Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN PADA KASUS DIABETES MELLITUS
DI PUSKESMAS MATARAM

KOTA MATARAM NTB

DI SUSUN OLEH:

NURCHOLISH CHARISMAWAN

074 STYJ20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI

MATARAM

2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KLINIK

STASE KDK DI PUSKESMAS KOTA MATARAM

MAHASISWA PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI

Waktu pelaksanaan :

7 September 2020 – 26 September 2020

Laporan pendahuluan ini telah diperiksa, disetujui oleh pembimbing lahan dan pembimbing
pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Tempat : Di Puskesmas Mataram

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(.....................................) (........................................)
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN PADA KASUS
DIABETES MELITUS

2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus


2.1.1 Pengertian
Diabetes Melitus atau kencing manis adalah suatu gejala kelainan dalam tubuh
yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dan adanya gula dalam air kencing
(Mansjoer, 2005).

Diabetes Melitus berasal dari kata Yunani diaberneris “tembus” atau pancaran
air”, dan kata Latin mellitus “rasa manis” yang umumnya dikenal sebagai kencing manis
adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia yaitu peningkatan kadar gula darah
yang melebihi batas normal, yang terus menerus dan bervariasi, terutama setelah
makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus
adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
kelainan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron, kelainan kulit atau ekstrimitas dapat berupa furunkel,
karbunkel, ulkus kaki yang terjadi karena distribusi tekanan abnormal sekunder
neuropati diabetik/kepekaan yang berkurang atau menghilang akibat komplikasi
diabetes, yang biasanya terjadi pada bagian-bagian yang menonjol (pressure points).
Rangkaian kejadian yang khas dalam proses ulkus diabetik pada kaki dimulai dari
cideranya jaringan lunak, kemudian terbentuknya fisura antara jari-jari kaki atau
didaerah kulit yang kering, dimana ulkus tersebut tidak dirasakan oleh klien yang
kepekaan kakinya sudah hilang, sehingga jika klien tidak memiliki kebiasaan untuk
memeriksakan setiap hari, cidera atau fisura tersebut dapat berlangsung tanpa
diketahui sampai akhirnya terjadi infeksi yang serius yaitu pengeluaran nanah,
pembengkakan, kemerahan, akibat selulitis yang akhirnya akan menimbulkan gangren.
(Smeltzer, 2001).

Gangren adalah suatu nekrosis atau kematian jaringan akibat obstuksi,


hilangnya, atau berkurangnya suplai darah di jaringan, gangren dapat terlokalisasi pada
daerah yang sempit atau dapat melibatkan seluruh ekstrimitas atau organ.
( Carpenito,2007)

Dikenal beberapa macam gangren antara lain :

1. Gangren Kering yaitu keadaan nekrosis atau kematian jaringan yang biasanya timbul
pada jari-jari, dimana jaringan ujung jari-jari tersebut sudah menjadi nekrotik karena
suplai darah yang buruk sehingga 8memudahkan dan mempercepat pertumbuhan
jaringan saprofit yang lama kelamaan mati dan menghitam. Biasanya gangren kering
terjadi pada ujung-ujung ekstrimitas bawah (ujung jari kaki). (Smeltzer, 2001).

2.Gangren Basah yaitu keadaan nekrotik atau kematian jaringan yang dapat melibatkan
organ dalam akibat kurangnya suplai darah yang diperoleh organ tersebut, seperti
gangren yang terjadi pada lengkung usus halus yang mengalami gangren dibagian
kanan atas akan menimbulkan kontak dengan usus bagian kanan bawah, sehingga
bakteri saprofit akan tumbuh subur pada jaringan yang nekrotik, dan menyebar pada
daerah yang terkena kontak.(Smeltzer,2001)

3. Gaseus gangren/ gangren Gass yaitu keadaan nyeri akut dan hebat yang sering
berasal dari luka laserasi kotor hingga otot dan jaringan subkutan menjadi terisi
dengan gas dan eksudat serosanguinossa yang disebabkan oleh bakteri anaerob
misalnya C sporogenes, C novyi, C septicum.(Smeltzer, 2001).

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit EancreasE, dimana karena adanya


gangguan EancreasEm zat hidrat arang yang kebanyakan herediter dan klinis, sebagai
akibat dari kurangnya insulin efektif baik oleh karena adanya disfungsi sel beta Eancreas
atau ambilan glukosa di jaringan perifer (biasanya DM Tipe-2), atau kurangnya insulin
absoulut (DM tipe 1) dengan tanda-tanda hiperglikemi dan glukosuria, disertai dengan
gejala klinis akut (poliuria, polidipsia, penurunan berat badan) dan ataupun gejala
kronik ataupun kadang-kadang tanpa gejala.(Dongoes, 2000).

2.1.2 Anatomi dan Patofisiologi


Gambar 2.1 Anatomi Pangkreas (Pearce, 2005).

Pancreas adalah sebuah kelenjar saluran cerna berwarna merah muda keabuan yang
berbentuk memanjang dengan panjang 12-15 cm dan terletak melintang pada dinding
abdomen dorsal, membelakangi lambung, Pancreas menghasilkan :

1. Sekret eksokrin (getah pankreas) yang dicurahkan ke dalam duodenum melalui ductus
pancreaticus
2. Sekret endokrin (glukagon dan insulin) yang dicurahkan langsung ke dalam darah.
Pankreas terdiri dari lobulus-lobulus, masing- masing terdiri dari satu pembuluh kecil
yang mengarah pada duktus utama dan berakhir pada sejumlah alveoli, Alveoli dilapisi sel-
sel yang mensekresi enzim yang disebut tripsinogen, amilase dan lipase. Tripsinogen diubah
menjadi tripsin aktif oleh enterokinase, enzim yang disekresi usus halus, dalam bentuk
aktifnya, tripsin mengubah pepton dan protein menjadi asam amino. Amilase mengubah zat
pati menjadi maltosa, dan Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah
empedu mengemulsi lemak.(Smeltzer, 2001)

Caput pancreatis terletak dalam lengkungan duodenum. Caput pancreatis memiliki


bagian yang menonjol ke arah kranial kiri, dorsal dari pembuluh mesenterica superior, dan
dikenal sebagai processus uncinatus. Ke arah dorsal caput pancreatis berbatas langsung pada
vena cava inferior, arteria renalis dextra dan vena renalis dextra dan vena renalis sinistra.
Ductus choledochus yang melintas ke duodenum, terletak dalam alur pada permukaan
dorsokranial caput pancreatis.(Smeltzer, 2001)

Collum pancreatis di sebelah dorsal beralur, disebabkan oleh pembuluh mesenterica


superior. Permukaan ventralnya tertutup oleh peritoneum dan berbatas pada pylorus.
Persatuan vena mesenterica superior dengan vena splenica (lienalis) menjadi vena portae
hepatis terdapat dorsal dari collum pancreatis. (Smeltzer, 2001)

Corpus pancreatis meluas ke kiri dengan melintasi Aorta dan vertebra L2, dorsal dari
bursa omentalis. Corpus pancreatis berhubungan erat dengan pembuluh splenica (lienalis).
Permukaan ventral pancreas tertutup oleh peritoneum dan turut membentuk palungan
gaster (stomach bed). Permukaan dorsal pancreas yang sama sekali tidak memiliki lapisan
peritoneum, berhubungan dengan Aorta, Arteria mesenterica superior, glandula
suprarenalis sinistra dan ren sinistra serta pembuluh renalis.(Smeltzer, 2001)

Cauda pancreatis terletak antara kedua lembar ligamentum splenorenale


(lienorenale) bersama pembuluh splenica (lienalis). Ujung cauda pancreatis biasanya
menyentuh hilum splenicum.

