Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Laporan F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Topik : Kegiatan “Kang Asep” atau Kumpul Atuh Ngeramein Senam Peregangan
dalam Menjaga Kebugaran Pegawai dan Pengunjung Puskesmas Tanjung Buntung

LATAR Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi, juga
BELAKANG merupakan karunia Tuhan yang harus dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya. Promosi kesehatan sangat efektf untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan tersebut. Factor perilaku dan lingkungan
mempunyai peranan sangat dominan dalam peningkatan kualitas
kesehatan. Untuk melindungi pegawai dan pengunjung PKM
Tanjung Buntung agar tetap hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan, PKM Tanjung Buntung memiliki satu kegiatan yang
diberi nama KANG ASEP atau Kumpul Atuh Ngeramein Senam
Peregangan. Pelaksanaan senam peregangan oleh seluruh pegawai
dan pengunjung Puskesmas adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan suasana kerja yang harmonis dan meningkatkan
kesehatan pegawai efisiensi dan produktifitas kerja. Selain itu,
dimasa pandemi Covid-19 berjemur dibawah sinar matahari
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan imunitas tubuh kita.

PERMASALAHAN Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pencegahan dan


pemberantasan penyakit tidak menular di PKM Tanjung Buntung
agar dapat meningkatkan produktifitas kerja
PERENCANAAN Petugas KANG ASEP adalah semua pegawai PKM Tanjung
DAN PEMILIHAN bunting yang akan memiliki jadwal bergantian setiap harinya.
INTERVENSI
Pegawai akan bertugas sebagai instruktur peregangan.
PELAKSANAAN Kegiatan ini dilakukan setiap hari tepat pukul 09.00 di lapangan
parkir PKM Tanjung Buntung yang berlangsung sekitar 5-10
menit.
MONITORING Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan melihat daftar kehadiran
DAN EVALUASI
pegawai yang mengikuti KANG ASEP setalah kegiatan selesai

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Laporan F2. Upaya Kesehatan Lingkungan

Topik : Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan dan Minuman di Bulan Ramadhan


Tahun 2021 di Pasar Golden City Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Buntung

LATAR Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan


BELAKANG pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil
yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan
tersebut, serta untuk mewujudkan suatu tujuan yang telah disusun
serta direncanakan oleh pihak tertentu terutama instansi pemerintah
dengan tujuan mewujudkan keinginan yang akan dicapainya.
Karena dengan tanpa adanya pengawasan maka tujuan yang akan
dilaksanakan tidak akan sesuai dengan apa yang dirancangkan.
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia
disamping kebutuhan sandang bagi kelangsungan hidupnya.
Makanan yang bersih dan aman dihsailkan oleh berbagai tempat
pengolahan makanan, akan memberikan sumbangan yang berarti
bagi pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
Makanan dan minuman dibuat di berbagai tempat pengelolaan
makanan dan minuman, seperti jasa boga, rumah makan atau
restoran, depot air minum, industri rumah tangga pangan, sentra
makanan jajanan, dan TPM lainnya.TPM merupakan sarana yang
sangat dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi setiap orang.TPM
merupakan salah satu istilah yang ada pada tupoksi Dinas
Kesehatan.Sejalan dengan meningkatnya jumlah dan jenis TPM
yang sangat beragam, dan makin beragam pula produk makanan
dan minuman yang dihasilkan. Dengan ini maka perlu adanya
pengawasan yang diatur dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang kesehatan bab 6 upaya kesehatan pasal 109 tentang
pengamanan makanan dan minuman. Di bulan Ramadhan ini,
banyak sekali gerai-gerai makanan yang buka di kala menjelang
buka puasa. Penyehatan TPM merupakan kegiatan pengawasan
terhadap tempat pengelolaan makanan dan minuman agar
memenuhi persyaratan kesehatan baik dari segi lokasi, konstruksi,
cara pengelolaan, penyiapan, pengemasan dan pengedarannya serta
perilaku hygiene penjamahnya.
PERMASALAHAN Tempat Pengelolaan Makanan adalah tempat yang digunakan untuk
melakukan pengolahan makanan yang mempunyai risiko untuk
timbulnya penyakit, terutama di bulan Ramadhan ini. Banyak
sekali gerai-gerai makanan yang buka, namun terkadang tidak
memikirkan protokol kesehatan ataupun pengelolaannya yang
kurang bersih.
PERENCANAAN Petugas akan melihat dan mencatat jenis makanan apa yang dijual.
DAN PEMILIHAN Jika perlu, maka petugas akan mengambil sedikit sampel makanan
INTERVENSI
yang kemudian akan diperiksakan di laboratorium. Jika ditemukan
sesuatu zat di makanan atau minuman tesebut, makan penjual akan
berikan beberapa pengarahan dan hukuman yang sesuai.
PELAKSANAAN Kegiatan ini di lakukan pada tanggal 26 April 2021 pada pukul
15.30 WIB sampai selesai
MONITORING - Monitoring dilakukan secara berkala dengan
DAN EVALUASI melakukan inspeksi sanitasi dan sampling.
- Hasil monitoring dan kajiannya disampaikan kepada
lintas sector terkait.
- Untuk meningkatkan pemahaman kepada masyarakat
dilakukan penyuluhan dan penerapan sanksi hukum sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Laporan F2. Upaya Kesehatan Lingkungan

