Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDEKATAN SOSIOLOGIS, PSIKOLOGIS, HISTORIS DAN GENDER


DALAM STUDI ISLAM
MATA KULIAH PENGANTAR STUDI ISLAM

Dosen Pengampu :

Aslam Sa’ad, M.Ag

Disusun oleh Kelompok 3 :

1. Baidowi Nur (211104010038)


2. Intan Syarifansah (211104010026)
3. Maryam Jamila (211104010031)
4. Syafril Yanuar Riyandi (211104010033)

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER

TAHUN AJARAN 2021-2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan beberapa
berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “PENDEKATAN SOSIOLOGIS, PSIKOLOGIS,
HISTORIS DAN GENDER DALAM STUDI ISLAM” tepat pada waktunya . Tak
lupa pula Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Dan juga penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Aslam Sa’ad, M.Ag selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Studi
Islam yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
sehingga terwujudnya makalah ini.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan dan
kelancaran makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
masyarakat dan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jember, 22 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
A. Pendekatan Sosiologis ........................................................................................... 2
B. Pendekatan Psikologis .......................................................................................... 3
C. Pendekatan Historis .............................................................................................. 5
D. Pendekatan Gender .............................................................................................. 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif
diberbagai persoalan yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya
dijadikan sekadar sebagai lambang kesalehan atau berhenti sekadar
disampaikan pada khotbah, melainkan secara konsepsional menunujukkan cara-
cara yang paling efektif dalam memecahkan persoalan. Adapun pendekatan
yang dimaksud di sini (bukan dalam konteks penelitian), tetapi cara pandang
atau paradigma yang ada pada satu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan
dalam memahami agama.

Diketahui bahwa Islam menjadi agama yang mempunyai banyak dimensi,


yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu
pengetahuan serta teknologi, sampai di kehidupan rumah tangga, serta masih
banyak lagi. buat memahami banyak sekali dimensi ajaran Islam tersebut jelas
memerlukan berbagai pendekatan yang digali asal berbagai disiplin ilmu.
Berkaitan dengan banyaknya pemikiran diatas, maka kita perlu mengetahui dan
mengidentifikasi dengan jelas pendekatan-pendekatan yang bisa digunakan
pada memahamai agama. Hal ini perlu dilakukan, karena melalui pendekatan
tersebut kehadiran agama secara fugsional bisa dirasakan oleh penganutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsepsi dari pendekatan sosiologis dalam studi islam ?
2. Bagaimana konsepsi dari pendekatan psikologis dalam studi islam ?
3. Bagaimana konsepsi dari pendekatan historis dalam studi islam ?
4. Bagaimana konsepsi pendekatan gender dalam studi islam ?

C. Tujuan
1. Untuk mempelajari dan menjabarkan konsep pendekatan sosiologis
2. Untuk mempelajari dan menjabarkan konsep pendekatan spikologis
3. Untuk mempelajari dan menjabarkan konsep pendekatan historis
4. Untuk mempelajari dan menjabarkan konsep pendekatan gender

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Sosiologis
Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa latin yang terdiri
dari kata “socius” yang berarti teman, dan “logos” yang berarti berkata atau
berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.1

Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial


dan proses- proses sosial termasuk perubahan- perubahan sosial. Adapun objek
sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia
dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Sedangkan
tujuannya adalah meningkatkan daya kemampuan manusia dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya

Menurut Bouman mendefenisikan, sosiologi adalah ilmu tentang


kehidupan manusia dalam kelompok2. Sebagai suatu ilmu pengetahuan
tentang kehidupan bersama yang di dalamnya terkandung unsur- unsur
hubungan antara orang perorangan dalam kelompok dengan kelompok dan
sifat- sifat dan perubahan yang terdapat dalam dan ideide sosial yang tumbuh.
Sedangkan studi sosiologi agama menurut Joachim W ach merumuskan secara
luas sebagai suatu studi tentang interelasidari agama dan masyarakat serta
bentukbentuk interaksi yang terjadi antar mereka.

Menurut H. G oddijn W menyatakan bahwa sosiologi agama adalah bagian


dari sosiologi umum yang mempelajari suatu ilmu budayaempiris, profane dan
positif yang menuju kepaada pengetahuan umum, jernih dan pasti dari struktur-
struktur, fungsi- fungsi, gejala- gejala dan perubahan- perubahan kelompok
keagamaan untuk kepentingan agama dan masyarakat3.

