Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasikan asuhan keperawatan dengan diagnose medis
DM pada lansia
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengkajian pada lansia dengan DM di Ruang Dahlia 3 di RS
Tugurejo Semarang.
2. Mengidentifikasi diagnose keperawatan pada lansia dengan DM di Ruang
Tugurejo Semarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia
kronik yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik yang
diakibatkan oleh gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
macam komplikasi kronik pada organ mata, ginjal, saraf, pembuluh
darah disertai lesi padda membran basalis dalam dengan menggunakan
pemeriksaan dalam mikroskop (Arief Mansjoer dkk, 2005).
2. Anatomi fisiologi
Anatomi fisiologi pada pasien dengan post debridement ulkus dm
antara lain dari anatomi fisiologi pankreas dan kulit.
1) Epidermis :Epidermis terbagi dalam empat bagian yaitu lapisan basal atau
stratum germinativium, lapisan malphigi atau stratum spinosum, lapisan
glanular atau stratum gronulosum, lapisan tanduk atau stratum korneum.
Epidermis mengandung juga: kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar
sebaseus, rambut dan kuku. Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan
apokrin. Fungsinya mengatur suhu, menyebabkan panas dilepaskan dengan
cara penguapan. Kelenjar ekrin terdapat disemua daerah kulit, tetapi tidak
terdapat diselaput lendir. Seluruhnya berjulah antara 2 sampai 5 juta yang
terbanyak ditelapak tangan. Kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat besar
yang bermuara ke folikel rambut, terdapat diketiak, daerah anogenital.
Puting susu dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat diseluruh tubuh, kecuali
di telapak tangan, tapak kaki dan punggung kaki. Terdapat banyak di kulit
kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan mengandung
asam lemak, kolesterol dan zat lain.
2) Dermis : dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan
diatas jaringan sukutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas
terjalin rapat (pars papilaris), sedangkan dibagian bawah terjalin lebih
longgar (pars reticularis). Lapisan pars tetucularis mengandung pembuluh
darah, saraf, rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.
3) Jaringan subkutan, merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis.
Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang
terbanyak adalah limposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan
sebkutan mengandung saraf, pembuluh darah limfe. Kandungan rambut dan
di lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringan. Fungsi dari
jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma dan
tempat penumpukan energy.
3. Etiologi
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada tipe I yaitu IDDM antara lain :
a. Polipagia, poliura, berat badan menurun, polidipsia, lemah, dan
somnolen yang berlangsung agak lama, beberapa hari atau seminggu.
b. Timbulnya ketoadosis dibetikum dan dapat berakibat meninggal jika
tidak segera mendapat penanganan atau tidak diobati segera.
c. Pada diabetes mellitus tipe ini memerlukan adnaya terapi insulin untuk
mengontrol karbohidrat di dalam sel.
Sedangkan manifestasi klinis untuk NIDDM atau diabetes tipe II antara
lain :Jarang adanya gejala klinis yamg muncul, diagnosa untuk NIDDM
ini dibuat setelah adanya pemeriksaan darah serta tes toleransi glukosa
di didalam laboratorium, keadaan hiperglikemi berat, kemudian
timbulnya gejala polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen, ketoadosis
jarang menyerang pada penderita diabetes mellitus tipe II ini.
6. Komplikasi
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain :
a. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari
ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik
dan ketoadosis diabetik masuk ke dalam komplikasi akut.
b. Komplikasi kronik. Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah
makrovaskuler dimana komplikasi ini menyerang pembuluh darah
besar, kemudian mikrovaskuler yang menyerang ke pembuuluh darah
kecil bisa menyerang mata (retinopati), dan ginjal. Komplikasi kronik
yang ketiga yaitu neuropati yang mengenai saraf. Dan yang terakhir
menimbulkan gangren.
