Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan kesehatan dan kecantikan dengan memanfaatkan bahan alamiah
selain lebih murah juga lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping yang
membahayakan. Berbagai hasil penelitian dibidang kosmetik mengungkapkan bahwa
perawatan kecantikan kuno dengan bahan alamiah bisa dibuktikan secara ilmiah.
Masyarakat khususnya wanita lebih peduli terhadap kesehatan kulit dan
penampilan. Masyarakat menggunakan berbagai macam sedian sediaan kosmetik
untuk mempertahankan kesehatan kulit, mencegah penuaan dini dan efek radikal
bebas lainnya. Seiring dengan perkembangan jaman, sediaan kosmetik berkembang
begitu cepat dengan berbagai macam bentuk sediaan dan kegunaan seperti masker
wajah, sunscreens, krim pemutih, krim malam, krim pagi, krim tangan, massage
cream, cleansing cream dan sediaan kosmetik lainnya. Masker wajah merupakan
salah satu produk kosmetik yang ditunjukan untuk perawatan kulit pada bagian
wajah.
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Sediaan kosmetika untuk
pengaplikasian pada wajah tersedia dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah
masker dalam bentuk gel yang mempunyai beberapa keuntungan diantaranya mudah
dalam penggunaan, serta mudah untuk dibilas dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga
diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik.
Kulit adalah salah satu organ paling penting dari tubuh kita. Umumnya,
wanita menginginkan kulit yang bersih dan cerah di mana seiring dengan
meningkatnya kebutuhan pasar kosmetik menjadi kebutuhan penting untuk

1
menghasilkan kulit yang bersih dan cerah serta mencegah penuaan. Salah satu
sediaan kosmetik untuk menjaga kebersihan dan perawatan kulit wajah adalah masker
wajah.
Masker bermanfaat memperlancar peredaran darah, merangsang kembali
kegiatan sel-sel kulit dan mengangkat sel-sel tanduk yang telah mati. Masker
berdasarkan cara aplikasinya dan bentuk sediaan dasarnya digolongkan menjadi
beberapa tipe yaitu tipe peel-off, tipe wipe-off, tipe rinse-off, tipe peel-off when hard
dan tipe adhesive fabric. Jenis masker yang digunakan adalah gel (peel-off mask)
yang merupakan masker dengan bahan dasar yang bersifat jelly yang biasanya terbuat
dari gum, tragakan, dan latex sehingga memiliki karakteristik tembus terang
(transparent) dan biasanya dikemas dalam wadah sediaan yang berbentuk tube.
Alasan pemilihan tipe masker gel peel-off adalah masker dapat digunakan langsung
pada kulit wajah dengan cara mengoleskannya secara merata dan dapat dibersihkan
dengan cara melepaskan lapisan film dari kulit wajah sehingga lebih praktis dalam
pemakaian dan cocok untuk pemakai dengan tingkat mobilitas tinggi. Masker wajah
peel off memiliki beberapa manfaat, diantaranya mampu merilekskan otot-otot wajah,
membersihkan, menyegarkan, melembabkan, dan melembutkan kulit wajah.
Alasan kami melakukan praktikum ini khususnya sediaan masker gel peel-off
karena masker gel peel-off merupakan sediaan kosmetik perawatan kulit wajah dalam
bentuk gel bening, yang diaplikasikan pada kulit wajah dalam waktu tertentu sampai
mengering, sediaan gel peel-off akan membentuk lapisan film yang transparan dan
elastis sehingga dapat dikelupas. Pembuatan masker gel peel-off mengandung
beberapa bahan, seperti bahan pembentuk lapisan film (filming agent), pembentuk gel
(gelling agent), pelembab, pengawet, pewangi, zat aktif.
Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman yang telah digunakan secara
luas oleh masyarakat untuk bahan baku kosmetik. Selain harganya relatif murah,
lidah buaya juga mudah diperoleh. Kandungan lignin mampu menembus dan
meresap ke dalam kulit dan dapat membuat pertahanan hilangnya cairan tubuh dari

