Anda di halaman 1dari 8

Bandung, Juli 2014 Volume 1 Nomor 2 ISSN : 2355-6110

SUSTAINABLE LIVELIHOOD:
PENANGANAN RURAL POOR DI INDIA

Oleh :
Nela Agustin Kurnianingsih1, Didik Wahyu2

1
Program Magister Pengembangan Wilayah dan Kota Universitas Dipenogoro, Semarang 50275
email : nela.agustin@gmail.com
2
Program Magister Pengembangan Wilayah dan Kota Universitas Dipenogoro, Semarang 50275

ABSTRAK
Pada saat ini kemiskinan sudah menjadi hal yang melekat pada pembangunan yang tidak merata
dan adil (inequality) di seluruh wilayah. Rural poor muncul sebagai salah satu kondisi
kemiskinan yang muncul di wilayah pedesaan. Kualitas SDM yang rendah dan hanya
mengandalkan pada sektor pertanian dan sektor low income serta ditambah adanya peningkatan
jumlah populasi menjadi elemen penegasan keeksistensian kemiskinan di wilayah
pedesaan,seperti yang dialami di India.
Peningkatan kemiskinan di pedesaan memaksa pemerintah India untuk segera menyelesaikan
permasalahan dengan baik. Namun, dalam prinsip pembangunan lama, pembangunan yang
memperhatikan development thinking terkadang akan berseberangan dengan pembangunan yang
tertuju pada environmental thinking. Oleh sebab itu, sustainable livelihood yang lebih
memperhatikan pembangunan berkelanjutan terhadap masyarakat dan SDA yang menjadi
sumber kehidupan dipilih sebagai pembangunan yang mampu menyeimbangkan development
thinking dengan environmental thinking.
Kata Kunci : Sustainable Livelihood, Penanganan, rural poor

I. PENDAHULUAN bukti nyata dari proses pembangunan yang


tidak merata.
1.1 Latar Belakang
Wilayah pedesaan yang dalam rantai
Peningkatan kebutuhan manusia yang
kehidupan sebagai produsen atau tempat
ditantang dengan keterbatasan kebutuhan
untuk mengolah SDA yang ada memberikan
yang ada dan tantangan peningkatan
proses pembangunan yang berbeda dengan
kesejahteraan masyarakat membuat para
pembangunan di wilayah perkotaan. Oleh
aktor pembangunan berusaha untuk
sebab itu, terkadang pembangunan yang
menyelesaikan permasalahan ini dengan
berpandangan secara development thinking
perencanaan pembangunan secara baik.
yang bertujuan untuk memperoleh
Upaya yang dilakukan terkadang
keuntungan dalam waktu dekat hingga
menimbulkan ketidaksetaraan pembangunan
menengah secara ekonomis memiliki
di seluruh wilayah. Keeksistensian
kemungkinan akan berbenturan dengan
kemiskinan di wilayah pedesaan dan
enviromental thinking yang lebih
disparitas ekonomi yang terjadi antara
berpandangan jauh untuk kelestarian
wilayah perkotaan dan pedesaan menjadi
lingkungan, seperti yang dijelaskan oleh

