Abstrak
Suatu program linear dengan bentuk asli disebut sebagai primal, sedangkan bentuk kedua yang
berhubungan disebut dual yang merupakan sebuah bentuk alternatif suatu program linear yang
berisi informasi mengenai nilai-nilai sumber yang biasanya merupakan pembatas dari suatu model.
Dual merupakan bentuk alternatif model sebagai pengembangan bentuk primal. Bentuk dual
dirumuskan dan diinterpretasikan untuk mendapatkan informasi tambahan setelah menentukan solusi
optimal suatu masalah program linear. Tabel simpleks yang diperoleh dari pemecahan masalah
program linear primal mengandung informasi ekonomi tambahan yang tidak kalah penting daripada
solusi optimum masalah tersebut, sehingga suatu solusi terhadap primal juga memberikan solusi pada
bentuk dualnya. Analisis pada bentuk primal akan menghasilkan solusi-solusi dalam bentuk jumlah
laba yang diperoleh, sedangkan analisis pada bentuk dual akan memberikan informasi mengenai
harga dari sumber daya yang menjadi kendala tercapainya laba tersebut. .
I. HUBUNGAN PRIMAL & DUAL Bila masalah primal dibandingkan dengan masalah
a. Masalah Primal-Dual Simetrik dual, terlihat beberapa hubungan sebagai berikut:
Suatu program linear dikatakan berbentuk 1. Koefisien fungsi tujuan masalah primal (c)
simetrik jika semua konstanta ruas kanan pembatas menjadi konstanta ruas kanan pembatas dual.
bernilai non negatif dan semua pembatas berupa Sebaliknya, konstanta ruas kanan pembatas dual
pertidaksamaan, dimana pertidaksamaan dalam menjadi koefisien fungsi tujuan dual.
masalah maksimasi berbentuk , dan pertidaksamaan 2. Tanda pertidaksamaan pembatas dibalik (pada
dalam minimasi berbentuk . primal , pada dual )
Dalam notasi matriks masalah primal-dual 3. Tujuan berubah dari min (maks) pada primal
simetrik adalah: menjadi maks (min) pada dual.
Primal : Maksimasi Z = cX 4. Setiap kolom pada primal berhubungan dengan
dengan pembatas AX ≤ b suatu baris (kendala) dalam dual. Sehingga
X ≥0 banyaknya pembatas dual akan sama banyaknya
Dual : Minimasi W = Yb dengan variabel keputusan primal.
dengan pembatas YA ≥ c 5. Setiap baris (pembatas) pada primal berhubungan
Y ≥0 dengan suatu kolom dalam dual. Sehingga setiap
dimana c adalah vektor baris 1xn, X adalah vektor pembatas primal ada satu variabel keputusan dual.
kolom nx1, A adalah suatu matriks mxn, b adalah 6. Bentuk dual dari dual adalah primal.
vektor kolom mx1, dan Y adalah vektor baris 1xm.
Atau lebih jelasnya: Contoh dari bentuk primal-dual simetrik
Primal : adalah sebagai berikut:
Maksimasi Z = c1X1 + c2X2 + …+ cnXn Primal:
a11X1 + a12X2 +…+ a1nXn ≤ b1 Maks Z = 40000x1+ 50000x2 + 40000x3
a21X1 + a22X2 +…+ a2nXn ≤ b2 4x1+ 4x2 + 6x3 ≤ 600
. 8x1+ 4x2 + 6x3 ≤ 800
. x1 , x2 ,x3 ≥ 0
am1X1 + am2X2 +…+ amnXn ≤ bn
X1, X2 , … , Xn ≥ 0 Dual:
Dual : Min W = 600y1 + 800y2
Minimum W = b1Y1 + b2Y2 + … + bmYm 4y1 + 8y2 ≥ 40000
a11Y1 + a21Y2 + … + am1Ym ≥ c1 4y1 + 4y2 ≥ 50000
a12Y1 + a22Y2 + … + am2Ym ≥ c2 6y1 + 6y2 ≥ 40000
. y1 , y2 ≥ 0
.
