Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM LINIER

DUALITAS

Dosen Pengampu :

Mu’jizatin Fadiana, S. Si, M. Pd.

Disusun Oleh :

Rika Yuli Susanto


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2021
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN
Jl. Manunggal No. 61 Tuban Telp : (0356) 322233 Fax (0356)
331578 Website : www.unirow.ac.id email :
prospective@unirow.ac.id

DUALITAS

A. Teori Dualitas
Ide dasar yang melatarbelakangi teori dualitas adalah bahwa setiap
persoalan program linier mempunyai suatu program linier lain yang saling
berkaitan yang disebut “dual”, sedemikian sehingga solusi pada persoalan
semula (yang disebut "primal”) juga memberi solusi pada dualnya.
Dualitas adalah masalah program linier yang didefinisikan secara langsung
dan sistematik dari model asli atau model primal program linier. Dualitas
didefinisikan untuk macam-macam bentuk primal tergantung pada type
batasan, tanda-tanda variabel dan fungsi tujuan serta jenis keoptimalannya.
Akan tetapi, karena setiap persoalan programa linier harus dibuat
dalam bentuk standar lebih dahulu sebelum modelnya dipecahkan , maka
pendefinisian dibawah ini akan secara otomatis meliputi hal di atas.
Bentuk Umum dari primal dan dual adalah:
1. Primal
Fungsi Tujuan : Maksimumkan: 𝑍 = c 1 x 1 +c 2 x 2 + ⋯ +c n x n
Fungsi Pembatas : a 11 x 1 +a 12 x 2+ ⋯ +a 1n x n ≤ b 1

a 21 x 1+ a22 x 2 + ⋯ + a2 n x n ≤ b2
⋮ ⋮⋮
a m 1 x 1+ am 2 x2 + ⋯ +a mn x n ≤ b m
x 1 , x 2 ,… , x n ≥ 0
Dual
Fungsi Tujuan: Minimumkan: W = b 1 y 1 +b2 y 2+ ⋯ + bm y m
Fungsi Pembatas :a 11 y 1+ a21 y 2 + ⋯ +am 1 y m ≤c 1
a 12 y 1+ a22 y 2+ ⋯ + am 2 y m ≤ c 2
⋮ ⋮⋮
a 1n x 1+ a2 m x 2+ ⋯ + anm x m ≤ cn
y1 , y2 , … , ym≥ 0
Kalau kita bandingkan kedua persoalan di atas, ternyata
terdapat korespondensi antara primal dengan dual sebagai berikut :

B. Hubungan Primal Dual


Masalah primal dan masalah dual memiliki kaitan/hubungan yang sangat
erat. Jika kita bandingkan kedua persoalan primal dan dual di atas, ternyata
terdapat hubungan antara primal dengan dual sebagai berikut:
1. Koefisien fungsi tujuan masalah primal menjadi konstan sisi kanan
masalah dual. Sebaliknya, konstan sisi kanan primal menjadi koefisien
fungsi tujuan dual.
2. Tanda pertidaksamaan kendala dibalik.
3. Tujuan diubah dari minimasi dalam primal menjadi maksimasi dalam
dual, dan demikian pula berlaku sebaliknya (Fungsi tujuan berubah
bentuk: maksimasi menjadi minimasi dan sebaliknya).
4. Setiap kolom pada primal berhubungan dengan sau baris
(kendala/pembatas) dalam dual. Sehingga banyak kendala dual sama
dengan banyaknya variabel primal.
5. Setiap baris (kendala/pembatas) pada primal berhubungan dengan
suatu kolom dual. Sehingga ada satu variabel dual untuk setiap kendala
primal.
6. Tanda ketidaksamaan pada pembatas akan bergantung pada fungsi
tujuannya.
7. Bentuk dari dual adalah bentuk primal.
Nilai tujuan dalam suatu pasangan masalah primal dan dual harus
memenuhi hubungan berikut ini:
1. Untuk setiap pasangan pemecahan primal dual yang layak

