DISUSUN OLEH :
NAMA: ZUHRUL CHAIRY
NIM : 115 STYJ 21
A. PENGERTIAN
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Cara perawatan diri manusia untuk memelihara
kesehatan mereka disebut higiene perorangan. (Kasiati & Ni wayan, 2016)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan personal hygiene atau
kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan
kesehatan untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis.
C. ETIOLOGI
Menurut Tarwoto (2016), sikap seseorang melakukan personal hygiene
disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain :
1. Citra tubuh Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap
peningkatan citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. contohnya pada pasien
stroke, Diabetes Mellitus, Gangren dan sebagainya.
2. Praktik sosial Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air
panas atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
perawatan personal hygiene. Praktik personal hygiene pada lansia dapat
berubah dikarenakan situasi kehidupan, misalnya jika mereka tinggal dipanti
jompo mereka tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru.
Privasi tersebut akan mereka dapatkan dalam rumah mereka sendiri, karena
mereka tidak mempunyai kemampuan fisik untuk melakukan personal hygiene
sendiri.
3. Status sosioekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kendati demikian, pengetahuan itu
sendiri tidaklah cukup. Seseorang harus termotivasi untuk memelihara
perawatan diri. Seringkali pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang
mendorong individu untuk meningkatkan personal hygiene. Misalnya pada
pasien penderita Diabetes Melitus selalu menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
perawatan diri yang berbeda. Disebagian masyarakat jika individu sakit
tertentu maka tidak boleh dimandikan. Menurut Sutanti (2014) bahwa gender
merupakan sebuah atribut psikologis yang membentuk sebuah kontinum dari
sangat maskulin sampai sangat feminin. Seorang lakilaki mungkin memiliki
karakteristik-karakteristik feminin tertentu sama seperti halnya perempuan
memiliki sifat-sifat maskulin. Cara berpikir gender semacam ini jauh lebih
canggih dibandingkan dengan pembagian dua arah yang memandang semua
laki-laki maskulin dan semua perempuan feminin, namun kelemahannya
bahwa cara berpikir ini mengasumsikan bahwa semua orang yang tinggi
maskulinitasnya pastilah juga rendah feminitasnya. Seseorang yang memiliki
dua sifat maskulin dan feminin semacam ini disebut “bersifat androgini”.
Model gender semacam ini menghasilkan ruang psikologis yang lebih
kompleks yang orang dapat memetakan identitas gender orang lain.
6. Kebiasaan seseorang Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi,
bercukur dan melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang
menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan
shampo, dan lain-lain.
7. Kondisi fisik Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
D. PATOFISIOLOGI
Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif,
yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing
dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau
berhias, toileting, instrumental). (Carpenito, 2017).
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Damaiyanti (2016) tanda dan gejala personal hygiene adalah sebagai
berikut:
1. Gangguan kebersihan diri, di tandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
2. Ketidak mampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acakacakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki
tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
3. Ketidak mampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
4. Ketidak mampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAK/BAB.
A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Data pasien meliputi : nama, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
pekerjaan, alamat, no. RM, diagnosa medik, tanggal MRS.
b. Data penanggung jawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku/bangsa, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan penyakit dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Perubahan pola fungsional
a. Pola oksigenasi : pola nafas, bersihan jalan nafas, keluhan sesak nafas.
b. Pola nutrisi : asupan nutrisi, pola makan, kecukupan gizi.
c. Pola eliminasi : pola BAK dan BAB, konsistensi feses, warna urine,
volume output.
d. Pola aktivitas : meliputi gerakan (mobilisasi) pasien
e. Pola personal hygiene : meliputi kebiasaan menjaga kebersihan tubuh
dari penampilan yang baik serta melindungi kulit, kebiasaan mandi,
gosok gigi, membersihkan genitalia dll untuk menjaga kesehatan.
4. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran
b. TTV
5. Pemeriksaan Fisik
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), pemeriksaan fisik yang perlu
dilakukan pada masalahpersonal hygiene adalah:
a. Rambut
1) Keadaan kesuburan rambut
2) Keadaan rambut yang mudah rontok
3) Keadaan rambut yang kusam
b. Kepala
1) Botak atau alopesia
2) Ketombe
3) Berkutu
4) Adakah eritema
5) Kebersihan
c. Mata
1) Apakah sclera ikterika
2) Apakah konjugtiva pucat
3) Kebersihan mata
4) Apakah gatal atau mata merah
d. Hidung
1) Adakah pilek
2) Adakah alergi
3) Adakah perdarahan
4) Adakah perubahan penciuman
5) Kebersihan hidung
6) Bagaimana membrane mukosa
7) Adakah septum deviasi
e. Mulut
1) Keadaan mukosa mulut
2) Kelembapannya
3) Adakah lesi
4) Kebersihannya
f. Gigi
1) Adakah karang gigi
2) Kelengkapan gigi
3) Pertumbuhan gigi
4) Kebersihan
g. Kuku tangan dan kaki
1) Bentuknya bagaimana
2) Warnanya
3) Adakah lesi
h. Tubuh secara umum
1) Kebersihan
2) Normal
3) Postur tubuh
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri/kebersihan diri
Definisi: kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya.
Kemungkinan berhubungan dengan: kelelahan fisik, penurunan kesadaran.
Kemungkinan data yang ditemukan: badan kotor dan berbau, rambut
kotor, kuku panjang dan kotor, bau mulut dan kotor
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Kaji kembali pola kebersihan diri Data dasar dalam melakukan
intervensi
Bantu klien dalam membersihkan Mempertahankan rasa nyaman
badan, mulut, rambut, dan kuku
Lakukan pendidikan kesehatan : Meningkatkan pengetahuan dan
• Pentingnyakebersihandiri membuat klien lebih kooperatif
• Polakebersihandiri
• Cara kebersihan
D. Implementasi Keperawatan
Tindakan / pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik (Wartonah, 2014). Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodofikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. (Nursalam, 2012).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika
klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam
format yang telah ditetapkan oleh institusi (Nursalam, 2012)
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, dimana proses
evaluasi ini dilakukan terus menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa
baik rencana keperawatan bekerja. Evaluasi merupakan proses yang interaktif
dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan yang dilakukan, respon
klien dicatat dan di evaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang
diharapkan. Kemudian, berdasarkan pada respon klien tersebut dilakukan
revisi intervensi keperawatan dan atau revisi hasil, mungkin diperlukan.
(Nursalam, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Saryono dan Anggriyani. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Yogyakarta :
Nuha Medika.
Nuha Medika.