1
Abdul Syani, Sosiologi Dan Perubahan Masyarakat (Lampung: Pustaka Jaya, 1995)
h. 2
2
Zainimal, Sosiologi Pendidikan, (Padang: Hayfa Press, 2007), h.74
3
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), h.7

2
Sejak awal permulaan sejarah umat manusia, agama sudah terdapat pada
semua lapisan masyarakat, dan seluruh tingkat kebudayaan. Agama tidak boleh
dijadikan sekedar lambing kesolehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam
khutbah, melainkan secara konsepsional, menunjukkan cara-cara yang paling
efektif dalam memecahkan masalah.

Tuntunan terhadap agama seperti itu dapat di jawab manakala


pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan
teologis normatif dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan
pendekatan lain yang secara operasional konseptual dapat memberikan
jawaban terhadap masalah yang timbul4.
Pentingnya pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat
difahami karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah
sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini, selanjutnya
mendorong kaum agama memahami ilmu sosial sebagai alat untuk
memahami agamanya. Jalaluddin Rahmat telah menunjukkan betapa
besarnya perhatian agama yang dalam hal ini adalah Islam terhadap
masalah sosial5. Yang dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan
sosiologis, agama akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama
itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial.
Dalam al-Qur’an misalnya dijumpai ayat-ayat berkenaan dengan
hubungan manusia dengan manusia lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan
terjadinya kemakmuran suatu bangsa dan sebab-sebab yang menyebabkan
terjadinya kesengsaraan. Semua itu hanya baru dapat dijelaskan apabila yang
memahaminya mengetahui sejarah sosial pada ajaran agama itu diturukan6.

B. Pendekatan Psikologis
Psikologi adalah sebuah istilah yang dipergunakan untuk merujuk bentukan
halus dalam diri manusia yang tidak terlihat dan hanya dapat dirasakan. Sesuatu

4
Rosihan Anwar, dkk, Pengantar Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 71
5
Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif,(Bandung: Mizan, 1986), h.48
6
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2008),h. 48

3
yang tidak tampak itu menimbulkan kesulitan tersendiri dalam memberikan
definisi yang tepat.

Pendekatan yang dilakukan dalam memahami agama untuk memecahkan


persoalan manusia salah satunya adalah pendekatan secara psikologi.
Pendekatan psikologi mempunyai peranan signifikan dan memberikan
sumbangsih dalam perkembangan studi Islam. Pendekatan psikologi dalam
Islam berguna untuk mengetahui dan memahami bagaimana tingkat
keagamaan yang difahami, dihayati dan diamalkan seseorang muslim,
seperti halnya dapat mengetahui pengaruh dari ibadah shalat, puasa, zakat,
haji dan ibadah-ibadah lainnya dalam kehidupan seseorang.

Pola kajian yang dikembangkan dalam studi ini adalah upaya kritis terhadap
teks, sejarah, dokrin, pemikiran dan institusi keislaman dengan menggunakan
pendekatan-pendektan tertentu, seperti Kalam, Fiqh, fisafat, tasawuf, historis,
antropologis, sosiologis, psikologis, yang secara populer di kalangan akademik
dianggap ilmiah

Kajian psikologis terhadap pendekatan studi Islam tidak bertujuan untuk


menemukan atau mempertahankan keimanan atas kebenaran suatu konsep atau
ajaran tertentu, melainkan mengkaji dan menelitinya secara ilmiah, dan
memungkinkan untuk mengembangkan pemikiran yang rasional serta sangat
besar peluang kompromi untuk ditolak, diterima, maupun dipercaya
kebenarannya.

Di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-tokoh,


seperti Prof. Dr. Zakiah Daradjat dengan bukunya Ilmu Jiwa Agama (1970),
Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. Dr. Jalaluddin dengan karyanya
Psikologi Agama (1996).

Jadi, Pendekatan psikologis tidak berorientasi untuk menilai tingkat


keagamaan seseorang. Namun, hanya mengupas tentang bagaimna seseorang
itu menemukan dan memahami agamanya sebagai panduan dalam hidupnya,
sehingga mampu memanifestasikan agama itu menjadi sikap dan perilaku
dalam kesehariannya.

4
C. Pendekatan Historis
Kata historis berasal dari Bahasa Inggris “History” yang artinya
sejarah, atau peristiwa.7Kata sejarahdari kata Arab syajarahtun yang berarti
pohon. Pengambilan istilah ini agak berkaitan dengan kenyataan, bahwa
sejarah setidaknya dalam pandangan orang pertama yang menggunakan kata
ini menyangkut tentang, antara lain, syajart al-basab, pohon genealogis yang
dalam masa sekarang agaknya bisa disebutsejarah keluarga (family history).

