Anda di halaman 1dari 18

MEMAHAMI MAKNA DAN PENTINGNYA PANCASILA SEBAGAI

IDEOLOGI NEGARA
( Makalah)

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila


Dosen Pembimbing : Dona Sariani, S.Pd.M.Pd
Prodi : Pendidikan Biologi

Kelompok 6
Miska Dewi (A1C420018)
Nanda Wulandari (A1C420033)
Yogi Yudha Saputra (A1C420034)
Pradita Tiara Handayani (A1C420040)
Annisa Latifah Kotada (A1C420081)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah,
serta inayah-Nya kepada kita semua, sehingga dapat menyesaikan laporan makalah kami
tentang Makna dan Pentingnya Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.

Makalah ini telah disusun secara maksimal atas bantuan dari berbagai pihak sehingga laporan
makalah ini bisa selesai dengan lancar. Untuk itu, selaku penyusun, banyak berterimakasih
kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan
supportnya selama ini.

Kami menyadari, makalah yang dibuat jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna
menghasilkan laporan makalah yang lebih baik.

Kami berharap, makalah yang kami susun dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi
pembaca.

Jambi, .. September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN
A. Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara
1. Sumber Historis Tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara
2 .Sumber Sosiologis Tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara
3. Sumber Politik Tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara
B. Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Negara
1. Dinamika Pancasila Sebagai Ideologi Negara
2. Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Negara
C. Esensi dan Urgensi sebagai Ideologi Negara
1. Esensi sebagai Ideologi Negara
2. Urgensi sebagai Ideologi Negara

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Pancasila merupakan landasan ideologi untuk kehidupan bangsa Indonesia. Pilar


ideologi ini memuat lima sila yang mencakup seluruh aspek. Mulai dari ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan hingga keadilan.Sejatinya, Pancasila yang berasal
dari bahasa Sanskerta terdiri dari dua kata, yakni panca dan sila. Panca berarti lima dan
sila artinya prinsip. Jika diartikan secara menyeluruh, Pancasila berarti pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara.Sebagai ideologi negara, Pancasila juga dapat
diartikan sebagai landasan fundamental dalam kehidupan. Dengan kata lain, Pancasila
memuat nilai dan norma yang bisa dijadikan pedoman untuk berperilaku.

Selain itu, nilai dalam Pancasila juga dapat diartikan sebagai cita-cita bangsa. Artinya,
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat menjadi visi untuk menjalankan
kehidupan bernegara. Visi dalam Pancasila adalah terwujudnya kehidupan berdasarkan
Ketuhanan YME, kemanusiaan, persatuan, kepentingan rakyat, dan keadilan. Butir-butir
sila Pancasila juga dapat menjadi sarana untuk menyatukan masyarakat di Indonesia.
Seperti diketahui, bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, dan ras yang
berbeda-beda. Tanpa ideologi dasar, tentunya masyarakat akan sulit untuk disatukan.
Namun dengan kehadiran Pancasila, masyarakat akan bersatu sebagai bangsa Indonesia.
Di samping itu semua, kehadiran Pancasila juga berfungsi untuk mengembangkan dan
memelihara identitas bangsa, serta menjadi tolak ukur untuk kemajuan bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sumber historis, sosiologis, politis tentang pancasila sebagai ideologi
Negara?
2. Bagaimana dinamika tantangan pancasila sebagai ideologi Negara?
3. Bagaimana esensi dan urgensi pancasia sebagai ideologi Negara?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang pancasila sebagai
ideologi Negara.
2. Untuk mengetahui dinamika dan tantangan pancasila sebagai ideologi Negara.
3. Untuk mengetahui esensi dan urgensi pancasila sebagai ideologi Negara.

D. Manfaat Penulisan

Agar menambah wawasan pembaca tentang pancasila sebagai ideologi Negara dan
diharapkan dapat membuat pembaca semakin mengerti dan paham tentang pancasila.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara


1. Sumber Historis Tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara
a. Pancasila sebagai ideologi negara masa pemerintahan Pres. Soekarno
Pada masa pemerintahan ini, Pancasila ditegaskan sebagai pemersatu
bangsa. Penegasan ini dikumandangkan oleh Soekarno dalam berbagai pidato
politiknya dalam kurun waktu 1945-1960. Namun seiring dengan perjalanan
waktu, kurun waktu 1960-1965, Soekarno lebih mementingkan konsep
Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme) sebagai landasan politik bangsa
Indonesia.

b. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Pres. Soeharto


Pancasila dijadikan sebagai asas tunggal bagi Organisasi Politik dan
Organisasi Kemasyarakatan. Diawali dengan keluarnya TAP MPR No. II/1978
tentang pemasyarakatan nilai-nilai Pancasila yang menjadi landasan bagi
dilaksanakannya penataran P-4 bagi semua lapisan masyarakat. Akibat dari
cara-cara rezim dalam memasyarakatkan Pancasila memberi kesan bahwa
tafsir ideologi Pancasila adalah produk rezim Orde Baru yang berkuasa pada
waktu itu.

c. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Pres. Habibie


Presiden Habibie menggantikan Presiden Soeharto yang mundur pada 21
Mei 1998, atas desakan berbagai pihak Habibie menghapus penataran P-4.
Pemerintahan Habibie lebih disibukkan masalah politis, baik dalam negeri
maupun luar negeri. Di samping itu, lembaga yang bertanggungjawab terhadap
sosialisasi nilai-nilai Pancasila dibubarkan berdasarkan Keppres No. 27 tahun
1999 tentang pencabutan Keppres No. 10 tahun 1979 tentang Badan
Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (BP-7). Sebenarnya, dalam Keppres tersebut dinyatakan akan
dibentuk lembaga serupa, tetapi lembaga khusus yang mengkaji,
mengembangkan, dan mengawal Pancasila hingga saat ini belum ada.

d. Pancasila sebagai Ideologi dalam masa pemerintahan Pres. Gusdur


Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid muncul wacana
tentang penghapusan TAP NO.XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan PKI dan
penyebarluasan ajaran komunisme. Di masa ini, yang lebih dominan adalah
kebebasan berpendapat sehingga perhatian terhadap ideologi Pancasila
cenderung melemah.

e.Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Pres. Megawati


Pada masa ini, Pancasila sebagai ideologi semakin kehilangan formalitasnya
dengan disahkannya Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 yang
tidak mencantumkan pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dari
tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi.

f.Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Susilo


Bambang Yudhoyono (SBY)
Pemerintahan SBY dapat dikatakan juga tidak terlalu memperhatikan
pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara. Hal ini dapat dilihat dari belum
adanya upaya untuk membentuk suatu lembaga yang berwenang untuk
menjaga dan mengawal Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara
sebagaimana diamanatkan oleh Keppres No. 27 tahun 1999. Suasana politik
lebih banyak ditandai dengan pertarungan politik untuk memperebutkan
kekuasaan atau meraih suara sebanyak-banyaknya dalam pemilu. Mendekati
akhir masa jabatannya, Presiden SBY menandatangani Undang-Undang RI No.
12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mencantumkan mata kuliah
Pancasila sebagai mata kuliah wajib pada pasal 35 ayat (3).

2. Sumber Sosiologis Tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pancasila sebagai ideologi negara berakar dalam kehidupan masyarakat.
Unsur-unsur sosiologis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
dapat ditemukan dalam kehidupan beragama masyarakat Indonesia dalam
berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan terhadap adanya kekuatan gaib.
b.Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
dapat ditemukan dalam hal saling menghargai dan menghormati hak-hak
orang lain, tidak bersikap sewenang-wenang.
c.Sila Persatuan Indonesia
yang dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia kawan, rasa cinta
tanah air yang berwujud pada mencintai produk dalam negeri.
d.Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
dapat ditemukan dalam bentuk menghargai pendapat orang lain, semangat
musyawarah dalam mengambil keputusan.
e.Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
tercermin dalam sikap suka menolong, menjalankan gaya hidup sederhana,
tidak menyolok atau berlebihan.

3. Sumber Politis Tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara


Unsur-unsur politis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara
meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
diwujudkan dalam bentuk semangat toleransi antarumat beragama.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
diwujudkan penghargaan terhadap pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) di
Indonesia.

