Anda di halaman 1dari 11

LINEAR PROGRAMMING

METODE SIMPLEKS PERMASALAHAN MINIMISASI

PENDAHULUAN

Hingga saat ini yang telah kita pelajari adalah penyelesaian permasalahan Linear
Programming (LP) dengan tanda pertidaksamaan ≤ yang biasanya kita jumpai dalam
permasalahan dengan fungsi tujuan maksimisasi. Prosedur dalam penyelesaian permasalahan
maksimisasi dapat juga kita gunakan untuk menyelesaikan permasalahan minimisasi yang
biasanya mempunyai tanda ≥ dan atau = pada fungsi kendalanya.

Pada bagian ini akan kita bahas penyelesaian permasalahan LP dengan fungsi tujuan
minimisasi. Pembahasan akan dimulai dengan memformulasikan permasalahan sesuai dengan
standard simpleks, kemudian dilanjutkan dengan melakukan iterasi atau perbaikan tabel
hingga optimal dan bagian terakhir pada bab ini akan dikemukakan beberapa issue teknis
yang sering kita jumpai dalam metode simpleks

Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda dapat:


1. Memformulasikan permasalahan sesuai standard simpleks untuk fungsi kendala
dengan tanda ≥ dan atau = .
2. Menyelesaikan permasalahan linear programming dengan iterasi simpleks untuk
fungsi tujuan minimisasi.
3. Menginterpretasikan tabel optimal simpleks
4. Memahami adanya kasus khusus di dalam metode simpleks.

Metode Simpleks Permasalahan Minimisasi 1


TOPIK 1: Formulasi Permasalahan LP sesuai dengan Standard
Simpleks: Kasus Minimisasi

TOPIK1
A. FORMULASI PERMASALAHAN MENURUT METODE SIMPLEKS UNTUK
TANDA PERTIDAKSAMAAN ≥ DAN ═

Pada topik ini akan kita bahas mengenai penyelesaian permasalahan LP dengan fungsi tujuan
minimisasi. Pada permasalahan minimisasi, biasanya kita jumpai tanda ≥ pada fungsi kendala.
Kendati demikian tidak menutup kemungkinan fungsi kendala mempunyai tanda ═ .

Dalam menyelesaikan permasalahan LP dengan metode simpleks, langkah pertama yang


harus kita lakukan adalah menyesuaikan formulasi permasalahan dengan standard simpleks.
Dengan kata lain kita harus merubah tanda pertidaksamaan menjadi persamaan.

Pada fungsi kendala dengan tanda ≤ kita harus menambahkan slack variabel yang
menyatakan kapasitas yang tidak digunakan atau yang tersisa pada departemen tersebut. Hal
ini karena ada kemungkinan kapasitas yang tersedia tidak semuanya digunakan dalam proses
produksi.

Pada permasalahan minimisasi kita jumpai fungsi kendala dengan tanda ≥ , artinya bahwa kita
dapat menggunakan sumberdaya lebih dari yang tersedia. Pertanyaan yang muncul adalah
berapa besarnya kelebihan sumberdaya yang telah kita gunakan dari yang tersedia ?. Untuk
menyatakan kelebihan sumberdaya yang digunakan dari yang tersedia ini, maka kita harus
mengurangi kendala tersebut dengan surplus variabel. Surplus variabel ini sering juga disebut
sebagai slack variabel yang negatif.

Karena nilai solusi pada permasalahan LP harus non-negatif maka untuk mengatasi masalah
ini kita harus menambahkan artificial variabel (A). Artificial variabel ini secara phisik tidak
mempunyai arti, dan hanya digunakan untuk kepentingan perhitungan saja.

Untuk lebih memahami permasalahan ini marilah kita lihat permasalahan Galuh Chemical
Company. Galuh Chemical Company harus membuat 1000 unit campuran phospate dan
postassium. Biaya per unit phospate adalah $5, sedangkan biaya per unit postassium $6.
Jumlah phospate yang dapat digunakan tidak lebih dari 300 unit sedangkan postassium harus
digunakan minimal 150 unit. Berapa masing-masing jumlah phospate dan postassium yang
harus digunakan agar biaya total minimum ?

