Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak bisa
menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak bisa
memanfaatkan secara optimal insulin yang dihasilkan, sehingga terjadi
kelonjakan kadar gula dalam darah melebihi normal. Diabetes mellitus
bisa juga terjadi karena hormone insulin yang dihasilkan oleh tubuh tidak
dapat bekerja dengan baik (Fitriana dan Rachmawati, 2016).
Diabetes mellitus terdiri dari dua tipe yaitu diabetes mellitus tipe 1
dan diabetes mellitus tipe 2. Menurut Fatimah (2015), diabetes mellitus
tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemia akibat insesivitas sel terhadap
insulin. Kadar insulin sedikit menurun atau berada dalam rentan normal.
Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel β pankreas, maka diabetes
mellitus tipe 2 dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus.
Menurut Fitriana dan Rachmawati (2016) Diabetes mellitus tipe 2
merupakan diabetes mellitus yang paling banyak menimpa para penderita
penyakit diabetes. Bahkan persentasenya bisa sampai 90% dari
keseluruhan penderita diabetes mellitus. Diabetes tipe ini merupakan
diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya respon tubuh insulin,
sehingga penggunaan hormon tersebut menjadi tidak efektif.
Ulkus diabetik merupakan salah satu bentuk komplikasi kronik
Diabetes Melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat
disertai adanya kematian jaringan stempat (Andyagreeni, 2010).
Debridemen merupakan sebuah tindakan pembedahan lokal yang
dilakukan pada penderita ulkus diabetik dengan cara pengangkatan
jaringan mati dari suatu luka, jaringan mati tersebut dapat dilihat, warna
lebih terlihat pucat, cokelat muda bahkan berwarna hitam basah atau
kering.

B. Anatomi Fisiologi
Anatomi fisiologi pada pasien dengan post debridement ulkus dm antara
lain dari anatomi fisiologi pankreas dan kulit.
1. Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira
15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan
beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1
dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di
dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala)
kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum
dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan
bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian
ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari
epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas
terdiri dari dua jaringan utama, yaitu Asini sekresi getah pencernaan
ke dalam duodenum, pulau Langerhans yang tidak tidak
mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan
glukagon langsung ke darah. Pulau-pulau Langerhans yang menjadi
sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh pankreas
dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas.Pulau langerhans
berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar
pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar
300 m, terbanyak adalah yang besarnya 100-225 m. Jumlah semua
pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta.

2. Anatomi Fisiologi Kulit


Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan kulit juga merupakan alat tubuh yang
terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15%dari berat tubuh dan luasnya
1,50-1,75 m2. Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. paling tebal (6mm)
terdapat di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis (0,5mm)
terdapat di penis. Bagian-bagian kulit manusia sebagai berikut :
a. Epidermis : Epidermis terbagi dalam empat bagian yaitu lapisan
basal atau stratum germinativium, lapisan malphigi atau stratum
spinosum, lapisan glanular atau stratum gronulosum, lapisan
tanduk atau stratum korneum. Epidermis mengandung juga:
kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, rambut dan
kuku. Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan apokrin.
Fungsinya mengatur suhu, menyebabkan panas dilepaskan dengan
cara penguapan. Kelenjar ekrin terdapat disemua daerah kulit,
tetapi tidak terdapat diselaput lendir. Seluruhnya berjulah antara 2
sampai 5 juta yang terbanyak ditelapak tangan. Kelenjar apokrin
adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel rambut,
terdapat diketiak, daerah anogenital. Puting susu dan areola.
Kelenjar sebaseus terdapat diseluruh tubuh, kecuali di telapak
tangan, tapak kaki dan punggung kaki. Terdapat banyak di kulit
kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan
mengandung asam lemak, kolesterol dan zat lain.
b. Dermis : dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis
dan diatas jaringan sukutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang
dilapisan atas terjalin rapat (pars papilaris), sedangkan dibagian
bawah terjalin lebih longgar (pars reticularis). Lapisan pars
tetucularis mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar
keringat dan kelenjar sebaseus.
c. Jaringan subkutan, merupakan lapisan yang langsung dibawah
dermis. Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas.
Sel-sel yang terbanyak adalah limposit yang menghasilkan banyak
lemak. Jaringan sebkutan mengandung saraf, pembuluh darah
limfe. Kandungan rambut dan di lapisan atas jaringan subkutan
terdapat kelenjar keringan. Fungsi dari jaringan subkutan adalah
penyekat panas, bantalan terhadap trauma dan tempat
penumpukan energy.