7. Pathway
Umur
Penurunan Penurunan
fungsi indra fungsi
pengecap pankreas
Konsumsi Penurunan
makanan kualitas dan
manis berlebih kuantitas insulin Gaya Hidup
HIPERGLIKEMIA
Pembedahan ( Debridement )
Pengeluaran
Nyeri akut histamin & Adanya perlukaan pada kaki
prosglandin
Luka insisi tidak terawat
Gangguan mobilitas
fisik
Peningkatan leukosit
Resiko infeksi
Gambar 2.1 pathway
Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah komponen utama
untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data, mengorganisasikan
data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data antara lain meliputi :
a. Biodata
1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnose medis)
2) Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat, hubungan
dengan pasien)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama , biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat
dilakukan pengkajian. Pada pasien post debridement ulkus kaki diabetik
yaitu nyeri 5 – 6 (skala 0 - 10)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Data diambil saat pengkajian berisi tentang perjalanan penyakit pasien
dari sebelum dibawa ke IGD sampai dengan mendapatkan perawatan di
bangsal.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri akibat
pembedahanskala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan rembes pada
balutan. Tanda-tanda vital pasien (peningkatan suhu, takikardi),
kelemahan akibat sisa reaksi obat anestesi.
2) Sistem pernapasan
Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada pasien post
pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu akibat pengaruh obat
anesthesia yang diberikan di ruang bedah dan pasien diposisikan semi
fowler untuk mengurangi atau menghilangkan sesak napas.
3) Sistem kardiovaskuler
Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi pada permukaan jantung, tekanan darah dan nadi meningkat.
4) Sistem pencernaan
Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat sisa
bius, setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang nafsu makan,
bising usus, berat badan.
5) Sistem musculoskeletal
Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada sistem ini
karena pada bagian kaki biasannya jika sudah mencapai stadium 3 – 4
dapat menyerang sampai otot. Dan adanya penurunan aktivitas pada
bagian kaki yang terkena ulkus karena nyeri post pembedahan.
6) Sistem intregumen
Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan output
yang tidak seimbang. Pada luka post debridement kulit dikelupas untuk
membuka jaringan mati yang tersembunyi di bawah kulit tersebut.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi
debridement
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka post debridement
d. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut
e. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penurunan
berat badan
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa I: Nyeri akut berhubungan dengan insisi
pembedahan
Kriteria Hasil:
Kriteria Hasil :
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 6 juli 2018 jam 11.00 WIB di ruang Dahlia 3 dengan
1. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Ny.J
Usia : 68 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Janda
Agama : Islam
Alamat : Semarang
Pekerjaan :-
Dx Medis : DM Post Debridement H – 12
No RM : 5645**
2. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan bahwa ada luka ulkus di kaki kanan pasien dan luka
Rs.Tugurejo dengan keluhan mual dan muntah serta pusing, badan terasa sakit
semua, dan ada luka dikaki kanan sudah 5 hari tidak sembuh, Ny.J memang
mempunyai penyakit diabetes milletus, rajin kontrol dan rajin minum obat.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan Tn. J mempunyai penyakit diebetes milletus,
milletuus.
d. Genogram
Keterangan :
Perempuan
Laki-laki
rumah sakit, dan obat yang diberikan dokter diminum secara rutin.
B. Pola Nutrisi Metabolik
Keluarga pasien mengatakan pasien makan 3x sehari yaitu jam 06.00 jam
12.00 dan jam 20.00 dengan menu bubur halus. Tetapi keluarga pasien
mengatakan pasien susah untuk makan, pasien hanya makan 3 atau 2 sendok
tidak tahu BAK berapa kali sehari karena pasien memakai pampers, keluarga
pasien mengatakan pasien sudah tidak bisa merasakan dan mengontrol BAK.
D. Pola Aktifitas dan Latihan
INDEKS KATZ
seluruh aktifitas pasien saat di Rumah sakit dibantu dan tergantung oleh
keluarga.
Nilai
Pasien Pertanyaan
Maksimum
Orientasi
5 0 (Tahun) (Musim) (Tanggal) (Hari) (Bulan apa sekarang)?