a1nY1 + a2nY2 + … + amnYm ≥ cn Apabila persoalan primal tersebut diselesaikan
Y1 ,Y2 , … , Ym ≥ 0 dengan metode simpleks maka diperoleh tabel
simpleks optimum sebagai berikut:
40000 50000 40000 0 0 Variabel basis awal Primal S1 S2
VB RK
x1 x2 x3 S1 S2
Koef. Pers. Zj-Cj pada optimum primal 12500 0
50000x2 1 1 3/2 1/4 0 150
Variabel keputusan dual yang
y1 y2
0S2 4 0 0 -1 1 200 berhubungan
Iterasi 0
2 4 3 0 0 -M
Dari tabel solusi optimum dual tersebut VB RK
didapat y1’ = 5 , y1” = 0 ( y1 = y1’- y1” = 5 – 0 = 5) dan x1 x2 x3 S1 S2 R1
y2 = 0 dengan nilai-nilai variabel slack berturut-turut 0S1 1 3 2 1 0 0 60
S1= 0 , S2 = 23 , S3 = 7 dan nilai W = Z = 150.
Hasil-hasil yang menarik terungkap dengan -MR1 3 5 3 0 -1 1 120
mengamati tabel optimum pimal dan dual. Sekarang Zj-Cj -3M-2 -5M-4 -3M-3 0 M 0
-120M
perhatikan koefisien persamaan Zj-Cj pada tabel Z -3M -5M -3M 0 M -M
optimum primal, hasilnya adalah: Vmb Vkb
Iterasi 1 Iterasi 0
2 4 3 0 0 -M 60 -120 0 0 0 M M M
VB
VB RK RK
x1 x2 x3 S1 S2 R1 y1 y2 S1 S2 S3 R1 R2 R3
Bentuk standar persoalan dual tersebut adalah : Solusi optimal persoalan dual tersebut adalah :
Min W = 60y1 – 120 y2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 + MR1 + y1 = 2
MR2 + MR3 y2 = S1 = 0
y1 – 3y2 – S1 + R1 =2 S2 = 2
3y1 – 5y2 – S2 + R2 =4 S3 = 1
2y1 – 3y2 – S3 + R3 = 3 W = 120
y1 , y 2 ≥ 0 Contoh primal-dual diatas selanjutnya akan
digunakan sebagai contoh penerapan sifat-sifat primal-
dual yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.
Sifat 1: Menentukan koefisien persamaan Zj-Cj Sifat 2: Menentukan koefisien persamaan Zj-Cj
pada variabel-variabel basis awal pada pada variabel-variabel non basis awal
suatu iterasi. suatu iterasi.
Pada setiap iterasi baik primal maupun dual, Pada setiap iterasi baik primal maupun dual,
koefisien persamaan Zj-Cj variabel-variabel basis awal koefisien Zj-Cj pada variabel-variabel non basis awal
dapat dicari dengan cara: dapat dicari dengan cara:
WB = CB.B-1 - CW WB = SM . an- Cn
dimana: dimana:
WB = matriks koefisien persamaan Zj-Cj dibawah WB = matriks koefisien persamaan Zj-Cjj dibawah
variabel-variabel basis awal pada iterasi variabel-variabel non basis awal pada iterasi
yang bersangkutan. yang bersangkutan.
CB = matriks koefisien fungsi tujuan dari variabel- SM = CB.B-1 = simpleks multiplier pada itersi yang
variabel basis pada iterasi yang bersangkutan.
bersangkutan an = matriks dibawah variabel-variabel non basis
B-1 = matriks dibawah variabel-variabel basis awal pada iterasi awal
pada iterasi yang bersangkutan. Cn = matriks koefisien fungsi tujuan variabel-variabel
CB.B-1 = simpleks multiplier non basis awal.