Permasalahan Galuh Chemical Company dapat kita formulasikan ke dalam bentuk LP sebagai
berikut :

Metode Simpleks Permasalahan Minimisasi 2


Fungsi Tujuan : Minimisasikan Cost Z = 5X1 + 6X2
Fungsi kendala :
X1 + X2 = 1000
X1 ≤ 300
X2 ≥ 150
X1, X2 ≥ 0
Dimana : X1 = jumlah phospate dalam unit
X2 = jumlah postassium dalam unit

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan metode simpleks kita harus


memformulasikan kembali permasalahan tersebut sesuai dengan standard simpleks. Formulasi
sesuai standard simpleks artinya kita harus merubah tanda pertidaksamaan (≤ maupun ≥ )
menjadi persamaan. Untuk kendala dengan tanda = kita hanya menambahkan artificial
variabel saja. Sehingga kendala yang pertama akan menjadi :
X1 + X2 + A1 = 1000

Kendala kedua, X1 ≤ 300 , kita tambahkan slack variabel sehingga menjadi :


X1 + S1 = 300

Sedangkan kendala ketiga, X2 ≥ 150, harus dikurangi dengan surplus variabel dan ditambah
dengan artificial variabel, sehingga menjadi :
X2 – S2 + A2 = 150

Terakhir kita harus menuliskan fungsi tujuan. Karena dalam fungsi kendala ada artificial
variabel, maka kita harus memberikan koefisien +M untuk artificial variable tersebut di
fungsi tujuan. Koefisien +M ini menunjukkan angka yang sangat besar nilainya, sehingga
dalam kasus ini dapat diinterpretasikan biaya yang sangat tinggi.

Fungsi tujuan dalam permasalahan Galuh Chemical Company akan menjadi :


Minimisasikan biaya Z = 5X1 + 6X2 + 0S1 + 0S2 + MA1 + MA2

Formulasi sesuai standard simpleks dari permasalahan Galuh Chemical Company secara
lengkap adalah :
Fungsi Tujuan : Minimisasikan biaya Z = 5X1 + 6X2 + 0S1 + 0S2 + MA1 + MA2
Fungsi kendala :
X1 + X2 + A1 = 1000
X1 + S1 = 300
X2 – S2 + A2 = 150
X1, X2, S1, S2, A1, A2 ≥ 0

Apabila pada fungsi kendala terdapat artificial variabel, sedangkan fungsi tujuannya
maksimisasi, maka koefisien artificial variabel pada fungsi tujuan adalah –M.

Metode Simpleks Permasalahan Minimisasi 3


B. MEMBUAT TABEL AWAL SIMPLEKS

Langkah selanjutnya untuk menyelesaikan permasalahan LP dengan metode simpleks adalah


membuat tabel awal. Pada dasarnya untuk membuat tabel awal pada permasalahan minimisasi
sama dengan permasalahan maksimisasi yang telah kita bahas sebelumnya. Hanya saja karena
pada permasalahan Galuh Chemical Company kita mengenal variabel lain selain slack
variabel yaitu surplus variabel dan artificial variabel, maka variabel yang boleh masuk ke
kolom product mix pada tabel awal ini hanyalah slack variabel dan artificial variabel. Tabel
awal permasalahan Galuh Chemical Company dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Tabel Awal kasus Galuh Chemical Company

Angka pada baris Cj (5, 6, 0, 0, +M, +M) tersebut adalah koefisien pada fungsi tujuan.
Sedangkan angka (1, 1, 0, 0, 1, 0) pada baris A1 serta angka (1, 0, 1, 0 0, 0) pada baris S1 dan
angka (0, 1, 0, -1, 0, 1) pada baris A2 adalah koefisien pada kendala 1, 2 dan 3.

Angka pada baris Zj (+M, 2M, 0, -M , +M, +M ) diperoleh dari penjumlahan hasil kali kolom
Cj dengan kolom yang bersesuaian. Sebagai contoh kita akan menentukan nilai Zj kolom X1
= (M x 1) + (0 x 1) + (M x 0) = M. Dengan cara yang sama kita peroleh nilai Zj pada kolom
yang lain.