History memiliki makna yang sama dengan sejarah yaitu kejadian-kejadian


yang terjadi dimasa silam.8 Historis sebagai ilmu tentang perkembangan
manusia. Sartono Kartodirdjo dalam Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metologi
Sejarah membagi pengertian sejarah pada dua aspek, yaitu: pengertian subjektif
dan objektif.9 Pertama, sejarah dalam arti subjektif adalah suatu konstruk, yakni
bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Kedua, sejarah
dalam arti objektif adalah menunjuk kejadian atau peristiwa itu sendiri, yakni
proses sejarah dalam aktualitasnya.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah merupakan


gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau yang dialami
manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu, diberi tafsiran
dan analisa kritis sehingga mudah dimengerti dan dipahami. Dengan kata lain
didalam sejarah terdapat objek peristiwa, orang yang melakukan (subjek),
waktu, tempat, dan latar belakang. Seluruh aspek tersebut selanjutnya disusun
secara sistematik dan menggambarkan suatu hubungan yang kuat antara bagian
yang satu dengan bagian yang lain .jika dikatkan dengan kajian islam dapat
disimpulkan bahwa islam historis dikaji dari aspek sejarah, menganalisis
perkembangannya dari awal sampai sekarang, karena islam tidak lepas dari
historisnya.

Pendekatan historis dalam kajian islam adalah


usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta

7
Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Surabaya: 2007), hal. 178
8
Harun Nasution, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin
Ilmu,(Bandung: Purjalit dan Nuansa, 1998), hal. 119
9
M. Yatimin Abdullah, Op. Cit, hal. 58

5
membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang
berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran,
sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.

Melalui pendekatan sejarah ini, seseorang diajak untuk memasuki


keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Disini
seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konsep historisnya, karena
pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang yang memahaminya.

Misalnya seseorang yang ingin memahami Al-Qur’an secara benar


maka ia harus mempelajari sejarah turunnya Al-Qur‟an atau kejadian-kejadian
yang mengiringi turunnya Al-Qur’an, yang selanjutnya disebut sebagai ilmu
Asbab an Nuzul (ilmu tentang sebab sebab turunya ayat ayat Al-Qu’an) yang
pada intinya berisi sejarah turunya ayat Al-Qu’an. Dengan ilmu asbabun
Nuzul ini seseorang akan dapat mengetahui hikmah yang terkandung dalam
suatu ayat yang berkenaan dengan hukum tertentu dan ditujukan untuk
memelihara syariat dari kekeliruan memahaminya.10

D. Pendekatan Gender
Eksistensi gender dalam kehidupan humanisme ialah suatu yang pasti
terjadi. Hakikat Gender sendiri adalah kelompok atribut dan perilaku secara
kultural yang ada pada laki-laki dan perempuan11. Gender adalah perbedaan
yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah
laku.

Menurut HT. Wilson dalam Sex and Gender mengartikan gender sebagai
suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan
pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka
mereka menjadi laki-laki dan perempuan12

10
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2008),hal.35-38
11
Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2004) hlm. 334
12
“Gender is a basic of defining the different contributions that man and women make
to cuter and collective life by dint of which they are as man and women”, Lihat H.T. Wilson, Sex

6
Menurut kantor Menteri Urusan Peranan wanita dengan ejaan ‚ “jender”.
Jender di artikan sebagai ‚interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan
kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Jender biasanya dipergunakan untuk
menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan
perempuan (H.T, 1989)13

Pendekatan Gender dalam studi islam merupakan sudut pandang islam


dalam memaknai perbedaan gender yang secara literasi, kedua gender tersebut
tidaklah ada perbedaan signifikan untuk beberapa problem masyarakat. Karena
Islam tidak pernah membeda-bedakan antara manusia yang satu dengan
lainnya, antara laki-laki dan perempuan

Hakikatnya perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah


sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun dalam kenyataannya
perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan terutama bagi kaum
perempuan. Ketidakadilan gender dapat dilihat melalui berbagai manifestasi
seperti marginalisasi, subordinasi, pembentukan sreotipe (pelabelan), kekerasan
(violence) maupun beban kerja.14

Bassically, Islam menempatkan perempuan pada posisi yang sama dengan


laki-laki. Perempuan mempunyai kesempatan serta kemampuan yang sama
dengan laki laki dalam menjadi hamba secara ideal, seperti dalam Ayat Al
Qur’an (Al Hujurat : 13).15 Dan juga Al Qur’an menerangkan bahwa
perempuan dan laki-laki diciptakan Allah dalam derajat yang sama, seperti

and Gender, Making Cultural Sense of Civilization (Leiden, New York, Kebenhavin, Koln: E,J. Brill,
1989), hlm.2.
13
Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Buku III Pengantar Teknik Analisis
Gender, 1992, hlm. 3
14
Mansour Faqihlm, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003), hlm. 12
15
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”.

