Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas referat ini
dengan judul “Plasenta Previa” sebagai tugas kepanitraan Kebidanan dan
Kandungan RSUD Arjawinangun. Tidak lupa shalawat serta salam kami panjatkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini, izinkan kami selaku penulis untuk mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan referat ini,
terima-kasih kepada dr. K.A. Halim Lutfi, Sp.OG, MH.Kes selaku kepala
kepaniteraan Kebidanan dan Kandungan yang telah meluangkan waktu dalam
membimbing dan memberi masukan-masukan kepada penulis mengenai referat ini
dan kepada dr. Isnaina Perwira, Sp.OG, dr. Husny B. Sismawan, Sp.OG dan dr.
Trubus Priyoko, Sp.OG yang turut membantu dan membimbing penulis, dan juga
kepada seluruh dokter, staf bagian kebidanan, orang tua kami yang telah mendukung
secara moril maupun materil demi terwujudnya cita-cita kami, dan teman-teman
sejawat lainnya yang turut membantu penyusun selama kepanitraan di bagian Ilmu
Kebidanan dan Kandungan. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang sebesar-
besarnya atas bantuan yang diberikan selama ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan presentasi kasus ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu kami mengharapkan saran serta kritik yang dapat
membangun dalam presentasi referat ini untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga
presentasi kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua baik sekarang
maupun di hari yang akan datang. Aamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Arjawinangun, Juli 2019

Penulis

1
BAB I

PENDAHULUAN

.3 Latar Belakang
Perdarahan antepartum atau perdarahan pada kehamilan adalah perdarahan sari
saluran genital pada kehamilan berusia lebih dari 24 minggu dan sebelum bayi
dilahirkan.1 Pada umumnya perdarahan pada usia kehamilan lanjut jauh lebih
berbahaya dibanding pada kehamilan muda atau abortus.2
Perdarahan antepartum digolongkan sebagai berikut yaitu perdarahan yang ada
hubungannya dengan kehamilan yaitu plasenta previa, solusi plasenta, perdarahan
pada plasenta letak rendah, pecahnya sinus marginalis dan vasa previa. Perdarahan
yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan yaitu pecahnya varices vagina,
perdarahan polip serviks, perdarahan perlukan seviks, perdarahan karena keganasan
serviks.3
Frekuensi perdarahan antepartum sekitar 3% sampai 4% dari semua persalinan.
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari
seluruh kasus perdarahan antepartum plasenta previa merupakan penyebab terbanyak.
Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa
harus dipikirkan terlebih dahulu.3.4
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trisemester ketiga dan yang terjadi
setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika
tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu
sebabnya adalah plasenta previa. Oleh karena itu perlulah keadaan ini diantisipasi
seawal-awalnya sebelum perdarahan belum sampai ke tahap yang membahayakan ibu
dan janin.5

1.2 Tujuan

Referat ini disusun sebagai salah satu tugas persyaratan mengikuti ujian akhir dari
serangkaian kegiatan kepaniteraan klinik Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan.

2
.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan referat ini, yaitu:
a) Bagi Institusi Pendidikan:
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk menjadi kepustakaan
untuk penyusunan karya ilmiah lainnya.
b) Bagi mahasiswa:
1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan semua ilmu yang telah diperoleh
selama proses penyusunan referat ini.
2. Menambah wawasan mahasiswa dalam memahami ilmu yang
diperoleh selama proses penyusunan referat ini.

3
BAB II

PLASENTA PREVIA

2.1 Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias =
jalan). Jadi yang di maksud adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (Ostium Uteri Internium). Implantasi plasenta pada normalnya terjadi di
dinding depan, dinding belakang rahim, atau di fundus uteri.6
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah bawah
rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah
plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas
dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh
plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi plasenta previa
ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun masa intranatal,
baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu pemeriksaan
ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun
intranatal.5

2.2 Etiologi
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan endometrium yang
kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi
desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek
2. Mioma uteri
3. Kuretasi yang berulang
4. Umur lanjut (diatas 35 tahun)
5. Bekas seksio sesaria
6. Riwayat abortus
7. Defek vaskularisasi pada desidua
8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis fetalis.
9. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya

4
10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau pemakai
kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan dikompensasi dengan
hipertrofi plasenta. Hal ini terutama terjadi pada perokok berat (> 20
batang/hari).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh
menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan
mendekati atau menutupi ostoum uteri internum. Endometrium yang kurang baik juga
dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat
yang lebih rendah dekat ostium uteri internum. Plasenta previa juga dapat terjadi pada
plasenta yang besar dan yang luas seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau
kehamilan multiple.4,6

2.3 Klasifikasi

Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):

1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan
secara normal, karena risiko perdarahan sangat hebat.