Topik : Pemeriksaan PTM atau TPM di daerah …. oleh petugas Puskesmas Tanjung
Buntung selama bulan puasa

LATAR Juru Pemantau Jentik (jumantik) merupakan warga


BELAKANG masyarakat setempat yang dilatih untuk memeriksa keberadaan
jentik di tempat-tempat penampungan air. Jumantik merupakan
salah satu bentuk gerakan atau partisipasi aktif dari masyarakat
dalam menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
yang sampai saat ini masih belum dapat diberantas tuntas. Dengan
adanya jumantik yang aktif diharapkan dapat menurunkan angka
kasus DBD melalui kegiatan pemeriksaan jentik yang berulang-
ulang, pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), serta
penyuluhan kepada masyarakat. Dengan adanya pemberdayaan
masyarakat melalui jumantik, diharapkan masyarakat dapat secara
bersama-sama mencegah dan menanggulangi penyakit DBD secara
mandiri yakni dari, oleh, dan untuk masyarakat (Depkes RI, 2010:
3).

Jumlah penderita penyakit DBD dari tahun ke tahun


cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas.
Berdasarkan data Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
(P2B2), jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000
kasus. Pada tahun 2010 jumlah kematian akibat DBD di Indonesia
sekitar 1.317 orang. Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus
DBD di Association of South East Asian Nations (ASEAN).
Potensi penyebaran DBD di antara negara- 2 negara anggota
ASEAN cukup tinggi karena banyak wisatawan keluar masuk dari
satu negara ke negara lain (Kompas, 19 Februaru 2011)
PERMASALAHAN Masih banyak orang masih belum memahami bahwa hal
terpenting dalam pencegahan demam berdarah adalah
memperhatikan kesehatan lingkungan sekitar yang ada, misalnya
dengan mengendalikan pertumbuhan jentik sampai ke nilai nol.
PERENCANAAN Cara yang paling mudah untuk mensosialisakan gerakan bebas
DAN PEMILIHAN jentik adalah evalusi seecara langsung dari rumah ke rumah dan
INTERVENSI
mengajarkan masyarakat cara untuk menghitung jentik.
PELAKSANAAN Diadakannya edukasi tentang cara menghitung jentik dan cara
menajaga kesehatan lingkungan yang benar dengan kunjungan
rumah secara langsung agar terhindar dari jentik dan mencegah
timbulnya penyakit demam berdarah.
MONITORING Setelah dilakukan pelatihan maka warga masyarakat diberikan
DAN EVALUASI stiker untuk mengontrol jumlah jentik yang ada di rumah dan
dilakukan evaluasi tiap bulan secara berkala oleh kader jumantik
yang sudah dilatih oleh petugas puskesmas guna menanggulangi
dan mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dan
meningkatkan adanya kesadaran terhadap kesehatan lingkungan
sekitar.

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Laporan F3. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana

Topik : Program Imunisasi Dalam Gedung Dasar Lengkap Indonesia Sehat yang di
Lakukan Di Puskesmas Tanjung Buntung pada Masa Pandemi

LATAR Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) akan memberikan perlindungan


BELAKANG yang optimal terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) mulai dari usia 0-11 bulan, Imunisasi Lanjutan
berupa DPT-HB-Hib dan Campak Rubela pada usia 18 bulan,
Imunisasi Lanjutan Campak Rubela dan Tetanus Difteri (Td) pada
kelas 2 dan 5 Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah program Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) (Kemkes, 2019).

Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling


efektif dan efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya.
Sejarah telah mencatat besarnya peranan imunisasi dalam
menyelamatkan masyarakat dunia dari kesakitan, kecacatan bahkan
kematian akibat penyakit-penyakit seperti Cacar, Polio,
Tuberkulosis, Hepatitis B yang dapat berakibat pada kanker hati,
Difteri, Campak, Rubela dan Sindrom Kecacatan Bawaan Akibat
Rubela (Congenital Rubella Syndrom/CRS), Tetanus pada ibu
hamil dan bayi baru lahir, Pneumonia (radang paru), Meningitis
(radang selaput otak), hingga Kanker Serviks yang disebabkan oleh
infeksi Human Papilloma Virus.

Dalam imunisasi terdapat konsep Herd Immunity atau


Kekebalan Kelompok. Kekebalan Kelompok ini hanya dapat
terbentuk apabila cakupan imunisasi pada sasaran tinggi dan merata
di seluruh wilayah. Kebalnya sebagian besar sasaran ini secara
tidak langsung akan turut memberikan perlindungan bagi kelompok
usia lainnya, sehingga bila ada satu atau sejumlah kasus Penyakit-
penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di
masyarakat maka penyakit tersebut tidak akan menyebar dengan
cepat dan Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat dicegah. Konsep ini
merupakan bukti bahwa program imunisasi sangat efektif juga
efisien karena hanya dengan menyasar kelompok rentan maka
seluruh masyarakat akan dapat terlindungi.

Dari sisi ekonomi, upaya pencegahan penyakit sejatinya akan


jauh lebih hemat biaya, bila dibandingkan dengan upaya
pengobatan. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) sebagian besarnya merupakan penyakit- penyakit yang bila
sudah menginfeksi seseorang maka akan membutuhkan biaya
pengobatan dan perawatan yang cukup tinggi yang tentunya akan
membebani negara, masyarakat serta keluarga. Biaya yang
dikeluarkan untuk program imunisasi sangat jauh lebih rendah
dibandingkan total potensi biaya yang harus dikeluarkan bila
masyarakat terkena PD3I.
PERMASALAHAN Pelayanan imunisasi di dalam gedung adalah pelayanan imunisasi
yang dilakukan oleh petugas kesehatan di Puskesmas dan fasilitas
kesehatan lainnya. Adanya penurunan cakupan imunisasi dasar
sejak di laporkan adanya kasus Covid 19, dikarenakan sebagian
orangtua merasa takut untuk membawa anaknya ke Puskesmas
Tanjung Buntung.
PERENCANAAN Pelayanan imunisasi dalam gedung selalu dilakukan dua kali tiap
DAN PEMILIHAN bulan yaitu pada tanggal 10 dan tanggal 25 tiap bulan. Pelayanan
INTERVENSI
imunisasi pada masa pandemi COVID-19 tetap dilaksanakan sesuai
kebijakan pemerintah daerah setempat dan dilaksanakan sesuai
prinsip Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan menjaga
jarak aman 1 – 2 meter. Serta berkoordinasi dengan kader posyandu
agar bisa mensosialisasikan kepada orangtua untuk tetap
melakukan imunisasi kepada anaknya, dan menyakinkan bahwa
posyandu dilaksanakan dengan protokol kesehatan.
PELAKSANAAN Dilakukan pendataan terlebih dahulu kepada orangtua yang datang,
kemudian dilakukan pengukuran BB, PB, LK, Lila anak untuk
mengisi buku KMS. Kemudian dilakukan imunisasi pada anak
sesuai jadwal imunisasi dan pemberian edukasi kepada orangtua.
MONITORING Memastikan pelayanan imunisasi dilakukan dengan benar dan
DAN EVALUASI sesuai standard sehingga bayi, anak, dan orang dewasa yang
mendapatkanpelayanan imunisasi yang baik sehingga tujuan
imunisasi yaitu untuk membentuk kekebalan terhadap penyakit
tertentu dapat terwujud dan juga menghindari terjadinya KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). Adanya kekebalan terhadap
penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi pada anak. Adanya
peningkatan cakupan program imunisasi dasar lengkap di
Puskesmas Kacang Pedang pada tahun 2021 di masa Pandemi
Covid 19 serta menurunkan angka mortalitas akibat penyakit dan
menuju Indonesia Sehat.
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Laporan F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Topik : Peran Puskemas Dalam Upaya Mengatasi Kejadian Stunting Pada Anak Di
Kelurahan Tanjung Buntung

LATAR Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan


BELAKANG kesehatan yang wajib dilaksanakan yang salah satunnya adalah
mewujudkan kesehatan yang baik dapat dimulai dari perbaikan
status gizi masyarakat sehingga pada tahun 2018, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia membuat kebijakan dan program
untuk mempercepat perbaikan gizi masyarakat yang merupakan
salah satu strategi dalam kesehatan masyarakat. Gizi merupakan
faktor penting untuk mewujudkan manusia yang lebih baik. Anak
yang kekurangan gizi akan tumbuh kecil, kurus, dan pendek atau
yang sering disebut dengan Stunting. Stunting adalah masalah gizi
kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih
pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Anak yang menderita
stunting akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa
berisiko untuk mengidap penyakit degeneratif. Dampak stunting
tidak hanya pada segi kesehatan tetapi juga mempengaruhi tingkat
kecerdasan anak.
Jumlah anak stunting di Indonesia memiliki angka yang tertinggi se
Asia Tenggara. Di Kota Batam, Kepulauan Riau, tercatat angka
kejadian Stunting atau kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan
gizi kronis 53.785 balita. Pada wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Buntung, tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor tiga
dalam hal kejadian stunting pada anak.

PERMASALAHAN Pada Posyandu Mawar IV, terdapat anak dengan tinggi badan yang
pendek dan sangat pendek cukup banyak dibadandingkan Posyandu
lain. Serta masih banyaknya ibu-ibu yang tidak mengetahui tentang
apa itu stunting, penyebab stunting, cara mencegah stunting, serta
pemenuhan kebutuhan gizi dan perkembangan anak.
PERENCANAAN Intervensi yang diberikan adalah dengan mengadakan penyuluhan
DAN PEMILIHAN mengenai Stunting yang diadakan saat program Posyandu Balita di
INTERVENSI Posyandu Mawar IV Bengkong Kodim.
PELAKSANAAN Telah dilaksanakan penyuluhan tentang Stunting pada anak. Selain
kegiatan peimbangan dan imunisasi, penyuluh juga memberikan
informasi-informasi tentang asi ekslusif, makanan pendamping asi,
perilaku hidup bersih dan sehat, guna menjaga status gizi anak agar
tetap terjaga.
MONITORING Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan melihat hasil
DAN EVALUASI penimbangan dan pengukuran tinggi badan balita yang tercatat di
KMS tiap bulannya.
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Topik : Vaksin Covid Pada Lansia

LATAR Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular


BELAKANG yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan
coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Diketahui virus ini menyebar melalui
droplet atau kontak dengan benda yang terkontaminasi. Tanda dan
gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas (Kemkes
RI, 2020).

Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office


melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020,
China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru
coronavirus. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan
COVID-19 sebagai pandemi (WHO, 2020).

Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2


Maret 2020 dan jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Kasus
paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling
sedikit terjadi pada usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi
ditemukan pada pasien dengan usia 55-64 tahun (Kemkes, 2020).

Perlu segera dilakukan intervensi tidak hanya dari sisi penerapan


protokol kesehatan namun juga diperlukan intervensi lain yang
efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit, yaitu
melalui upaya vaksinasi. Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk
mengurangi transmisi/penularan COVID-19, menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan
kelompok di masyarakat (herd immunity) dan melindungi
masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan
ekonomi (Kemkes, 2021).

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Dirjen Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 Tentang
Petunjuk Teknik Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi Covid-19. Vaksin COVID-19 yang
digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi adalah vaksin jadi yang
diproduksi Sinovac langsung dan diberikan Persetujuan
Penggunaan Darurat (EUA) dari Badan POM, yaitu dengan
kemasan bernama CoronaVac (Kemkes, 2021).