Ductus pancreaticus berawal dalam cauda pancreatis dan melalui massa kelenjar ke
caput pancreatis untuk membelok ke kaudal dan mendekati ductus choledochus (biliaris).
Biasanya kedua ductus ini bersatu, membentuk ampulla hepatopancreatica, sebuah
pelebaran pendek yang bermuara melalui ductus bersama ke dalam duodenum pada puncak
papilla duodeni major. Musculus sphincter ductus pancreatici mengitari bagian akhir ductus
pancreaticus (ductus Wirsung) juga terdapat musculus sphincter ampullae
hepatopancreaticae (sphincter Oddi) mengitari ampulla hepatopancreatica. Kedua sphincter
tersebut mengatur aliran empedu dan getah pancreas ke dalam duodenum.(Smeltzer, 2001)

Ductus pancreaticus accesorius (ductus Santorini) menyalurkan getah pancreas dari


proccesus uncinatus dan bagian kaudal caput pancreatis. Biasanya ductus pancreaticus
accessorius berhubungan dengan ductus pancreaticus major, tetapi pada sekitar 9% dari
populasi ductus pancreaticus accessorius tetap terpisah. Secara khas pipa ini bermuara ke
dalam duodenum pada papilla duodeni minor.(Smeltzer, 2001)

Arteri-arteri pancreas berasal dari arteria pancreaticoduodenalis. Sampai 10 cabang


arteria splenica (lienalis) mengantar darah kepada corpus pancreatis dan cauda pancreatis.
Arteria pancreaticoduodenalis anterior dan posterior, yakni cabang arteria gastroduodenalis,
dan ramus anterior arteria pancreaticoduodenalis inferior dan ramus posterior arteria
pancreaticoduodenalis inferior, yakni cabang arteria mesenterica superior, mengantar darah
kepada caput pancreatis. Vena-vena pancreas menyalurkan darah ke vena portae hepatis,
vena splenica (lienalis) dan vena mesenterica superior, tetapi yang terbanyak ke vena
splenica (lienalis). (Smeltzer, 2001)

Pembuluh limfe pancreas mengikuti pembuluh darah. Terbanyak pembuluh ini


berakhir pada nodi lymphoidei pancreaticoduodenales sepanjang arteria splenica (lienalis),
tetapi beberapa pembuluh berakhir pada nodi lymphoidei pylorici. Pembuluh eferen dari
kelenjar-kelenjar itu ditampung oleh nodi lymphoidei coeliaci, nodi lymphoidei hepatici, nodi
lymphoidei mesenterici superiores. Saraf-saraf pancreas berasal dari nervus vagus dan nervi
splanchnici thoracici. Serabut parasimpatis dan simpatis dari plexus coeliacus dan plexus
mesentericus superior mencapai pancreas dengan mengikuti arteri-arteri. (Soeparman,
2005).
2.1.3 Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting
pada mayoritas DM.(Smeltzer,2001)

Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :

1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel
beta melepas insulin.
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan
kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta
oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran
sel yang responsir terhadap insulin (Wong, 2007).
2.1.4 Patofisiologi
Diabetes Melitus disebabkan oleh penurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta
pulau langerhans, sebagian besar patologi Diabetes Melitus dikaitkan dengan satu dari
tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (Engram, 2005)

Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang dapat menyebabkan


peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah setinggi 300-1200 mg%/ml, peningkatan
nyata mobilisasi lemak dari penyimpanan lemak dapat menyebabkan kelainan
metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskular yang
mengakibatkan artetiosklerosis dan pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Tetapi selain itu dapat terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
Melitus yang tidak tampak, yaitu :

Kehilangan glukosa dalam urin pada penderita Diabetes Melitus, yang masuk ke
dalam tubulus ginjal dalam filtrat glomerulus meningkat kira-kira 225 mg/menit, glukosa
dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urin, dan jika jumlah filtrasi glomerulus
yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa darah
meningkat melebihi 180 mg% akibatnya sering disebut bahwa ambang darah untuk
timbulnya glukosa dalam urin adalah sekitar 180 mg%.(Engram,2005)

Kehilangan glukosa di dalam urin dapat menyebabkan diuresis karena efek


osmotik glukosa di dalam tubulus adalah mencegah reabsorbsi cairan oleh tubulus,
keseluruhan efeknya adalah dehidrasi ruangan intrasel yang kemudian menyebabkan
dehidrasi ruangan extrasel juga, jadi salah satu gambaran Diabetes yang paling penting
adalah kecenderungan timbulnya dehidrasi ekstra sel dan intra sel, dan ini juga sering
disertai dengan kolapsnya sirkulasi dalam tubuh.(Ignatavicius, 2007).

Asidosis terjadi pada diabetes bila tubuh menggantungkan hampir seluruh


energinya pada lemak, kadar asam asetat dan asam hidroksibutirat dalam cairan tubuh
dapat meningkat dari 1 meq/L sampai setinggi 10 meq/L, dan jelas ini mudah
menyebabkan asidosis, efek kedua yang biasanya lebih penting dalam menyebabkan
asidosis adalah pada peningkatan langsung asam amino keto dimana asam amino keto
adalah penurunan konsentrasi natrium yang disebabkan oleh efek asam-asam keto yang
mempunyai ambang eksresi ginjal yang rendah, oleh karena itu bila kadar asam amino
pada diabetes meningkat sebanyak 100-200 gram maka akan dieksresikan ke dalam urin
setiap hari, dan karena mengandung asam amino yang kuat yang sangat sedikit bisa
dieksresikan dalam bentuk asam, dan sebagai gantinya maka terjadi ikatan dengan
natrium yang berasal dari cairan intra sel, sebagai akibatnya konsentrasi natriun diganti
oleh ion hidrogen, jadi sangat meningkatkan terjadinya asidosis, dan jelas semua reaksi
yang terjadi dalam asidosis metabolik berlangsung pada asidosis diabetika, termasuk
pernafasan cepat dan dalam, namun yang terpenting adalah asidosis dapat menyebabkan
koma dan kematian. (Syamsuhidayat, 2007).

a. Pada Diabetes tipe I: Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pangkreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun, hiperglikemia saat puasa yang terjadi akibat produksi glukosa yang tidak
diukur oleh hati, disamping itu glukosa yang berasal dari makanan yang tidak bisa
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan dapat menimbulkan
postprandial yaitu puncak peningkatan kadar gula dalam darah pada 2 jam sesudah
makan. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi ginjal tidak dapat
menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin yang disebut Glukosuria dan ketika glukosa yang berlebihan itu
dieksresikan ke dalam urin, eksresinya ini biasanya akan disertai dengan pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan, dan keadaan ini dinamakan Diuresis Osmotik
yang terjadi sebagai akibat terjadinya kehilangan cairan tubuh yang berlebihan, yang
ditandai dengan klien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) yang secara
langsung dapat menyebabkan peningkatan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin
juga dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan, sehingga tidak jarang ditemukan penderita Diabetes yang
kurus, akibat terjadinya penurunan berat badan.(Brunner&Suddarth,2001)
b. Diabetes tipe II: Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut terjadinya suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresi.
(Brunner&Suddarth,2001)

c. Diabetes pada kehamilan/ Diabetes Gestasional : terjadi pada wanita yang tidak
menderita Diabetes Melitus sebelum kehamilannya, dan Hiperglikemia terjadi selama
kehamilan adalah akibat sekresi hormon-hormon plasenta sehingga pada saat wanita
tersebut hamil dianjurkan memulai program terapi yang intensif (pemeriksaan kadar
glukosa darah empat kali per hari dan pemberian suntikan insulin tiga hingga empat
kali perhari), dengan maksud untuk mencapai kadar hemoglobin dan glukosa darah
yang normal tiga bulan sebelum pembuahan. Pemantauan yang ketat dan
pemeriksaan oleh dokter spesialis untuk kehamilan beRisiko tinggi padi ibu dengan
Diabetes Melitus sangat dianjurkan.
(Brunner&Suddarth,2001)
2.1.5 Pathway
WOC : Wab Of Caution
Usia >2.1.3.1
65 thn - Obesitas imunologi Faktor
(proses penuaan - Hiperte (autoimun) lingkungan
dan defek genetik)
2.1.3.2

2.1.3.3
Perubahan reseptor Produktif Merusak sel beta
hormon insulin, insulin tidak pangkreas
2.1.3.4
Kerusakan memberan seimbang
sel dan reaksi intrasel dengan jumlah
glukosa dalam Kegagalan
produksi insulin
2.1.3.5
Resistensi insulin

Insulin menjadi
2.1.3.6 Peningkatan
tidak efektif
glukosa dalam
darah
Jumlah insulin yang
2.1.3.7 Peningkatan
diproduksi Peningkatan
glukosa darah
yang kronik osmolaritas oleh
karena glukosa

2.1.3.8
Sel beta gagal
membagi Mempercepat
2.1.3.9
kebutuhan insulin terjadinya - Polid
Arteriosklerosis ipsi

ketidak seimbangan
Penurunan Penurunan aliran Diabetes Diit dengan terapi
sensitifitas darah ketungkai Neuropati insulin
panas, dingin, (makro

ischemia Hipoglikemia/
Hiperglikemia
jaringan
Pe Resiko
kerusakan - Kekakuan/
nurunan
integritas kulit kelemahan exstrimitas
fungsi - Perubahan Mual, muntah,
kartilago dalam Nafsu makan
persendian berkurang
Gangren
Resiko tinggi
infeksi Gangguan Intoleransi Nurisi kurang dari
Body image Aktifitas kebutuhan tubuh

2.1.6 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut Smeltzer (2001) adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2. Pathway Diabetes Meletus (Price, 2007)
1. DM tipe I (destruksi sel beta biasanya menjurus ke defisiensi insulin
absolut): Autoimun, Idiopatik.
Diabetes tipe ini hanya disebabkan oleh rusaknya sel-sel pada pankreas karena
infeksi virus dan sebagainya, sehingga kelenjar ini hanya dapat menghasilkan sedikit
sekali insulin atau tidak ada sama sekali. Diabetes tipe ini termasuk tipe keturunan
dan biasanya diderita sejak masih kanak-kanak, mereka bergantung sepenuhnya
kepada suntikan insulin.

2. DM tipe II (biasanya berawal dari resistensi insulin yang predominan


dengan defisiensi insulin relatif menuju ke defek sekresi insulin yang predominan
dengan resistensi insulin).
Diabetes tipe ini memiliki sel-sel pankreasnya yang masih utuh tetapi tidak
dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang dibutuhkan, lagi pula insulin yang
hanya sedikit ini tidak secepatnya tersalurkan/dialirkan ke dalam peredaran darah,
berkat diet yang tepat, olah raga teratur, dan tablet insulin, penyakit ini bisa
ditanggulangi.
3.DM tipe spesifik lain:

Diabetes tipe ini, penderita memiliki pankreas yang masih berfungsi


menghasilkan insulin, tetapi insulin ini tidak berfungsi secara efisien. Hal ini
disebabkan terlalu banyak lemak di dalam tubuh, jenis diabetes ini sangat umum
pada mereka yang menderita kegemukan (obesitas).

a. Defek genetik fungsi sel beta

1) Maturiti Onset of The Young (MODY) 1.2.3.4.5.6 (yang terbanyak MODY 3)

2) DNA mitokondria

3) dan lain-lain

b. Defek genetik kerja insulin

c. Penyakit eksokin pankreas

1) Pankreatitis

2) Tumor pankreatomi

3) Pankreatopati fibrokalkulus

4) dan lain-lain

d. Endokrinopati

1) Akromegali

2) Sindrom cushing

3) Feokromositoma

4) Hipertiroidisme

5) dan lain-lain

e.Karena obat/zat kimia

1) Vacor, pentamidin, asam nikotinat

2) Glukokortiroid, hormon tiroid

3) Tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain

f.Infeksi

1) Rubella kongenital, Cytomegalovirus(CMV)

g. Sebab imunologi yang jarang

1) Antibodi anti insulin

2) Lain-lain

h.Sindrom genetik yang lain berkaitan dengan DM


1) Sindrom down, sindrom klinefleter, sindrom turner dan lain-lain. (Ignatavicius,
2007).

2.1.7 Tanda dan Gejala


1. Gejala
a. Gejala Akut
Gejala pada klien Diabetes yang satu dengan yang lain tidaklah selalu
sama, gejala-gejala umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan
adanya variasi gejala yang lain, dan bahkan ada penderita Diabetes yang tidak
menunjukkan gejala apapun sampai pada suatu saat tertentu.(Tambayong,
2007).

Pada permulaan gejala yang timbul meliputi tiga yaitu:

1) Polifagia/ banyak makan


Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita
mengalami penurunan berat badan, untuk mengkompensasikan hal ini
penderita sering merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak
makan.

2) Polidipsia/ banyak minum


Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan
sehingga banyak minum.

3) Poliuria/banyak kencing
Gejala awal berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula
darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai di atas 160-180 mg/dl,
maka glukosa akan sampai ke air kemih, jika kadarnya lebih tinggi,
ginjal akan membuang urin tambahan untuk mengencerkan sejumlah
besar glukosa yang hilang, karena ginjal menghasilkan air kemih dalam
jumlah yang berlebihan, maka sering berkemih dalam jumlah yang
banyak.

4) Berat badan menurun meskipun banyak makan dan minum


5) Sering merasa lelah dan mengantuk
6) Mudah timbul bisul dan lama sembuhnya
7) Gatal-gatal terutama pada bagian luar alat kelamin
8) Nyeri otot
9) Menurunnya gairah seksual
10) Penglihatan kabur, sering ganti ukuran kaca. (Sudoyo, 2007).
Dalam keadaan ini penderita biasanya menunjukkan peningkatan
berat badan yang terus naik (gemuk), karena pada saat ini kebutuhan
insulin masih mencukupi, dan bila keadaan tersebut tidak lekas diobati
maka lama kelamaan mulai terjadi kemunduran kerja insulin, kemudian
tidak terjadi 3P lagi melainkan 2P saja yaitu nafsu makan mulai berkurang,
banyak minum atau polidipsi, banyak kencing atau poliuria, mudah lelah,
berat badan turun dengan cepat yaitu turun sampai 5-10 kg dalam 2-4
minggu, dan bila tidak cepat diobati maka dapat timbul rasa mual bahkan
penderita dapat tidak sadarkan diri akibat peningkatan kadar glukosa yang
sangat tinggi, biasanya 600 mg % yang disebut dengan Koma Diabetika.

b. Gejala kronik
Kadang-kadang penderita Diabetes Melitus tidak menunjukkan
adanya gejala akut atau mendadak, tetapi penderita tersebut tidak
menunjukkan gejala-gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun
mengidap penyakit Diabetes Melitus, yang biasa disebut gejala kronis
menahun, dan gejala kronis yang sering timbul adalah: Kesemutan, rasa
panas di kulit, rasa tebal di kulit, kram, capai, ngantuk, mata kabur yang
berubah-ubah, gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita, gigi
mudah goyah dan lepas, kemampuan seksual menurun, sering pada ibu
hamil mengalami keguguran, atau melahirkan bayi mati. (Smeltzer, 2001)

2. Tanda
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :

a.Test urin reduksi dan sedimen positif.

b.Kadar gula darah puasa lebih dari 120 mg/dl.

c.Glukosa darah 2 jam post puasa lebih dari 200 mg/dl.

2.1.8 Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi Diabetes Melitus merupakan faktor yang membahayakan jiwa
penderita, dengan adanya insulin komplikasi akut dapat dicegah, akan tetapi harapan
hidup penderita yang lebih panjang sulit dihindarkan terjadinya komplikasi kronik.
(Syamsuhidayat, 2007).

1. Komplikasi Metabolik Akut


Selain hipoglikemia klien rentan terhadap dua penyakit metabolik nonketotik, yaitu
ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi IDDM (Independent Insulin Diabetes
Melitus) sedangkan koma hiperosmoler nonketotik biasanya terjadi pada NIDDM
(Non Independent Insulin Diabetes Melitus) dan jarang terjadi, kecuali terjadi pada
NIIDM sejati. Reaksi Hipoglikemia yaitu gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
gula yaitu rasa lapar, gemetar, keringat dingin, koma diabetika yaitu kadar glukosa
melebihi 600 mg%. Gejala: nafsu makan menurun, haus, banyak minum, banyak
kencing, sering biasanya disertai panas karena infeksi.(Engram,2005)

2. Komplikasi Metabolik Kronik


a. Kelainan sirkulasi : Hipertensi, IMA, Isufisiensi koroner dan lain-lain.
b. Kelainan mata : Retinopati Diabetika, katarak, dan lain-lain
c. Kelainan syaraf : CVD, Neuropati Diabetika merupakan gangguan
metabolisme syaraf sebagai akibat terjadinya
hiperglikemia kronis, yang secara umum diyakini
bahwa terdapat dua kelompok gangguan patologis
yang sangat penting pada patogenesis neuropati.
d. Kelainan Pernafasan : TBC dan lain-lain
e. Kelainan ginjal : Pielonefritis, glomerulonekrosis dan lain-lain.
f. Kelainan kulit/ekstrimitas: ganggren, furunkel, karbunkel,
dan Ulkus kaki.

Ulkus kaki adalah berkembangnya ulkus pada kaki dan tungkai bawah,
ulkus terutama terjadi karena distribusi tekanan abnormal sekunder karena
neuropati diabetik.

g. Hati : Sirosis Hepatis


h. Asidosis
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Diabetes Melitus berupa serangkaian aturan yang ketat yang
harus dilakukan, dimana terdapat empat konsep dasar pada pengobatan Diabetes
Melitus: (Ignatavicius, 2007)

1. Diet Diabetes Melitus


Berbeda dengan diet Diabetes di negara barat yang biasanya mengandung
karbohidrat sekitar 40%-50%, lemak 30-35%, protein 20-25%.

Di Indonesia diet disesuaikan dengan keadaan klien, dimana jumlah kalori


diperhitungkan sebagai berikut:

Berat badan ideal = (TB cm - 100) kg-10 % pada waktu istirahat, dan diperlukan 25
kal/kg BB ideal.

Kemudian diperhitungkan pula :

a. Aktivitas: kerja ringan ditambah 10-20%, kerja sedang ditambah 30%, kerja berat
ditambah dengan 50%, dan kerja berat sekali misalnya buruh kasar ditambah
75%.(Ignativicius, 2007)

b. Berat badan sebenarnya : gemuk dikurangi 20-30%, kurus ditambah 20-30%.


(Ignatavicius, 2007)

c. Stres (infeksi, operasi) : ditambah dengan 20-30%, karbohidrat diberikan sesuai


dengan menu orang Indonesia rata-rata sehingga bisa lebih murah yaitu: 60-
70% dari kalori lebih baik diberikan karbohidrat berupa tepung daripada bentuk
gula, karena gula terlalu cepat diserap sehingga dapat menyebabkan perubahan
cepat dalam sistem di tubuh, sedangkan tepung dicerna dulu baru diserap
perlahan-lahan.(Ignatavicius, 2007)

d. Protein harus cukup yaitu sedikitnya 1 gr/kgBB untuk orang dewasa dan 2-3
gr/kgBB untuk anak-anak.(Ignatavicius, 2007)

e. Lemak sebaiknya dikurangi terutama yang banyak mengandung lemak jenuh dan
kolesterol, yang baik adalah lemak jenuh yang terkandung dalam jenis makanan
seperti: lemak hewan, kuning telur, coklat, kream, sedangkan yang banyak
mengandung lemak tidak jenuh: minyak jagung, minyak kapas dan minyak
bunga matahari.(Ignatavicius, 2007)
2. Latihan Fisik atau Olah Raga
Sudah lama diketahui bahwa olah raga dapat menimbulkan penurunan
kadar glukosa darah yang disebabkan oleh karena peningkatan penggunaan glukosa
dalam pembuluh darah perifer, hal ini berlaku pada orang normal maupun pada
penderita Diabetes Melitus ringan. Tetapi jika kadar glukosa darah tinggi yaitu 32 mg
% atau lebih dan apabila ada ketosis, olahraga sebaliknya akan menyebabkan
keadaan menjadi semakin parah, gula darah dan ketonemia akan semakin meninggi,
karena ketogenesis yang terjadi selama olah raga itu berlangsung dan terus
sekalipun olah raga itu sudah selesai, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya ketosis pasca olah raga. Sebenarnya hal tersebut tidak terjadi jika
sebelum olah raga diberikan reguler insulin subcutan 1/3 dosis harian 1 jam sebelum
olah raga dimulai yang akan menyebabkan kadar glukosa dalam darah akan turun
waktu olah raga. Wahren dkk (Kapita Selekta Kedokteran)

3. Pendidikan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan pada klien Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan
beberapa cara atau melalui beberapa media misalnya: TV, kaset video, diskusi
kelompok, poster, leaflet dan lain sebagainya, penyuluhan kesehatan ini sangat
penting agar regulasi Diabetes Melitus mudah tercapai, dan komplikasi Diabetes
Melitus dapat dicegah peningkatan jumlah dan frekwensinya. Adapun beberapa hal
yang perlu dijelaskan pada penderita Diabetes Melitus adalah:

a. Apakah penyakit Diabetes Melitus itu ?

b. Cara diit yang benar

c. Latihan ringan, sedang, teratur, setiap hari tidak boleh latihan yang berat seperti
berenang dan lain-lain

d. Menjaga kebersihan bagian bawah (daerah tungkai, ujung kaki)

e. Tidak boleh menahan kencing (karena retensi urin dapat memudahkan infeksi
saluran kemih)

f. Komplikasi-komplikasi lain yang dapat timbul

4. Obat Hipoglikemik/Anti Diabetes (OAD dan Insulin)


Obat Hipoglikemik: Tablet OAD (obat anti Diabetes)OAD sejak tahun 1953
telah dicoba khasiatnya selama 20 tahun untuk menurunkan kadar glukosa dalam
darah, dan akhirnya pada tahun 1954 mulai dicoba oleh Frangke dan Fusch pada
manusia yang menderita Diabetes Melitus.

Mekanisme kerja OAD (Sulfonilurae dan Biguanide) cara kerja yang tepat
dari OAD masih kontroversial, tetapi penulis mencoba merangkum berdasarkan hasil
sensitivitas insulin, dengan demikian maka haruslah dipahami betul mekanisme
kerja insulin di daerah prereseptor, reseptor dan pasca reseptor, dimana yang
prereseptor dapat dibedakan jenis pankreatik dan ekstra pankreatik.

a. Cara kerja Sulfonilurea


1) Merangsang sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin.
2) Menghalangi peningkatan insulin.
3) Mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin.
4) Menekan pengeluaran glukagon.
Contohnnya: tolbutamid, gliclazid

b. Cara kerja Biguanid:

1) Meningkatkan uptake glukosa oleh jaringan perifer sehingga dapat bekerja


walaupun pankreas rusak.
2) Menurunnya glukogenesis dalam hati dan ginjal.
3) Tidak bekerja hipoglikemik pada orang non diabetes.
4) Menghalangi proses lipogenesis (pembentukan lemak).
5) Menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan menyebabkan berat badan
menurun.
c. Sedangkan obat suntik berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi tiga yaitu :

1) Insulin kerja cepat, contohnya reguler insulin.


2) Insulin kerja sedang.
3) Insulin kerja lambat contohnya Protamizid Zing Insulin

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Dalam pelaksanaan tugasnya seorang perawat harus berpedoman pada proses
keperawatan yaitu metode pemberian asuhan keperawatan yang logis, sistematis, dramatis,
teratur yang mempunyai tahap-tahap yaitu: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi. (Nursalam, 2008).

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan secara keseluruhan,


tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data, analisa data dan perumusan
diagnosa keperawatan, (Nursalam, 2008) yang meliputi:

1. Data Biografi
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit,
nomor Rekam Medik, diagnosa medis dan sumber biaya, penanggung jawab.
(Nursalam, 2008)

2. Keluhan Utama
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa yang
manyebabkan klien datang berobat, yang akan muncul saat awal dilakukan
pengkajian pertama kali, Biasanya pada kasus Diabetes Melitus, klien datang ke
rumah sakit setelah terjadi komplikasi, sehingga keluhan utamanya seperti tidak
ada nafsu makan, kuat minum dan kuat kencing, badan lemas, luka yang tidak
sembuh-sembuh, kesemutan. (Nursalam, 2008)

3. Riwayat penyakit sekarang


Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai dari akhir masa sehat
yang ditulis secara kronologis sesuai urutan waktu, dicatat perkembangan dan
perjalanan penyakitnya, keluhan utama, dan gejala yang muncul seperti polifagia,
polidipsia, poliuria umumnya dialami oleh penderita Diabetes Melitus, tetapi hal itu
jarang diperhatikan sehingga klien yang diopname di rumah sakit biasanya yang
sudah mengalami komplikasi TBC, Gangren, dan lain-lain, dan keluhan utamanya
biasanya keluhan yang lanjut dari Diabetes Melitus seperti tidak ada nafsu makan,
kuat minum dan kencing, badan lemas, luka tidak sembuh-sembuh dan lain-lain.
Riwayat penyakit keluarga sering ditemukan pada penderita Diabetes Melitus dan
ada riwayat melahirkan bayi besar dengan BBL > 400 gr juga merupakan salah satu
faktor pencetus. (Nursalam, 2008)

4. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis tentang penyakit sistem
cardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, adanya penyakit
infeksi dll, yang dicatat adalah keterangan terperinci mengenai semua penyakit dan
komplikasi yang pernah dialami, dan sedemikian mungkin dicatat menurut urutan
waktu. (Nursalam, 2008)

5. Riwayat penyakit keluarga


Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit keluarga adalah bagaimana
riwayat kesehatan dan keperawatan yang dimiliki pada salah satu anggota
keluarga, pada klien dengan Diabetes Melitus ditanyakan apakah ada keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan klien, penyakit kronis atau penyakit
degeneratif lainnya, serta upaya apa yang dilakukan jika mengalami sakit.
(Nursalam, 2008).

6. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, menurut Virginia Handerson


a. Pola Pernafasan

Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi pernafasan,


gerakan dinding dada, pernafasan cuping hidung, apakah klien merasa sesak,
pada klien dengan Diabetes Melitus biasanya tidak mengalami gangguan pada
sistem pernafasan.

b. Pola Nutrisi

Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus, suplement yang
dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah cairan dan
makanan yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah, kesulitan menelan,
penggunaan gigi palsu, riwayat penyembuhan kulit, ada tidaknya masalah
dalam status gizi dll, pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan
atau perubahan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Klien mengalami
peningkatan nafsu makan, klien sering merasa lapar dan haus, sehingga klien
menjadi banyak makan dan banyak minum.

c. Eliminasi

Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi
perhari, ada tidaknya konstipasi, diarhea, inkontinensia, kebiasaan berkemih,
ada/tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia,
ada/tidaknya terpasang kateter, Pada klien dengan Diabetes Melitus
mengalami gangguan dalam BAK, karena efek peningkatan asupan cairan
melalui Diit yang juga berhubungan dengan efek peningkatan kadar gula dalam
darah, sehingga ginjal akan menghasilkan urin dalam jumlah berlebih,yang
menjadikan klien menjadi sering BAK.

d. Gerak dan Keseimbangan Tubuh

Pada Aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah baring untuk
mengurangi nyeri, klien dengan Diabetes Melitus klien akan mengalami
gangguan gerak atau aktivitasnya dapat diakibatkan karena kelemahan, atau
akibat salah satu bagian ekstrimitasnya mengalami gangguan, misalnya
kelemahan otot, atau adanya luka Ulkus atau gangren.

e. Istirahat Tidur

Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan adalah jumlah jam
tidur pada malam hari, pagi, siang, merasa tenang setelah tidur, masalah
selama tidur, adanya terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien
dengan Diabetes Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat
dan tidurnya karena merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.

f. Kebutuhan berpakaian

Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan berpakain.

g. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi

Pada klien dengan Diabetes Melitus tidak terjadi gangguan dalam hal
temperatur atau sirkulasi.

h. Hygiene

Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami hambatan untuk


melakukan (menjaga) kebersihan dirinya, kemungkinan klien mengalami
hambatan dalam pemenuhan personal hygienenya, pada klien Diabetes
Melitus dengan luka gangren mengalami gangguan dalam hygienenya, hal itu
berhubungan dengan kebersihan dan bau yang ditimbulkan oleh luka gangren
tersebut.

i. Keamanan dan kenyamanan

Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan rasa aman dan


nyaman karna rasa nyeri akan timbul saat klien melakukan aktivitas yang berat,
dalam kebutuhan keamanan ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa
aman dan terlindungi oleh keluarganya.

j. Status sosial

Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga maupun orang


lain, serta begaimana klien berinteraksi dengan lingkungannya.

k. Spiritual

Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien masih sehat


dengan saat kilen sakit, biasanya tidak mengalami hambatan dalam melakukan
ibadah, pada keadaan spiritual ini perlu diketahui tentang agama yang dianut
klien apakah tetap melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu
karena penyakit yang dialami.

l. Aktivitas

Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah pola aktivitas
klien mengalami gangguan, karena pada klien Diabetes Melitus aktivitasnya
terganggu karena kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat
terpenuhi dengan baik jika keadaan umumnya sudah memburuk.

m. Kebutuhan bermain dan rekreasi

Pada pengumpulan data hal yang perlu diperhatikan adalah hal-hal apa
saja yang membuat klien merasa tenang, biasanya klien tidak bisa memenuhi
kebutuhan bermain dan rekreasi karena harus istirahat yang cukup, pada klien
dengan Diabetes Melitus tidak dapat memenuhi kebutuhan, bermain dan
rekreasi karena dalam kondisi lemah

n. Kebutuhan Bekerja

Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan dalam bekerja jika


keadaan umumnya sudah lemah dan buruk, disertai dengan komplikasi.

(Doenges, 2000)

7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum :
Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan mengeluh kuat makan,
kuat minum, kuat kencing, dan jika telat berobat maka keluhan klien menjadi
nafsu makan menurun bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka yang sulit
sembuh, gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis, pusing bila duduk lama,
mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang, ADL dibantu.
Data Psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan, sering bertanya
tentang penyakit dan kesembuhan lukanya, mengeluh tidak bisa tidur, tatapan
mata kosong, tegang.

b. Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi,
auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi pengkajian keadaan umum dan status
generalis (Head to toe)

1) Inspeksi: sering dijumpai status dehidrasi, gelisah,


keringat dingin, katarak, bintik-bintik coklat pada tulang kering, meringis,
gugup, ngantuk, gemetar.
2) Palpasi: nadi cepat, terdapat pembesaran hati, bila
disertai neuropatik maka akan ada sensasi terhadap jarum, rasa getar serta
reflek pergerakan kaki akan hilang.
3) Auskultasi: diketahui adanya gagal jantung, radang
paru-paru, hipertensi atau hipotensi.
c. PemeriksaanPenunjang
a) Pemeriksaan Darah
Glukosa Darah Puasa (GDP) : Diatas 120 mg / dl

Glukosa Darah 2 Jam PP : Diatas 200 mg / dl

Glukosa Darah Acak : Diatas 200 mg / dl

b) Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari dilakukan 30 menit
sebelum makan, dapat juga 4 kali sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3 kali
sehari sebelum makan. Urin reduksi normal warna biru, bila terdapat
glukosa dalam urin :

Warna hijau : +

Warna kuning : ++

Warna merah : +++

Warna merah bata / coklat : ++++

d. Analisa data

Merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang telah


dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subjektif dan objektif yang
didapatkan dari berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal (Hidayat,
2008).

No Symptom Etiologi Problem


1 D/S : Pelebaran luka Gangguan
1 - Klien mengeluh kesakitan gangren rasa nyaman
pada daerah sekitar lukanya nyeri
D/O :
- Ada luka gangren di jari kaki mengenai syaraf tepi
(Os Metatarsal 3, 4, 5)
sebelah kiri,klien tampak
meringis menekan reseptor nyeri
- Nadi : 88x / mnt
- Skala nyeri 4 (0-5 Mc. gill)
skala nyeri : P: Nyeri terasa Infuls nyeri
pada kulit sekitar luka disampaikan
gangren di Os metatarsal
3,4,5 sinistra, Q:Nyeri terasa
seperti terbakar, R:Nyeri pada Nyeri
daerah luka dan kulit sekitar
luka gangren, S : Skala nyeri 4
(0-5 Mc gill), T : Nyeri
menetap
2 D/S : Tingginya kadar Kerusakan
2 - Klien merasa gatal pada glukosa/gula dalam integritas
daerah sekitar luka (pada kaki darah kulit
sebelah kiri, Os metatarsal
3,4,5)
D/O : Penurunan aliran darah
- Ada luka gangren pada Os ketungkai
metatarsal 3,4,5
- Klien tampak meringis
- Kulit tampak kemerahan dan Ischemia
terkelupas di daerah sekitar
kulit
Penurunan sensitifitas
dingin, panas, Nyeri

Penurunan fungsi imun

Kerusakan integritas
kulit
3 D/S: Tingginya kadar Risiko tinggi
- Klien mengeluh gatal, terasa glukosa dalam darah penyebaran
panas dan kulit menegang infeksi
disekitar daerah luka
D/O: Penurunan aliran darah
- Didaerah sekitar luka tampak ketungkai
kemerahan
- Didaerah sekitar luka tampak
bengkak Ischemia jaringan
- Ada nyeri tekan di daerah
sekitar luka
Gangren

Resti
penyebaran infeksi
3 D/S : Peningkatan kadar Gangguan
4 - Klien mengeluh cepat lapar glukosa dalam darah pemenuhan
dan cepat kenyang kebutuhan
- Klien mengeluh merasa mual nutrisi
saat makan Peningkatan osmolaritas
D/O : oleh glukosa
- Nafsu makan klien berkurang
- Mukosa oral kering
- Turgor kulit menurun Ketidak seimbangan
- BB ideal (165 cm- 100) - 10 % antara Diit, dengan
(65- 6,5)= 58, 5 Pemberian Obat Anti
- BB sekarang : 45 kg Diabetika oral (OAD)
- Klien tidak mampu dan Terapi insulin.
menghabiskan semua porsi
yang di sediakan di rumah
sakit Hipoglikemia
- Klien tampak lemah

Nafsu makan berkurang,


mual, muntah

Intake berkurang

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
4 D/S : Ketidak Keterbatasan
5 - Klien mengatakan badannya seimbangan antara Diit, aktivitas.
terasa lemas dengan Pemberian Obat
- Klien mengeluh pusing Anti Diabetika oral
setelah duduk yang lama. (OAD) dan Terapi insulin
D/O :
- Klien tampak mengantuk,
sering tertidur dipagi hari, Hipoglikemia
- Adanya luka gangren pada
jari kaki kiri (os metatarsal
3,4,5) Kelemahan otot,
- Pemenuhan kebutuhan Kekakuan extrimitas
sehari- hari (ADL) dibantu
oleh perawat dan keluarga
Kerusakan
mobilitas fisik

Keterbatasan
aktivitas

6 D/S : Perubahan status Kecemasan


5 - Klien sering bertanya tentang kesehatan dan kurang
6 penyakit dan kesembuhan pengetahuan klien
lukanya tentang penyakitnya
D/O :
- Klien tampak gelisah, tatapan
mata kosong. Kurang pengetahuan

Kecemasan

2.2.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan/resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah (Carpenito, 2007).
Adapun diagnosa yang bias muncul pada klien dengan Diabetes Melitus
menurut Nanda (2006) adalah sebagai berikut:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka gangren yang melebar
sehingga mengenai syaraf tepi ditandai dengan klien mengeluh kesakitan,
tampak meringis, ada luka gangren.
2. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan terganggunya sirkulasi darah
ditandai dengan klien mengeluh gatal-gatal, adanya luka gangren.
3. Risiko tinggi infeksi sehubungan dengan tingginya kadar glukosa dalam
darah, menyebabkan aliran darah terganggu, sehingga dapat merusak
jaringan kulit seperti gangren.
4. Nutrisi berhubungan dengan terjadinya Hipoglikemia/ Hiperglilkemia
ditandai dengan terjadinya peningkatan/penurunan kadar glukosa/gula darah,
mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang, tidak mampu menghabiskan porsi
makan yang disediakan.

5. Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan adanya luka gangren, dan


ketidakseimbangan antara diit dengan terapi insulin, ditandai dengan klien
mengatakan badannya lemas, luka pada ekstimitas, klien tampak gugup,
gemetar, pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADL) dibantu.
6. Kecemasan sehubungan dengan perubahan status kesehatan, ketidaktahuan
klien tentang penyakitnya dan luka komplikasinya ditandai dengan klien
mengatakan sulit tidur, sering bertanya tentang penyakitnya, dan kesembuhan
lukanya, klien tampak tegang, dan gelisah, tatapan mata kosong.
2.2.3 Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah suatu penyusunan rencana tindakan


keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah kesehatan sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang timbul atau telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien. (Nursalam, 2008).

Adapun rencana keperawatan sesuai dengan Diagnosa keperawatan di atas


yaitu :

No Diagnosa Tujuan danKriteria


Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan a. Obse a. Untuk mengetahui
nyaman nyeri tindakan perawatan rvasi keadaan umum keadaan kesehatan klien
sehubungan dengan selama 3 hari (3 x 24 klien
luka gangren yang jam) nyeri dapat b. Sebagai data awal
melebar sehingga berkurang dan b. Obse untuk mengetahui status
mengenai syaraf tepi akhirnya hilang, rvasi tanda- tanda vital kesehatan klien
ditandai dengan klien dengan kriteria hasil: klien c. Dengan mengetahui
Klien mengeluh - Klien tidak kualitas dan kuantitas
- kesakitan pada mengeluh kesakitan, c. Obse nyeri dapat disesuaikan
daerah sekitar tidak meringis, rvasi kualitas dan dengan terapi pengobatan
lukanya, Ada luka keadaan luka intensitas nyeri dan perawatan yang
gangren di jari kaki membaik. diberikan.
(os metatarsal 3,4,5 d. Posisi tidur diatur agar
sinistra) tidak menekan luka karena
penekanan pada luka
dapat menghambat
d. Anju vaskulerisasi jaringan dan
rkan klien untuk dapat meningkatkan rasa
mengatur posisi nyeri
tubuhnya agar luka tidak
tertekan e. Jika alat dan
penanganan luka dilakukan
secara steril dapat mem-
percepat proses
kesembuhan luka sehingga
e. Jaga nyeri akan menghilang.
kesterilan alat dan f. Dengan konsultasi
teknik steril dalam dengan dokter akan
mengobati luka. memberikan manfaat
dalam pemberian terapi
pengobatan dan
perawatan selanjutnya
g. Tehnik pembalutan
f. Kon luka yang terlalu ketat
sultasi pada dokter jika akan menekan luka dan
nyeri tidak bisa hilang dapat meningkatkan nyeri

g. Teh
nik pembalutan luka
yang tidak terlalu ketat
No Diagnosa Tujuan dan
Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Kriteria
2 Gangguan integritas Setelah dilakukan a. Beri a. De
kulit sehubungan tindakan perawatan penjelasan kepada klien ngan memberikan
dengan Tingginya selama 3 hari (3x 24 tentang proses penjelasan tentang proses
kadar glukosa/gula jam), luka membaik penyembuhan lukanya penyembuhan
dalam darah, dan integritas kulit yang lama lukanya, disamping untuk
menyebabkan aliran baik dengan kriteri persiapan mental juga agar
darah terganggu hasil: klien lebih berpartisipasi
sehingga dapat - Klien tidak lagi dalam mempercepat
merusak jaringan kulit mengeluh kulitnya proses penyembuhan
ditandai dengan klien gatal-gatal. lukanya.
mengeluh Klien - Integritas kulit b. Pert b. Pri
- merasa gatal pada terjaga ahankan prinsip steril nsip perawatan luka steril
daerah sekitar luka - Luka membaik. dalam perawatan luka akan mencegah terjadinya
(pada kaki sebelah c. Raw infeksi kuman.
kiri) klien tampak at luka 1 x sehari c. Me
meringis gatal- rawat luka 1 kali sehari akan
gatal,adanya luka mempercepat proses
gangren pada os penyembuhan luka,
metatarsal 3,4,5 sehingga bisa tampak
perkembangan keadaan
lukanya.
d. Beri
obat antidiabetika d. Pe
sesuai program mberian obat antidiabetika
pengobatan dapat mencegah terjadinya
infeksi berlanjut.
e. Anju e. keb
rkan pada klien untuk ersihan diri yang terjaga
selalu menjaga dapat mengurangi Risiko
kebersihan dirinya terjadinya kerusakan
integritas kulit
33 Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan a. Observasi tanda- a. Deteksi dini
sehubungan dengan tindakan keperawatan tanda infeksi untuk penanganan lebih
tingginya kadar selama 3x 24 jam dini
glukosa dalam darah , tidak terjadi b. Lakukan cuci
menyebabkan aliran penyebaran infeksi, tangan sebelum b. Mencegah
darah terganggu, dengan kriteria : berhubungan dengan timbulnya infeksi silang
sehingga dapat - Tidak terdapat klien
merusak jaringan kulit tanda-tanda infeksi c. Pertahankan
seperti gangren - Perubahan gaya tehnik aseptik pada c. Mencegah
ditandai dengan Klien hidup untuk prosedur infasif. terjadinya infeksi
mengeluh gatal, mencegah infeksi d. Beri perawatan
terasa panas dan, diharapkan kulit dan massage d. sirkulasi
kulit menegang tulang yang tertekan perifer dapat terganggu
Didaerah sekitar luka yang dapat menempatkan
tampak kemerahan, Risiko ter-jadinya ke-
tampak bengkak, ada e. Jaga kulit agar rusakan pada kulit
nyeri tekan di daerah tetap kering,seprai e. Iritasi pada
sekitar luka kering dan tetap kulit dapat meningkatkan
kencang Risiko infeksi
f. Anjurkan untuk f. menurunkan
makan dan minum terjadinya infeksi dengan
secara adekuat mem-pertahankan asupan
nutrisi
g. Pertahankan g. Penanganan
tehnik aseptik pada awal dapat membantu
prosedur infasif mencegah timbulnya
sepsis.
4 Nutrisi kurang dari Setelah diberikan a. Beri diit a. Dapat
kebutuhan tubuh tindakan perawatan sesuai terapi menyeimbangkan kadar
sehubungan dengan selama 3 hari (3 x 24 gula darah sehingga akan
terjadinya jam) klien tidak mencapai kadar gula darah
hipoglikemia dengan mengalami gangguan sekitar normal, atau
pemberian obat anti pemenuhan sekitar normal,
diabetika dan terapi kebutuhan nutrisi, mengarahkan keberat
insulin ditandai dengan badan normal dan
dengan terjadinya Kriteria Hasil: mencegah terjadinya
peningkatan glukosa - Nafsu makan klien komplikasi
darah, dan klien baik, klien mampu b. Beri b. Pemberian makanan
mengeluh cepat menghabiskan porsi penjelasan kepada tambahan dari luar yang
lapar, nafsu makan makan yang keluarga agar tidak tidak sesuai dengan diit
klien berkurang klien disediakan, klien memberikan makanan dapat mengacaukan terapi
tidak makan secara tambahan dari luar diit yang telah diberikan
mampu.menghabiska teratur sesuai dirumah sakit
n semua porsi yang di jadwal makannya. c. Beri c. Penyuluhan tentang
sediakan di rumah penyuluhan tentang diit bagi klien Diabetes
sakit diit Melitus sangat penting
sebab diet yang benar
dapat mencegah
komplikasi hiperglikemia/
hipoglikemia
d. Dengan
mengobservasi keadaan
d. Observas umum dan gejala-gejala
i keadaan umum dan hipoglikemia perawat dapat
tanda-tanda mengetahui tingkat
hipoglikemia/hiperglike perkembangan klien
mia sehingga bila ada
komplikasi cepat diketahui
dan bisa diatasi
e. Terapi insulin
bertujuan untuk
e. Pemberi memudahkan penggunaan
an terapi insulin glukosa oleh sel dan
jaringan
f. Dengan melakukan
f. Periksa pemeriksaan gula darah
gula darah setiap 3 dan urin secara teratur
hari sekali dan monitor akan memberikan
reduksi urin 3 kali gambaran keadaan klien
sehari selama dirawat serta
mengetahui sejauh mana
perkembangan status
kesehatan klien.
4 Keterbatasan Setelah a. Beri penjelasan a. Prosedur meminta
5 aktivitas sehubungan dilakukan tindakan mengenai prosedur bantuan yang dijelaskan
dengan adanya luka perawatan selama 3 meminta bantuan jika kepada klien, agar klien
gangren, dan hari (3 x 24 jam) klien membutuhkan tidak me-maksakan dirinya
ketidakseimbangan klien dapat bantuan. melakukan aktivitas yang
antara diit dengan melakukan belum
terapi insulin ditandai aktivitas ringan. Mampu dilaksanakan.
dengan:Klien Dengan b. Jelaskan pada b. Penjelasan kepada
mengatakan kriteri hasil: keluarga untuk keluarga klien untuk
badannya terasa - Klien bisa makan, membantu klien bila membantu klien jika belum
lemas, melap tubuhnya tidak bisa memenuhi bisa di-lakukan klien,
Klien mengeluh sendiri, tidak. lemas, kebutuhan sehari-hari, dengan tujuan agar tidak
pusing bila berdiri pusing, ngantuk, seperti BAK, memperburuk keadaan
setelah duduk yang gugup, gemetar, dan Makan, minum, dan klien yang sudah lemah.
lama, Klien tampak luka membaik mandi
mengantuk, sering c. Memberikan bantuan
tertidur dipagi hari, c. Beri bantuan kepada klien dalam
adanya luka gangren kepada klien dalam memenuhi kebutuhan
pada jari kaki kiri memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi perawat
(osmetatarsal 3,4,5) sehari-hari merupakan salah satu cara
pemenuhan untuk mengevaluasi
kebutuhan sehari- tingkat perkembangan
hari (ADL) dibantu klien
oleh perawat d. Anjurkan klien d. Kegiatan-kegiatan yang
dan keluarga untuk memenuhi dilakukan klien dapat
kebutuhanny-a secara melatih pergerakan otot
bertahap secara bertahap
e. Motivasi klien e. Menghabiskan diit yang
untuk menghabiskan disediakan sangat penting
diit yang diberikan. untuk metabolisme tubuh,
karena gejala-gejala
seperti lemas, gugup,
gemetar, disamping
dipengaruhi oleh insulin
dan pemasukan nutrisi
56 Kecemasan Setelah dilakukan a. Observasi tingkat a. Dengan mengkaji
sehubungan dengan tindakan kecemasan klien tingkat kecemasan klien
perubahan status keperawatan selama sehingga dapat
kesehatan dan 3 hari (3 x 24 jam) menentukan tindakan
kurangnya informasi diharapkan perawatan yang diberikan.
mengenai kecemasan klien b. Penjelasan mengenai
penyakitnya ditandai dapat berkurang, b. Beri penjelasan penyakit dan luka yang
dengan klien sering dengan kriteria hasil: tentang penyebab timbul dapat memberikan
bertanya tentang Klien dapat terjadinya luka dan cara gambaran yang terarah
penyakit dan tidur nyenyak, klien penyembuhannya pada klien sehingga dapat
kesembuhan dapat mengerti mengurangi kecemasan
lukanya, klien tentang penjelasan dan meningkatkan
tampak gelisah dan yang. diberikan, klien partisipasi klien dalam
tatapan mata kosong tampak santai dan pengobatan serta tindakan
tidak gelisah lagi perawatan
c. Pendekatan yang
diberikan tiap melakukan
c. Lakukan pendekatan tindakan bertujuan agar
tiap melakukan tindakan klien lebih yakin atas
tindakan yang diberikan
perawat
d. Dengan tehnik
d. Ajarkan klien tehnik pengallihan perhatian
relaksasi dengan cara diharapkan kecemasan
memikirkan hal- hal dapat terkontrol
yang tidak membuat
kecemasan bertambah e. Mengobservasi rasa
e. Observasi rasa cemas cemas klien bertujuan
klien sebelum dan apakah penjelasan dan
setelah melakukan tindakan yang telah
tindakan diberikan mampu
mengurangi kecemasan
sebelumnya
f. Dengan
f. Mendengarkan mendengarkan keluhan-
keluhan-keluhan klien. keluhan klien bertujuan
untuk memulihkan rasa
percaya diri klien pada
perawat dan menandakan
bahwa perawat
memperhatikan klien