c. Sila Persatuan Indonesia


diwujudkan dalam mendahulukan kepentingan bangsa dan negara daripada
kepentingan kelompok atau golongan, termasuk partai.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
diwujudkan dalam mendahulukan pengambilan keputusan berdasarkan
musyawarah daripada voting.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
diwujudkan dalam bentuk tidak menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power)
untuk memperkaya diri atau kelompok karena penyalahgunaan kekuasaan
itulah yang menjadi faktor pemicu terjadinya korupsi.
B. Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Negara
1. Dinamika Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Masa kependudukan Jepang. Jepang menjajah Indonesia kurang lebih 3,5
tahun, yang awalnnya Jepang membuat kebijakan politik yang dimaksudkan
agar Bangsa Indonesia termasuk salah satu kekuatan Jepang. Akan tetapi hal
ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk merdeka. Untuk lebih
meyakinkan bangsa Indonesia Jepang membuat BPUPKI pada tanggal 1 Maret
1945. mempersiapkan hal-hal yang penting yang berhubungan dengan
kemerdekaan bangsa dalam hal politik, ekonomi, tata pemerintahan dll.
Melalui badan bentukan Jepang inilah para pemimpin Indonesia merancangkan
sebuah dasar negara. Dan di dalam badan ini pula pemikiran tentang Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia muncul. Akan tetapi pada masa ini Pancasila
masih belum menjadi dasar Negara Indonesia karena Indonesia belum menjadi
Negara Indonesia yang merdeka.
Masa Berlakunya UUD 1945 yang Pertama. Tanggal 17 agustus 1945
Bangsa Indonesia resmi merdeka. Lalu tanggal 18 agustus 1945 PPKI
meresmikan pancasila sebagai dasar Negara Indonesia. Dalam periode ini
pemikiran mengenai Pancasila sebagian besar bersifat ideologis. Selain itu
praktik kehidupan politik dan kenegaraan yang terjadi pada waktu itu turut
serta membentuk perkembangan pemikiran mengenai Pancasila pada masa itu.
Periode Berlakunya Konstitusi RIS. Pada masa Republik Indonesia Serikat,
kedudukan pancasila tidak dapat ditangguhkan sebagai dasar negara yang
tunggal, meskipun beberapa kali para nasionalis islam menggugat dasar negara
Indonesia di beberapa sidang konstituante. Meskipun nama Pancasila tidak
terdapat di dalam Pembukaan Konstitusi RIS, status Pancasila sebagai
ideologi, dasar negara dan sumber hukum tetap tertahan di dalam periode ini.
Bahkan perkembangan akan pemikiran mengenai Pancasila menunjukkan
suatu kemajuan di kalangan masyarakat akademis.
Masa Berlakunya UUDS 1950. Pemikiran tentang lima dasar megara ada
terdapat dalam mukaddimah Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950,
namun seperti halnya dengan UUD 1945 maupun Konstitusi RIS, nama
Pancasila dalam UUDS 1950 juga tidak tercantum. Meskipun demikian,
pendapat bahwa lima dasar negara itu adalah Pancasila dalam periode ini sudah
semakin berkembang. Perumusan mengenai dasar negara tetap mencerminkan
pemikiran Ideologi Kebangsaan. Dengan demikian status Pancasila sebagai
dasar negara dan ideologi nasional tetap berkelanjutan.
Masa Orde Lama dalam menghadapi krisis dan permasalahan yang terjadi
di dalam Majelis Konstituante, Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan
Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 yang isinya adalah: Membubarkan
konstituante, Menyatakan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakukanya
UUDS 1950, Membentuk MPRS. Dengan keluarnya dekrit Presiden
merupakan sebuah pengembalian eksistensi pancasila sebagai dasar Negara.
Soekarno menetapkan sistem demokrasi terpimpin dalam memimpin negara
Indonesia yang secara prinsip bertolak belakang dengan sila keempat Pancasila
mengenai pengambilan keputusan berdasarkan permusyawaratan perwakilan.
Soekarno juga menyampaikan sebuah konsep politik integrasi antara tiga
paham dominan saat itu yaitu nasionalis, agama, dan komunis (NASAKOM)
yang kemunculannya lebih sering dibandingkan dengan dasar negara Indonesia
itu sendiri.
Masa Orde Baru pelaksanaan Pancasila dilakukan secara murni dan
konsekuen tanpa adanya penanaman ideology-ideologi lain dalam menafsirkan
Pancasila. Pada masa ini,pandangan umum mengenai Pancasila kembali
dikuatkan dengan penempatannya sebagai dasar negara dalam satu rangkaian
integratif dengan UUD 1945
Masa Reformasi tahun 1998 muncullah gerakan reformasi yang
mengakibatkan Presiden Soeharto harus lengser dari jabatannya sebagai
presiden. Namun sampai saat ini, gerakan reformasi tersebut belum membawa
perubahan yang signifikan mengenai pengamalan pancasila di masyarakat
Indonesia.
Hal itu dapat dilihat dari perilaku atau sifat yang muncul di masyarakat
atau bahkan dalam pemerintahan sendiri. Masih banyak penyelewengan-
penyelewengan yang terjadi di dunia politik, atau bahkan masih ada orang
yang dengan sengaja memaksakan kehendaknya demi kepentingan dirinya
sendiri.
Dampak positif lainnya adalah semakin meningkatnya partisipasi rakyat
terhadap politik, sehingga rakyat tidak lagi bersikap apatis terhadap masalah
yang timbul di bidang pemerintahan. Hal itu terjadi karena kebebasan
berpendapat yang dijunjung tinggi, sehingga mereka bebas mengeluarkan ide
atau gagasan-gagasan yang menurut mereka bisa membantu mengatasi
masalah dalam bidang politik

