LP DM
LP DM
LAPORAN PENDAHULUAN
C. Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai
lesi dapat insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM.(Smeltzer,2001)
Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi
DM yaitu :
1.Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2.Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta,
antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana
pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3.Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta
oleh virus.
4.Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan
kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor
insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir
terhadap insulin (Wong, 2007).
7
D. Patofisiologi
Diabetes Melitus disebabkan oleh penurunan kecepatan insulin
oleh sel-sel beta pulau langerhans, sebagian besar patologi Diabetes
Melitus dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin
sebagai berikut : (Engram, 2005)
Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang dapat
menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah setinggi
300-1200 mg%/ml, peningkatan nyata mobilisasi lemak dari
penyimpanan lemak dapat menyebabkan kelainan metabolisme lemak
maupun pengendapan lipid pada dinding vaskular yang mengakibatkan
artetiosklerosis dan pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Tetapi selain itu dapat terjadi beberapa masalah patofisiologi
pada Diabetes Melitus yang tidak tampak, yaitu :
Kehilangan glukosa dalam urin pada penderita Diabetes
Melitus, yang masuk ke dalam tubulus ginjal dalam filtrat glomerulus
meningkat kira-kira 225 mg/menit, glukosa dalam jumlah bermakna
mulai dibuang ke dalam urin, dan jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar
glukosa darah meningkat melebihi 180 mg% akibatnya sering disebut
bahwa ambang darah untuk timbulnya glukosa dalam urin adalah
sekitar 180 mg%.(Engram,2005)
Kehilangan glukosa di dalam urin dapat menyebabkan diuresis
karena efek osmotik glukosa di dalam tubulus adalah mencegah
reabsorbsi cairan oleh tubulus, keseluruhan efeknya adalah dehidrasi
ruangan intrasel yang kemudian menyebabkan dehidrasi ruangan
extrasel juga, jadi salah satu gambaran Diabetes yang paling penting
adalah kecenderungan timbulnya dehidrasi ekstra sel dan intra sel, dan
ini juga sering disertai dengan kolapsnya sirkulasi dalam tubuh.
(Ignatavicius, 2007).
Asidosis terjadi pada diabetes bila tubuh menggantungkan
hampir seluruh energinya pada lemak, kadar asam asetat dan asam
hidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 meq/L
sampai setinggi 10 meq/L, dan jelas ini mudah menyebabkan asidosis,
efek kedua yang biasanya lebih penting dalam menyebabkan asidosis
adalah pada peningkatan langsung asam amino keto dimana asam
amino keto adalah penurunan konsentrasi natrium yang disebabkan oleh
efek asam-asam keto yang mempunyai ambang eksresi ginjal yang
rendah, oleh karena itu bila kadar asam amino pada diabetes meningkat
sebanyak 100-200 gram maka akan dieksresikan ke dalam urin setiap
hari, dan karena mengandung asam amino yang kuat yang sangat
8
E. Pathway
WOC : Wab Of Caution
Usia 2.1.3.1
> 65 thn - Obesitas imunologi Faktor
(proses penuaan - Hipertensi (autoimun) lingkungan
dan defek genetik) (Virus)
2.1.3.2
2.1.3.5
Resistensi
Insulin
2.1.3.6menjadi
tidak efektif Peningkatan
glukosa dalam
darah
Sel 2.1.3.8
beta gagal
membagi Mempercepat
kebutuhan insulin
2.1.3.9 terjadinya - Polidipsi
Arteriosklerosis - Poliphagi
ketidak seimbangan
Penurunan Penurunan aliran Diabetes Diit dengan terapi
sensitifitas panas, darah ketungkai Neuropati insulin
dingin, (makro
ischemia Hipoglikemia/
jaringan Hiperglikemia
Penurunan Resiko
kerusakan - Kekakuan/ kelemahan
fungsi
integritas kulit exstrimitas
imunitas
- Perubahan kartilago Mual, muntah,
dalam persendian Nafsu makan
berkurang
Gangren
Resiko tinggi
infeksi Gangguan Intoleransi Nurisi kurang dari
Body image Aktifitas kebutuhan tubuh
F. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut Smeltzer (2001) adalah
sebagai berikut:
1. DM tipe I (destruksi sel beta biasanya menjurus ke defisiensi
insulin absolut): Autoimun, Idiopatik.
Diabetes tipe ini hanya disebabkan oleh rusaknya sel-sel pada
pankreas karena infeksi virus dan sebagainya, sehingga kelenjar ini
hanya dapat menghasilkan sedikit sekali insulin atau tidak ada
sama sekali. Diabetes tipe ini termasuk tipe keturunan dan biasanya
diderita sejak masih kanak-kanak, mereka bergantung sepenuhnya
kepada suntikan insulin.
2. DM tipe II (biasanya berawal dari resistensi insulin yang
predominan dengan defisiensi insulin relatif menuju ke defek
sekresi insulin yang predominan dengan resistensi insulin).
Diabetes tipe ini memiliki sel-sel pankreasnya yang masih utuh
tetapi tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang
dibutuhkan, lagi pula insulin yang hanya sedikit ini tidak
secepatnya tersalurkan/dialirkan ke dalam peredaran darah, berkat
diet yang tepat, olah raga teratur, dan tablet insulin, penyakit ini
bisa ditanggulangi.
3.DM tipe spesifik lain:
Diabetes tipe ini, penderita memiliki pankreas yang masih
berfungsi menghasilkan insulin, tetapi insulin ini tidak berfungsi
secara efisien. Hal ini disebabkan terlalu banyak lemak di dalam
tubuh, jenis diabetes ini sangat umum pada mereka yang menderita
kegemukan (obesitas).
a. Defek genetik fungsi sel beta
1) Maturiti Onset of The Young (MODY) 1.2.3.4.5.6 (yang
terbanyak MODY 3)
2) DNA mitokondria
3) dan lain-lain
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokin pankreas
1) Pankreatitis
2) Tumor pankreatomi
3) Pankreatopati fibrokalkulus
4) dan lain-lain
d. Endokrinopati
1) Akromegali
2) Sindrom cushing
12
3) Feokromositoma
4) Hipertiroidisme
5) dan lain-lain
e.Karena obat/zat kimia
1) Vacor, pentamidin, asam nikotinat
2) Glukokortiroid, hormon tiroid
3) Tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain
f.Infeksi
1) Rubella kongenital, Cytomegalovirus(CMV)
g. Sebab imunologi yang jarang
1) Antibodi anti insulin
2) Lain-lain
h.Sindrom genetik yang lain berkaitan dengan DM
1) Sindrom down, sindrom klinefleter, sindrom turner dan lain-
lain. (Ignatavicius, 2007).
G. Tanda dan Gejala
1. Gejala
a. Gejala Akut
Gejala pada klien Diabetes yang satu dengan yang lain
tidaklah selalu sama, gejala-gejala umumnya timbul dengan
tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala yang
lain, dan bahkan ada penderita Diabetes yang tidak
menunjukkan gejala apapun sampai pada suatu saat tertentu.
(Tambayong, 2007).
Pada permulaan gejala yang timbul meliputi tiga yaitu:
1) Polifagia/ banyak makan
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan,
untuk mengkompensasikan hal ini penderita sering
merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak
makan.
2) Polidipsia/ banyak minum
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus
yang berlebihan sehingga banyak minum.
3) Poliuria/banyak kencing
Gejala awal berhubungan dengan efek
langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar
gula darah sampai di atas 160-180 mg/dl, maka
glukosa akan sampai ke air kemih, jika kadarnya lebih
tinggi, ginjal akan membuang urin tambahan untuk
13
e. Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan
adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang, merasa
tenang setelah tidur, masalah selama tidur, adanya terbangun
dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien dengan Diabetes
Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat
dan tidurnya karena merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.
f. Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan
berpakain.
g. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan Diabetes Melitus tidak terjadi
gangguan dalam hal temperatur atau sirkulasi.
h. Hygiene
Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami
hambatan untuk melakukan (menjaga) kebersihan dirinya,
kemungkinan klien mengalami hambatan dalam pemenuhan
personal hygienenya, pada klien Diabetes Melitus dengan luka
gangren mengalami gangguan dalam hygienenya, hal itu
berhubungan dengan kebersihan dan bau yang ditimbulkan
oleh luka gangren tersebut.
i. Keamanan dan kenyamanan
Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan
rasa aman dan nyaman karna rasa nyeri akan timbul saat klien
melakukan aktivitas yang berat, dalam kebutuhan keamanan
ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa aman dan
terlindungi oleh keluarganya.
j. Status sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga
maupun orang lain, serta begaimana klien berinteraksi dengan
lingkungannya.
k. Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien
masih sehat dengan saat kilen sakit, biasanya tidak mengalami
hambatan dalam melakukan ibadah, pada keadaan spiritual ini
perlu diketahui tentang agama yang dianut klien apakah tetap
melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu
karena penyakit yang dialami.
l. Aktivitas
21
n. Kebutuhan Bekerja
Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan
dalam bekerja jika keadaan umumnya sudah lemah dan buruk,
disertai dengan komplikasi.
(Doenges, 2000)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum :
Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan
mengeluh kuat makan, kuat minum, kuat kencing, dan jika
telat berobat maka keluhan klien menjadi nafsu makan
menurun bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka yang
sulit sembuh, gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis,
pusing bila duduk lama, mengeluh cepat lapar dan cepat
kenyang, ADL dibantu.
Data Psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan,
sering bertanya tentang penyakit dan kesembuhan lukanya,
mengeluh tidak bisa tidur, tatapan mata kosong, tegang.
b. Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan
fisik, yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi
pengkajian keadaan umum dan status generalis (Head to toe)
1) Inspeksi: sering dijumpai status dehidrasi, gelisah,
keringat dingin, katarak, bintik-bintik coklat pada tulang
kering, meringis, gugup, ngantuk, gemetar.
