Anda di halaman 1dari 6

ASMA

1. Perkenalan diri
2. Informed consent
3. Tanyakan identitas pasien
Anamnesis:
4. Tanyakan keluhan utama pasien: sesak napas
5. Tanyakan bagaimana karakteristik sesak:
- rasa terikat/berat
- peningkatan usaha untuk bernapas
- kesulitan menarik napas dalam
- apakah terdapat disertai bunyi ngik-ngik
6. Tanyakan onset:
- baru pertama kali terjadi
- sudah beberapa kali terjadi*
- terjadi saat sedang beraktivitas/ berolahraga, atau sedang rileks, atau sedang tidur
*Tanyakan frekuensi serangan:
- beberapa kali sehari
- beberapa kali seminggu
- beberapa kali sebulan
- beberapa kali setahun

7. Tanyakan durasi sekali serangan:


- Berlangsung lama, seharian.
- Berlangsung cepat datang, cepat hilang.
Hilangnya karena apa?
- Apakah menggunakan obat/pelega?
- Apakah dipengaruhi perubahan posisi?
8. Tanyakan keluhan penyerta:
- Batuk produktif/non produktif; profuktif à karakteristik dahak
- Batuk darah
- Demam
- Pilek à karakteristik
- Nyeri; pada saat bernapas atau tidak dipengaruhi oleh tarikan napas
- Pusing, lemas, keringat dingin
- Edema tungkai
9. Tanyakan riwayat penyakit dahulu:
- Apakah memiliki riwayat alergi
- Apakah pernah didiagnosa penyakit tertentu
- Apakah pernah dirawat di RS karena penyakit tertentu
Sekaligus apakah ada konsumsi obat-obatan rutin sehari-hari?
10. Tanyakan riwayat penyakit keluarga: Apakah salah satu anggota keluarga pernah
mengalami keluhan serupa
11. Tanyakan riwayat social: Apa pekerjaan pasien, apakah pasien merokok atau minum
alkohol

Pemeriksaan fisik
1. Lakukan 5 langkah cuci tangan
2. Pemeriksaan tanda vital:
- Kesadaran, tampak sakit ringan/sedang/berat
- Tekanan darah
- Denyut nadi
- Laju napas + saturasi O2
- Temperature
3. Pemeriksaan fisik generalis:
- Mata: konjungtiva anemis/tidak, sklera ikterik/tidak
- Bibir: tampak sianosis/tidak
- Hidung: pernapasan cuping hidung
- Leher: penggunaan otot bantu napas/ tidak, pembesaran kelenjar/tidak
- Ekstremitas: edema tungkai. Akral hangat/tidak
4. Pemeriksaan fisik thorax
- Inspeksi: simetris/tidak, Gerakan paru tertinggal/tidak, retraksi intercostal
- Palpasi: pengembangan dinding dada, taktil fremitus
- Perkusi: sonor/ turun/ redup
- Auskultasi: VBS, regular teratur/tidak, rhonci/tidak, wheezing/tidak

Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri
Tujuan: Menilai ada/tidaknya penurunan aliran udara
Yang dinilai:
- Force Vital Capacity (FVC) à Volume udara yang diekspirasi paksa dan tuntas
setelah inspirasi dalam
- Forced Expiratory Volume (FEV1) à Volume udara yang dikeluarkan pada detik
pertama saat melakukan FVC
Nilai normalnya rasio FEV1 / FVC > 70 – 80 %
Rasio pada pasien asma bervariasi karena bersifat irreversible jika dibandingkan dengan
pasien PPOK.
• Reversibility test : peningkatan FEV1 > 200 mL dan > 12 % setelah 10—15 menit
pemberian salbutamol 200-400 µg
Pasien tanpa gejala dan pemeriksaan fisik normal :
• Methacholine challenge test : pengecekan spirometry à pemberian
methacholine (dosis maksimal 600 µg) à terdapat penurunan FEV1 > 20%
(methacholine test (+)) à pemberian saba à ulangi pemeriksaan spirometry
(FEV1 Kembali pada baseline)
• Jika penurunan FEV1 < 20% setelah pemberian methacholine dosis maksimal à
Methacholine test (-)