2. Tantangan Pancasila sebagai Ideologi Negara


Sejalan dengan berjalannya sebuah negara Indonesia, ideologi Pancasila
yang terbentuk mengalami ujian dan dinamika dari sebuah sistem politik.
Dimulai dengan sistem demokrasi liberal yang dianut pada masa setelah
indonesia merdeka, pembentukan indonesia serikat, sistem liberal pada UUDS
1945, dan peristiwa G 30 S PKI. Menurut Prof. Dr. B.J. Habibie bahwa sejak
jaman demokrasi parlementer, terpimpin, orde baru dan demokrasi multipartai
pancasila harus melewati alur dialektika peradaban yang menguji
ketangguhannya sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia yang terus
berkembang dan tak pernah berhenti di satu titik terminal sejarah.
Dengan sejarah perjuangan pancasila dari awal dibentuknya seperti
disebutkan di atas, pancasila membuktikan diri sebagai cara pandang dan
metode ampuh bagi seluruh bangsa Indonesia untuk membendung trend negatif
perusak asas berkehidupan bangsa.
Tantangan yang dahulu dihadapi oleh Pancasila sebagai dasar negara, jenis dan
bentuk-nya sekarang dipastikan akan semakin kompleks dikarenakan efek
globalisasi. Globalisasi menurut Ahmad, M. (2006) adalah perkembangan di
segala jenis kehidupan dimana batasan-batasan antar negara menjadi pudar
dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Berkembangnya arus informasi menjadi sebuah ciri spesifik dari terminologi
globalisasi. Setiap warga negara akan semakin mudah dan bebas untuk
mengakses berbagai jenis informasi dari berbagai belahan dunia manapun
dalam waktu yang sangat singkat.
Dengan perkembangan Informasi yang begitu cepat, tantangan yang
diterima oleh ideologi pada saat ini juga menjadi sangat luas dan beragam.
Sebagai contoh, beragamnya banyak agama di Indonesia yang terkadang
menjadi alasan pemicu konflik horizontal antar umat beragama, ekonomi yang
mulai berpindah dari sistim kekeluargaan (contoh: pasar tradisional) menjadi
sistem kapitalisme dimana keuntungan merupakan tujuan utama, paham
komunisme, liberalisme, terorisme, chauvinisme, dsb. Masih banyak lagi hal
dalam kehidupan warga negara indonesia yang dipengaruhi oleh informasi
yang begitu mudah dan cepat tersebut, tanpa bisa di sebutkan satu-persatu.
Masalah-masalah yang disebutkan diatas bertentangan dengan semua nilai
yang terkandung dalam pancasila sebagai dasar negara.
C. Esensi dan Urgensi sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai ideologi nasional mengatasi faham perseorangan,
golongan, suku bangsa, dan agama. Sehingga semboyan ‘Bhineka Tungga Ika’
diterapkan bagi segala masyarakat Indonesia dalam kesatuan yang utuh Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi nasional berupaya
meletakkan kepentingan bangsa dan Negara Indonesia ditempatkan dalam
kedudukan utama di atas kepentingan yang lainnya.
Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila Pancasila merupakan
suatu sistem nilai, oleh karena itu sila-sila dalam Pancasila pada hakikatnya
merupakan satu-kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai
yang memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya namun
keseluruhannya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
1. Esensi sebagai Ideologi Negara

Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk


agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya asal tidak menyimpang dari sila ketuhanan yang maha esa
itu sendiri. Sebagai manusia juga wajib menjalankan perintah Tuhan dan
menjauhi larangan-Nya.