75
Bandung, Juli 2014 Volume 1 Nomor 2 ISSN : 2355-6110

Robert Chambers (1992). Konsep


Sustainable Livelihood muncul sebagai suatu
II. TEORI
upaya yang di dalamnya ada penyeimbangan
hubungan antara aktivitas manusia dengan 2.1. Sustainable Livelihood
alam, yang tidak mengurangi kesempatan Sustainable atau dapat diartikan sebagai
untuk generasi mendatang dapat menikmati keberlanjutan memiliki beberapa perhatian,
kualitas hidup setidaknya sama baiknya seperti yang dijelaskan oleh Pangan (1987
dengan kita sendiri. Dengan kata lain dalam Chambers, 1992) yang menjelaskan
sustainable livelihood merupakan upaya bahwa keberlanjutan dalam keamanan dan
yang lebih memperhatikan keberlanjutan mata pencaharian memiliki beberapa
semua aspek kehidupan dengan menjaga pemahaman, antara lain:
keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi
(economic), pengentasan kemiskinan  Mata pencaharian dapat didefinisikan
(social) dan lingkungan yang lebih sebagai saham dan uang yang dapat
bermanfaat (enviroment). Seperti yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
diadopsi oleh pemerintah India untuk  Keamanan mengacu pada kegiatan
menangani kemiskinan di wilayah pedesaan untuk mengamankan kepemilikan atau
dengan tetap memperhatikan livelihood yang sumber daya
ada. Terlebih lagi dijelaskan oleh Chambers dan pendapatan, untuk mengurangi
& Conway (1991) bahwa sustainable resiko.
livelihood merupakan suatu integrasi antara
capability, equity dan sustainability. Dengan  Berkelanjutan mengacu pada
begitu, penggunaan konsep ini mampu pemeliharaan atau peningkatan
mewujudkan pembangunan secara merata produktivitas sumber daya secara
dan adil sesuai kemampuan/ potensi yang jangka panjang.
dimiliki wilayah pedesaan. Dimaksudkan oleh Pangan keberlanjutan
Negara India yang menjadi negara keamanan mata pencaharian
berpenduduk tertinggi no 2 di dunia ini mengintegrasikan penduduk; sumber daya;
ternyata memiliki permasalahan kemiskinan lingkungan; dan pengembangan dalam
yang telah ada semenjak 1974, bahkan tahun empat hal, yaitu kestabilan populasi,
1992 tercatat sekitar 35% penduduk miskin pengurangan migrasi, menangkal eksploitasi
di dunia berada di Negara India. Di samping dari pusat; dan mendukung manajemen
itu, ternyata pada tahun 2000 sekitar 70% sumber daya yang berkelanjutan.
penduduk miskin di India tinggal di wilayah Menurut Chambers (1992) proses
pedesaan. Oleh karena itu, pemerintah keberlanjutan terkait lingkungan,
berusaha menyelesaikan permasalahan pengembangan, dan kemiskinan terbentuk
kemiskinan di wilayah pedesaan dengan dari empat pemikiran, yaitu:
mengadopsi konsep sustainable livelihood.
 pemikiran mengenai lingkungan
1.2. Tujuan (environment thinking/ET);
Penulisan artikel ini bertujuan untuk
 pemikiran mengenai pengembangan
menjelaskan konsep sustainable livelihood
(development thinking/DT);
yang dilakukan oleh pemerintah India
terhadap penanganan masalah kemiskinan di  pemikiran mengenai penghidupan
pedesaan, dalam upaya penyeimbangan (livelihood thinking/LT);
development thinking dengan environmental
 pemikiran mengenai penghidupan yang
thinking sehingga pembangunan lebih
berkelanjutan (sustainable livelihood
memperhatikan keberlanjutan masyarakat
thinking/SLT).
dan lingkungan.