5
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin
tetap tidak dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir.
Janin bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous
placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang <5 cm (3-4 cm) dari
ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak
normal. Risiko perdarahan tetap ada namun tidak besar, dan janin bisa
dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati.6

2.4 Patogenesis

Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin juga
lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tampak plasenta terbentuk dari jaringan
maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri.
Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang
berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada
desidua pada tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar
(effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada
tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari
ruang intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah
rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti kan terjadi (unavoidable
bleeding). Perdarahan di tempat itu relative dipermudah dan diperbanyak oleh karena
segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena
elemen otot yang dimilikinya minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu
tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi
pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana
perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan
segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru
akan mengulang kejadian perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang tanpa

6
sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa
nyeri (pain-less).

Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan terjadi lebih awal
dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian
terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau
letak rendah perdarahan baru akan terjadi pada waktu mendekati atau mulai
persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada
perdarahan berikutnya. Perdarahan yang pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan
dibawah 30 minggu, tetapi lebih separuh kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke
atas. Berhubung tempat perdarahan terletak pada dekat dengan ostium uteri internum,
maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak membentuk hematom
retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin
ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada
plasenta previa.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis
mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih
kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan inkreta bahkan
plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke
rectum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada
uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang
rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua
kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada
plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan
sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak
mampu berkontraksi dengan baik.5

2.5 Manifestasi Klinis

1. Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri.

Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh. Hal ini
disebabkan oleh:

 Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari
abortus.

7
 Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan
dinding rahim.

2. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah
rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.

3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa
lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta
previa lateral dan marginal serta robekannya marginal, sedangkan plasenta letak
rendah, robekannya beberapa sentimeter dari tepi plasenta.4

2.6 Diagnosis

Diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada anamnesis, gejala klinik,


pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.3

1. Anamnesis plasenta previa


a. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
b. Sifat perdarahan
- Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
- Tanpa sebab yang jelas
- Dapat berulang
c. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin.
2. Pada inspeksi dijumpai:
a. Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
3. Pemeriksaan fisik ibu
a. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
b. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma
c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
- Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal
- Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat
- Daerah ujung menjadi dingin
- Tampak anemis

8
4. Pemeriksaan khusus kebidanan.
1. Pemeriksaan palpasi abdomen
- Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan
umur kehamilan
- Karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat dijumpai
kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih
tinggi.
2. Pemeriksaan denyut jantung janin
- Bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam
rahim.
3. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk
segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksan dalam untuk:
- Menegakkan diagnosis pasti
- Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan
atau hanya memecahkan ketuban
4. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan ultrasonografi
- Mengurangi pemeriksaan dalam
- Menegakkan diagnosis

Diagnosis plasenta previa (dengan perdarahan sedikit) yang diterapi ekspektatif


ditegakkan dengan pemeriksaan USG. Dengan pemeriksaan USG transabdominal
ketepatan diagnosisnya mencapai 95-98%. Dengan USG transvaginal atau
transperineal (translabial), ketepatannya akan lebih tinggi lagi. Magnetic Resonance
Imaging (MRI) juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta
termasuk plasenta previa.4,5

Dengan bantuan USG, diagnosis plasenta previa/plasenta letak rendah sering kali
sudah dapat ditegakkan sejak dini sebelum kehamilan trisemester ketiga. Namun
dalam perkembangannya dapat terjadi migrasi plasenta. Sebenarnya bukan plasenta
yang berpindah tetapi dengan semakin berkembangnya segmen bawah rahim, plasenta
(yang berimplantasi di situ) akan ikut naik menjauhi ostium uteri internum.4

9
BAB III

TATALAKSANA PLASENTA PREVIA

3.1 Tatalaksana Umum


Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga, dirawat
di rumah sakit tanpa periksa dalam. Perbaikan kekurangan cairan atau darah dengan
infus cairan intravena, bisa berupa NaCl 0,9% atau Ringer laktat. Bila pasien dalam
keadaan syok karena pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan
umumnya dengan pemberian infus atau tranfusi darah.
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :
1. Keadaan umum pasien, kadar hb.
2. Jumlah perdarahan yang terjadi.
3. Umur kehamilan/taksiran BB janin.
4. Jenis plasenta previa.
5. Paritas dan kemajuan persalinan
Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus menerus, persiapkan seksio sesarea
tanpa memperhitungkan usia kehamilan. Namun, jika perdarahan sedikit, berhenti,
dan janin hidup tetapi usia prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif.