Gambar : ulkus kaki diabetik

C. Etiologi
Apabila pada seorang penderita DM kadar glukosa darahnya tinggi dalam
jangka waktu yang lama, maka akan timbul komplikasi menahun (kronis
yang mengenai mata menyebabkan gangguan penglihatan bila mengenai
sistem syaraf akan menyebabkan gangguan rasa dan gangguan bila
mengenai ginjal menyababkan gangguan fungsi ginjal). Adapun
gambaran luka penderita DM dapat berupa, demopati (kelainan kulit
berupa bercak bercak hitam didaerah tulang kering), selulitis (peradangan
dan infeksi kulit), nekrobiosis lipiodika diabetic dan gangrene ( luka
hitam dan berbau busuk), nekrobiosis lipisika diabetic (berupa luka
oval,kronik,tepi keputihan), osteomalitis (infeksi pada tulang) dan
gangrene (luka hitam berbau busuk). Ada beberapa hal yang
mempengaruhi terjadinya ulkus diabetic, yaitu
a. Neuropati diabetic
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tingginya kadar gula
dalam darah yang bisa merusak urat saraf penderita dan menyebabkan
hilang atau menurunya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila
penderita mengalmi trauma kadang kadang tidak terasa. Gejala gejala
neuropati, kesemutan, rasa panas, rasa tebal ditepak kaki, kram, badan
sakit semua terutama di malam hari.
b. Angiopati diabetic
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah
menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan
terjadi di pembuluh darah sedang/besar pada tungkai maka tungkai
akan mudah mengalami gangrene diabetic yaitu, luka pada kaki yang
merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan
asupan nutrisi, oksigen serta antibiotic terganggu sehingga
menyebabkan kulit sulit sembuh.
c. Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran
listri(neuropati). (Soeparman,2012).

D. Patofisiologi dan Pathway


Salah satu akibat komplikasi atau jangka panjang diabetes mellitus
adalah ulkus deabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor
yang sering disebut trias yaitu. Iskemik, neuropati dan infeksi.
Penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan
terjadi komplikasi kronik yaitu. Neuropati, menimbulkan perubahan
jaringan syaraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga
mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan induksi,
paratesia, menurunnya reflek otot, keringat berlebihan, kulit kering dan
hilng rasa apabila diabetes tidak hati hati dapat terjadinya trauma yang
akan menjadi ukus diabetikum.
Iskemik meruakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena
kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen.
Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah
sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilangnya atau
berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsis pedis, tibia dan popliteal,
kaki menjadi atropi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya
terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai
dari ujung kaki atau tungkai (Price, 2014).
Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan
menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh
darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot otot kaki
karena berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan,
rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan
kematian jaringan yang akan berkembang ulkus diabetika.
Proses angiopati pada penderita diabetes mellitus berupa penyempitan
dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai
bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai
menjadi berkurang kemudian timbul ulkus diabetikum, pada penderita
DM yang tidak terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intimia
(hyperplasia membrane basalis arteri) pada pembuluh besar dan
pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin keluar kapiler
sehingga menganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul nekrosis
jarigan yang mengakibatkan ulkus diabetika.
Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan
HbA1C yang menyebabkan deformitas eritrosit dan pelepasan oksigen di
jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang
menganggu sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan
kematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus diabetika (Windharto,
2012).
Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit
menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah
menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada pembuluh
darah yang akan menggangu sirkulasi darah. Perubahan/inflamasi pada
dinding pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen
pembuluh darah, kosentrasi HDL sebagai pembersih plak biasanya
rendah. Adanya factor resiko lain yaitu hipertensi dan meningkatnya
kerentanan terhadap arterosklerosis.
PATHWAY
E. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus tipe
Menurut Fitriana dan Rachmawati (2016), gejala diabetes melitus yaitu:
a. Poliuri
Poliuri yakni sering buang air kecil dalam jumlah banyak. Kebiasaan
ini biasanya berlangsung pada malam hari.
a. Polidipsi
Kebiasaannya berikutnya dari penderita diabetes, tang merupakan
gejala dari diabetes mellitus yaitu sering merasa haus yang hebat.
b. Polifagi
Merupakan kebiasaan yang dialami penderita diabetes mellitus,
dimana penderita sering merasa cepat lelah dan lemas.
c. Sering kesemutan
Bagian tubuh tertentu, seperti di tangan dan kaki terasa seperti digigit
semut. Peristiwa tersebut terjadi karena pembuluh sarah yang rusak,
sehingga darah yang mengalir di ujung-ujung syaraf menjadi
berkurang.
d. Luka yang sulit sembuh
Kerusakan ini mengakibatkan penderita diabetes tidak merasa sakit
jika mengalami luka. Gabungan kadar gula darah yang tinggi dan
tidak adanya rasa nyeri, maka luka yang awalnya kecil dapat
membesar menjadi borok bahkan pada akhirnya akan membusuk.
e. Ulkus Diabetikum
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat
oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal .
Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah,
sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut
pola dari fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus)
Wagner (2012) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam
tingkatan,yaitu:
a. Derajat 0 :Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
b. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c. Derajat II :Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan
atau tanpa selulitis.
f. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

E. Komplikasi Diabetes Mellitus


Menurut Fitriana dan Rachmawati (2016), komplikasi diabetes mellitus
yaitu:
a. Infeksi
Infeksi terjadi diakibatkan oleh kuman. Penderita diabetes mellitus
biasanya lebih mudah terkena infeksi dan lebih susah sembuh.
Misalnya, flu, radang paru-paru, atau luka di kaki.
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan klinis berupa gangguan saraf yang
disebabkan penurunan glukosa darah.
c. Mata
Kadar gula darah yang tidak stabil dapat menyebabkan kerusakan
pada mata.
d. Kulit
Komplikasi diabetes mellitus yang menyerang kulit atau yang biasa
disebut diabetes dermopathy, ditandai dengan adanya bercak merah
kecoklatan pada kulit.
e. Jantung
Diabetes mellitus dapat mengakibatkan masalah pada jantung yang
disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi. Resiko terhadap strok
akan meningkat dua kali lipat dalam 5 tahun sejak seseorang divonis
mengidap penyakit DM tipe 2.

f. Ulkus/gangren
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0: tidak ada luka
2) Grade I : kerusakan hanya sampai padapermukaan kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III :terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai

F. Gangguan/masalah Kebutuhan Dasar Manusia yang terganngu


a. body alegmant dan body mekanik
b. harga diri rendah
II. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah komponen
utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data,
mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data
antara lain meliputi :
a. Biodata
1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnose medis)
2) Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat, hubungan
dengan pasien)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama , biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat
dilakukan pengkajian. Pada pasien post debridement ulkus kaki
diabetik yaitu nyeri 5 – 6 (skala 0 - 10)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Data diambil saat pengkajian berisi tentang perjalanan penyakit pasien
dari sebelum dibawa ke IGD sampai dengan mendapatkan perawatan
di bangsal.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh pasien
tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa kali, dan dirawat di
RS berapa kali.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga , adakah anggota keluarga dari pasien yang
menderita penyakit Diabetes Mellitus karena DM ini termasuk
penyakit yang menurun.
c. Pola Fungsional Gordon

1) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi sebelumnya,persepsi


pasien dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota
keluarganya.

2) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari, jumlah
makanan dan minuman yang dikonsumsi, jeni makanan dan minuman,
waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun / tidak, jenis makanan
yang disukai, penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama
sakit , mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa kali sehari,
konstipasi, beser.
4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul
keringat dingin, kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas setelah
aktifitas, kemampuan pasien dalam aktivitas secara mandiri.
5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,
gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.
6) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan
mengetahui tentang penyakitnya
7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau
perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.
8) Pola reproduksi dan seksual
9) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap penyakitnya,
kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.
10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi ,
komunikasi, car berkomunikasi
11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan beribadah
selama sakit, ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri akibat
pembedahanskala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan rembes pada
balutan. Tanda-tanda vital pasien (peningkatan suhu, takikardi),
kelemahan akibat sisa reaksi obat anestesi.
2) Sistem pernapasan
Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada pasien post
pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu akibat pengaruh
obat anesthesia yang diberikan di ruang bedah dan pasien diposisikan
semi fowler untuk mengurangi atau menghilangkan sesak napas.
3) Sistem kardiovaskuler
Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi pada permukaan jantung, tekanan darah dan nadi
meningkat.
4) Sistem pencernaan
Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat sisa
bius, setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang nafsu
makan, bising usus, berat badan.
5) Sistem musculoskeletal
Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada sistem ini
karena pada bagian kaki biasannya jika sudah mencapai stadium 3 – 4
dapat menyerang sampai otot. Dan adanya penurunan aktivitas pada
bagian kaki yang terkena ulkus karena nyeri post pembedahan.
6) Sistem intregumen
Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan output
yang tidak seimbang. Pada luka post debridement kulit dikelupas
untuk membuka jaringan mati yang tersembunyi di bawah kulit
tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda, (2013), diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah b.d hiperglikemia
b. Kerusakan integritas kulit b.d luka akibat post operasi debridement
c. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri akut pada kaki.
d. Resiko infeksi b.d adanya luka post debridement
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Ketidakstabilan NOC : Hiperglikemi
kadar glukosa - Kadar glukosa dalam darah
setelah dilakukan tindkan
dalam darah b.d normal (80 – 100 mg/dL)
keperawatan selama 3 x 24 jam kadar
hiperglikemi
glukosa dalam dara darah stabil - Berat badan ideal atau tidak
mengalami penurunan