76
Bandung, Juli 2014 Volume 1 Nomor 2 ISSN : 2355-6110

Chambers (1992) menjelaskan bahwa ET gabungan dengan konsep ekonomi dan


dan DT merupakan bentuk pemikiran ekologi. SLA juga memasukkan sistem
'pertama' dari profesionalisme normal. ekologi, konsep sensitivitas dan ketahanan,
Namun di sisi lain, ET dan DT mempunyai mengacu pada sejauh mana sistem
perbedaan bahkan bisa menimbulkan kontra penghidupan mampu bereaksi terhadap
diantara keduanya, terutama berkaitan guncangan atau jenis stres (sensitivitas) dan
dengan efek negatif yang ditimbulkan pada seberapa baik bisa "Bangkit kembali" dan
lingkungan akibat dari pengembangan oleh pulih dari guncangan tersebut (ketahanan).
kaum miskin. Kerentanan SLA berhubungan dengan
konsep-konsep, dan sensitivitas serta
 ET memandang bahwa ekonom
ketahanan yang demikian dimasukkan
berkontribusi lebih pada pembangunan
sebagai aspek yang memiliki keterkaitan
ekonomi dan produksi dari lingkungan
dengan faktor kemiskinan (Allison dan
(tanah, air, pohon, tanaman, dll) serta
Horemans, 2006a).
memperhatikan manfaat bagi masa
depan. Scoones (1998, dalam Krantz, 2001)
menjelaskan bahwa sustainable rural
 DT memandang bahwa pembangunan
livelihood memiliki model kerangka kerja
ekonomi dan produksi tersebut hanya
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
dapat dimanfaatkan untuk jangka
menengah dan manfaat masa depan Gambar 1. Framework dari sustainable
hanya dapat dihitung menggunakan rural livelihood
analisis biaya manfaat.
Oleh karena itu, perlu ada pemikiran yang
mampu memandang dua hal tersebut sebagai
satu hal yang sama-sama penting, ditambah
dengan pemikiran livelihood thinking yang
menganggap orang miskin sebagai titik awal
untuk membuat sebuah pola baru, dimana
prioritas utamanya bukan lingkungan
ataupun produksi, tetapi mata
pencaharian/penghidupan, dan menekankan
kelangsungan hidup jangka pendek, Sumber: Scoones, 1998 dalam Krantz, 2001
kepuasan kebutuhan pokok, serta keamanan Beberapa model sustainable livelihood
kelangsungan hidup jangka panjang. Dan approach (SLA), antara lain:
pemikiran sustainable livelihood muncul
a. Model dari UNDP
sebagai konsep pemikiran yang paling tepat
untuk penggabungan semua hal, terutama Model ini mencoba untuk
terkait development dengan environment mengintegrasikan semua aktivitas
dengan menjunjung sistem keberlanjutan. pendukung yang ada pada kehidupan
masyarakat miskin dan kelompok yang
2.2. Sustainable Livelihood Approach
rentan terhadap rencana. Pada model
SLA (Sustainable Livelihood Approach)
ini, teknologi lebih dianggap sebagai
merupakan suatu pendekatan yang sifatnya
pendukung dalam investasi sosial dan
luas, multidisiplin dan bertujuan untuk
ekonomi. Implementasi program
mempromosikan pemahaman secara lebih
biasanya berada pada level rumah
baik dan respon terhadap berbagai dimensi
tangga, lihat Gambar 2.
kemiskinan. Ide-ide yang mendasari
pendekatan itu tidak baru, tetapi dibangun
dari tren pengembangan berkelanjutan

77
Bandung, Juli 2014 Volume 1 Nomor 2 ISSN : 2355-6110

Gambar 2. SLA model UNDP pembangunan dan mengetahui


tanggung jawabnya), multi-level
(pembangunan disemua level aktivitas),
conduct in partnership (hubungan yang
baik antara sektor public dengan
privat), sustainable (keberlanjutan
dalam ekonomi, institusi, sosial dan
lingkungan), dan dynamic (program
bersifat dinamis dengan menyesuaikan
kondisi alam yang berubah-ubah), lihat
Gambar 4.
Gambar 4. SLA model DFID
Sumber: Krantz, 2001

b. Model dari CARE


Model dari CARE memiliki 3 bagian
fundamental, yaitu posisi kemampuan
masyarakat (seperti skill, pendidikan,
kesehatan dan psikologis), akses
menuju ke aset-aset tangible dan
intangible, dan keberadaan kegiatan
Sumber: Krantz, 2001
ekonomi yang ada di wilayah tersebut,
lihat Gambar 3.
Gambar 3. SLA model CARE
III. SUSTAINABLE LIVELIHOOD:
PENANGANAN RURAL POOR DI
INDIA DENGAN DFID’S
SUSTAINABLE DEVELOPMENT
Pembangunan muncul sebagai bentuk upaya
peningkatan kualitas hidup maupun kualitas
manusia itu sendiri. Begitu banyak hal yang
perlu dikaji dalam pembangunan agar
peningkatan bisa berjalan dengan baik.
Sebut saja salah satunya adalah kemiskinan.
Disparitas ekonomi atau pembangunan yang
Sumber: Krantz, 2001 tidak adil (inequality) memunculkan kondisi
c. Model dari DFID ini dalam kehidupan. Pemerintah sebagai
aktor dalam pembangunan dituntut untuk
Pendekatan yang ditawarkan oleh DFID
mampu menangani masalah kemiskinan ini,
adalah lebih meningkatkan efektivitas
seperti yang dilakukan di India, dimana
stakeholder yang terkait dalam
pemerintah bekerja sama dengan
pelaksanaan program pengurangan
stakeholder terkait berusaha melepaskan
kemiskinan. Aktivitas pembangungan
predikat kemiskinan dari masyarakat India.
yang dilakukan berprinsip pada:
Bersama-sama melepaskan kemiskinan
people-centred (mampu memahami
dengan mengusung konsep sustainable
masyarakat dengan baik), responsive
livelihood.
and parcipatory (masyarakat miskin
berpartisipasi sebagai aktor