Angka pada baris Cj – Zj diperoleh dari angka pada baris Cj dikurangi dengan angka pada
baris Zj. Sebagai contoh kita akan menghitung nilai Cj – Zj pada kolom X1 = 5 (yaitu angka
pada baris Cj) – M (angka pada baris Zj) = 5 - M . Demikian juga untuk menghitung nilai Cj –
Zj untuk kolom-kolom yang lain digunakan cara yang sama.

Rangkuman:

 Dalam formulasi permasalahan LP sesuai standard simpleks untuk fungsi kendala


dengan tanda ≥ harus dikurangi dengan surplus variable dan ditambah dengan
artificial variable. Sedangkan untuk fungsi kendala dengan tanda = hanya ditambah
ariticial variable.
 Karena pada fungsi kendala terdapat artificial variable, maka pada fungsi tujuan
harus ditambahkan koefisien -M untuk permasalahan maksimisasi serta koefisien
+M untuk permasalahan minimisasi.

Metode Simpleks Permasalahan Minimisasi 4


TOPIK 2: Penyelesaian Permasalahan LP sesuai dengan Metode
Simpleks: Kasus Minimisasi

A. MENENTUKAN PIVOT COLUMN DAN PIVOT ROW

Untuk melakukan perbaikan tabel kita harus menentukan pivot column dan pivot row
seperti yang telah kita bahas pada kasus maksimisasi. Hanya saja penentuan pivot column
pada kasus minimisasi berbeda dengan kasus maksimisasi. Pada kasus minimisasi, pivot
column ditentukan dengan cara memilih angka pada baris Cj – Zj yang mempunyai tanda
negatif serta angkanya paling besar.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perbaikan tabel adalah sebagai-berikut :


1. Menentukan pivot column (variabel yang akan masuk ke dalam kolom Product Mix),
yaitu dengan memilih variable yang mempunyai nilai Cj – Zj negatif serta angkanya
paling besar. Pivot column ini disebut juga optimal column atau kolom kunci.
2. Menentukan pivot row (variable yang akan keluar dari kolom Product Mix), yaitu
dengan membagi kolom kuantitas dengan optimal column atau pivot column
kemudian pilih hasil bagi non-negatif terkecil.

Untuk lebih memahami bagaimana kita menentukan pivot column dan pivot row,
marilah kita lihat kembali tabel awal Galuh Chemical Company.

Tabel 3.2. Menentukan Pivot Column dan Pivot Row Kasus Galuh Chemical Company

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variable yang mempunyai nilai Cj – Zj negatif
dan angkanya paling besar adalah variabel X2, karena M menyatakan bilangan yang sangat
besar nilainya. Dengan demikian variabel X2 disebut sebagai Pivot Column.

Untuk menentukan pivot row, kita akan membagi angka pada kolom kuantitas dengan
pivot column (kolom X2), kemudian kita pilih hasil bagi non-negatif terkecil. Pada kasus
Galuh Chemical Company, variabel yang merupakan pivot row (baris kunci) adalah variabel
A2. Oleh karena itu pada tabel berikutnya (Tabel 2), variabel A2 akan keluar dan digantikan
oleh variabel X2.

Metode Simpleks Permasalahan Minimisasi 5


B. MELAKUKAN ITERASI (PERBAIKAN TABEL)

Dalam baris Cj – Zj tabel 3.1, dapat kita lihat terdapat 2 variabel yang mempunyai nilai
negatif yaitu X1 dan X2. Dalam aturan permasalahan minimisasi, apabila pada baris Cj-Zj
masih terdapat nilai negatif maka tabel tersebut belum optimal, oleh karena itu kita perlu
melakukan iterasi.
Dalam melakukan iterasi langkah yang kita lakukan sama seperti pada permasalahan
maksimisasi, yaitu menentukan pivot column dan pivot row terlebih dahulu. Penentuan pivot
column dan pivot row ini sudah kita lakukan pada bagian A topik ini. Yang merupakan pivot
column adalah variabel X2 sedangkan pivot row adalah variabel A2. Setelah pivot column dan
pivot row ditentukan maka kita akan menghitung baris X2 untuk tabel 2 ini yaitu dengan cara
baris A2 tabel awal dibagi pivot number (angka kunci), yaitu 1.