2.2.4 Implementasi/Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. Agar lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi
diperlukan perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional (Tarwoto dan
Wartonah, 2006)

Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan


dengan melaksankan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahayafisik dan perlindungan bagi klien,
teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
dari klien serta dalam memahami tingkat perkembangan klien (Hidayat, 2007)

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang kelima dan terakhir dalam proses keperawatan,
evaluasi dalam proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
keperawatan. Evaluasi merupakan aspek yang penting dari proses keperawatan, karena
kesimpulan yang didapat dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
dihentikan/ dilanjutkan/diubah (dimodivikasi). (Hidayat, 2007).

Tolak ukur yang digunakan untuk mencapai tujuan pada tahap evaluasi ini
adalah kriteria-kriteria yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Dengan patokan
pada kriteria tersebut, dinilai apakah masalah teratasi sebelumnya, sebagian, atau
belum sama sekali atau malah timbul masalah baru, jika masalah telah teratasi maka
intervensi keperawatan dihentikan, jika masalah belum teratasi atau malah timbul
masalah baru, maka intervensi keperawatan diubah atau dimodivikasi.(Nursalam,
2008).

Penilaian dan kesimpulan tersebut dituangkan dalam catatan perkembangan


klien dan diuraikan berdasarkan urutan SOAP yaitu:

S: Subjektif :Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan klien secara


objektif setelah diberikan tindakan keperawatan.

O: Objektif :Keadaan subjektif yang di identifikasikan oleh perawat


menggunakan pengamatan yang objektif setelah implementasi
kaperawatan.

A: Analisa :Merupakan analisa perawat sebelum mengetahui respon subjektif


dan objektif klien yang dibandingkan dengan kriteria dan standar
yang lebih ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan
klien, kesimpulan perawat tentang kondisi klien.

P: Plan of Care :Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa terhadap


keperawatan.

Evaluasi di klasifikasikan sebagai berikut


1. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang diberikan pada saat intervensi dengan
respons segera
2. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulassi dari hasil observasi dan analisis
status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan
pada tahap perencanaan.
2.2.6 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan. Dokumentasi dilakukan segera setelah setiap
kegiatan atau tindakan dalam setiap langkah proses keperawatan dari pengkajian sampai
dengan evaluasi. (Wartonah, 2006).

Sebagai dokumentasi yang mencatat semua pelayanan keperawatan klien,


dokumentasi tersebutdapat diartikan sebagai suatu catatan bisnis dan hokum yang
mempunyai banyak manfaat dan penggunaan. Tujuan utama dari pendokumentasian
adalah untuk:

1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien,


merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasikan
tindakan.

2. Dokumentasi untuk Penulisan, keuangan, hokum dan etika. Sedangkan manfaat dan
pentingnya dokumentasi dapat dilihat dari berbagai aspek seperti hukum, jaminan
mutu pelayanan, komunikasi, keuangan, pendidikan, Penulisan dan akreditasi
(Nursalam, 2008 )

Anda mungkin juga menyukai