Pemerintah telah memulai tahap 1 vaksinasi COVID-19 yang


ditujukan pada tenaga kesehatan. Dilanjutkan tahap 2 untuk dengan
sasaran prioritas kalangan masyarakat lanjut usia (lansia) yang
berusia diatas 60 tahun keatas (Kemkes, 2021).
PERMASALAHAN Di daerah puskesmas Kacang Pedang sebagian besar lansia
menderita hipertensi dan kesadaran diri lansia untuk memeriksakan
diri di pusat pelayanan kesehatan setempat secara rutin sangat
rendah.
PERENCANAAN Melakukan kegiatan pengukuran tekanan darah pada lansia serta
DAN PEMILIHAN memberikan edukasi kepada lansia mengenai penyakit hipertensi
INTERVENSI
melalui kegiatan Posyandu Lansia. Guna mendeteksi secara dini
penyakit tidak menular serta melakukan pengendalian terhadap
penyakit hipertensi agar tidak menimbulan komplikasi.
PELAKSANAAN Dilakukan pengukuran tekanan darah kepada lansia dan hasil
tersebut akan di catat di buku kesehatan lansia. Kemudian lansia
akan diberikan edukasi mengenai penyakit hipertensi serta cara
pengendalian hipertensi agar tidak menimbulkan komplikasi.
MONITORING Setelah melakukan pemeriksaan dan penyuluhan diperoleh data
DAN EVALUASI penyakit hipertensi pada lansia dan selanjutnya akan diberikan
rujukan ke fasilitas kesehatan primer untuk kontrol secara rutin 1
bulan sekali, agar dapat dilakukan pengendalian hipertensi pada
lansia.

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


Laporan F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Topik : Vaksin Covid Pada Lansia

LATAR Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik


BELAKANG ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah
satu penyebab utama kematian prematur di dunia (Kemkes, 2020).
Prevalensi hipertensi nasional dari data Riskesdas tahun 2013
sebesar 25,8%, tertinggi di Kepulauan Bangka Belitung 30,9%,
sedangkan yang terendah di Papua sebesar 16,8%. Hasil Riskesdas
tahun 2018 menunjukan bahwa Provinsi Bangka Belitung memiliki
prevalensi hipertensi sebesar 29.90% (Kemkes, 2019).
Masyarakat masih menganggap, bahwa hipertensi pada lansia
sebagai hal yang biasa terjadi pada lansia dan tidak perlu
perawatan. Untuk mewujudkan lansia sehat, mandiri, berkualitas
dan produktif harus dilakukan pembinaan kesehatan sedini
mungkin untuk meningkatkan kesehatan lansia.
Salah satu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia dikenal juga
dengan sebutan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia
atau Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) (InfoDatin, 2016).
PERMASALAHAN Di daerah puskesmas Kacang Pedang sebagian besar lansia
menderita hipertensi dan kesadaran diri lansia untuk memeriksakan
diri di pusat pelayanan kesehatan setempat secara rutin sangat
rendah.
PERENCANAAN Melakukan kegiatan pengukuran tekanan darah pada lansia serta
DAN PEMILIHAN memberikan edukasi kepada lansia mengenai penyakit hipertensi
INTERVENSI
melalui kegiatan Posyandu Lansia. Guna mendeteksi secara dini
penyakit tidak menular serta melakukan pengendalian terhadap
penyakit hipertensi agar tidak menimbulan komplikasi.
PELAKSANAAN Dilakukan pengukuran tekanan darah kepada lansia dan hasil
tersebut akan di catat di buku kesehatan lansia. Kemudian lansia
akan diberikan edukasi mengenai penyakit hipertensi serta cara
pengendalian hipertensi agar tidak menimbulkan komplikasi.
MONITORING Setelah melakukan pemeriksaan dan penyuluhan diperoleh data
DAN EVALUASI penyakit hipertensi pada lansia dan selanjutnya akan diberikan
rujukan ke fasilitas kesehatan primer untuk kontrol secara rutin 1
bulan sekali, agar dapat dilakukan pengendalian hipertensi pada
lansia.

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


Laporan F6. Upaya Pengobatan Dasar

Topik : Pelayanan Pongobatan Pada Posyandu Lansia Mawar VI

LATAR Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela,
BELAKANG yaitu virus varisela zoster.1,2 Herpes zoster ditandai dengan adanya
nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas
pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun
ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.3,4
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada
perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan
meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara
1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas
50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.

Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui.

Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan


berupa neuralgia beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan
timbulnya kelainan kulit.3 Adakalanya sebelum timbul kelainan
kulit didahului gejala prodromal seperti demam, pusing dan
malaise. Kelainan kulit tersebut mula-mula berupa eritema
kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula yang dengan
cepat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula. Isi vesikel
mula-mula jernih, setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat
pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi, vesikel dan bula dapat
menjadi krusta.

Komplikasi herpes zoster dapat terjadi seperti Neuralgia pasca


herpetic, Sindrom Ramshayhunt, kelainan pada mata, Infeksi
sekunder dan Paralisis Motorik.