CW = matriks koefisien fungsi tujuan variabel-
variabel basis awal
Sebagai contoh, lihat optimum primal. Dalam
persoalan tersebut variabel non basis awalnya adalah
Sebagai contoh lihat tabel primal. Dalam
x1, x2, x3 dan S2 dengan koefisien fungsi tujuan
persoalan tersebut variabel basis awalnya adalah S1
masing-masing 2 , 4 , 3 dan 0 atau Cn = [ 2 4 3 0 ]
dan R1 dengan koefisien fungsi tujuan variabel basis
awal 0 dan –M atau CW = [0 -M]
Untuk iterasi 0 : SM pada iterasi 0 adalah [ 0 –M ]
Untuk iterasi 0 : Variabel basis pada iterasi nol atau WB = SM . a n – Cn
awal adalah S1 dan R1 1 3 2 0
WB = CB.B-1 - CW = 0 M 2 4 3 0
3 5 3 1
1 0
= 0 M 0 M
x1 x2 x3 S2
0 1 = 3M 2 5M 4 3M 3 M
S1 R1 S1 R1 x1 x2 x3 S2
= 0 M 0 M = 0 0
Sekarang lihat tabel optimum dual, misalkan
S1 R1
untuk iterasi 3, variabel non basis awal bentuk dual
adalah y1, y2, S1 , S2 , dan S3 dengan koefisien fungsi
Sekarang lihat tabel optimum dual, misalnya
untuk iterasi 3, variabel basis awal bentuk dual adalah tujuan variabel non basis awal masing-masing adalah
R1, R2, dan R3 dengan koefisien fungsi tujuanvariabel 60, -120, 0, 0, 0 atau Cn = [ 60 -120 0 0 0 ]
sedangkan SM pada iterasi 3 adalah [ 60 0 0 ]
basis awal masing-masing adalah M atau
sehingga koefisien persamaan Wj-Cj pada variabel non
Cw = [ M M M ] sedangkan variabel basis pada iterasi
basis awal iterasi 3 adalah :
3 adalah S3, y1 dan S2 dengan koefisien fungsi tujuan
WB = SM . an- Cn
variabel basis iterasi 3 masing-masing 0, 60, dan 0
atau CB= [ 0 60 0 ] sehingga koefisien persamaan 1 3 1 0 0
Wj – Cj pada variabel basis awal iterasi 3 adalah:
= 60 0 0 3 5 0 1 0
WB = CB.B-1 – CW
2 0 1 2 3 0 0 1
= 0 60 0 1 0 0 – M M M y1 y2 S1 S2 S3
3 1 0
60 120 0 0 0
= 0 60 60 0 0
S3 y1 S2 R1 R2 R3 y1 y2 S1 S2 S3
= 60 0 0 M M M
= 60 M M M
R1 R2 R3
Sifat 3: Menentukan ruas kanan (RK) dari x2 Y2 = B-1.a2
variabel-variabel basis suatu iterasi 3 1 3 4
Pada setiap iterasi baik primal maupun dual, = 1 0 5 = 3
nilai ruas kanan dari variabel-variabel basis suatu
iterasi dapat diperoleh dengan rumus :
hal yang sama dapat dilakukan pada variabel-variabel
RK = B-1.b non basis awal yang lain baik pada iterasi ke-3 maupun
iterasi sebelumnya.
Dimana: Untuk contoh dual, perhatikan iterasi ke-2
RK = matriks ruas kanan dari variabel-variabel basis solusi persoalan dual
suatu iterasi. Untuk y1 Y1 = B-1.a1
b = matriks ruas kanan pada iterasi awal.