2
permukaan kulit, sehingga kulit tidak cepat kering dan tetap terjaga kelembabannya.
Salah satu cara untuk memperoleh manfaat dari lidah buaya adalah dengan cara
pemerasan. Penggunaan lidah buaya untuk kesehatan kulit dapat dilakukan dengan
pembuatan masker gel peeloff dari sari lidah buaya.
Alasan kami menggunakan lidah buaya karena lidah buaya mengandung
berbagai vitamin (kecuali vitamin D), mineral, enzim, saponin, gula rantai yang
panjang dan 20 jenis asam amino. Lidah buaya mengandung berbagai senyawa
biologis aktif, seperti antrakuinon, mannans asetet, polymannans, antioksidan dan
berbagai lektin. Manfaat utama lidah buaya bagi kulit adalah menstimulasi
pembentukan jaringan epidermis kulit dan membantu proses regenerai sel kulit.
1.2 Maksud Percobaan
1. Dapat melakukan praktikum teknologi kosmetik dengan baik dan mengetahui
cara preformulasi dari sediaan masker dari sari lidah buaya.
2. Dapat melakukan praktikum teknologi kosmetik dengan baik dan mengetahui
cara formulasi dari dari sediaan masker dari sari lidah buaya.
3. Dapat melakukan praktikum teknologi kosmetik dengan baik dan mengetahui
cara evaluasi dari dari sediaan masker dari sari lidah buaya.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Dapat mengetahui cara preformulasi dari sediaan masker dari sari lidah buaya
2. Dapat mengetahui cara formulasi sediaan masker dari sari lidah buaya
3. Dapat mengetahui cara evaluasi sediaan masker dari sari lidah buaya

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi Masker Wajah
Masker wajah merupakan sediaan kosmetika perawatan kulit wajah yang
memiliki banyak manfaat positif untuk kulit sesuai dengan kebutuhan masing-masing
kulit wajah. Penggunaan masker wajah bertujuan untuk mencegah keriput penuaan
dini, membersihkan kotoran pada kulit wajah, dapat mengangkat sel-sel kulit mati,
dan dapat mencerahkan warna kulit wajah. Masker wajah dapat membersihkan kulit
dari bintik hitam, mengencangkan pori-pori pada kulit berminyak, menenangkan kulit
sensitif, merevitalisasi kulit kering dan bahkan membantu menghidupkan kembali
kulit tua (Buck, 2014)
2.1.2 Definisi Masker Peel Off
Masker peel off merupakan salah satu jenis sediaan masker yang praktis dan
mudah saat penggunannya, selain itu sediaan masker ini telah diaplikasikan untuk
penuaan dini. Masker peel off terbuat dari bahan karet, seperti polivinil alkohol atau
damar vinil asetat. Masker peel off biasanya dalam bentuk gel atau pasta yang
dioleskan ke kulit muka. Setelah alkohol yang terkandung dalam masker menguap,
terbentuklah lapisan film yang tipis dan transparan pada kulit muka. Setelah
berkontak selama 15-30 menit, lapisan tersebut diangkat dari permukaan kulit
dengan cara dikelupas (Simma, 2003).
Masker peel off memiliki beberapa manfaat diantaranya mampu merileksasi
otot-otot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan, dan melembutkan
kulit wajah. Maker berbentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya
penggunaan yang mudah, serta mudah untuk dibilas dan dibersihkan. Selain itu,
dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastis (Vieira, 2009).

4
2.1.3 Fungsi masker wajah
Masker berfungsi untuk meningkatkan taraf kebersihan, kesehatan, dan
kecantikan kulit, memperbaiki, dan merangsanng kembali aktivitas sel kulit. Bahan
kosmetik wajah pada umumnya bertujuan untuk menyegarkan, mengencangkan
kulit, dan sebagai antioksidan (Kumalaningsih, 2006)
Menurut Muliyawan dan Suriana (2013), kegunaan masker adalah sebagai
berikut:
a. Memperbaiki dan merangsang aktivitas sel-sel kulit yang masih aktif.
b. Mengangkat kotoran dan sel-sel tanduk yang masih terdapat pada kulit
secara mendalam.
c. Memperbaiki dan mengencangkan kulit.
d. Memberi nutrisi, menghaluskan, melembutkan, dan menjaga kelembaban
kulit.
e. Mencegah, mengurangi, dan menyamarkan kerusakan-kerusakan pada kulit
seperti gejala keriput dan hiperpigmentasi.
f. Memperlancar aliran darah dan getah bening pada jaringan kulit
2.1.4 Fungsi masker peel off
Penggunaan masker wajah peel off berfungsi untuk memperbaiki serta
merawat kulit wajah dari masalah keriput, penuaan, jerawat dan dapat juga
digunakan untuk mengecilkan pori (Grace et al., 2015). Selain itu, masker peel off
juga dapat digunakan untuk membersihkan serta melembabkan kulit. Kosmetik
wajah dalam bentuk masker peel off bermanfaat dalam merelaksasi otot-otot wajah,
sebagai pembersih, penyegar, pelembab dan pelembut bagi kulit wajah (Vieira et al.,
2009)
2.1.5 Mekanisme Masker Peel Of dalam membersihkan kotoran
Masker membentuk tembus terang (transparan) pada kulit. Bahan dasar
adalah bersifat jeli dari gum, tragakan, lateks dan biasanya dikemas dalam tube.
Penggunaanya langsung diratakan pada kulit wajah. Adapun cara mengangkatnya

