Dosen Pengampu :
1. Aslam Sa’ad, M.Ag selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Studi
Islam yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
sehingga terwujudnya makalah ini.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan dan
kelancaran makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
masyarakat dan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsepsi dari pendekatan sosiologis dalam studi islam ?
2. Bagaimana konsepsi dari pendekatan psikologis dalam studi islam ?
3. Bagaimana konsepsi dari pendekatan historis dalam studi islam ?
4. Bagaimana konsepsi pendekatan gender dalam studi islam ?
C. Tujuan
1. Untuk mempelajari dan menjabarkan konsep pendekatan sosiologis
2. Untuk mempelajari dan menjabarkan konsep pendekatan spikologis
3. Untuk mempelajari dan menjabarkan konsep pendekatan historis
4. Untuk mempelajari dan menjabarkan konsep pendekatan gender
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Sosiologis
Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa latin yang terdiri
dari kata “socius” yang berarti teman, dan “logos” yang berarti berkata atau
berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.1
1
Abdul Syani, Sosiologi Dan Perubahan Masyarakat (Lampung: Pustaka Jaya, 1995)
h. 2
2
Zainimal, Sosiologi Pendidikan, (Padang: Hayfa Press, 2007), h.74
3
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), h.7
2
Sejak awal permulaan sejarah umat manusia, agama sudah terdapat pada
semua lapisan masyarakat, dan seluruh tingkat kebudayaan. Agama tidak boleh
dijadikan sekedar lambing kesolehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam
khutbah, melainkan secara konsepsional, menunjukkan cara-cara yang paling
efektif dalam memecahkan masalah.
B. Pendekatan Psikologis
Psikologi adalah sebuah istilah yang dipergunakan untuk merujuk bentukan
halus dalam diri manusia yang tidak terlihat dan hanya dapat dirasakan. Sesuatu
4
Rosihan Anwar, dkk, Pengantar Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 71
5
Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif,(Bandung: Mizan, 1986), h.48
6
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2008),h. 48
3
yang tidak tampak itu menimbulkan kesulitan tersendiri dalam memberikan
definisi yang tepat.
Pola kajian yang dikembangkan dalam studi ini adalah upaya kritis terhadap
teks, sejarah, dokrin, pemikiran dan institusi keislaman dengan menggunakan
pendekatan-pendektan tertentu, seperti Kalam, Fiqh, fisafat, tasawuf, historis,
antropologis, sosiologis, psikologis, yang secara populer di kalangan akademik
dianggap ilmiah
4
C. Pendekatan Historis
Kata historis berasal dari Bahasa Inggris “History” yang artinya
sejarah, atau peristiwa.7Kata sejarahdari kata Arab syajarahtun yang berarti
pohon. Pengambilan istilah ini agak berkaitan dengan kenyataan, bahwa
sejarah setidaknya dalam pandangan orang pertama yang menggunakan kata
ini menyangkut tentang, antara lain, syajart al-basab, pohon genealogis yang
dalam masa sekarang agaknya bisa disebutsejarah keluarga (family history).
7
Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Surabaya: 2007), hal. 178
8
Harun Nasution, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin
Ilmu,(Bandung: Purjalit dan Nuansa, 1998), hal. 119
9
M. Yatimin Abdullah, Op. Cit, hal. 58
5
membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang
berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran,
sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.
D. Pendekatan Gender
Eksistensi gender dalam kehidupan humanisme ialah suatu yang pasti
terjadi. Hakikat Gender sendiri adalah kelompok atribut dan perilaku secara
kultural yang ada pada laki-laki dan perempuan11. Gender adalah perbedaan
yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah
laku.
Menurut HT. Wilson dalam Sex and Gender mengartikan gender sebagai
suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan
pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka
mereka menjadi laki-laki dan perempuan12
10
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2008),hal.35-38
11
Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2004) hlm. 334
12
“Gender is a basic of defining the different contributions that man and women make
to cuter and collective life by dint of which they are as man and women”, Lihat H.T. Wilson, Sex
6
Menurut kantor Menteri Urusan Peranan wanita dengan ejaan ‚ “jender”.
Jender di artikan sebagai ‚interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan
kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Jender biasanya dipergunakan untuk
menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan
perempuan (H.T, 1989)13
and Gender, Making Cultural Sense of Civilization (Leiden, New York, Kebenhavin, Koln: E,J. Brill,
1989), hlm.2.
13
Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Buku III Pengantar Teknik Analisis
Gender, 1992, hlm. 3
14
Mansour Faqihlm, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003), hlm. 12
15
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”.
7
dalam Ayat Al Qur’an (An Nisa’ : 1).16 Dan Juga dalam beberapa ayat lain
yang secara tegas menyatakan tidak membeda bedakan kaum laki laki dan
perempuan.
Adanya Pendekatan gender dalam studi islam ini berangkat dari asumsi
dasar bahwa ada bias gender dalam produk-produk tafsir konvensional. Dan
juga al-Qur’an diyakini banyak mengandung kemungkinan penafsiran
(yahtamil wujuh al-ma’na). Dengan demikian produk-produk penafsiran yang
bertentangan akan dinilai tidak tepat, terutama ketika diterapkan untuk konteks
kekinian, sebab situasi dan kondisinya jelas berbeda sama sekali dengan zaman
dulu.
16
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
dari jenis yang sama dan dari padanya Allah telah menciptakan pasangan dan daripada
keduanya Allah memperkembangkan laki-laki dan perempuan yang banyak”.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai objek studi, Islam harus didekati dari berbagai aspeknya dengan
menggunakan multidisiplin ilmu pengetahuan, salah satunya adalah melalui
beberapa pendekatan, seperti history, psikologi, sosiologi, dan juga sudut
pandang gender agar dapat memahami tentang Islam dengan benar.
9
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, & Yatimin, M. (2006). Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Sinar Grafika
Offset.
H.T, W. (1989). Sex and Gender, Making Cultural Sense of Civilization. Leiden,
New York, Kebenhavin: E,J. Brill.
Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. (1992). Buku III Pengantar
Teknik Analisis Gender. Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita.
10