1 0 1 / 2 1 0
Sebagai contoh, lihat iterasi ke-3 solusi
= 0 0 1 / 2 3 = 1
primal. Diketahui sebelumnya bahwa matriks ruas
0 1 3 / 2 2 0
60
kanan pada iterasi awal primal adalah 120 maka y2 Y2 = B-1.a2
ruas kanan pada iterasi ke-3 :
1 0 1 / 2 3 3 2
RK = B-1.b
= 0 0 1 / 2 5 3 2
3 1 60 60 0 1 3 / 2 3 1 2
= 1 0 120 60
Dengan mempelajari keempat sifat ini kita
Untuk contoh pada dual, pandang iterasi ke-1 dapat menentukan nilai variabel-variabel tertentu
tabel solusi dual, diketahui bahwa matriks ruas kanan dengan cara yang lebih mudah.
2 III. CONTOH KASUS
pada iterasi awal dual adalah 4 maka ruas kanan Untuk menjelaskan konsep dualitas, cara yang
paling mudah adalah dengan memberikan contoh
3 setelah teori-teori diberikan. Berikut ini merupakan
pada iterasi ke-1 adalah : contoh yang memperlihatkan bagaimana bentuk dual
RK = B-1.RK dari bentuk suatu model primal dikembangkan.
Sebuah garment PT. Bintang memproduksi
1 1
3 0 2 2 3 dua jenis pakaian yaitu pakaian wanita dan pakaian
= 0 1 0 4 = 4 pria. Tiap produksi 1 unit pakaian wanita memberikan
3
3 keuntungan sebesar Rp 100.000,- dan tiap produksi 1
0 2
3 1 3 1 3 unit pakian pria memberikan keuntungan sebesar Rp.
80.000,-. Produksi pakaian pria dan wanita dihitung
atas dasar harian. Tabel berikut memperlihatkan
Sifat 4: Menentukan koefisien pembatas variabel sumber-sumber daya yang terbatas beserta kebutuhan
non basis suatu iterasi sumber-sumber berupa jumlah bahan kain, jumlah
Pada setiap iterasi baik primal maupun dual, tenaga kerja dan luas gudang penyimpanan untuk
koefisien pembatas variabel non basis suatu iterasi memproduksi setiap unit pakaian wanita dan pria:
ditentukan menggunakan rumus:
Kebutuhan sumber daya Jumlah
Yi = B-1.ai Sumber Daya
Wanita Pria
yang
tersedia/hari
Dimana: Kain 3m 3m 72m
Yi = matriks koefisien pembatas variabel non basis Tenaga Kerja 4orang 2orang 40 orang
Gudang 12m2 18m2 240m2
awal pada iterasi yang bersangkutan.
Penyimpanan
ai = matriks koefisien pembatas variabel non basis Keuntungan Rp 100.000,- Rp 80.000,-
awal pada iterasi awal.
Untuk mengetahui berapa banyak pakaian
Sebagai contoh, lihat iterasi ke-3 persoalan
wanita dan pria yang harus diproduksi untuk
primal
memaksimalkan keuntungan, maka diformulasikan
Untuk x1 Y1 = B-1.a1 suatu model matematika sebagai berikut :
3 1 1 0
= 1 0 3 = 1
Maks Z = 100.000x1 + 80.000x2 keuntungan sehingga tidak ada kelebihan (slack) tenaga kerja
3x1 + 3x2 72m bahan kain maupun gudang penyimpanan yang tersisa.
4x1 + 2x2 40orang tenaga kerja Analisis lebih lanjut pada tabel optimal ini
12x1 +18x2 240m2 gudang pun memuat informasi mengenai dual, nilai baris Zj-Cj
penyimpanan sebesar 17.500 dan 2500 dibawah kolom S2 dan S3
secara berurutan merupakan nilai marginal (marginal
Diketahui value) dari tenaga kerja (S2) dan gudang penyimpanan
x1 = Jumlah pakaian wanita yang diproduksi (S3).
