Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)


DENGAN GANGGUAN PERSONAL HYGINE PADA PASIEN GANGREN

DISUSUN OLEH :
NAMA: ZUHRUL CHAIRY
NIM : 115 STYJ 21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting
dan harus diperhatikan karena kebersihan akan memengaruhi kesehatan dan
psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu
dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, masalah kebersihan biasanya kurang
diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah
masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat memengaruhi
kesehatan secara umum.
Gangren adalah kondisi jaringan tubuh yang mati akibat tidak mendapat
pasokan darah yang cukup atau akibat infeksi bakteri yang berat. Kondisi serius
ini umumnya terjadi di tungkai, jari kaki, atau jari tangan, namun juga bisa
terjadi pada otot serta organ dalam. Gangren sangat erat kaitannya dengan
kebersihan diri, semakin seseorang berprilaku personal hygiene negative maka
semakin berisiko mengalami gejala luka gangren (Subarjo, 2015)
Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada
orang sehat maupu pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk
peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari
pertahanan melawan infeksi Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau
membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan
menambah tingkat kesembuhan pasien (Susanto, 2017)

II. Rumusan Masalah


A. Bagaimana penjelasan tentang konsep dasar Personal Hygine ?
B. Bagimana penjelasan tentang konsep asuhan keperawatan pada gangguan
pemenuhan Personal Hygine ?
III. Tujuan
A. Tujuan umum
Untuk memenuhi salah satu tugas praktek
B. Tujuan Khusus
1. Untuk menambah pengetahuan tentang Personal Hygiene
2. Untuk mengetahui dasar-dasar konsep Personal Hygine
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Cara perawatan diri manusia untuk memelihara
kesehatan mereka disebut higiene perorangan. (Kasiati & Ni wayan, 2016)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan personal hygiene atau
kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan
kesehatan untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis.