Tujuan Penatalaksanaan dari herpes Zoster adalah untuk mencegah


infesksi sekundern NPH dan mengatasi nyeri akut akibat virus
Zooster ini.
PERMASALAHAN Identitas pasien
Nama : Tn B.
Usia : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : NTT (pekerja pabrik)
Anamnesis :
Keluhan Utama : Timbul melenting diatas mata kiri.
RPS : Mulai Timbul sejak 2 hari yang lalu semakin banyak dan
hanya pada bagian atas mata kiri, terasa sangat nyeri.
Badan tidak panas.
RPD : -
R. Sosial : Penderita merupakan seorang pekerja pabrik.

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Compos Mentis, GCS E4V5M6, kesan gizi
normal
Status Generalis :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 23 x / menit
Temp. : 36,3 oC

Kepala dan Leher : Anemis (-), Icterus (-), Cyanosis (-), Dyspneu
(-), Bull Neck (-)
Thorax
Cor
I : ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas jantung normal
A : dalam batas normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
I: bentuk dada simetris, sela iga normal, retraksi (-)
P : pergerakan nafas simetris
P : Timpani
A : Vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen
I : Flat simetris
A: Bising Usus Normal
P: Supel, nyeri tekan tidak ditemukan, massa (-)
P: Timpani di seluruh lapangan abdomen

Extrimitas : Oedema (-), deformitas (-)

Status Lokalis : Regio Orbita Sinistra


Didapatkan macula eritematosa. papul, vesikel bergerombol dengan
skuama,
Status Lokalis : Orbita Sinistra
mata kiri susah dibuka, oedem, keluar air mata

Diagnosis : Herpes Zoster Oftalmikus Sinistra


PERENCANAAN Intervensi yang diberikan yaitu secara farmakologis dan non
DAN PEMILIHAN farmakologis berupa edukasi
INTERVENSI
PELAKSANAAN Terapi Non Farmakologis :

1. Istirahat dirumah
2. Menjelaskan komplikasi yang ditimbulkan virus
herpes ini terhadap mata pasien.

Terapi Farmakologis :

Tab Acyclovir 5 x 800 (7-10 hari)

Tab. Asam Mefenamat 3 x 500mg

Rujuk ke poli mata


MONITORING Setelah mendapat diagnosis berdasarkan anamnesis dan
DAN EVALUASI pemeriksaan fisik, dokter dapat memantau kondisi pasien dan efek
obat yang diberikan pada pasien. Serta menganjurkan pasien untuk
melakukan kontrol begitu obat habis
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Laporan F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Topik : Kegiatan “Kang Asep” atau Kumpul Atuh Ngeramein Senam Peregangan
dalam Menjaga Kebugaran Pegawai dan Pengunjung PKM Puskesmas Tanjung
Buntung

Latar belakang :

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi, juga merupakan karunia Tuhan
yang harus dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Promosi kesehatan sangat efektf untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan tersebut. Factor perilaku dan lingkungan
mempunyai peranan sangat dominan dalam peningkatan kualitas kesehatan. Untuk
melindungi pegawai dan pengunjung PKM Tanjung Buntung agar tetap hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan,
PKM Tanjung Buntung memiliki satu kegiatan yang diberi nama KANG ASEP atau Kumpul
Atuh Ngeramein Senam Peregangan. Pelaksanaan senam peregangan oleh seluruh pegawai
dan pengunjung Puskesmas adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan suasana kerja
yang harmonis dan meningkatkan kesehatan pegawai efisiensi dan produktifitas kerja, selain
itu senam peregnagn ini dapat pula mencegah penyakit tidak menular.

PERMASALAHAN :

Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pencegahan dan pemberantasan penyakit tidak
menular di PKM Tanjung Buntung agar dapat meningkatkan produktifitas kerja

PERENCANAAN DAN INTERVENSI :

Petugas KANG ASEP adalah semua pegawai PKM Tanjung bunting yang akan memiliki
jadwal bergantian setiap harinya. Pegawai akan bertugas sebagai instruktur peregangan.

PELAKSANAAN :
Kegiatan ini dilakukan setiap hari tepat pukul 09.00 di lapangan parkir PKM Tanjung
Buntung yang berlangsung sekitar 3-7 menit.

MONITORING DAN EVALUASI :

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan melihat daftar kehadiran pegawai yang mengikuti
KANG ASEP setalah kegiatan selesai

Anda mungkin juga menyukai