x2 = Jumlah pakaian pria yang diproduksi Dalam solusi tersebut S2 dan S3 bukan
merupakan variabel basis sehingga keduanya sama
Model matematika tersebut merupakan model dengan nol. Jika kita memasukkan S2 atau S3 ke dalam
primal. Adapun model dual dari primal ini adalah: variabel basis maka S2 atau S3 tidak akan bernilai nol
Min W =72y1 + 40y2 + 240y3 lagi. Sebagai contoh, jika satu orang tenaga kerja
3y1 + 4y2 + 12y3 100.000 dimasukkan kedalam solusi (S2=1) maka satu orang
3y1 + 2y2 + 18y3 80.000 tenaga kerja yang sebelumnya digunakan menjadi tidak
y1, y2, y3 0 digunakan atau tidak bekerja (menganggur). Hal ini
akan menyebabkan penurunan keuntungan sebesar Rp
Setelah model dual dikembangkan dari model 17.500,- tetapi jika tenaga kerja ini bekerja kembali
primal, langkah selanjutnya adalah menentukan arti (S2=0) yang berarti mengeluarkan lagi S2 dari variabel
dual model tersebut. basis maka keuntungan PT.Bintang akan naik sebesar
Arti model dual dapat diinterpretasikan Rp 17.500,- Dengan demikian, jika kita dapat
dengan cara mengamati solusi optimal dari bentuk membayar 1 orang tenaga kerja, kita hanya bersedia
primal model yang bersangkutan. Model primal diatas membayar sampai setinggi Rp 17.500,- per orang
apabila dipecahkan dengan metode simpleks, maka karena sebesar itulah jumlah yang dapat meningkatkan
solusi optimal ditunjukkan pada tabel berikut ini : keuntungan.
Selain itu, pada tabel solusi optimal primal
memperlihatkan bahwa nilai Zj-Cj pada kolom S1
100.000 80.000 0 0 0
VB RK adalah nol. Hal tersebut berarti bahwa bahan baku kain
x1 x2 S1 S2 S3 memiliki nilai marginal nol yaitu kita tidak akan
0S1 0 0 1 -3/8 -1/8 27
bersedia membayar apapun untuk setiap unit kelebihan
bahan baku kain. Pada tabel yang sama
100.000x1 1 0 0 3/8 -1/24 5 memperlihatkan solusi bahwa S1=27m yang berarti
80.000x2 0 1 0 -1/4 1/12 10 masih tersisa kain sebanyak 27 m setelah memproduksi
Zj-Cj 0 0 0 17500 2500 5 pakaian wanita dan 10 pakaian pria. Hal tersebut
1.300.000 menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat
Z 100.000 80.000 0 17500 2500
menggunakan seluruh kain yang saat ini tersedia,
alasan mengapa penambahan kain tidak memiliki nilai
Berdasarkan solusi optimal simpleks untuk
marginal karena kain bukan merupakan kendala dalam
model primal kita mendapatkan:
memproduksi pakaian wanita dan pria.
x1 = 5 pakaian wanita S2 = 0 keuntungan
Nilai-nilai marginal sering dianggap sebagai
x2 = 10 pakaian pria S 3 = 0 gudang
shadow prices (harga bayangan) karena mencerminkan
S1 = 27m kain
ongkos maksimum yang bersedia dibayar oleh
Z = Rp 1.300.000,- keuntungan
perusahaan untuk menambah satu unit sumber-sumber
Keuntungan setiap satu buah pakaian wanita
daya.
adalah Rp 100.000,-, karena diproduksi sebanyak 5
Pada tabel ini pun memperlihatkan bahwa
buah pakaian wanita (x1=5) maka keuntungan total dari
keuntungan yang diperoleh perusahaan adalah sebesar
produksi pakaian wanita adalah 5 x Rp 100.000,- = Rp
Rp 1.300.000,-. Hal ini dapat dihubungkan dengan
500.000,- , sedangan keuntungan setiap satu buah
kontribusi sumber-sumber daya terhadap keuntungan
pakaian pria adalah Rp 80.000,- , karena diproduksi
sebesar Rp 1.300.000,-. Biaya yang dikeluarkan
sebanyak 10 pakaian pria (x2=10) maka keuntungan
perusahaan tidak dapat melebihi keuntungan yang
total dari produksi pakaian pria adalah 10 x Rp
dihasilkan oleh sumber-sumber daya tersebut. Apabila
80.000,- = Rp 800.000,- sehingga keuntungan total
ongkos yang dikeluarkan perusahaan untuk
yang diperoleh PT. Bintang sebesar Rp 500.000,- + Rp
mendapatkan sumber-sumber daya melebihi Rp
800.000,- = Rp 1.300.000,-
1.300.000,- maka perusahaan akan mengalami
Tabel optimal ini memuat informasi mengenai
kerugian. Nilai dari sumber-sumber daya sama dengan
primal, sedangkan S1=27 m kain merupakan jumlah
laba optimal.