B. JENIS-JENIS PERSONAL HYGIENE


Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut,
mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan
kerapihan pakaiannya. Menurut Setiabudhi (2015) macam-macam personal
hygiene adalah :
1. Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi, ekskresi,
pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memilki tiga lapisan utama yaitu
epidermis, dermis dan subkutan. Epidermis (lapisan luar) disusun beberapa
lapisan tipis dari sel yang mengalami tahapan berbeda dari maturasi,
melindungi jaringan yang berada di bawahnya terhadap kehilangan cairan dan
cedera mekanis maupun kimia serta mencegah masuknya mikroorganisme
yang memproduksi penyakit. Dermis, merupakan lapisan kulit yang lebih tebal
yang terdiri dari ikatan kolagen dan serabut elastik untuk mendukung
epidermis. Serabut saraf, pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar sebasea,
dan folikel rambut bagian yang melalui lapisan dermal. Kelenjar sebasea
mengeluarkan sebum, minyak, cairan odor, kedalam folikel rambut. Sebum
meminyaki kulit dan rambut untuk menjaga agar tetap lemas dan liat. Lapisan
Subkutan terdiri dari pembuluh darah, saraf, limfe, dan jaringan penyambung
halus yang terisi dengan sel-sel lemak. Jaringan lemak berfungsi sebagai
insulator panas bagi tubuh.
Kulit berfungsi sebagai pertukaran oksigen, nutrisi, dan cairan dengan
pembuluh darah yang berada dibawahnya, mensintesa sel baru, dan
mengeliminasi sel mati, sel yang tidak berfungsi. Sirkulasi yang adekuat
penting untuk memelihara kehidupan sel. Kulit sering kali merefleksikan
perubahan pada kondisi fisik dengan perubahan pada warna, ketebalan, tekstur,
turgor, temperatur. Selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi fisiologisnya
masih optimal.
2. Mandi
Mandi adalah bagian perawatan hygiene total. Mandi dapat dikategorikan
sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi di tempat tidur yang lengkap
diperlukan bagi individu dengan ketergantungan total dan memerlukan
personal hygiene total. Keluasan mandi individu dan metode yang digunakan
untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik individu dan kebutuhan
tingkat hygiene yang diperlukan. Individu yang bergantung dalam kebutuhan
hygienenya sebagian atau individu yang terbaring di tempat tidur dengan
kecukupan diri yang tidak mampu mencapai semua bagian badan memperoleh
mandi sebagian di tempat tidur. Pada lansia, mandi biasanya dilakukan dua kali
sehari atau lebih sesuai selera dengan air dingin atau air hangat. (Susanto,
2015)
Diusahakan agar satu kali mandi tidak dibawah pancuran atau
konsensional, tetapi merendam diri di bak mandi yang akan memberi
kenikmatan, relaksasi dan menambah tenaga serta kebugaran tubuh. Penting
juga membersihkan alat kelamin dan kulit antara dubur dan alat kelamin
(perineum). Gosokan dimulai dari sisi alat kelamin kea rah dubur. Bagi wanita,
puting payudara jangan lupa dibersihkan dan kemudian dikeringkan. Setelah
selesai mandi keringkan badan, termasuk rongga telinga, lipatan-lipatan kulit
dan celah-celah jari kaki untuk menghindarkan timbulnya infeksi jamur, juga
pada semua lipatanlipatan kulit lainnya
3. Perawatan Mulut Hygiene
Mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan
bibir. Menggosok membersihkan gigi dari partikel-partikel makanan, plak, dan
bakteri, memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan
dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang muncul akibat
perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, radang gusi, dan sariawan.
Hygiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi
nafsu makan. (Sutina, 2014)
Golongan lansia sering mengalami tanggalnya gigi geligi. Salah satu sebab
adalah karena proses penuaan dan penyebab lain yang lebih sering adalah
kurang baiknya perawatan gigi dan mulut. Osteoporosis dan periodontitis pada
lansia menyebabkan akar gigi agak longgar dan dicelah-celah ini sering
tersangkut sisa makanan. Inilah penyebab terjadinya peradangan. Karies timbul
antara lain akibat fermentasi sisa makanan yang menempel pada gigi oleh
kuman yang lambat laun mengakibatkan lobang pada enamel gigi dan bila
tidak ditambal akan menyebabkan radang dan kematian syaraf gigi karena
infeksi.
Setelah konsumsi makanan dan minuman yang bersifat asam, gigi perlu
dibersihkan yaitu kumur-kumur dengan air. Maka penting untuk menggosok
gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari dan sangatlah dianjurkan untuk
berkumur-kumur atau menggosok gigi setiap kali selepas makan (Anggraini,
2017).
4. Perawatan mata, hidung dan telinga
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk
membersihkan mata, hidung, dan telinga selama individu mandi. Secara normal
tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara terus-
menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata mencegah
masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya, telinga tidak terlalu
memerlukan pembersihan. Namun, telinga yang serumen terlalu banyak
telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri atau dibantu oleh keluarga. Hygiene
telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing
berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara.
Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperatur dan
kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing ke
dalam sistem pernapasan.
5. Perawatan rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara
penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan
mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari.
Menyikat, menyisir dan bershampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan
rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum,
perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan
penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut.
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai
proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri
dapat diidentifikasi. Kerontokan rambut sering terjadi pada lansia. Jumlah
rambut ratarata adalah lebih 100.000 helai, 80% bersifat aktif tumbuh dan
sisanya 20% berada dalam stadium tidak aktif. Rambut membutuhkan
perawatan yang baik dan teratur, terutama pada wanita. Agar tidak mengalami
banyak kerontokan, antara lain karena kurangnya sanitasi atau adanya infeksi
jamur yang lazim disebut ketombe. Rata-rata 50- 100 helai rambut dapat rontok
dalam masa sehari. Oleh itu rambut sebaik-baiknya perlu dicuci dengan
shampo yang mengandung anti ketombe yang cocok. Cuci rambut sebaiknya
dilakukan tiap 2 atau 3 hari dan minimal sekali seminggu (Setiabudhi, 2015).
6. Perawatan kaki dan kuku
Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah
infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan
masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga
kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena
berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu,
kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat
digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Pada lansia, proses
penuaan memberi perubahan pada kuku yaitu pertumbuhan kuku menjadi lebih
lambat, permukaan tidak mengkilat tetapi menjadi bergaris dan mudah pecah
karena agak keropos. Warnanya bisa berubah menjadi kuning atau opaque.
Kuku bisa menjadi lembek terutama kuku kaki akan menjadi lebih tebal dan
kaku serta sering ujung kuku kiri dan kanan menusuk masuk ke jaringan
disekitarnya (ungus incarnates).
Pengguntingan dilakukan setelah kuku direndam dalam air hangat selama
5-10 menit karena pemanasan membuat kuku menjadi lembek dan mudah
digunting (Anggraini, 2014).
7. Perawatan genetalia
Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Seseorang
yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah yang beresiko terbesar
memperoleh infeksi. Seseorang yang tidak mampu melakukan perawatan diri
dapat dibantu keluarga untuk melakukan personal hygiene.