3.1 Tatalaksana Khusus


3.1.1 Terapi Ekspektif
Kriteria :
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
 Perdarahan sedikit
 Belum ada tanda-tanda persalinan
 Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.

Rencana Penanganan :
1. Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis
2. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin
3. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
4. Awasi tanda vital ibu, perdarahan, dan detak jantung janin.

10
5. Berikan tokolitik bila ada kontraksi :
o MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam
o Nifedipin 3 x 20 mg/hari
o Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin

Catatan :
1. Uji pematangan paru janin dengan test kocok dari hasil amniosentesis
2. Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar
ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga
perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan
keadaan gawat darurat
3. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di
luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam)
4. Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas
janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa.

3.1.2 Terapi Aktif


Kriteria :7
 Umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
 Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
 Ada tanda-tanda persalinan.
 Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.
Rencakanan terminasi kehamilan apabila :
1. Usia kehamilan cukup bulan
2. Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya
3. Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandan usia kehamilan
Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum, dilakukan
pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah terpasang.

11
Indikasi Seksio Sesarea :
1. Plasenta previa totalis.
2. Plasenta previa pada primigravida.
3. Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
4. Anak berharga dan fetal distres
5. Plasenta previa lateralis jika :
o Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
o Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
o Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
6. Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.7

Partus per vaginam.


Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak
sudah meninggal atau prematur.6
1. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah
(amniotomi) jika his lemah, diberikan oksitosin drips.
2. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.
3. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan
perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin
terhadap plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat, anak masih
kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi.
Pengelolaan plasenta previa tergantung dari banyaknya perdarahan, umur kehamilan
dan derajat plasenta previa. Setiap ibu yang dicurigai plasenta previa harus dikirim ke
rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi. Sebelum
penderita syok, pasang infus NaCl/RL sebanyak 2 -3 kali jumlah darah yang hilang.
Jangan melakukan pemeriksaan dalam atau tampon vagina, karena akan
memperbanyak perdarahan dan menyebabkan infeksi.
Bila usia kehamilan kurang 37 minggu/TBJ < 2500 gr, Perdarahan sedikit, keadaan
ibu dan anak baik, maka biasanya penanganan konservatif sampai umur kehamilan
aterm. Penanganan berupa tirah baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik bila ada
his. Bila selama 3 hari tak ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah
pasien berjalan tetap tak ada perdarahan pasien boleh pulang. Pasien dianjurkan agar

12
tidak coitus, tidak bekerja keras dan segera ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
Nasihat ini juga dianjurkan bagi pasien yang didiagnosis plasenta previa dengan USG
namun tidak mengalami perdarahan. Jika perdarahan banyak dan diperkirakan
membahayakan ibu dan janin maka dilakukan resusitasi cairan dan penanganan secara
aktif.
Bila umur kehamilan 37 minggu/lebih dan TBJ 2500 gr maka dilakukan penanganan
secara aktif yaitu segera mengakhiri kehamilan, baik secara pervaginal/perabdominal.
Persalinan pervaginal diindikasikan pada plasenta previa marginalis, plasenta previa
letak rendah dan plasenta previa lateralis dengan pembukaan 4 cm/lebih. Pada kasus
tersebut bila tidak banyak perdarahan maka dapat dilakukan pemecahan kulit ketuban
agar bagian bawah anak dapat masuk pintu atas panggul menekan plasenta yang
berdarah. Bila his tidak adekuat dapat diberikan piton drip. Namun bila perdarahan
tetap ada maka dilakukan seksio sesar. Persalinan dengan seksio sesar diindikasikan
untuk plasenta previa totalis baik janin mati atau hidup, plasenta previa lateralis
dimana perbukaan < 4 cm atau servik belum matang, plasenta previa dengan
perdarahan yang banyak dan plasenta previa dengan gawat janin. Plasenta previa
dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan
penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah:6
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan
anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melukakan pertolongan lebih lanjut.
3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil
sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas
yang cukup.

13
DAFTAR ISI
1. Hanretty, K.P. 2014. Plasenta Previa. Ilustrasi Obstetri. Edisi 7. Singapura :
Churchill Livingstone Elsevier
2. Royal Collage of Obstetricians and Gynaecologists. 2011. Antepartum
Haemorrhage. Green-top Guideline. No.63
3. Manuaba I.B.G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC; 1998. hal. 253-7
4. Sastrawinata S. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi II.
Jakarta. EGC; 2005. hal. 83-91
5. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2009. hal. 495-502
6. Mose, J.C., Sabarudin, U. 2018. Perdarahan Antepatartum. Obstetri Patologi :
Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 3. Jakarta : EGC
7. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Dasar dan
Rujukan Edisi 1 oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013

14

Anda mungkin juga menyukai