0 Dimana kita: (Negara bagian) (Wilayah) (Kota) (Rumah sakit)
5
(Lantai )?
Registrasi
Sebutkan Nama 3 Objek : 1 detik untuk mengatakan masing-masing.
Kemudian tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah
3 0 mengatakannya. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang benar.
Kemudian ulangi sampai ia mempelajari ketiganya.
meninggal
J. Pola Pertahanan Diri ( Coping Toleransi Stress)
Rumah Sakit pasien hanya beristigfar dengan lemah dan tidak dapat bergerak.
5. Pemeriksaan Fisik
A. Tanda-Tanda Vital
No Tanggal TD Nadi RR
1 6 Agustus2018 170/90 67 18
2 7 Agustus2018 180/100 64 20
3 8 Agustus 2018 160/90 65 19
B. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala : rambut beruban, tidak terdapat benjolan, tidak ada luka
2. Mata : konjungtiva ananemis.
3. Hidung : bersih, tidak ada sinus dan secret
4. Mulut dan tenggorokan : mulut bersih, sebagian gigi sudah lepas
5. Telinga : terjadi penurunan pendengaran
6. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
7. Dada :
a. Thorak : bentuk flat, tidak ada luka dan jejas
b. Jantung : bunyi jantung vesikuler
c. Paru : tidak ada bunyi suara nafas tambahan
8. Integumen : turgor kulit kurang elastic, tidak ada tanda sianosis, mukosa
3cm dan ada luka dekubitus pada tonjolan tulang sakrum saat dibersihkan
C. Data Penunjang
MICROBIOLOGI (B)
Kultur pus Proteus Mirabilis
Sensitifitas
Ampicillin Sensitive
Ampicilin sulbactam Sensitive
Piperacillin azobactam Sensitive
Cefotaxime Sensitive
Ceftriaxone Sensitive
Ceftazidime Sensitive
Cefepime Sensitive
Aztreonam Sensitive
Amikacin Sensitive
Gentacimin Sensitive
Ciprofloxacin Sensitive
Ertapenem Sensitive
Meropenem Sensitive
Tigercycline Resisten
Trimethoprim SXT Sensitive
- Tampak multiple lesi litik kecil pada os cuneformis lateralis dan 1/3 proksimal os
perioteal reaction
- Tak tampak penyempitan sela sendi interphalangeal , tarsometatarsal dan tarsalia
pedis kanan
- Aposisi , alignment
- Tampak swelling disertai lusensi soft tissue pada region metatarsal I – III pedis
kanan
KESAN
kanan)
- Calcaneal spur
Sinus achycardia
Abnormal ECG
D. Terapi medis
Jenis parenteral
Mengembalikan
1 Ringer Laktat 20 tpm
keseimbangan elektrolit
Jenis Injeksi
Jenis injeksi / SC
ASUHAN KEPERAWATAN
A. ANALISA DATA
Diagnosa Keperawatan :
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari/Tanggal/Jam Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
DS:-
20.00 Melanjutkan pemberian DO: obat sudah masuk tetesan
ceftriaxone 1gr per IV infus lancar
DS:-
20.05 Melanjutkan pemberian DO: tetesan obat lancar 20tpm
metronidazole 500mg per infus
DO:-
20.10 Memberikan alih baring tiap 2 DS: posisi pasien tampak sims
jam kiri
EVALUASI
2 S: -
O : balutan tampak merembes, berbau, tidak tampak
pertumbuhan jaringan baru
A: Kerusakan integritas jaringan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi NIC Perawatan Luka no 1 – 8
2 S: -
O : balutan tampak merembes, berbau, tidak tampak
pertumbuhan jaringan baru
A: Kerusakan integritas jaringan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi NIC Perawatan Luka no 1 – 8
2 S: -
O : balutan tampak merembes, berbau, tidak tampak
pertumbuhan jaringan baru
A: Kerusakan integritas jaringan belum teratasi
P: Intervensi dihentikan pasien meninggal