C. ETIOLOGI
Menurut Tarwoto (2016), sikap seseorang melakukan personal hygiene
disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain :
1. Citra tubuh Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap
peningkatan citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. contohnya pada pasien
stroke, Diabetes Mellitus, Gangren dan sebagainya.
2. Praktik sosial Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air
panas atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
perawatan personal hygiene. Praktik personal hygiene pada lansia dapat
berubah dikarenakan situasi kehidupan, misalnya jika mereka tinggal dipanti
jompo mereka tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru.
Privasi tersebut akan mereka dapatkan dalam rumah mereka sendiri, karena
mereka tidak mempunyai kemampuan fisik untuk melakukan personal hygiene
sendiri.
3. Status sosioekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kendati demikian, pengetahuan itu
sendiri tidaklah cukup. Seseorang harus termotivasi untuk memelihara
perawatan diri. Seringkali pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang
mendorong individu untuk meningkatkan personal hygiene. Misalnya pada
pasien penderita Diabetes Melitus selalu menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
perawatan diri yang berbeda. Disebagian masyarakat jika individu sakit
tertentu maka tidak boleh dimandikan. Menurut Sutanti (2014) bahwa gender
merupakan sebuah atribut psikologis yang membentuk sebuah kontinum dari
sangat maskulin sampai sangat feminin. Seorang lakilaki mungkin memiliki
karakteristik-karakteristik feminin tertentu sama seperti halnya perempuan
memiliki sifat-sifat maskulin. Cara berpikir gender semacam ini jauh lebih
canggih dibandingkan dengan pembagian dua arah yang memandang semua
laki-laki maskulin dan semua perempuan feminin, namun kelemahannya
bahwa cara berpikir ini mengasumsikan bahwa semua orang yang tinggi
maskulinitasnya pastilah juga rendah feminitasnya. Seseorang yang memiliki
dua sifat maskulin dan feminin semacam ini disebut “bersifat androgini”.
Model gender semacam ini menghasilkan ruang psikologis yang lebih
kompleks yang orang dapat memetakan identitas gender orang lain.
6. Kebiasaan seseorang Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi,
bercukur dan melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang
menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan
shampo, dan lain-lain.
7. Kondisi fisik Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
D. PATOFISIOLOGI
Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif,
yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing
dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau
berhias, toileting, instrumental). (Carpenito, 2017).

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Damaiyanti (2016) tanda dan gejala personal hygiene adalah sebagai
berikut:
1. Gangguan kebersihan diri, di tandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
2. Ketidak mampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acakacakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki
tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
3. Ketidak mampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
4. Ketidak mampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAK/BAB.

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN


Menurut Anggraini (2016), faktor- faktor yang mempengaruhi personal hygiene
antara lain:
1. Citra Tubuh
Penampilan umum seseorang dapat menggambarkan pentingnya hygiene
pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang
tentang penampilan fisiknya. Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan dirimisalnya karena ada perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli terhadap kebersihannya
2. Praktik Sosial
Selama masa kanak-kanak, anak-anak mendapatkan praktik hygiene dari
orang tua mereka. Kebiasaan keluarga , jumlah orang dirumah, dan
ketersediaan air panas atau air mengalir merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi perawatan kebersihan. Anak-anak yang selalu dimaja dalam
kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan (Potter & Perry, 2012). Personal hygiene
memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat-
alat mandi yang semuaya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene, karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes melitus ia
harus selalu menjaga kebersiahan kakinya.
5. Variabel Kebudayaan
Kepecayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengkuti praktik
perawatan diri yang berbeda. Di sebagian masyarakat, apabila individu sakit
tertentu makan tidak boleh dimandikan
6. Kebiasaan Seseorang
Setiap individu mempunyaik pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan
melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam pearwatan diri, seperti penggunaan sabun, sampo dll
7. Kondisi Fisik
Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya (Potter & Perry, 2012). Kondisi fisik
atau psikis, yaitu pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan seseorang
untuk merawat diri akan berkurang dan peru bantuan untuk melakukannya
G. PENATALAKSANAAN
Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang
mengalami atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya pada
daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Dengan tujuan mencegah dan
mengatasi terjadinya luka dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang.
Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara mencuci dan menyisir rambut.
Tujuannya adalah membersihkan kuman yang ada pada kulit kepala, menambah
rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit dan
memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit.
Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara membersihkan dan menyikat
gigi dan mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini mencegah infeksi pada mulut
akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu
makan dan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Tindakan keperawatan pada
pasien yang tidak mampu merawat kuku secara sendiri. Tujuannya adalah
menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat
garukan dari kuku. ( Saryono dan Anggriyani, 2016 )
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Data pasien meliputi : nama, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
pekerjaan, alamat, no. RM, diagnosa medik, tanggal MRS.
b. Data penanggung jawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku/bangsa, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan penyakit dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Perubahan pola fungsional
a. Pola oksigenasi : pola nafas, bersihan jalan nafas, keluhan sesak nafas.
b. Pola nutrisi : asupan nutrisi, pola makan, kecukupan gizi.
c. Pola eliminasi : pola BAK dan BAB, konsistensi feses, warna urine,
volume output.
d. Pola aktivitas : meliputi gerakan (mobilisasi) pasien
e. Pola personal hygiene : meliputi kebiasaan menjaga kebersihan tubuh
dari penampilan yang baik serta melindungi kulit, kebiasaan mandi,
gosok gigi, membersihkan genitalia dll untuk menjaga kesehatan.
4. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran
b. TTV
5. Pemeriksaan Fisik
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), pemeriksaan fisik yang perlu
dilakukan pada masalahpersonal hygiene adalah:
a. Rambut
1) Keadaan kesuburan rambut
2) Keadaan rambut yang mudah rontok
3) Keadaan rambut yang kusam
b. Kepala
1) Botak atau alopesia
2) Ketombe
3) Berkutu
4) Adakah eritema
5) Kebersihan
c. Mata
1) Apakah sclera ikterika
2) Apakah konjugtiva pucat
3) Kebersihan mata
4) Apakah gatal atau mata merah
d. Hidung
1) Adakah pilek
2) Adakah alergi
3) Adakah perdarahan
4) Adakah perubahan penciuman
5) Kebersihan hidung
6) Bagaimana membrane mukosa
7) Adakah septum deviasi
e. Mulut
1) Keadaan mukosa mulut
2) Kelembapannya
3) Adakah lesi
4) Kebersihannya
f. Gigi
1) Adakah karang gigi
2) Kelengkapan gigi
3) Pertumbuhan gigi
4) Kebersihan
g. Kuku tangan dan kaki
1) Bentuknya bagaimana
2) Warnanya
3) Adakah lesi
h. Tubuh secara umum
1) Kebersihan
2) Normal
3) Postur tubuh

