Anda di halaman 1dari 3

RESENSI NOVEL

“Kim Jiyeong, Lahir tahun 1982”

By : Angelica Yulianty
“Kim Jiyeong, Sorot Budaya Patriarki di Korea Selatan”

Judul Buku : Kim Jiyeong, Lahir tahun 1982


Penulis : Cho Namjoo
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Cetakan Ketiga, Januari 2020
Isi : 192 halaman; 20 x 13.5 cm
ISBN : 9786020636191
Harga : Rp.58.000

Buku Kim Jiyeong, Lahir tahun 1982 adalah buku ketiga dari Penulis Cho Namjoo. Buku yang
sukses menggerakan hati seluruh wanita diseluruh dunia ini, sudah merilis Film dengan judul yang
sama pada 2019 lalu. Buku ini menceritakan tentang kisah seorang wanita bernama Kim Jiyeong, nama
yang banyak digunakan oleh wanita Korea Selatan pada tahun 1982. Kim Jiyeong hidup di tahun 1982,
dengan budaya patriarki masih sangat dielu-elukan.
Dalam buku yang berjumlah 192 halaman ini, diceritakan bagaimana Kim Jiyeong dibesarkan
di sebuah keluarga yang menjunjung tinggi budaya patriarki. Jiyeong yang awalnya tidak diharapkan di
keluarga tersebut, harus hidup dalam bulan-bulanan orang sekitarnya, yang hanya memandang wanita
dengan sebelah mata. Jiyeong selalu mengalah terhadap saudara laki-lakinya, dimana sepatu, pakaian,
dan kamar terbaik diberikan kepada adik laki-lakinya. Jiyeong tidak berani mengutarakan isi hatinya
yang sesungguhnya, karena ia pikir ia hanya akan dianggap sebagai pembangkang.
Budaya Patriarki yang sudah mendarah daging di Korea Selatan, maupun seluruh dunia, telah
mengakibatkan kondisi yang serius. Pandangan yang tercipta dari budaya patriarki adalah, sikap
superior dari kaum pria yang menganggap wanita harus berada dibelakang pria. Contohnya, saat
Jiyeong bekerja, ia harus menghadapi situasi dimana atasan pria yang melecehkan wanita adalah hal
yang lumrah dan biasa.
Sejak lahir, dewasa, menikah dan memiliki anak, Jiyeong merasa tidak pernah mendapatkan
perlakuan yang sesuai, dan tidak memiliki kesempatan untuk melakukan apa yang ia inginkan. Jiyeong
selalu merasa menjadi “nomor terakhir” dalam keluarga dan lingkungannya. Bahkan, sekeras apapun
jerih payah yang Jiyeong lakukan, tidak pernah dianggap oleh orang-orang disekitarnya. Jiyeong pun
terjebak dalam pola pikirnya sendiri, sering merasa rendah diri, dan menyalahkan dirinya sendiri.
Jiyeong bahkan harus melepaskan mimpinya sebagai penulis, dan fokus mengurus anaknya sebagai ibu
rumah tangga.
Dari buku ini, pembaca bisa belajar banyak hal. Buku ini sederhana, namun memiliki makna
yang meninggalkan kesan dihati setiap pembaca. Buku ini sanggup meneriakkan perasaan tertekan dari
hati wanita Korea Selatan, maupun diseluruh dunia tentang diskriminasi yang mereka alami. Kisah dari
Kim Jiyeong sangat lekat dengan kehidupan kita sehari-hari, yaitu adanya ketidakadilan dalam
perbedaan gender. Perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Perempuan berhak
mengeluarkan pendapat dan suaranya, berhak menjadi apapun yang ia inginkan, dan berhak meraih
kebahagiaan untuk dirinya. Meskipun mengangkat isu sensitif, dengan buku ini, Kim Jiyeong lain
diluar sana, tidak perlu merasa sendirian dan memberanikan diri untuk bangkit. Karena, kita semua
adalah Kim Jiyeong.
Namun, tentu buku ini memiliki kekurangan. Karena merupakan buku terjemahan dari bahasa
Korea, ada beberapa istilah daerah yang jika diartikan ke bahasa Indonesia, menjadi sulit dimengerti.
Juga ada beberapa bagian yang dirasa monoton dan tidak perlu. Terlepas dari kekurangan yang
dimiliki, buku ini dapat dijadikan inspirasi dan memotivasi siapapun untuk memulai langkah
perubahan. Buku Kim Jiyeong lahir tahun 1982 sangat dianjurkan untuk dibaca, tidak hanya untuk
wanita, tapi juga untuk semua orang.

Anda mungkin juga menyukai