78
Bandung, Juli 2014 Volume 1 Nomor 2 ISSN : 2355-6110

3.1. Kemiskinan Di India pekerjaan, dan perhatian pemerintah terkait


penanganan kemiskinan, seperti yang
Kemiskinan menjadi harga mati sebagai
menjadi semboyan Jawaharal Nehru yang
permasalahan yang harus segera
mengadopsi tujuan Mahatma Gandhi,
diselesaikan oleh suatu negara atau wilayah.
removing “every tear from every eye” dan
Seperti halnya yang terjadi di negara
dilanjutkan selama dua decade pemerintahan
berkembang seperti India. Kemiskinan di
oleh putri Nehru, dengan semboyannya
negara sudah menjadi masalah utama yang
“Removing Poverty”, ternyata memberikan
menggrogoti negara sejak kemerdekaannya
dampak positif berupa penurunan
di tahun 1951.
masyarakat miskin yang cukup tajam di
Kondisi kemiskinan di India sudah muncul India. Tercatat bahwa pada tahun 1999-
semenjak kemerdekaannya di tahun 1951. 2000, angka kemiskinan di India mengalami
Namun, baru di tahun 1974 kemiskinan penurunan sangat tajam, sekitar 26% yang
mendapat sorotan dari pemerintah. Tercatat menunjukkan bahwa penduduk miskin di
bahwa terjadi peningkatan jumlah penduduk India tinggal 260 juta penduduk. Untuk
yang berada di bawah garis kemiskinan (1 pertumbuhan kemiskinan di India setelah
$/day oleh World Bank), terhitung dari 171 tahun 1974 dapat dilihat pada Gambar 6.
juta penduduk atau sekitar 47% dari total
Gambar 6. Pertumbuhan Angka
penduduk India di tahun 1951 meningkat
Kemiskinan di India Tahun
menjadi 321 juta penduduk atau sekitar 56%
1974-2000
dari total penduduk India di tahun 1974 yang
berada di bawah garis kemiskinan. Bahkan
World Bank mencatat bahwa pada tahun
1992, angka kemiskinan di India mencapai
458 juta penduduk atau sekitar 52,5% dari
jumlah total penduduk India, dan
berkoontribusi sebesar 35% dari jumlah total
penduduk miskin di dunia (Fox, 2002).
Dengan angka poverty line sebesar 1$/day
(oleh World Bank) atau 49 rupee (oleh
pemerintah India). Untuk lebih jelasnya
3.2. Rural Poor di India
grafik pertumbuhan angka kemiskinan dapat
dilihat pada Gambar 5. Perkembangan atau lebih tepatnya
pembagunan yang tidak merata di India
Gambar 5. Pertumbuhan Angka
antara daerah perkotaan dengan pedesaan
Kemiskinan di India Tahun
menimbulkan kondisi yang cukup
1951-1974
memperihatinkan. Apabila dikaitkan dengan
angka kemiskinannya, ternyata pemerintah
mencatat bahwa di tahun 2000, 70% dari
penduduk miskin di India ternyata bertempat
tinggal di wilayah pedesaan. Seperti yang
telah disebutkan, bahwa pembangunan yang
tidak merata dan adil (inequality) hanya
menimbulkan peningkatan gap (perbedaan)
yang semakin tinggi antara income urban
dengan income rural, yang akhirnya hanya
menambah besar gap kesejahteraan di kedua
Munculnya perkembangan teknologi, wilayah. Proporsi penduduk miskin di
perindustrian, peningkatan lapangan