7
dalam Ayat Al Qur’an (An Nisa’ : 1).16 Dan Juga dalam beberapa ayat lain
yang secara tegas menyatakan tidak membeda bedakan kaum laki laki dan
perempuan.

Perempuan Muslimah (syakhshiyah al-ma'rah) digambarkan sebagai kaum


yang memiliki kemandirian politik. Memiliki kemandirian ekonomi, seperti
pemandangan yang disaksikan Nabi Musa di Madyan, wanita mengelola.
Kemandirian di dalam menentukan pilihan-pilihan pribadi diyakini
kebenarannya, sekalipun harus berhadapan dengan suami bagi wanita yang
sudah kawin. Menentang pendapat orang banyak (public opinion) bagi
perempuan yang belum kawin. Bahkan al-Qur'an menyerukan perang terhadap
suatu negeri yang menindas kaum perempuan.

Adanya Pendekatan gender dalam studi islam ini berangkat dari asumsi
dasar bahwa ada bias gender dalam produk-produk tafsir konvensional. Dan
juga al-Qur’an diyakini banyak mengandung kemungkinan penafsiran
(yahtamil wujuh al-ma’na). Dengan demikian produk-produk penafsiran yang
bertentangan akan dinilai tidak tepat, terutama ketika diterapkan untuk konteks
kekinian, sebab situasi dan kondisinya jelas berbeda sama sekali dengan zaman
dulu.

16
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
dari jenis yang sama dan dari padanya Allah telah menciptakan pasangan dan daripada
keduanya Allah memperkembangkan laki-laki dan perempuan yang banyak”.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai objek studi, Islam harus didekati dari berbagai aspeknya dengan
menggunakan multidisiplin ilmu pengetahuan, salah satunya adalah melalui
beberapa pendekatan, seperti history, psikologi, sosiologi, dan juga sudut
pandang gender agar dapat memahami tentang Islam dengan benar.

Pendekatan sosiologis memiliki fokus perhatian pada interaksi antara agama


dan masyarakat. Pendekatan psikologis menjelaskan gejala atau sikap
keagamaan seseorang. Lalu Pendekatan sejarah mengutamakan orientasi
pemahaman atau penafsiran terhadap fakta sejarah yang berperan sebagai
metode analisis, atau pisau analisis, karena sejarah dapat menyajikan gambaran
tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu kejadian, maka agama
sebagai sasaran penelitian haruslah dijelaskan fakta-faktanya yang
berhubungan dengan waktu. Yang terakhir pendekatan gender dalam agama
islam sebagai suatu konsep yang melihat peran lakilaki dan perempuan.
Hakikatnya Islam menempatkan perempuan pada posisi yang sama dengan laki-
laki, tidak ada perbedaan diantara keduanya. Yang membedakan hanyalah dari
sisi ketakwaan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, & Yatimin, M. (2006). Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Sinar Grafika
Offset.

Anwar, R. (2009). Pengantar Studi Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Faqihlm, M. (2003). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

H.T, W. (1989). Sex and Gender, Making Cultural Sense of Civilization. Leiden,
New York, Kebenhavin: E,J. Brill.

Hendropuspito. (1983). Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. (1992). Buku III Pengantar
Teknik Analisis Gender. Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita.

Nasution, H. (1998). Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin


Ilmu. Bandung: Purjalit dan Nuansa.

Nata, A. (2002). Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rakhmat, J. (1986). Islam Alternatif. Bandung: Mizan.

Syani, A. (1995). Sosiologi dan perubahan masyarakat. Lampung: Pustaka Jaya.

Yuniar, T. (2007). Kamus lengkap inggris-indonesia. surabaya.

Yuryanto, D. N. (2004). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Zainimal. (2007). Sosiologi Pendidikan. Padang: Hayfa Press.

10

Anda mungkin juga menyukai