5
dengan cara mengelupas, diangkat pelan-pelan secara utuh mulai dagu ke atas
sampai ke pipi dan berakhir di dahi. Jenis masker yang ada di pasaran biasanya
tergantung merk, ada yang untuk semua jenis kulit, ada yang dibedakan sesuai jenis
kulit. Masker gel termasuk salah satu masker yang praktis, karena setelah kering
masker tersebut dapat langsung diangkat tanpa perlu dibilas (masker peel-off).
Masker peel-off menggunakan polimer pelarut air. Kulit bias meregang karena
strukturnya yang kuat. Masker peel-off mengangkat kotoran dari permukaan
kulitdan pori-pori ketika masker tersebut dikelupas. Masker peel off dibuat dengan
unsur elastis seperti polivinil alkohol atau unsur elastis seperti latex itu atau unsur
karet alami lain yang dikombinasikan. Seperti masker kering pada kulit, masker ini
dikeraskan dan dibentuk tipis, lentur, biasanya lembar transparan pada kulit. Dalam
hal ini, masker bukan dihilangkan oleh bilasan air tapi dengan dikupas pada wajah.
Dengan kedua masker yaitu yang di bilas atau dikelupas, sangat penting waktu
untuk memenuhi sisa masker pada wajah dengan instruksi manufaktur. Masker
biasanya dihilangkan 15 hingga 30 menit setelah penggunaan. Masker dapat dibuat
dari campuran komposisi seperti clay (digunakan untuk masker rinse off) dengan
komponen elastis (digunakan untuk masker peel off). Hidrokoloid (seperti carboxy
methyl cellulose) dapat ditambahkan untuk semua tipe masker. Komposisi terakhir
yang dipakai untuk masker yaitu apakah dapat dibilas/rinse off atau dikelupas/peel
off. Masker tidak menyerap lemak dari kulit, seperti serbuk atau masker berbasis
clay. Efek utama untuk masker ini yaitu untuk mencegah evaporasi air dari
permukaannya kulit. Sebagai hasil, jumlah dari kelembaban pada kulit banyak,
sepanjang masker berada pada wajah (Novita, 2009).
Untuk menggunakan masker peel off, harus mengenali jenis kulit terlebih
dahulu. Ada beberapa pedoman untuk mengetahui jenis kulit yaitu :
1. Jenis kulit berminyak
Ciri kulit ini, disekitar dahi, hidung, dagu (istilahnya daerah T) serta pipi di
bagian bawah tulang pipi terus menerus mengeluarkan minyak. Dan pada umumnya