Perhitungan nilai pada baris X2 adalah sebagai berikut :

Angka-angka pada baris X2 secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

Langkah selanjutnya adalah mengisi baris yang lain yang bukan merupakan pivot row,
yaitu angka pada baris lama tabel sebelumnya dikurangi dengan hasil perkalian antara angka
pada pivot column baris bersangkutan, dengan angka pada baris baris yang menggantikan.
Dalam kasus Galuh Chemical Company ada 2 variabel yang akan dihitung nilai pada baris
yang baru yaitu baris A1 dan S1.

Perhitungan angka pada baris A1 tabel 2 adalah sebagai berikut :

Metode Simpleks Permasalahan Minimisasi 6


Baris S2 yang baru pada tabel 2 akan terlihat sebagai berikut :

Perhitungan angka pada baris S1 tabel 2 adalah sebagai berikut :

Baris S1 yang baru pada tabel 2 akan terlihat sebagai berikut :

Tabel 2 dari kasus Galuh Chemical Company secara lengkap adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3. Tabel 2 Kasus Galuh Chemical Company

Perbaikan tabel ini akan kita lakukan hingga kita memperoleh tabel optimal, yaitu
apabila baris Cj – Zj sudah positif atau nol. Karena pada tabel 2 ini masih kita jumpai angka
yang bertanda negatif pada baris Cj-Zj yaitu angka pada kolom X1 (5-M) dan kolom S2 (6-
M), maka kita akan melakukan perbaikan tabel dengan membuat tabel 3 dan seterusnya
hingga memperoleh tabel optimal. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membuat
tabel perbaikkan sama dengan langkah-langkah yang telah kita lakukan pada saat membuat
tabel 2 yaitu: tentukan pivot column, pivot row, pivot number, kemudian hitung angka pada
baris yang menggantikan serta angka pada baris yang lainnya.
Pivot column pada tabel 2 di atas adalah kolom X1 (karena mempunyai angka negatif terbesar
yaitu 5-M), dan pivot row adalah baris S1 (karena merupakan hasil bagi non-negatif terkecil).

Metode Simpleks Permasalahan Minimisasi 7


Untuk lebih jelasnya perhatikan perhitungan untuk menentukan pivot row berikut ini :
Untuk baris A1 : 850/1 = 850
Untuk baris S1 : 300/1 = 300  rasio non-negatif terkecil  pivot row
Untuk baris X2: 150/0  abaikan rasio seperti ini N

Seperti halnya pada saat kita membuat tabel 2, untuk membuat tabel 3 ini setelah kita
menentukan pivot column dan pivot row maka kita akan menentukan pivot number dan
kemudian akan mengisi angka pada baris yang menggantikan yaitu baris X1. Pivot number
pada tabel 2 adalah 1, yaitu angka pada perpotongan kolom X1 dan baris S1. Angka-angka
pivot column, pivot row serta pivot number pada tabel 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Untuk mengisi angka-angka pada baris X1 tabel 3 kita akan membagi angka-angka
pada baris S1 tabel 2 dengan pivot number. Perhitungan selengkapnya adalah sebagai berikut :
Kolom X1 1÷1=1
Kolom X2 0÷1=0
Kolom S1 1÷1=1
Kolom S2 0÷1=0
Kolom A1 0÷1=0
Kolom A2 0÷1=0
Kolom Kuantitas 300 ÷ 1 = 300

Sehingga baris X1 pada tabel 3 akan terlihat seperti berikut ini

Setelah mengisi angka-angka pada baris X1 maka untuk melengkapi tabel 3 kita harus
mengisi angka-angka pada baris A1 dan X2. Cara untuk mengisi angka-angka pada baris A1
dan X2 sama dengan cara untuk mengisi baris lainnya pada tabel 2 di atas. Perhitungan secara
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Mengisi angka pada baris A1

Baris A1 yang baru pada tabel 3 akan terlihat sebagai berikut :

Metode Simpleks Permasalahan Minimisasi 8


Menghitung angka pada baris X2 tabel 3.