kain yang tersisa dalam memproduksi pakaian-pakaian
Analisis lebih lanjut dapat dilihat sebagai
tersebut, adapun S2=0 mencerminkan tenaga kerja yang
berikut pandanglah pembatas tenaga kerja 4x1 + 2x2
tidak terpakai dan S3=0 mencerminkan gudang
40 orang, dari tabel primal didapat solusi optimal x 1=5
penyimpanan yang dimiliki PT.Bintang telah habis
digunakan dalam produksi pakaian wanita dan pria
pakaian wanita, x2=10 pakaian pria dan nilai satu orang Model dual tersebut apabila dipecahkan
tenaga kerja adalah Rp 17.500,- dengan metode simpleks, maka solusi optimal dual
Karena satu pakaian wanita memerlukan 4 ditunjukkan oleh tabel berikut :
tenaga kerja dan setiap tenaga kerja bernilai Rp
17.500,- maka jika memproduksi 5 pakaian wanita, 72 40 240 0 0
biaya yang akan dikeluarkan adalah Rp 17.500,- x 5 x VB RK
y1 y2 y3 S1 S2
4 orang = Rp 350.000,- sedangkan satu pakaian pria
memerlukan 2 orang tenaga kerja dan setiap tenaga 40y2 3/8 1 0 -3/8 1/4 17.500
kerja bernilai Rp 17.500,- maka jika memproduksi 10 240y3 1/8 0 1 1/24 -1/12 2.500
pakaian pria, biaya yang akan dikeluarkan adalah Rp
Wj-Cj -27 0 0 -5 -10
17.500,- x 10 x 2 = Rp 350.000,- 1.300.000
Dengan menjumlahkan biaya tenaga kerja W 45 40 240 -5 -10
yang digunakan untuk memproduksi pakaian wanita
dan pria akan menghasilkan biaya total tenaga kerja Rp Pembahasan mengenai batasan-batasan dual
350.000,- + Rp 350.000,- = Rp 700.000,- adalah sebagai berikut; pandanglah batasan dual yang
Analisis yang sama dapat digunakan untuk pertama
menentukan biaya total gudang penyimpanan dalam 3y1 + 4y2 + 12y3 100.000
memproduksi pakaian wanita dan pria. Pandanglah Dengan mensubstitusikan nilai-nilai variabel kedalam
pembatas gudang penyimpanan 12x1 + 18x2 240m2 pembatas diatas akan menghasilkan
dan biaya setiap m2 gudang penyimpanan adalah Rp 3(0) + 4(17.500) + 12(2.500) ≥ 100.000
2500,- 100.000 ≥ 100.000
Maka biaya gudang penyimpanan untuk pakaian Pembatas ini menunjukkan bahwa nilai dari ketiga
wanita adalah : sumber daya yang digunakan dalam memproduksi
Rp 2500,- x 5 x 12 = Rp 150.000,- pakaian wanita paling sedikit harus sebesar atau sama
dan biaya gudang penyimpanan untuk pakaian pria dengan laba yang diperoleh pakaian wanita.