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri/kebersihan diri
Definisi: kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya.
Kemungkinan berhubungan dengan: kelelahan fisik, penurunan kesadaran.
Kemungkinan data yang ditemukan: badan kotor dan berbau, rambut
kotor, kuku panjang dan kotor, bau mulut dan kotor

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi Rasional
Kaji kembali pola kebersihan diri Data dasar dalam melakukan
intervensi
Bantu klien dalam membersihkan Mempertahankan rasa nyaman
badan, mulut, rambut, dan kuku
Lakukan pendidikan kesehatan : Meningkatkan pengetahuan dan
• Pentingnyakebersihandiri membuat klien lebih kooperatif
• Polakebersihandiri
• Cara kebersihan

D. Implementasi Keperawatan
Tindakan / pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik (Wartonah, 2014). Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodofikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. (Nursalam, 2012).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika
klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam
format yang telah ditetapkan oleh institusi (Nursalam, 2012)

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, dimana proses
evaluasi ini dilakukan terus menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa
baik rencana keperawatan bekerja. Evaluasi merupakan proses yang interaktif
dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan yang dilakukan, respon
klien dicatat dan di evaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang
diharapkan. Kemudian, berdasarkan pada respon klien tersebut dilakukan
revisi intervensi keperawatan dan atau revisi hasil, mungkin diperlukan.
(Nursalam, 2012).

DAFTAR PUSTAKA
Saryono dan Anggriyani. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Yogyakarta :

Nuha Medika.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC

Saryono dan Anggriyani. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Yogyakarta :

Nuha Medika.

Anggraini (2016). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses

Keperawatan. Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika.

Wartonah, Tarwoto. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai

  • Cara 3
    Cara 3
    Dokumen2 halaman
    Cara 3
    Zuhrul Chairy
    Belum ada peringkat
  • Cara 2
    Cara 2
    Dokumen8 halaman
    Cara 2
    Zuhrul Chairy
    Belum ada peringkat
  • Cara 1
    Cara 1
    Dokumen4 halaman
    Cara 1
    Zuhrul Chairy
    Belum ada peringkat
  • Tugas Konsprehensif
    Tugas Konsprehensif
    Dokumen13 halaman
    Tugas Konsprehensif
    Zuhrul Chairy
    Belum ada peringkat
  • TUGAS Agenda 2
    TUGAS Agenda 2
    Dokumen5 halaman
    TUGAS Agenda 2
    Zuhrul Chairy
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Orientas Baru1
    Jadwal Orientas Baru1
    Dokumen3 halaman
    Jadwal Orientas Baru1
    Zuhrul Chairy
    Belum ada peringkat
  • LK HT
    LK HT
    Dokumen8 halaman
    LK HT
    Zuhrul Chairy
    Belum ada peringkat
  • LP DM Stase KDP
    LP DM Stase KDP
    Dokumen33 halaman
    LP DM Stase KDP
    Zuhrul Chairy
    Belum ada peringkat
  • SK Bupati
    SK Bupati
    Dokumen579 halaman
    SK Bupati
    Zuhrul Chairy
    Belum ada peringkat
  • LK Typhoid
    LK Typhoid
    Dokumen16 halaman
    LK Typhoid
    Zuhrul Chairy
    Belum ada peringkat
  • Elang Azka La Ranggadisa 451
    Elang Azka La Ranggadisa 451
    Dokumen12 halaman
    Elang Azka La Ranggadisa 451
    Zuhrul Chairy
    Belum ada peringkat
  • Format GTT THN 2021
    Format GTT THN 2021
    Dokumen3 halaman
    Format GTT THN 2021
    Zuhrul Chairy
    Belum ada peringkat