79
Bandung, Juli 2014 Volume 1 Nomor 2 ISSN : 2355-6110

wilayah perkotaan dengan wilayah pedesaan yang dimiliki tanpa merusak SDA yang ada.
dapat dilihat pada Tabel 1. Program-program pemerintah India banyak
bekerja sama dengan beberapa stakeholder
Tabel 1. Proporsi Penduduk Miskin Di
yang terkait. Salah satunya program hasil
Perkotaan dengan Pedesaan
kerja sama dengan Global Environmental
Facility (GEF) yang tentunya berkonsentrasi
pada proses sustainable livelihood di rural
poor yang berorientasi pekerjaan pada sektor
pertanian.
Nama Program:
National Agricultural Innovation Project
(NAIP)
Sumber: Indian Economy Survey, 2001-2002
dalam Fox, 2002
Tujuan Program:
3.3. Sektor Ekonomi di Rural Poor
India Untuk pengentasan kemiskinan dan
peningkatan pendapatan dengan cara
Kemiskinan yang terjadi pada daerah transformasi berkelanjutan atas orientasi
pedesaan di India disinyalir disebabkan pada sistem pertanian di India dari swasembada
sektor pertanian yang tidak dapat pangan menuju orientasi pasar.
berkembang dengan baik. Rendahnya
produksi dan kualitas SDM pada sektor Sasaran program:
pertanian membuat para pekerja sektor  Untuk mempromosikan pendekatan dan
pertanian tidak mampu bersaing dengan teknik untuk pengelolaan lahan pantai
pekerja sektor lainnya. Tercatat pada tahun dan daerah air yang rusak,
2007, rata-rata pertumbuhan untuk
 Melestarikan keanekaragaman hayati
perekonomian di pedesaan mengalami
secara berkelanjutan dengan
keadaan yang stagnant yang berkisar antara
menggunakan potensi lokal (tanaman,
angka 2% hingga 2,5%. Padahal pada daerah
hewan dan ikan) untuk intensifikasi
pedesaan terjadi peningkatan jumlah
pertanian dan ketahanan mata
penduduk sebesar 1,75%. Dengan demikian,
pencaharian, dan
semakin mempertegas bahwa kemiskinan
masih mengancam daerah pedesaan.  Pada peningkatan kapasitas bertujuan
3.4. Program-Program Sustainable untuk merespon perubahan iklim dan
Livelihood dari DFID yang variabilitas kekeringan dan daerah rawan
Diterapkan banjir.
Sustainable livelihood yang dipilih sebagai Pelaksanaan Program NAIP akan dilakukan
konsep pembangunan penanganan dengan kerja sama dari beberapa
kemiskinan di pedesaan India dianggap stakeholder, seperti:
menjadi pilihan yang tepat untuk
 Petani
pembangunan yang tetap memperhatikan
keberlanjutan lingkungan dan SDM dalam  Sektor privat
mengolah lingkungannya. Seperti yang
 Masyarakat sipil
dijelaskan oleh Scoones (1998, dalam
Rakodi, 2002) yang mengatakan livelihood  Organisasi sektor public
akan mampu berlanjut saat bisa menghadapi  Pemerintah
ancaman yang ada, mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan atau potensi  Lembaga donor

80
Bandung, Juli 2014 Volume 1 Nomor 2 ISSN : 2355-6110

Hasil yang ingin dicapai:  Peningkatan program-program pertanian


yang mampu beradaptasi dengan
 Peningkatan luas areal lahan yang
lingkungan.
berkonsep sustainable land
management.  ICAR project management.
 Peningkatan jumlah petani yang Melalui program dan langkah-langkah yang
mengadopsi teknik-teknik pertanian dilakukan pada program NAIP ini, diketahui
adaptasi perubahan iklim. bahwa konsep sustainable livelihood yang
dilakukan mampu menyeimbangkan
 Peningkatan konservasi biodiversity
orientasi tujuan peningkatan kualitas
oleh petani melalui intensifikasi
produksi di pasaran (berorientasi ekonomis
pertanian dan livelihood security.
 development thinking) dengan tujuan
 Peningkatan hasil pertanian sebesar 30- peningkatan dan konservasi biodiversity
35%. melalui teknik/manajemen pertanian yang
baik (environmental thinking). Selain itu,
 Sedikitnya 30 organisasi public dan
program ini juga melakukan langkah human
swasta membuat kebijakan dan
capacity building bagi para stakeholder
kegiatan untuk memerangi degradasi
terkait teknologi dan manajemen pertanian
lahan, pemanfaatan keanekaragaman
yang baik agar tetap menghasilkan tingkat
hayati lokal, dan adaptasi pada
produksi yang tinggi untuk meningkatkan
perubahan iklim.
kesejahteraan masyarakat lokal, yang
Tiga komponen utama yang perlu dilakukan tentunya tanpa harus merusak lingkungan.
dalam NAIP:
 Perubahan sistem penelitian pertanian
IV. KESIMPULAN
dengan ICAR sebagai katalisator.
Pembangunan masyarakat miskin di wilayah
Proses penelitian ICAR ini bekerja
pedesaan memiliki tahapan atau pendekatan
sama dengan State Agricultural
yang berbeda dengan pembangunan wilayah
University. Penelitian ini ditujukan
perkotaan. Wilayah pedesaan yang menjadi
untuk peningkatan sektor pertanian,
produsen dalam pengolahan SDA memiliki
seperti: keamanan pangan dan nutrisi,
hubungan yang sangat erat dengan
diversifikasi pertanian, produksi
lingkungan. Agar kelestarian lingkungan
kebutuhan sehari-hari dan hasil olahan
tetap terjaga dan pembangunan masyarakat
ikan, manajemen SDA yang baik,
miskin bisa tetap berjalan dengan tidak
analisis kebijakan dan pemasaran, dll.
menimbulkan dampak negative bagi
 Penelitian pada tahap produksi hingga lingkungan, maka konsep sustainable
sistem konsumsi. livelihood yang bertindak sebagai
penyeimbang development dengan
 Penelitian pada pada sustainable rural
environment dipilih sebagai langkah yang
livelihood security.
paling tepat.
Program-program yang termasuk dalam
Keberlanjutan pembangunan dengan konsep
NAIP:
sustainable livelihood menjadi salah satu
 Harmonisasi konservasi biodiversity pilihan pemerintah India dalam upaya
dengan intensifikasi pertanian. pengurangan kemiskinan di wilayah
 Manajemen keberlanjutan untuk pedesaan. Konsep dengan memikirkan
degradasi kawasan laut dan DAS. seluruh stakeholder dan meningkatkan
efektivitas stakeholder dalam setiap
tugasnya dianggap mampu mewujudkan

81
Bandung, Juli 2014 Volume 1 Nomor 2 ISSN : 2355-6110

sustainable livelihood. Hubungan kerja sama Fox, James W. (2002). “Poverty in India
yang baik antara sektor public, sektor privat, Since 1974,” dalam Nathan
dan komunitas mampu menghasilkan Associatic Inc. 02 Juli 2012.
http://www.ekh.lu.se/ekhcgu/teachin
pembangunan yang baik dan lancar.
g/401d4/poverty%20in%20india.pdf
Krantz, Lasse. (2001). The Sustainable
V. REFERENSI Livelihhood Approach to Poverty
Reduction. Swedish: SIDA. 02 Juli
Anonim. (2007). “India's Rural Poor: Why 2012.http://www.forestry.umn.edu/p
Housing Isn't Enough to Create rod/groups/cfans/@pub/@cfans/@fo
Sustainable Communities,” dalam restry/documents/asset/cfans_asset_
India Knowledge @ Wharton. 02 202603.pdf
Juli 2012.
knowledge.wharton.upenn.edu/india Rakodi, Carole. (2002). “Urban Livelihood:
/articlepdf/4219.pdf?CFID=2134831 A Lifelihood Approach –
13&CFTOKEN=11554514&jsessio Conceptual Issues and Definitions.”
nid=a830928fe23fb7256807783452 London: Earthscan Publication Ltd.
5c3673f7e5
Anonim. (2006). “Sustaining Economic
Growth, Rural Livelihoods, and
Environmental Benefits: Strategic
Options for Forest Assistance in
Indonesia.” Jakarta, Indonesia:
World Bank.
Anonim. (2001). “Sustainable Rural
Livelihoods Security through
Innovations in Land and Ecosystem
Management,” dalam project paper.
05 juli 2012. http://www-
wds.worldbank.org/external/default/
WDSContentServer/WDSP/IB/2009
/07/21/000333038_2009072101244
1/Rendered/PDF/494800PJPR0P111
01Official0Use0Only1.pdf
Chambers, Robert & Gordon R. Conway.
(1991).”Sustainable Rural
Livelihood: Practical Concepts for
The 21st Century.” 02 Juli 2012.
http://opendocs.ids.ac.uk/opendocs/b
itstream/handle/123456789/775/Dp2
96.pdf
Chambers, Robert. (1992). “Real-life
Economics: Understanding Wealth
Creation – Sustainable Livelihoods:
The Poor’s Reconciliation of
Environment and Development,
(Ed) Paul Ekins and Manfred Max-
Neef.” London & New York:
Routledge. 02 Juli 2012.
http://opendocs.ids.ac.uk/opendocs/b
itstream/handle/123456789/141/rc17
5.pdf?sequence=2

82

Anda mungkin juga menyukai