Sehingga angka Baris A1 pada tabel 3 akan terlihat sebagai berikut :

Tabel 3 secara lengkap dapat dilihat seperti tabel di bawah ini :


Tabel 3.4 Tabel 3 Galuh Chemical Company

Dari tabel 3.4 ternyata belum optimal karena pada baris Cj-Zj masih kita jumpai angka
negatif yaitu pada kolom S2. Oleh karena itu kita akan membuat tabel yang ke 4. Pivot
column pada tabel 3 adalah kolom S2 sedangkan pivot row adalah baris A1. Perhatikan hasil
perhitungan berikut ini.
Baris A1: 550/1 = 550 pivot row
Baris X1 = 300/0 = 0 abaikan
Baris X2 = 150/ -1 = -150 abaikan

Metode Simpleks Permasalahan Minimisasi 9


Dari informasi di atas berarti variabel yang akan masuk ke tabel 4 adalah variabel S2
sedangkan variabel yang akan keluar adalah variabel A1. untuk membuat tabel 4 kita akan
mengisi angka pada baris S2 terlebih dahulu baru kemudian angka pada baris X1 dan X2.

Angka pada baris S2 secara lengkap sebagai berikut

Perhitungan angka baris X1

Angka pada baris X1 secara lengkap adalah sebagai berikut:

Perhitungan angka pada baris X2 tabel 4

Metode Simpleks Permasalahan Minimisasi 10


Angka pada baris X2 secara lengkap adalah sebagai berikut

Tabel 4 secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.5.


Tabel 3.5. Tabel Optimal Kasus Galuh Chemical Company

Karena pada baris Cj – Zj pada tabel 4 tersebut sudah positif dan nol maka tabel 4
merupakan tabel optimal. Dari tabel 4 dapat kita simpulkan bahwa jumlah X1 yang
diproduksi 300 unit, X2 700 unit dengan biaya total $ 5.700. S2 sebesar 550 menunjukkan
bahwa jumlah postassium yang dipakai lebih dari yang tersedia. Besarnya kelebihan tersebut
adalah 550.

C. ISU TEKNIS PADA METODE SIMPLEKS


1. Infeasibility adalah suatu situasi dimana tidak ada solusi yang memenuhi semua kendala.
Jika kita menyelesaikan secara simpleks, infeasibility ini akan terlihat jika semua angka
pada baris Cj –Zj sudah menunjukkan solusi yang optimal, namun artificial variable masih
berada pada kolom product mix.
2. Unboundedness solution adalah situasi yang menggambarkan bahwa permasalahan LP
tidak mempunyai batasan solusi. Hal ini terjadi pada kasus maksimisasi. Dalam metode
simpleks, situasi unboundedness akan terlihat apabila saat kita akan menentukan pivot
row, tidak ada angka yang memenuhi syarat, yaitu: tidak ada hasil bagi yang non-negatif.
3. Degeneracy adalah situasi dimana ada satu variabel solusi (product mix) bernilai nol. Hal
ini diindikasikan adanya hasil bagi yang mempunyai nilai terkecil sama, saat kita
menentukan pivot row.
4. Alternative optima adalah situasi dimana terdapat lebih dari satu solusi optimal. Hal ini
terjadi jika nilai pada baris Cj – Zj sama dengan nol untuk variabel yang tidak berada pada
kolom Product Mix.

Rangkuman:
 Penyelesaian permasalahan simpleks untuk kasus minimisasi pada dasarnya sama dengan
penyelesaian permasalahan maksimisasi. Perbedaannya hanyalah pada saat menentukan
pivot column yaitu kita pilih angka pada baris Cj – Zj yang merupakan tanda negatif dan
angkanya paling besar. Tabel disebut optimal jika angka pada baris Cj – Zj sudah positif
atau nol.
 Pada metode simpleks seringkali dijumpai beberapa kasus yaitu infeasibility,
unboundedness solution, degeneracy, serta alternative optima.

Metode Simpleks Permasalahan Minimisasi 11

Anda mungkin juga menyukai