( dalammasala h maksimisasi dalam masala h minimisasi )


nilai tujuan
) ≤( nilai tujuan

2. Di pemecahan optimum untuk kedua masalah

( dalammasala h maksimisasi ) (dalam masala h minimisasi )


nilai tujuan = nilai tujuan

Untuk menjelaskan hubungan antara primal dan dual, perhatikan ilustrasi


berikut ini :
Contoh:
Minimumkan: Z=16 x 1+30 x 2 +36 x 3
Fungsi Tujuan:
2 x1 +3 x 2 +2 x 3 ≥60
2 x1 +5 x 2+ 3 x 3 ≥ 80
x1 , x2 , x3 ≥ 0
Soal ini kita selesaikan melalui penyelesaian dualnya, yakni :
Maksimumkan : W =60 y 1+ 80 y 2
Fungsi Tujuan:
2 y 1+ 2 y 2 ≤16
3 y 1 +5 y 2 ≤ 30
2 y 1+ 3 y2 ≤ 36
y1 , y2 ≥ 0
C. Dual Persamaan Primal yang Tidak Normal
1. Persoalan :
 Maksimasi: Jika pembatas primal ke-i bertanda 2, maka
variabel dual yang berkorespondensi dengan pembatas
tersebut akan memenuhi y i ≤0 .Minimasi : Jika pembatas
primal ke-i bertanda ≤, maka variabel dual yang
berkorespondensi dengan pembatas tersebut akan
memenuhi x 1 ≤ 0.
2. Jika pembatas primal ke-i bertanda =, maka variabel dual yang
berkorespondensi dengan pembatas tersebut akan tidak ternatas
dalam tanda.
3. Jika variabel primal ke-i tidak terbatas dalam tanda, maka
pembatas dual ke-i akan betanda =

Contoh

Fungsi tujuan: Maks Z=x 1+2 x 2 – 3 x +4 x 4

Fungsi Pembatas : x 1+2 x 2+ 2 x 3 – 3 x 4 ≤25

2 x 1+ x 2 – 3 x 3+2 x 4=15
x1, x2, x3, x 4≥0

Standar Primal :
Fungsi Tujuan : Maks Z=x 1+2 x 2 – 3 x3 + 4 x 4 +0 S1 – M R 2
Fungsi Pembatas : x 1+ 2 x 2 +2 x3 – 3 x 4 + S1 =25
2 x1 + x 2 – 3 x 3+ 2 x 4 + R 2=15
x 1 , x 2 , x 3 , x 4 , S1 , R 2 ≥ 0
Dual
Fungsi Tujuan : Min W =25 y 1+15 y 2
Fungsi Pembatas : y 1 +2 y 2 ≥ 1
2 y 1+ y 2 ≥ 2
2 y1 – 3 y2 ≥ – 3
−3 y 1 +2 y 2 ≥ 4
y 1 +0 y 2 ≥ 0 → y 1 ≥ 0
y 2 tidak terbatas dalam tanda

Catatan :

Varibel artifisial tidak diperhatikan


Karena y 2 tidak terbatas dalam tanda, maka y 2 memiliki dua harga
yaitu y 2=( y 2 ’ – y 2 ’ ’)
Standar Dual :
F.Tujuan : Min W = 25y1+15(y2’ –y2’’)
+MR1+MR2+MR3+MR4
F.Pembatas : y1 + 2(y2’ –y2’’) – S1 +R1 = 1
2y1 + (y2’ –y2’’) – S2 +R2 = 2
2y1 – 3(y2’–y2’’) – S3 +R3 = – 3
3y1 + 2(y2’ y2’’) S4 +R4 = 4
y1 , y2’, y2’’, S1 , S2 , S3 , S4 , R1 , R2 , R3 , R4 ≥ 0

D. Sifat-sifat Primal Dual yang Penting


Sifat-sifat primal dua penting untuk dipahami terutama pada saat kita
membicarakan masalah analisis sensitivitas. Dengan menggunakan sifat-
sifat ini kita dapat menentukan nilai variabel-variabel tertentu dengan cara
yang sangat efisien. Ada empat sifat yang perlu diketahui, yaitu:
1. Menentukan koefisien fungsi tujuan variabel-variabel basis awal. Pada
setiap iterasi solusi simpleks, baik primal maupun dual, koefisien
fungsi tujuan variabel-variabel basis awalnya dapat dicari dengan cara:
a. Mengalikan fungsi tujuan yang original dari variabel-variabel basis
pada iterasi yang bersangkutan dengan matriks di bawah variabel
basis awal pada iterasi yang bersangkutan. Koefisien ini biasa
disebut simplex multiplier.
b. Kurangi nilai-nilai simplex multiplier ini dengan fungsi tujuan
yang original dari variabel-variabel basis awal.