adalah : Dengan cara yang sama, apabila dibahas mengenai
Rp 2500,- x 10 x 18 = Rp 450.000,- pembatas kedua:
Dengan menjumlahkan biaya gudang 3y1 + 2y2 + 18y3 80.000
penyimpanan untuk pakaian wanita dan pria 3(0) + 2(17.500) +18(2.500) ≥ 80.000
menghasilkan biaya total gudang penyimpanan: 80.000 ≥ 80.000
Rp 150.000,- + Rp 450.000,- = Rp 600.000,- Dengan kata lain, Rp 80.000-, yaitu nilai sumber-
Maka dengan menjumlahkan biaya total sumber yang digunakan untuk memproduksi sebuah
tenaga kerja dan gudang penyimpanan menghasilkan pakaian pria, sedikitnya adalah sebesar atau sama
Rp 700.000,- (tenaga kerja) + Rp 600.000,- (gudang dengan Rp 80.000,- yaitu laba dari pakaian pria.
penyimpanan) = Rp 1.300.000,- yang sama dengan Adapun penjelasan untuk fungsi tujuan dual
keuntungan total yang diperoleh PT. Bintang. adalah sebagai berikut:
Adapun disini tidak diperhitungkan mengenai Min W =72y1 + 40y2 + 240y3
biaya bahan kain karena telah dibahas sebelumnya dimana koefisien-koefisien fungsi tujuan dual
bahwa masih tersisa bahan kain sebanyak 27 m, maka mencerminkan total kuantitas sumber yang tersedia.
bahan kain memiliki nilai marginal nol; yaitu PT. jadi jika nilai-nilai marginal dari satu unit sumber daya
Bintang tidak akan bersedia membayar apapun untuk dikalikan dengan masing koefisien-koefisien tersebut,
satu meter ekstra dari bahan kain. Karena perusahaan kita akan mendapatkan nilai total sumber:
masih mempunyai 27 m bahan kain yang tersisa, dalam W = 72(0) + 40(Rp 17.500,-) + 240(Rp 2.500,-)
hal ini satu meter ekstra bahan kain tidak mempunyai = Rp 1.300.000,-
nilai tambahan; perusahaan bahkan tidak dapat Jika kita lihat ternyata nilai total sumber ini sama
menggunakan seluruh bahan kain yang saat ini dengan keuntungan yang didapat dari nilai optimal Z
tersedia. dalam primal. Z= Rp 1.300.000,- = W
Untuk itu nilai dari sumber-sumber tidak dapat
Bentuk dual dari model ini adalah : melebihi keuntungan yang diperoleh dari penggunaan
Min W =72y1 + 40y2 + 240y3 sumber-sumber tersebut.
3y1 + 4y2 + 12y3 100.000
3y1 + 2y2 + 18y3 80.000 IV. KESIMPULAN
y1, y2, y3 0 Setelah model dual didefinisikan secara
Variabel-variabel keputusan dual mewakili lengkap, dapat dikatakan bahwa model dual
nilai marginal sumber-sumber daya: dikembangkan dari model primal sepenuhnya. Hal
y1 = nilai marginal 1 m kain = 0 tersebut dapat berarti bahwa operasi simpleks tidak
y2 = nilai marginal 1 orang tenaga kerja = Rp 17.500,- perlu dilakukan untuk mengetahui informasi tentang
y3 = nilai marginal 1 m2 gudang = Rp 2.500,- dual karena solusi dual dapat ditentukan dari solusi
primal.
Solusi optimum primal memberikan informasi
mengenai banyaknya jumlah laba yang diperoleh,
sedangakan solusi optimum dual yang juga didapat dari
solusi terhadap suatu masalah primal memberikan
informasi yang tidak kalah penting dalam pengambilan
keputusan. Bentuk dual akan memberikan informasi
mengenai nilai-nilai sumber yang biasanya merupakan
pembatas dari suatu model sehingga dapat membantu
pengambilan keputusan dalam menentukan harga dari
sumber daya yang menjadi pembatas bagi tercapainya
laba tersebut.
DAFTAR PUSTAKA