6
kulit berminyak mudah ditumbuhi jerawat. Jika kulit wajah berminyak, pilih jeruk
nipis atau nanas untuk masker. Bahan lain yang juga bisa digunakan adalah madu,
putih telur, dan kuning telur.
2. Jenis kulit kering
Kulit wajah kering, cirinya berwarna kusam atau tidak mengkilap. Kadang-
kadang kulit rasanya menegang (tertarik), disamping itu bersisik dan terasa gatal.
Keadaan pori-pori kulit sering tampak layu dan kasar serta keriput. Sehingga orang
yang kulit mukanya kering seakan-akan tampak lebih tua dari umur sebenarnya. Jika
kulit wajah kering, bisa menggunakan pisang, avokad, bengkuang, serta buah-
buahan lain yang mengandung tepung sebagai masker.
3. Jenis kulit sensitif
Kulit wajah yang amat putih, seringkali memiliki tingkat sensitivitas lebih
tinggi, sehingga cenderung memerah. Pilih masker wajah yang memiliki kandungan
aloe vera, chamomile, mentimun, maple, dan teh hijau yang bisa mengurangi
kemerahan dan peradangan sementara. Formula sulfur, licorice, dan xanthine bisa
membantu menghilangkan penampakan garis-garis kapiler darah di wajah. Mulai
dengan mengaplikasikan seminggu sekali. Jika menunjukkan perubahan dan tak ada
alergi, bisa ditingkatkan dengan penggunaan seminggu duakali. Masker semacam ini
cukup aman digunakan di seluruh bagian wajah. Untuk menghapus maskernya,
cukup gunakan jari, jangan gunakan kain atau handuk, supaya tidak membuat kulit
teriritasi.
4. Jenis kulit normal
Di antara ketiga jenis kulit tadi, yang paling ideal adalah jenis kulit normal.
Kulit jenis ini tidak berminyak dan juga tidak kering. Memiliki tekstur yang halus
dan bila disentuh terasa lembut. Keadaan kulitnya seoalah transparan sehingga
memancarkan sinar yang lembut. Maka dapat digunakan masker yang berasal dari
buah-buahan yang menyegarkan (Novita, 2009).

7
2.1.6 Jenis-jenis masker
a) Masker peel off
Masker peel off merupakan sediaan yang mudah di aplikasikan karena
berbentuk gel, dan dalam waktu tertentu akan segera mengering dan dapat dengan
mudah dilepas atau di angkat seperti membran elastis (Rahmawaty dkk, 2015)
b) Sheet mask
Sheet mask adalah salah satu tren terbaru dan populer di Asia, dibandingkan
dengan jenis lain dari masker. Sheet mask memiliki mekanisme ODT (Occlusive
Dressing Treatment) yang memiliki profil dan penyerapan dan penetrasi yang baik,
kemasan yang efisien dan higienis serta tidak perlu dibersihkan (Lee, 2013 dalam
Reveny et al ; 2016)
c) Clay mask
Clay mask adalah sediaan masker yang dalam pembuatannya menggunakan
tanah liat yang terbentuk dari pelapukan bahan granit yang dapat mengeras dan
membentuk masa padatan seiring dengan hilangnya air karena penguapan dalam
presentase yang tinggi (Fauziah, 2018)
d) Mud mask
Mud mask adalah masker lumpur yang memiliki tekstur cenderung latery
karena lumpur memiliki sifat yang lebih basa dan memiliki sifat hydriting sehingga
cocok untuk kulit yang memiliki kulit kering (Velasco et al, 2016)
e) Sleeping mask
Sleeping mask adalah masker wajah yang memiliki tekstur gel atau krim
yang bisa memiliki kandungan aktif untuk memperbaiki kondisi kulit dan biasa
digunakan sebagai langkah dan produk skincare terakhir pada malam hari (Agustini,
2015)
f) Exfoliating mask
Exfoliating mask atau masker yang dapat mengering memiliki tekstur yang
lembut ketika dioleskan pada wajah. Masker jenis ini berfungsi mengangkat sel-sel

8
kulit mati sehingga dapat digantikan dengan sel-sel kulit baru (Landcreative, 2010)
g) Wash of mask
Wash of mask adalah masker dengan jenis bisa berupa krim, gel, atau bubuk
yang di larutkan dengan air dan harus dibersihkan dengan cara mencuci muka
(Medica, 2011)
2.1.7 Komponen bahan masker peel off
1. Zat aktif : Lidah Buaya
Menurut Furnawanthi (2002)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliflorae
Suku : Liliaceae
Marga : Aloe
Jenis : Aloe barbadensis Miller
Menurut Candra dkk., (2009), bagian-bagian dari tanaman lidah buaya yang
umum dimanfaatkan adalah :
a. Daun, yang dapat digunakan langsung, baik secara tradisional maupun dalam
bentuk ekstrak
b. Eksudat (getah daun yang keluar bila dipotong, berasa pahit dan kental),
secara tradisional biasanya digunakan langsung untuk pemeliharaan rambut,
penyembuhan luka, dan sebagainya
c. Gel (bagian berlendir yang diperoleh dengan menyayat bagian dalam daun
setelah eksudat dikeluarkan), tersusun oleh 96% air dan 4% padatan yang
terdiri dari 75 komponen senyawa berkhasiat. Bersifat mendinginkan dan
mudah rusak karena oksidasi, sehingga dibutuhkan proses pengolahan lebih
lanjut agar diperoleh gel yang stabil dan tahan lama.
Manfaat lidah buaya, kandungan dalam lidah buaya menyebabkan tanaman

