a) Dimulai pada suatu titik pojok yang layak, biasanya titik asal (yang disebut
sebagai solusi awal)
b) Bergerak dari satu titik pojok layak ke titik pojok layak lain yang berdekatan.
Pergerakan ini akan menghasilkan nilai fungsi tujuan yang lebih baik (meningkat
untuk masalah maksimisasi dan menurun untuk masalah minimisasi). )ika solusi
yang lebih baik telah diperoleh, prosedur simpleks dengan sendirinya akan
menghilangkan semua solusi-solusi lain yang kurang baik.
c) Proses ini diulang-ulang sampai suatu solusi yang lebih baik tak dapat ditemukan.
Proses simpleks kemudian berhenti dan solusi optimum diperoleh.
Metode dan Tabel Simpleks
Mengubah bentuk baku model LP kedalam bentuk tabel akan memudahkan
proses perhitungan simplek. Langkah-langkah perhitungan dalam algoritma simpleks
adalah
a) Berdasarkan bentuk baku, tentukan solusi awal (intial basis feasible silution)
dengan menetapkan n - m variabel non basis sama dengan nol. Di mana jumlah
variabel dan m banyaknya kendala.
b) Pilih semua entering variabel di antara yang sedang menjadt varittbel non basis,
yang jika dinaikan di atas nol, dapat memperbaiki nilai fungsi tujuan. Jika tidak ada
berarti solusi sudah optimal. Jika tidak, menuju langkah 3.
c) Perubahan sebuah leaving variabel di antara yang sedang menjadi variabel basis
yang harus menjadi non basis (nilainya menjadi nol) ketika entering variabel
menjadi variabel basis.
d) Tentukan solusi yang baru dengan membuat entering variabel dan leaving
variabel, menjadi non basis. kembali kelangkah b.
Metode dan Tabel Simpleks
Perhitungan simpleks yang lebih terinci akan diterangkan dengan menggunakan
contoh berikut. Solusi dengan gratis juga diberikan, untuk menunjukkan bagaimana
kedua metode berhubungan satu dengan lain.
Maksimumkan Z = 3X1 + 2X2
dengan syarat: X1 + X2 ≤ 15
2X1 + X2 ≤ 28
X1 + 2X2 ≤ 20
X1 + X 2 ≥ 0
Bentuk baku model LP itu adalah
Z – 3X1 – 2X2 – OS1 – OS2 – OS3 = 0 Persamaan tujuan
X1+ X2 + S1 = 15
2X1 + X2 + S1 = 28 Persamaan kendala
X1 + 2X2 + S3 = 20
Metode dan Tabel Simpleks
Lihat kembali langkah a, solusi awal ditentukan dari persamaan kendala dengan
menetapkan dun (-2-3). variabel sama dengan nol, yang akan memberikan solusi yang
unik dan layak. Dengan menetapkan X1 = 0 dan X2 = 0, diperoleh S1 = 15, S2, = 28,
dan S3 = 20 (titik A pada Gambar 2.1). Titik ini merupakan solusi awal. Pada saat ini nilai
Z sama dengan nol. Kita dapat merangkum informasi di ata s ke dalam bentuk tabel
simpleks awal seperti berikut:
Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
Z -3 -2 0 0 0 0 Persamaan Z
S1 1 1 1 0 0 15 Persamaan S1
S2 2 1 0 1 0 28 Persamaan S2
S3 1 2 0 0 1 20 Persamaan S3
Informasi pada tabel dibaca seperti berikut. Kolom basis menunjukkan variabel yang sedang menjadi
basis, yaitu S1, S2 dan S3, yang nilainya diberikan pada kolom solusi. Ini secara tidak langsung
mengatakan bahwa variabel non basis X1 dan X2, (yang tak ditunjukkan pada kolom basis) sama
dengan nol. Nilai fungsi tujuan adalah Z = (3 x 0) + (2 x 0) + (0 x 15) + (0 x 28) + (0 x 20) = 0, seperti
terlihat pada kolom solusi.
Metode dan Tabel Simpleks
Kapan solusi telah optimum? dengan memeriksa persamaan Z, terlihat bahwa variabel
non basis yaitu X1, dan X2, keduanya memilild koefisien negatif, yang berarti mempanyai
koefisien positif pada fungsi tujuan yang asli.
Karena tujuan kita adalah maksimisasi, malta nilai Z dapat diperbaiki dengan
meningkatkan X1 atau X2, menjadi lebih besar dari pada nol. Yang diutamakan untuk
dipilih adalah variabel dengan koefisien fungsi tujuan positif terbesar karena pengalaman
menunjukkan bahwa pemilihan ini mengakibatkan solusi optimal lebih cepat dicapai.
Ringkasnya, optimality condition metode simpleks menyatalcan bahwa dalam kasus
maksimisasi, jika sennua variabel non basis memiliki koefisien non negatif dalam
persamaan Z, maka solusi telah optimum. Jika tidak, variabel non basis dengan koefisien
negatif terbesar dipilih sebagai entering variable.
Penerapan optimality condition pada tabel simplex awal, menyarankan memilih X1
sebagai entering variable. Kemudian leaving variable harus salah satu dari variabel basis
S1, S2 atau S3. Penentuan leaving variabel dilakukan dengan menggunakan feasibility
condition yang menyataltan bahwa untuk masalah maksimisasi maupun minimilsasi,
leaving variable adalah variabel basis yang memiliki rasio terkecil antara sisi kanan
persamaan kendala dengan koefisien bersangkutan yang positif pada entering variable.