2. Menentukan koefisien fungsi tujuan variabel-variabel nonbasis awal.


Pada setiap iterasi dari persoalan primal, koefisien fungsi tujuannya
dapat ditentukan dengan menyubstitusikan simplex multiplier pada
variabel-variabel pembatas dari dual, kemudian mencari selisih antara
ruas kiri dan ruas kanan dari pembatas dual tersebut.
3. Menentukan nilai ruas kanan (solusi) dari variabel-variabel basis. Pada
setiap iterasi, baik primal maupun dual, nilai ruas kanan (kolom solusi)
variabel-variabel basis pada iterasi yang bersangkutan dapat ditentukan
dengan cara sebagai berikut:

4. Menentukan koefisien pembatas. Pada setiap iterasi, baik primal


maupun dual, koefisien pembatas dari setiap variabel dapat ditentukan
dengan cara sebagai berikut:

Contoh:
Primal:
F tujuan : maks Z =4 x1 +6 x 2 +2 x3
F pembatas : 4 x1 −4 x 2 ≤5
−x 1+ 6 x 2 ≤5
−x 1+ x2 + x 3 ≤ 5
x1 , x2 , x3 ≥0
Standart primal/ standart simpleks:
F tujuan :maks Z = 4 x1 +6 x 2 +2 x3 +0 S1 +0 S2 +0 S3
F pembatas : 4 x1 −4 x 2 +S 1 = 5
−x 1+ 6 x 2+ S2 = 5
−x 1+ x2 + x 3 +S 3 =5
x 1 , x 2 , x 3 , S1 , S 2 , S3 ≥ 0
Salah satu interasinya adalah sbb:

 Sifat 1: mencari simpleks multifier (SM)

[ ]
6/20 4 /20 0
SM = [ 4 6 0 ] 1/20 4 /20 0 = [ 3/2 2 0 ]
5/20 0 1
Maka diperoleh :
a⟹ 3/2 −S1 = 3/2 – 0 = 3/2
b ⟹ 2 −S2=2−0=2
c ⟹ 0 −S3=0−0=0
 Sifat 2:
F pembatas dual :
d ⟹ x 1 : 4 y 1− y 2− y 3 ≥ 4
e ⟹ x 2 : −4 y 1+ 6 y 2+ y 3 ≥ 6
f ⟹ x3 : y3 ≥ 2
dimana dari sifat 1 diperoleh SM = ( 3/2 2 0 )
= ( y1 y2 y3 )
Jadi untuk :
d⟹ 4(3/2) −2−0−4=0
e ⟹ 4(3/2) +6 ( 2 ) +0−6=0
f ⟹ 0 −2=−2

][ ] [ ]
5 /2

[
6/20 4 /20 0 5
5/4
 Sifat 3: 1/20 4 /20 0 5 =
1
5/20 0 1 5 6
4

Maka diperoleh:
g ⟹ 5/2
h⟹5/4
1⟹6 ¼

][ ] [ ]
5 /2

[
6/20 4 /20 0 5
5/4
 Sifat 4 : 1/20 4 /20 0 5 =
1
5/20 0 1 5 6
4

][ ] [ ]
5 /2

[
6/20 4 /20 0 5
5/4
1/20 4 /20 0 5 =
1
5/20 0 1 5 6
4
][ ] [ ]
5 /2

[
6/20 4 /20 0 5
5/4
1/20 4 /20 0 5 =
1
5/20 0 1 5 6
4

Anda mungkin juga menyukai