BAB 4
Maksimum n
Atau Z = ∑ Ci Xj
j=1
Minimumkan
Fungsi tujuan 10 24 8 0
primal
2. Ketidaksamaan yang ≥
Bila diketahui fungsi kendala seperti ini.
6x + 4y ≥ 24 maka bila diubah menjadi persamaan (equation)
dikurangi variabel kekenduran (slack variable) sebagi berikut.
6x – 4y – S1 = 24
Mengigat slack variable S 1 negatif maka masalah ini tidak
dapat diselesaikan dengan matriks simplex. Mengapa? Karena
metode Simplex hanya memerlukan setiap persamaan mempunyai
harga satu (hanya satu) nilai positif (non zero) yang dapat
dimasukkan ke dalamnya.
E. BEBERAPA HAL PENTING DALAM SIMPLEX DUAL
3. Persamaan (Equation)
Nilai dalam fungsi kendala terdapat persamaan (ini sekedar contoh)
maka.
2x + 3y = 100 maka perlu dibuat variabel buatan (artificial variable)
sehingga :
2x + 3y + A = 100
Dengan cara itu dapat digunakan cara simplex, tetapi untuk
mengimbanginya ditambahkan M dalam fungsi tujuan, karena M
merupakan variabel buatan.
E. BEBERAPA HAL PENTING DALAM SIMPLEX DUAL
S1 0 8 4 1 0 0 0 0 0 120
A1 -M 4 6 0 -1 0 0 1 0 100
A2 -M 6 18 0 0 0 0 0 1 130
S4 -1 10 4 0 0 -1 1 0 0 80
Baris Indeks
Selanjutnya dapat diselesaikan sampai mencapai matriks yang optimal
berdasarkan proses simplex yang tertera dalam Bab 3 (mencari Angka
Kunci sampai mencapai Angka Baru dll)
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Contoh ini disarikan dari Buffa, Elwood S, Operation and Productions
Management sebagai berikut.
Fungsi Tujuan :
60x + 50y Maksimum
Fungsi Kendala :
2x + 4y ≤ 80
3x + 2y ≤ 60
x ≤ 15
y ≤ 36
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Apabila menggunakan Primal maka bentuk dasar “matriks” sebagai
berikut.
F. Tujuan 60 50
Variabel Variabel
F. Kendala X y Lain
80 ≥ 2 4 V1
60 ≥ 3 2 V2
15 ≥ 1 0 V3
36 ≥ 0 2 V4
Lalu, dimodifikasi dalam bentuk “duall” agar jumlah barisnya lebih
sedikit maka kita bubuhkan variabel lain (V1, V2, V3, V4) pada sisi
kanan dalam kolom baru sehingga menjadi berikut.
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
F. Tujuan 60 50
Variabel
X y
F. Kendala
80 ≥ 2 4
50 ≥ 3 2
15 ≥ 1 0
36 ≥ 0 2
Matriks ini terdiri dari 4 baris, yaitu V1, V2, V3, V4 dan x, y
Seperti diketahui, penyelesaian matriks 4 baris lebih kompleks dan sulit
sehingga perlu diusahakan jumlah barisnya menjadi 2 saja. Dalam hal
ini berarti semula baris V menjadi kolom V atau kolom x, y menjadi
baris x, y sehingga baris matriksnya menjadi lebih sedikit, dimana
semula 4 baris V menjadi 2 baris saja.
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Model matriksnya menjadi sebagai berikut.
-80 -60 -15 -36
V1 V2 V3 V4
2 3 1 0 60
4 2 0 2 50
S1 0 2 3 1 0 -1 0 1 0 60
S2 0 4 2 0 2 0 -1 0 1 50
BarisMelalui
Indeks proses
+80 +60atau
+15prosedur
+36 0 perhitungan
0 -M -Mseperti
0 Bab 3 diperoleh
matriks simplex optimum sebagai berikut.
S1 0 2 4 1 0 0 0 80 40
S2 0 3 2 0 1 0 0 60 20
BK
S3 0 1 0 0 0 1 0 15 15
S4 0 0 2 0 0 0 1 0 0
Baris Indeks -60 -50 0 0 0 0 0
KK
S1 0 0 4 1 0 -2 0 50 12.5 BK
S2 0 0 2 0 1 -3 0 15 7.5
x 60 1 0 0 0 1 0 15 0
S4 0 0 2 0 0 0 1 36 18
Baris Indeks 0 -50 0 60 60 0
KK
Angka Baru pada Baris Kunci Matriks-3
Baris Z x y S1 S2 S3 S4 Solusi
60 0 1 0 ½ -1 ½ 0 7.5
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Angka Baru pada Sel-Sel Lain
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Tabel 4.9 Matriks-3/Pimal Simplex
Baris Z x y S1 S2 S3 S4 Solusi Kolom
Z 1 60 50 0 0 0 0 Indeks
S1 0 0 0 -2 4 0 0 20 0
S2 0 0 2 0 1 -3 0 15 -5 BK
y 50 0 1 0 ½ -1 ½ 0 7.5 -5
x 60 1 0 0 0 1 0 15 15
S4 0 0 0 0 -1 3 1 21 7
Baris Indeks 0 0 0 25 -15 0
KK
F. CONTOH SIMPLEX DUAL
Tabel 4.10 Matriks Optimum Pimal Simplex
Baris Z x y S1 S2 S3 S4 Solusi
Z 1 60 50 0 0 0 0
S3 0 0 0 ¼ -½ 1 0 5
y 50 0 1 3/8 -¼ 0 0 15
x 60 1 0 -¼ ½ 0 0 10
S4 0 0 0 ¾ ½ 0 1 6
Baris Indeks 0 0 15/4 35/2 0 0 1350