Metode dan Tabel Simpleks
X2
15
E Z = 43
10 (X1, X2) = (13,2)
D
5
C
5 5 10 B 15 20 X1
Z = 18
Rasio yang didefinisikan di atas dan leaving variable dapat ditentukan langsung dari tabel
simpleks. Pertama, coret semua elemen nol atau negatif pada persamaan kendala di bawah entering
variable. Kemudian, tidak termasuk persamaan tujnan, buat rasio antara sisi kanan persamaan
dengan elemen yang tak dicoret di bawah entering variable. Leavingvariable adalah variabel basis
yang merniliki rasio terkecil. Kolom pada entering variable dinamakan entering coloumn danbaris
yang berhubungan dengan leaving variable dinamakan pivot equation.Elemen pada perpotongan
entering coloumn dan pivot equation dinamakan pivot element. Dalam tabel, pivot element
ditunjukkan dengan tanda kurung.
Metode dan Tabel Simpleks
BASIS X1 X2 S1 S2 S3 Solusi Rasio
Z -3 -2 0 0 0 0
S1 1 1 1 0 0 15 15/1
S2 (2) 1 0 0 0 28 18/2
1 2 0 0 1 20 20/1
S3
*Kolom X1 adalah enteringcolumndan persamaan S2 adalah pivot equation
Perhitungan selanjutnya (new basic solution) ditentukan dengan menerapkan metode Gauss Jordan
melalui dua jenis perhitungan:
1. Jenis 1 (persamaan pivot) elemen persamaan =
pivot tabel baru
Perlu diingatkan bahwa elemen-elemenpada persamaan Z dapat juga di peroleh melalui inner
product rule yang akan diterangkan nanti.
Metode dan Tabel Simpleks
Perhitungan jenis 1 membuat pivot element sama dengan 1 pada pivot equation yang baru,
sementara perhitungan jenis 2 membuat koefisien yang lain pada entering column sama
dengan nol, seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
Z -3 -2 0 0 0 0
S1
1 1/2 0 1/2 0 14
X1
S1
Metode dan Tabel Simpleks
Perhatikan bahwa kolom solusi menghasilkan nilal baru X1 = 14, yang sama dengan rasio
minimum pada feasibility condition. Tabel solusi baru yang diperbaiki dibuat dengan melakukan
perhitungan jenis 2. Tabel baru yang lengkap diberikan seperti berikut.
Z 0 -1/2 0 3/2 0 42
S1 0 (1/2) 1 -1/2 0 1 2
X1 1 1/2 0 1/2 0 14 28
0 3/2 0 -1/2 0 6 4
S1
*) kolom X1 adalah entering column dan S merupakan leaving variable
Metode dan Tabel Simpleks
Solusi yang baru memberikan X1 = 14 dan X2 = 0 (titik B pada Gambar. 2.1). Nilai Z naik dari
0 menjadi 42.
Berdasar tabel 2.4, optimality condition memilih X2 sebagai entering variable karena
koefisien pada persamaan Z sebesar -1/2. Feasibility condition menunjukkan bahwa S 1 sebagai
leaving variable karena memilikl rasio terkecil yaitu 2, sehingga memperbaiki nilai fungsi tujuan
sebesar 2 x 1/2 = 1. Dengan operasi Gauss Jordan diperoleh tabel baru seperti berikut.
Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
Z 0 0 1 1 0 43
X2 0 1 2 -1 0 2 --Optimum
X1 1 0 -1 1 0 13
0 0 -3 1 1 3
S3
Solusi baru memberikan X1 = 13 dan X2 = 2 (titik C pada Gambar. 2.1)
dan nilai Z naik dari 42 menjadi 43. Tabel 2.5 adalah optimal karena tak ada
variabel non basis yang memiliki koefisien negatif pada persamaan Z. Ini
merupakan perhitungan metode simpleks yang lengkap.
Pada pada contoh di atas metode simpleks diterapkan pada masalah
maksismisasi. Pada masalah maksimisasi, optimality condition berubah, di
mana entering variable di pilih dari variabel yang memiliki koefisien positif
terbesar pada perrsamaan Z. Feasibility condition adalah sama untuk kedua
masalah, Kedua Condition tersebut akan ditegaskan kembali seperti berikut.
Optimality Condition: entering variable pada maksimisasi (minimtsasi)
adalah variable non basis dengan koefisien negati (positif) terbesar pada
persamaan Z. Suatu koefisien kembar dipilih secara sembarang. Jika
semua koefisien non basis pada persamaan Z adalah non negatif (non
positif), solus optimum telah dicapai. Feasibility Condition: baik masalah
maksimumisasi maupun minimisasi, leaving variable adalah variabel basis
yang memiliki rasio terkecil (dengan penyebut positif). Suatu rasio kembar di
pilih secara sembarang.
Keunggulan metode simpleks dibanding penyelesaian secara grafik
adalah bahwa ia dapat menyelesaikan masalah LP dengan berapapun
jumlah variabel. Suatu aplikasimetode simplex pada masalah LP yang
melibatkan tiga variabel diberikan seperti berikut.
S2 6 7 3 0 1 0 16.000 5.333