Sila kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”

setiap manusia memiliki hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum. Setiap
orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.
Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban. Perlindungan, pemajuan, penegakan,
dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama
pemerintah, untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai
dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak
asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundangan-undangan

Sila ketiga “Persatuan Indonesia”

Rakyat Indonesia adalah suatu kesatuan dan bukan merupakan bangsa yang
terpecah belah. Tentu saja persatuan rakyat Indonesia yang bersifat positif
yang harus dijunjung tinggi. Beberapa kejadian yang mencerminkan
persatuan Indonesia ialah penggalangan dana bagi bencana alam di
Indonesia ini menunjukan rakyat Indonesia saling bersatu untuk saling
membantu.

Sila keempat “Kerakyatan yag Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan/Perwakilan”

Adanya demokrasi (kebebasan), adanya kebersamaan dalam mengambil


keputusan yaitu melalui musyawarah untuk mufakat. Pada dasarnya negara
Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem dari rakyat oleh
rakyat untuk rakyat dalam sistem pemerintahan presidensial. Ini berarti
negara Indonesia dipimpin oleh seorang presiden. Pemilihan seorang
presiden dipilih langsung oleh seluruh rakyat Indonesia melalui pemilu. Ini
bukti pencerminan dari sila keempat yaitu suatu negara dengan yang
dipimpin oleh suatu kepala negara yang dipilih agar mendapat pemimpin
yang bijaksana yang dapat memimpin Indonesia.

Sila kelima “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

Adanya kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat, seluruh kekayaan


alam digunakan untuk kebahagiaan bersama, dan melindungi yang lemah.
Sila ini menunjukan agar keadilan harus dijunjung tinggi bagi seluruh
rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Dalam masyarakat sila ini dapat
tercermin dengan dibuatnya peraturan peraturan atau norma norma di
masyarakat agar tercipta keadilan di masyarakat dan ditetapkannya
hukuman bagi pelanggaran sebuah keadilan.

Karena pada dasarnya Indonesia adalah negara hukum jadi segala


pelanggaran bagi seluruh isi pancasila akan mendapatkan sanksi hukum
yang berlaku di Indonesia

2. Urgensi Sebagai Ideologi Negara


Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Memiliki nilai sebagai segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral penyelenggaraan
negara, politik negara, pemerintah negara, hukum dan peraturan
perundang-undangan negara, kebebasan dan hak asasi warga negara dijiwai
oleh nilai-nilai Ketuhanan YME.

Sila kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”


Memiliki nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah
laku manusia yang didasarkan pada budi nurani manusia dalam hubungan
dengan norma-norma dan kebudayaan. Nilai Kemanusiaan yang Adil
mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai mahkluk yang
berbudaya dan beradab harus adil.

Sila ketiga “Persatuan Indonesia”


Memiliki nilai bahwa negara merupakan suatu persukutuan hidup bersama
diantara elemen-elemen yang membentuk negara berupa, suku, ras,
kelompok, golongan, maupun golongan agama. Oleh karena itu, perbedaan
adalah ciri khas elemen-elemen yang membentuk negara.
Perbedaan bukannya untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan
melainkan diarahkan pada sutu hubungan yang saling menguntungkan
yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan
bersama sebagai bangsa.
Sila keempat “Kerakyatan yag Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan”
Memiliki nilai bahwa hakikat rakyat adalah mewujudkan harkat dan
mastabat manusia dalam suatu wilayah negara. Rakyat merupakan
pendukung negara. Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat. Oleh karena
itu rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara.
Sehingga dalam sila keempat terkandung nilai demokrasi yaitu kebebasan
berpendapat, mengkiritk, berasosiasi dan lain sebagainya.

Sila kelima “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”


Memiliki nilai : keadilan distributif yaitu suatu hubungan keadilan antara
negara terhadap warganya, dalam arti negara yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi, serta kesempatan
dalam hidup bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiban. Keadilan
legal yaitu suatu hubungan keadilan antara warga terhadap negara dan
dalam masalah ini warga yang wajib memenuhi keadilan untuk menaati
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keadilan komutatif yaitu
suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya secara
timbal balik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila adalah ideologi dari Negara Indonesia. Sebagai ideologi, Pancasila
memiliki nilai-nilai yang mencerminkan sikap dan perilaku rakyat Indonesia.
Ketika suatu ideologi bertitik tolak dari komponen-komponen budaya yang berasal
dari sifat dasar bangsa itu sendiri , maka pelaku ideologi lebih mudah
melaksanakan karena pelaku ideologi merasa sudah akrab, tidak asing lagi dengan
nilai-nilai yang terdapat dalam ideologi yang diperkenalkan dan diajukan kepada
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
http://yulitaip.blogspot.com/2018/05/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/8-PendidikanPancasila.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai