I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak bisa
menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak bisa
memanfaatkan secara optimal insulin yang dihasilkan, sehingga terjadi
kelonjakan kadar gula dalam darah melebihi normal. Diabetes mellitus
bisa juga terjadi karena hormone insulin yang dihasilkan oleh tubuh tidak
dapat bekerja dengan baik (Fitriana dan Rachmawati, 2016).
Diabetes mellitus terdiri dari dua tipe yaitu diabetes mellitus tipe 1
dan diabetes mellitus tipe 2. Menurut Fatimah (2015), diabetes mellitus
tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemia akibat insesivitas sel terhadap
insulin. Kadar insulin sedikit menurun atau berada dalam rentan normal.
Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel β pankreas, maka diabetes
mellitus tipe 2 dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus.
Menurut Fitriana dan Rachmawati (2016) Diabetes mellitus tipe 2
merupakan diabetes mellitus yang paling banyak menimpa para penderita
penyakit diabetes. Bahkan persentasenya bisa sampai 90% dari
keseluruhan penderita diabetes mellitus. Diabetes tipe ini merupakan
diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya respon tubuh insulin,
sehingga penggunaan hormon tersebut menjadi tidak efektif.
Ulkus diabetik merupakan salah satu bentuk komplikasi kronik
Diabetes Melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat
disertai adanya kematian jaringan stempat (Andyagreeni, 2010).
Debridemen merupakan sebuah tindakan pembedahan lokal yang
dilakukan pada penderita ulkus diabetik dengan cara pengangkatan
jaringan mati dari suatu luka, jaringan mati tersebut dapat dilihat, warna
lebih terlihat pucat, cokelat muda bahkan berwarna hitam basah atau
kering.
B. Anatomi Fisiologi
Anatomi fisiologi pada pasien dengan post debridement ulkus dm antara
lain dari anatomi fisiologi pankreas dan kulit.
1. Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira
15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan
beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1
dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di
dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala)
kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum
dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan
bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian
ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari
epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas
terdiri dari dua jaringan utama, yaitu Asini sekresi getah pencernaan
ke dalam duodenum, pulau Langerhans yang tidak tidak
mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan
glukagon langsung ke darah. Pulau-pulau Langerhans yang menjadi
sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh pankreas
dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas.Pulau langerhans
berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar
pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar
300 m, terbanyak adalah yang besarnya 100-225 m. Jumlah semua
pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta.
C. Etiologi
Apabila pada seorang penderita DM kadar glukosa darahnya tinggi dalam
jangka waktu yang lama, maka akan timbul komplikasi menahun (kronis
yang mengenai mata menyebabkan gangguan penglihatan bila mengenai
sistem syaraf akan menyebabkan gangguan rasa dan gangguan bila
mengenai ginjal menyababkan gangguan fungsi ginjal). Adapun
gambaran luka penderita DM dapat berupa, demopati (kelainan kulit
berupa bercak bercak hitam didaerah tulang kering), selulitis (peradangan
dan infeksi kulit), nekrobiosis lipiodika diabetic dan gangrene ( luka
hitam dan berbau busuk), nekrobiosis lipisika diabetic (berupa luka
oval,kronik,tepi keputihan), osteomalitis (infeksi pada tulang) dan
gangrene (luka hitam berbau busuk). Ada beberapa hal yang
mempengaruhi terjadinya ulkus diabetic, yaitu
a. Neuropati diabetic
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tingginya kadar gula
dalam darah yang bisa merusak urat saraf penderita dan menyebabkan
hilang atau menurunya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila
penderita mengalmi trauma kadang kadang tidak terasa. Gejala gejala
neuropati, kesemutan, rasa panas, rasa tebal ditepak kaki, kram, badan
sakit semua terutama di malam hari.
b. Angiopati diabetic
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah
menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan
terjadi di pembuluh darah sedang/besar pada tungkai maka tungkai
akan mudah mengalami gangrene diabetic yaitu, luka pada kaki yang
merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan
asupan nutrisi, oksigen serta antibiotic terganggu sehingga
menyebabkan kulit sulit sembuh.
c. Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran
listri(neuropati). (Soeparman,2012).
f. Ulkus/gangren
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0: tidak ada luka
2) Grade I : kerusakan hanya sampai padapermukaan kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III :terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai
2) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari, jumlah
makanan dan minuman yang dikonsumsi, jeni makanan dan minuman,
waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun / tidak, jenis makanan
yang disukai, penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama
sakit , mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa kali sehari,
konstipasi, beser.
4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul
keringat dingin, kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas setelah
aktifitas, kemampuan pasien dalam aktivitas secara mandiri.
5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,
gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.
6) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan
mengetahui tentang penyakitnya
7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau
perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.
8) Pola reproduksi dan seksual
9) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap penyakitnya,
kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.
10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi ,
komunikasi, car berkomunikasi
11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan beribadah
selama sakit, ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri akibat
pembedahanskala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan rembes pada
balutan. Tanda-tanda vital pasien (peningkatan suhu, takikardi),
kelemahan akibat sisa reaksi obat anestesi.
2) Sistem pernapasan
Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada pasien post
pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu akibat pengaruh
obat anesthesia yang diberikan di ruang bedah dan pasien diposisikan
semi fowler untuk mengurangi atau menghilangkan sesak napas.
3) Sistem kardiovaskuler
Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi pada permukaan jantung, tekanan darah dan nadi
meningkat.
4) Sistem pencernaan
Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat sisa
bius, setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang nafsu
makan, bising usus, berat badan.
5) Sistem musculoskeletal
Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada sistem ini
karena pada bagian kaki biasannya jika sudah mencapai stadium 3 – 4
dapat menyerang sampai otot. Dan adanya penurunan aktivitas pada
bagian kaki yang terkena ulkus karena nyeri post pembedahan.
6) Sistem intregumen
Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan output
yang tidak seimbang. Pada luka post debridement kulit dikelupas
untuk membuka jaringan mati yang tersembunyi di bawah kulit
tersebut.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda, (2013), diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah b.d hiperglikemia
b. Kerusakan integritas kulit b.d luka akibat post operasi debridement
c. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri akut pada kaki.
d. Resiko infeksi b.d adanya luka post debridement
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Ketidakstabilan NOC : Hiperglikemi
kadar glukosa - Kadar glukosa dalam darah
setelah dilakukan tindkan
dalam darah b.d normal (80 – 100 mg/dL)
keperawatan selama 3 x 24 jam kadar
hiperglikemi
glukosa dalam dara darah stabil - Berat badan ideal atau tidak
mengalami penurunan
- Menunjukkan proses
penyembuhan luka
3. Gangguan NOC :
mobilitas fisik
Mobilitas Fisik
b.d nyeri akut
pada kaki setelah dilakukan asuhan - Nyeri berkurang atau hilang
keperawatan selama 3 x 24 jam
- Pergerakan / aktivitas pasien
diharapkan gangguan perfusi jaringan
bertambah dan tidak terbatasi
dapat diatasi.
- Pasien mampu memenuhi
kebutuhan secara mandiri