2) Palpasi: nadi cepat, terdapat pembesaran hati, bila disertai
22
d. Analisa data
gangren di Os metatarsal
3,4,5 sinistra, Q:Nyeri
terasa seperti terbakar, Nyeri
R:Nyeri pada daerah luka
dan kulit sekitar luka
gangren, S : Skala nyeri 4
(0-5 Mc gill), T : Nyeri
menetap
2 D/S : Tingginya kadar Kerusakan
2 - Klien merasa gatal pada glukosa/gula dalam integritas
daerah sekitar luka (pada darah kulit
kaki sebelah kiri, Os
metatarsal 3,4,5)
D/O : Penurunan aliran
- Ada luka gangren pada Os darah ketungkai
metatarsal 3,4,5
- Klien tampak meringis
- Kulit tampak kemerahan Ischemia
dan terkelupas di daerah
sekitar kulit
Penurunan sensitifitas
dingin, panas, Nyeri
Penurunan fungsi
imun
Kerusakan integritas
kulit
3 D/S: Tingginya Risiko
- Klien mengeluh gatal, kadar glukosa dalam tinggi
terasa panas dan kulit darah penyebaran
menegang disekitar daerah infeksi
luka
D/O: Penurunan aliran
- Didaerah sekitar luka darah ketungkai
tampak kemerahan
- Didaerah sekitar luka
tampak bengkak Ischemia jaringan
- Ada nyeri tekan di daerah
sekitar luka
24
Gangren
Resti
penyebaran infeksi
3 D/S : Peningkatan kadar Gangguan
4 - Klien mengeluh cepat lapar glukosa dalam darah pemenuhan
dan cepat kenyang kebutuhan
- Klien mengeluh merasa nutrisi
mual saat makan Peningkatan
D/O : osmolaritas oleh
- Nafsu makan klien glukosa
berkurang
- Mukosa oral kering
- Turgor kulit menurun Ketidak seimbangan
- BB ideal (165 cm- 100) - antara Diit, dengan
10 % (65- 6,5)= 58, 5 Pemberian Obat Anti
- BB sekarang : 45 kg Diabetika oral (OAD)
- Klien tidak mampu dan Terapi insulin.
menghabiskan semua porsi
yang di sediakan di rumah
Hipoglikemia
sakit
- Klien tampak lemah
Nafsu makan
berkurang, mual,
muntah
Intake berkurang
Kerusakan
mobilitas fisik
Keterbatasan
aktivitas
Kecemasan
3 Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan a. Observasi tanda- a. Deteksi dini untuk
3 sehubungan dengan tindakan tanda infeksi penanganan lebih dini
tingginya kadar keperawatan selama
glukosa dalam darah 3x 24 jam tidak b. Lakukan cuci tangan b. Mencegah timbulnya
, menyebabkan terjadi penyebaran sebelum infeksi silang
aliran darah infeksi, dengan berhubungan dengan
terganggu, sehingga kriteria : klien
dapat merusak - Tidak terdapat c. Pertahankan tehnik c. Mencegah terjadinya
jaringan kulit seperti tanda-tanda infeksi aseptik pada infeksi
gangren ditandai - Perubahan gaya prosedur infasif.
dengan Klien hidup untuk d. Beri perawatan kulit d. sirkulasi perifer dapat
mengeluh gatal, mencegah infeksi dan massage tulang terganggu yang dapat
terasa panas dan, diharapkan yang tertekan menempatkan Risiko ter-
kulit menegang jadinya ke-rusakan pada
Didaerah sekitar kulit
luka tampak e. Jaga kulit agar tetap e. Iritasi pada kulit dapat
kemerahan, tampak kering,seprai kering meningkatkan Risiko
bengkak, ada nyeri dan tetap kencang infeksi
tekan di daerah f. Anjurkan untuk f. menurunkan terjadinya
sekitar luka makan dan minum infeksi dengan mem-
secara adekuat pertahankan asupan
nutrisi
g. Pertahankan tehnik g. Penanganan awal dapat
aseptik pada membantu mencegah
prosedur infasif timbulnya sepsis.
4 Nutrisi kurang dari Setelah diberikan a. Beri diit sesuai terapi a. Dapat menyeimbangkan
kebutuhan tubuh tindakan perawatan kadar gula darah
sehubungan dengan selama 3 hari (3 x sehingga akan mencapai
terjadinya 24 jam) klien tidak kadar gula darah sekitar
hipoglikemia mengalami normal, atau sekitar
dengan pemberian gangguan normal, mengarahkan
obat anti diabetika pemenuhan keberat badan normal
dan terapi insulin kebutuhan nutrisi, dan mencegah terjadinya
ditandai dengan dengan b. Beri penjelasan komplikasi
terjadinya Kriteria Hasil: kepada keluarga agar b. Pemberian makanan
peningkatan - Nafsu makan klien tidak memberikan tambahan dari luar yang
glukosa darah, dan baik, klien mampu makanan tambahan tidak sesuai dengan diit
klien mengeluh menghabiskan dari luar dapat mengacaukan
cepat lapar, nafsu porsi makan yang terapi diit yang telah
makan klien disediakan, klien
31