2. Foto thorax
3. Pemeriksaan lab + AGD

Diagnosis Banding
• Bronkitis Kronik
• PPOK
• Gagal jantung kongestif

Tatalaksana
Non Kegawadaruratan – Diagnosa belum ditegakkan
- Anamnesis
- Pemeriksaan Fisik
- Cek Spirometri
- Terapi empiris (terapi pengontrol) 1 – 3 bulan à untuk cek derajat asma juga

Non Kegawadaruratan – Asma tidak terkontrol


Kegawadaruratan
Non-medikamentosa:
- Primary Survey
à Airway: Periksa bersihan jalan napas, menjaga airway dengan cervical spine control
à Breathing: Inspeksi ventilasi pasien, inspeksi leher dan dada
Manajemen: Cek saturasi O2 à Suplementasi O2 1 – 2 lpm jika saturasi < 94%
à Circulation: Tanda vital, status hemodinamik (CCTV-R)
Manajemen: Mempersiapkan IVFD sebagai persiapan untuk cara pemberian obat
injeksi/sistemik

Nilai tanda-tanda *warning sign ancaman henti napas atau asma eksaserbasi akut derajat
berat:
- Mengantuk/ penurunan kesadaran
- Kebingungan
- Silent chest

Medikamentosa:
- Inhalasi Short Acting Beta Agonist (via nebulizer atau PMDI + spacer à diberikan 4x
semprot) à EVALUASI à Nebulisasi dapat diulang 3 x setiap 20 menit dalam 1 jam.
Untuk nebulisasi dengan SABA ketiga boleh dipertimbangkan untuk dikombinasi
dengan Ipratropium Bromide (Antikolinergik)
- Steroid sistemik 1-2 mg/Kg/BB/hari maksimal 40 mg/IV
- *Aminofilin IV
- *Siapkan ICU & Intubasi jika perlu

Edukasi asma meliputi semua aspek sbb:


1. Menghindari faktor pencetus, jangan merokok, rutin olahraga tp jangan berat, perhatikan
penggunaan obat lain, makanan sehat bergizi, memperhatikan kebersihan diri di rumah,
lingkungan, maupun tempat kerja
2. Menggunakan obat pengontrol setiap hari
3. Memakai obat pelega apabila sesak
4. Kontrol teratur ke dokter
5. Untuk obat ICS disarankan untuk berkumur setelah menggunakan untuk menghindari
candidiasis orofaring.

EVALUASI TERAPI

- Kuesioner control gejala 4 minggu terakhir


- Pemeriksaan fungsi paru 3 – 6 bulan setelah mulai terapi pengontrol selanjutnya 1 –
2 tahun sekali
- Evaluasi Teknik penggunaan obat-obatan asma, kepatuhan dan paparan allergen
- Evaluasi komorbid
Macam-macam obat ASMA

a. Pengontrol

Tujuan: Menurunkan inflamasi, mengontrol gejala, menurunkan risiko kekambuhan dan


penurunan fungsi paru

b. Pelega

Tujuan: Meredakan gejala, pencegahan jangka pendek untuk bronkokonstriksi yang


diinduksi olahraga

Tambahan (add ons)

Tujuan: Diberikan pada asma berat. LABA + ICS (Seretide diskus)

- Antibiotik
- Imunoterapi
- Termoplasti bronkial
- Vitamin D
1. B2 Agonis Selektif (bronkodilator) à SABA = salbutamol & LABA = formoterol. Bentuk
sediaan inhaler.
2. Kortikosteroid (antiinflamasi) à OCS = Dexamethasone, Prednisone,
Methylprednisolone, ICS= Mometasone, Fluticasone, Budesonide. Bentuk sediaan
turbuhaler.
3. Antikolinergik (bronkodilator) à Ipratropium bromide
4. LTRA (antiinflamasi) à Montelukast

Anda mungkin juga menyukai