- untuk mengetahui tanda


- Kaji faktor yang menjadi penyebab gejala ketidakstabilan
ketidakstabilan glukosa glukosa
- Pantau keton urine - terjadi atau tidak komplikasi
ketoadosis diabetic
- upaya untuk mengontrol
- Pantau tanda gejala terjadinya kadar glukosa dalam darah
hipoglikemi dan hiperglikemi - merencanakan, melakukan
- Memberikan penyuluhan mengenai program penyuluhan, pasin
penyakit ulkus diabetik, diit, obat, melaksanakan program diet,
resep dan menerima obat resep

2. Kerusakan NOC : Kerusakan Integritas Kulit


integritas kulit
setelah dilakukan asuhan
b.d luka akibat - Integritas kulit yang baik
keperawatan selama 3 x 24 jam
post op dapat dipertahankan
diharapkan masalah gangguan
debridement
integritas kulit dapat teratasi - Luka sembuh sesuai kriteria

- Tidak ada luka atau lesi

- Perfusi jaringan baik

- Menunjukkan proses
penyembuhan luka

- Anjurkan pasien memakai pakaian - udara tidak lembab jadi tidak


yang longgar menyebabkan kuman tumbuh
- Hindari dari kerutan tempat tidur - meminimalkan perlukaan,
atau nyeri tekan
- Jaga kebersihan kulit agar tetap - mencegah kuman maupun
bersih dan kering bakteri berkembang di sekitar
lingkungan
- Mobilisasi pasien (ubah posisi), - menghindari adanya tekanan
miring kanan, miring kiri setiap 2 dalam waktu yang lama
jam - glukosa darah pasien
terkontrol
- Kolaborasi pemberian diit kepada
penderita ulkus dm

3. Gangguan NOC :
mobilitas fisik
Mobilitas Fisik
b.d nyeri akut
pada kaki setelah dilakukan asuhan - Nyeri berkurang atau hilang
keperawatan selama 3 x 24 jam
- Pergerakan / aktivitas pasien
diharapkan gangguan perfusi jaringan
bertambah dan tidak terbatasi
dapat diatasi.
- Pasien mampu memenuhi
kebutuhan secara mandiri

- Kaji kemampuan pasien dalam


- mengetahui kemampuan
mobilisasi setiap hari
pasien dalam aktivitasnya
sehari – hari
- Monitoring tanda – tanda vital
- mencegah penurunan status
pasien sebelum dan sesudah
kesehatan pasien
- Mendekatkan alat / barang yang
dibutuhkan pasien - pasien tidak kesulitan dalam
kebutuhan fasilitasnya
4. Resiko infeksi NOC :
b.d adanya luka - Pasien bebas dari tanda gejala
Resiko infeksi
post op infeksi
setelah dilakukan asuhan
- Menunjukkan kemampuan
keperawatan selama 3 x 24 jam
untuk mencegah timbulnya
diharapkan resiko infeksi dpat
infeksi
dicegah dan teratasi.
- Jumlah lekosit dlam batas
normal

- Menunjukkan perilaku hidup


sehat

- Pertahankan teknik aseptif - mencegah terjadinya infeksi

- Monitor tanda dan gejala infeksi - merencanakan tindakan


untuk menghambat tanda
gejala infeksi

Anda mungkin juga menyukai