 0 Indeks

S1 0 0 0 -2 4 0 0 20 0
S2 0 0 2 0 1 -3 0 15 -5 BK
y 50 0 1 0 ½ -1 ½ 0 7.5 -5
x 60 1 0 0 0 1 0 15 15
S4 0 0 0 0 -1 3 1 21 7
Baris Indeks 0 0 0 25 -15 0

KK
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Tabel 4.10 Matriks Optimum Pimal Simplex
Baris Z x y S1 S2 S3 S4 Solusi
Z 1 60 50 0 0 0 0
S3 0 0 0 ¼ -½ 1 0 5
y 50 0 1 3/8 -¼ 0 0 15
x 60 1 0 -¼ ½ 0 0 10
S4 0 0 0 ¾ ½ 0 1 6
Baris Indeks 0 0 15/4 35/2 0 0 1350

Adapun cara membaca Matriks Optimal sama saja dengan penjelasan


pada Bab 3. Harga pada Matriks Optimal/Dual (lihat Tabel 4.6), dapat
kita simpulkan bahwa hasil sebanyak US$ 1350 pada waktu produk V 1
sebanyak 35/2 dan V 2 sebanyak 15/4 (kombinasi optimum V 1 dan V2)
lihat Kolom Z dan sel (Baris Indeks, Solusi)
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Sedangkan dari Matriks Optimum/Primal (lihat Tabel 4.10), kita
dapat menyimpulkan penghasilan maksimum sebesar US$ 1350
diperoleh pada waktu x dibuat sebanyak 10 unit dikombinasikan secara
optimum dengan produk y sebanyak 15 unit. Lihat kolom Z dan sel
(Baris Indekx, Solusi).
Pertanyaan yang mungkin timbul dalam pikiran Anda, cara simplex
mana yang paling baik? Jawabannya adalah tergantung masalahnya
seperti persyaratan yang dijelaskan di atas. Setelah itu tergantung juga
pada selera masing-masing. Artinya, ada masalah yang dapat
diselesaikan dengan simplex primal maupun simplex dual. Tetapi, ada
pula masalah yang harus diselesaikan dengan cara dual saja atau
primal saja.

Anda mungkin juga menyukai