Oleh :
Kelompok 4
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat
dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja
menyelesaikan makalah ronde keperawatan kami yang berjudul “Diabetes Melitus”
makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami,
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti
jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin
dibuat dalam pancreas. Ada 2 macam type DM : DM type I. atau disebut DM yang
tergantung pada insulin. DM ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah
yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah
terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering
haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau
kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM
ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat
normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk
metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi
sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau
ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
DM Type III atau disebut Diabetes mellitus gestasional (bahasa
Inggris: gestational diabetes, insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2
diabetes which has progressed to require injected insulin, latent autoimmune
diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus
yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan
keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM
mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20-50% dari wanita
penderita GDM bertahan hidup.
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan masyarakat
dan perkembangan iptek maka perlu pengembangan dan pelaksanaan suatu model asu
hankeperawatan profesional yang efektif dan efisien (Nursalam, 2014).
Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode pemberian
pelayanankeperawatan di mana salah satu kegiatannya adalah ronde keperawatan,
yaitu suatu metode untuk menggali dan membahas secara mendalam masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang
dilakukanoleh perawat primer/associate, konselor, kepala ruangan, dan seluruh tim ke
perawatan dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus kegiatan
(Nursalam, 2014).
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas
lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi
perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih
melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam praktik
keperawatan (Nursalam, 2014).
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah keperawatan yang dialami
klien dapat teratasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan ronde keperawatan, perawat mampu :
a. Berfikir kritis dan sistematis dalam masalah pemecahan masalah klien.
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien.
c. Menilai hasil kerja.
d. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gangrene adalah kondisi jaringan tubuh yang mati akibat tidak mendapat
pasokan darah yang cukup atau akibat infeksi bakteri yang berat. Kondisi serius ini
umumnya terjadi di tungkai, jari kaki, atau jari tangan, namun juga bisa terjadi pada
otot serta organ dalam. Gangrene adalah kondisi serius yang bisa mengarah ke
amputasi hingga kematian.
Sistem endokrin adalah suatu sistem dalam tubuh manusia yang bertugas
untuk melakukan sekresi (memproduksi) hormon yang berfungsi untuk mengatur
seluruh kegiatan organ-organ dalam tubuh.
Sistem endokrin merupakan jaringan kelenjar dan organ yang memiliki peran
penting dalam mengatur banyak fungsi tubuh seperti pertumbuhan sel, metabolisme,
tumbuh kembang tubuh, dan proses reproduksi. Dalam sistem endokrin terdapat
beberapa kelenjar seperti kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, dan
kelenjar reproduksi yang memiliki fungsinya masing-masing.
1) Epidermis
Mengandung juga: kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus,
rambut dan kuku. Kelenjar keringat adadua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya
mengatur suhu, menyebabkan panas dilepaskan dengan cara penguapan.
Kelenjar ekrin terdapat disemua daerah kulit, tetapi tidak terdapat diselaput
lendir. Seluruhnya berjulah antara 2-5 juta yang terbanyak ditelapak tangan.
Kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikelrambut,
terdapat diketiak, daerah anogenital. Puting susu dan areola. Kelenjar sebaseus
terdapat diseluruh tubuh, kecuali di telapak tangan, tapak kaki dan punggung
kaki. Terdapat banyak di kulit kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya
berupa sebum dan mengandung asam lemak, kolesterol dan zat lain.
2) Dermis
Dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan diatas
jaringan sukutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin
rapat (pars papilaris), sedangkan dibagian bawah terjalin lebih longgar
(pars reticularis). Lapisan pars tetucularis mengandung pembuluh darah, saraf,
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.
3) Jaringan subkutan
2.1.3 ETIOLOGI
a. Pola Makan Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar
kalori yangdibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya DM. Hal
ini disebabkan jumlah atau kadar insulin oleh sel β pankreas mempunyai
kapasitas maksimum untuk disekresikan.
b. Obesitas Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg
mempunyai kecenderungan lebih besar untuk terserang DM dibandingkan
dengan orang yang tidak gemuk.
c. Faktor genetic Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DMdariorang
tua.Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluarga
yang terkena juga
d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan. Bahan kimiawi tertentu dapat
mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada
pankreas dapat menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal
dalam mensekresikan hormonyang diperlukan untuk metabolism dalam
tubuh, termasuk hormoninsulin.
e. Penyakit dan infeksi pada pancreas. Mikroorganisme seperti bakteri dan
virus dapat menginfeksi pancreas sehingga menimbulkan radang pankreas.
Hal itu menyebabkan sel β pada pankreastidak bekerja secara optimal
dalam mensekresi insulin
Penyebab Gangrene
1. Poliuria
Air tidak di serap kembali oleh tubulus ginjal sekunder untuk aktifitas osmotik
glukosa,mengarah kepada kehilangan air,glukosa dan elektrolit.Kekurangan insulin
untuk mengangkut glukosa melalui membran dalam sel menyebabkan hiperglikemia
sehingga serum plasma meningkat.
2. Polidipsi
Dehidrasi sekunder terhadap poliuria menyebabkan haus. Akibat dari dehidrasi
sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktifasi menyebabkan orang haus terus
dan ingin selalu minum.
3. Polifagi
Kelaparan sekunder terhadap ketabolisme jaringan menyebabkan rasa lapar.
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun (Black, 2014).
1) Perubahan warna pada kulit menjadi biru, merah, ungu, atau bahkan hitam,
tergantung jenis gangrene yang dialami.
2) Nyeri hebat yang muncul mendadak pada area yang terserang, diikuti sensasi
kebas.
3) Muncul bengkak dan lepuhan pada kulit, disertai keluarnya nanah dari
lepuhan.
4) Kulit yang terserang gangrene tampak pucat dan terasa dingin bila disentuh.
Sangat jelas terlihat, berbeda dengan area kulit yang sehat.
5) Pada gangrene gas atau gangrene internal yang menyerang jaringan di bawah
kulit, penderita akan mengalami pembengkakan disertai nyeri pada area yang
terdampak. Selain itu, penderita juga akan mengalami demam.
2.1.5 KLASIFIKASI
1. Gangrene kering. Kulit kering dan mengerut dengan warna kulit cokelat, biru,
atau hitam adalah ciri gangrene kering. Gangrene ini terjadi secara bertahap, dan
umumnya menimpa penderita penyakit arteri perifer.
2. Gangrene basah. Gangrene ini umumnya menimpa penderita diabetes yang tidak
sadar saat mengalami luka di kaki. Gangrene basah juga bisa terjadi pada
seseorang yang mengalami luka bakar atau frostbite. Ciri gangrene basah adalah
kulit bengkak, melepuh, dan terlihat basah. Jika tidak segera ditangani, gangrene
basah bisa menyebar dan akan berakibat fatal.
3. Gangrene gas. Gangrene gas umumnya menyerang jaringan otot. Pada awalnya,
kulit penderita gangrene gas terlihat normal. Namun seiring waktu, kulit akan
terlihat pucat lalu berubah menjadi ungu kemerahan, kemudian gelembung udara
akan terbentuk. Gangrene gas umumnya disebabkan oleh bakteri Clostridium
perfringens, yang berkembang pada luka akibat bedah atau cedera yang
mengeluarkan banyak darah. Infeksi tersebut menghasilkan racun yang
melepaskan gas dan menyebabkan kematian jaringan. Sama seperti gangrene
basah, gangrene gas juga bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
4. Gangrene internal, yaitu gangrene yang terjadi akibat terhambatnya aliran darah
ke organ dalam tubuh, seperti usus atau empedu. Gangrene internal bisa
menyebabkan demam serta nyeri hebat, dan bisa berbahaya jika tidak cepat
ditangani.
5. Gangrene Fournier. Gangrene ini menyerang daerah genital atau kelamin, dan
kebanyakan penderitanya adalah Kondisi ini umumnya terjadi karena infeksi pada
area kemaluan atau saluran kemih, yang menyebabkan pembengkakan dan nyeri
pada kemaluan.
6. Gangrene Meleney. Jenis gangrene ini tergolong langka, yang terjadi 1-2 minggu
pasca operasi.
a. Derajat 0 = Tidak ada lesi yang terbuka, Bisa terdapat deformitas atau
selulitis(dengan kata lain: kulit utuh, tetapi ada kelainan bentuk kaki
akibat neuropati).
b. Derajat 1 = luka superficial terbatas pada kulit.
c. Derajat 2 = luka dalam sampai menembus tendon, atau tulang
d. Derajat 3 = luka dalam dengan abses, osteomielitis atau sepsis persendian
e. Derajat 4 = Gangren setempat, di telapak kaki atau tumit (dengan
kata lain : gangren jari kaki atau tanpa selulitis)
f. Derajat 5 = Gangren pada seluruh kaki atau sebagian tungkai
bawah. (Muryunani, 2013)
2.1.6 PATOFISIOLOGI
DMT2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya
kelainan terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul
dengan disfungsi sel beta pankreas (defeksekresiinsulin), yaitu sebagai berikut :
(Tjokroprawiro, 2007)
DM tipe 2 ini biasanya terjadi di usia dewasa. Kebanyakan orang tidak menyadari
telah menderita diabetes tipe2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius.
Diabetes tipe 2 sudah menjadi umum di Indonesia, dan angkanya terus
bertambah akibat gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga
(Riskesdas, 2007).
a. Komplikasi Makrovaskuler
b. Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi oftalmologi lain yang dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus
adalah katarak, glaucoma, dan perubahan lensa.
2). Nefropati
c. Neuropati Diabetes
d. Komplikasi Akut
a. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan Laboratorium
2.1.9 PENATALAKSANAAN
b) Hiperglikemi berat
b) Neucrotomi
c) Amputasi
Debridement
a) Debridement Mekanik
b) Debridement Enzimatik
A. Pengertian
Gangren adalah luka yang terinfeksi disertai dengan adanya jaringan yang mati.
B. Tujuan tindakan
C. Indikasi
D. PERSIAPAN
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dan klien
disiapkan pada posisi yang nyaman
E. PELAKSANAAN
Tahap Orientasi
a) mengucapkan salam terapeutik
b) menjelaskan mengenai prosedur tindakan dan tujuan tindakan
c) menanyakan kesiapan dan persetujuan pasien sebelum tindakan
d) memposisikan pasien senyaman mungkin
Tahap Kerja
a) pasang perlak dan pengalas dibawah daerah yang akan diganti balutannya
b) taruh bengkok di dekat pasien
c) memakai handscoen
d) membuka balutan dan membuang balutan lama ke bengkok
e) bersihkan luka dengan kassa steril yang telah dibasahi dengan NaCl dan
bethadine
f) buang bagian-bagian yang kotor atau jaringan nekrotik
g) bersihkan dari area paling bersih ke area kotor ( dari dalam ke luar)
h) kompres luka dengan bethadin atau dengan salep tang telah ditentukan dokter
i) tutup luka dengan kassa steril
j) balut luka dengan verban
Tahap Terminasi
a) bereskan alat-alat yang telah digunakan
b) perawat melepas handscoen
c) mencuci tangan
d) mengevaluasi hasil tindakan
e) berpamitan dengan pasien
Tahap Dokumentasi
Perhatian :
2.2.4 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi.
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional.
4. Terjalinnya kerja sama antartim kesehatan.
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
2.2.5 Kriteria Pasien
Menurut Nursalam (2014), mengatakan Pasien yang dipilih untuk dilakukan
ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sbb:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
2. Pasien dengan kasus baru atau langka.
2.2.6 Peran
Menurut Nursalam (2014), dalam ronde keperawatan setiap perawat memiliki
peran masing-masing diantaranya :
1. Perawat primer dan perawat assosciate
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk
memaksimalkan keberhasilan, antara lain :
a. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama.
c. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya.
e. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
2. Perawat primer lain atau konsuler
a. Memberikan justifikasi.
b. Memberikan reinforcement.
c. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional.
d. Mengarahkan dan koreksi.
e. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
A. Langkah-langkah
1. Penepatan pasien
2. Persiapan pasien :
- Informed concent
- Hasil pengkajian/ validasi data
Tahap Pelaksanaan
Diskusi PP-PP,
di Nurse Station konselor, KARU
6. Kesimpulan dan
5. Lanjutan diskusi di
rekomendasi
nurse station
solusi masalah
Tahap Pelaksanaan
di kamar pasien
Pascaronde
(nurse station)
Keterangan :
1. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
b. Menentukan tim ronde.
c. Mencari sumber atau literature.
d. Membuat proposal.
e. Pemberian informed consent dan pengkajian kepada klien/keluarga.
f. Diskusi : Apa diagnosis keperawatan?, Apa data yang mendukung?,
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?, dan Apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan?.
2. Pelaksanaan ronde
a. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor/kepala ruangan
tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
3. Pasca ronde
a. Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
b. Evaluasi, revisi dan perbaikan.
c. Kesimpulan dan rekomendasikan penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.
2.2.8 Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Persyaratan administratif (informed consent, alat, dan lainnya).
b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan.
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan.
3. Hasil
a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.
b. Masalah pasien dapat teratasi.
c. Perawat dapat:
Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
a. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
b. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
c. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien, umur,
pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat. Dalam identitas
data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah Umur, karena seseorang memiliki
resiko tinggi untuk terkena diabetes mellitus tipe II pada umur diatas 40 tahun.
b. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan utama yang
berbeda-beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit dengan gejala khas
berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah
terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat obesitas,
hipertensi, atau juga aterosclerosis
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM, penyebab
terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini
berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan diabetes mellitus
berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
d. Pola Aktivitas
e. Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula
darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak
makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita.
f. Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan
pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada
eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
g. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur
dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita. Pola Aktivitas
Adanya kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan penderita tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (
self esteem).
i. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada kaki
sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
j. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
k. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya
karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
l. Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
2. Head to Toe
a) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah,
gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
b) Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami
dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
c) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal
ini berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada
makrovaskuler
e) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
f) Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa
otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
g) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis
pasien sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),
merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.
3.4 Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
a. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
b. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak
ada tanda-tanda malnutrisi.
c. Infeksi tidak terjadi
d. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
e. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.