9
ini menjadi tanaman multikhasiat. Kandungan tersebut berupa aloin, emodin, resin,
lignin, saponin, antrakuinon, vitamin, mineral, dan lain sebagainya. Selain itu lidah
buaya tidak menyebabkan keracunan baik pada tanaman ataupun pada hewan,
sehingga dapat digunakan dalam industri dengan diolah menjadi gel, serbuk,
ekstrak, pakan ternak, atau berbagai produk yang lain (Suryowidodo, 1988)
Masing-masing kandungan dalam lidah buaya memiliki efek yang berbeda.
Saponin pada lidah buaya mempunyai efek yang dapat membunuh kuman.
Antrakuinon dan kuinon berperan sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit.
Aloin dapat berperan sebagai obat pencahar. Lignin pada gel lidah buaya mampu
menembus ke dalam kulit sehingga membantu mencegah hilangnya cairan tubuh
dari permukaan kulit (Suryowidodo, 1988).
Penggunaan secara eksternal umumnya dengan mengoleskan gel lidah buaya
pada rambut, kulit, dahi, perut, atau bagian lainnya. Pemakaian secara eksternal
berfungsi untuk menyuburkan rambut, perawatan kulit, obat luka, dan antimikrobia
(Yuliani dkk., 1996)
2. Basis gel
Polivinil alkohol adalah polimer sintetis yang larut dalam air dengan rumus
(C2H4O)n. Nilai n untuk bahan yang tersedia secara komersial terletak di antara 500
dan 5000, setara dengan rentang berat molekul sekitar 20.000– 200.000. Polivinil
alkohol berupa bubuk granular berwarna putih hingga krem, dan tidak berbau (Rowe
et al., 2009).
Polivinil alkohol larut dalam air, sedikit larut dalam etanol (95%), dan tidak
larut dalam pelarut organik. Polivinil alkohol umumnya dianggap sebagai bahan
yang tidak beracun. Bahan ini bersifat noniritan pada kulit dan mata pada
konsentrasi sampai dengan 10%, serta digunakan dalam kosmetik pada konsentrasi
hingga 7% (Rowe et al., 2009).
Polivinil alkohol diproduksi dengan cara polimerasi vinil asetat menjadi
polivinil asetat, dan diikuti dengan hidrolisis polivinil asetat membentuk polivinil

10
alkohol (Nagar, et al., 2011).
Polivinil alcohol dikenal sebagai agen pembentuk lapisan film, pendispersi,
lubrikan, pelindung kulit, digunakan pada formulasi gel dan lotion, shampo, tabir
surya, masker, serta beberapa aplikasi kosmetik dan perawatan kulit lainnya.
Namun, salah satu kelemahan dari polivinil alkohol adalah lapisan film yang
dihasilkan cenderung lebih kaku dan memiliki fleksibilitas yang tergolong rendah
(Barnard, 2011).
3. Pengawet
Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam
kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi. Metil paraben dapat
digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan paraben lain atau dengan zat
antimikroba lainnya. Dalam kosmetik, metil paraben merupakan pengawet yang
paling sering digunakan (Rowe et al., 2009). Aktivitas antimikroba meningkat
dengan meningkatnya panjang rantai. Aktivitas zat dapat diperbaiki dengan
menggunakan kombinasi paraben yang memiliki efek sinergis terjadi. Kombinasi
yang sering digunakan adalah dengan metil-, etil-, propil-, dan butil paraben.
Aktivitas metil paraben juga dapat ditingkatkan dengan penambahan eksipien lain
seperti propilen glikol (2 hingga 5%), feniletil alkohol, dan asam edetat (Rowe, et
al., 2009).
Selain itu, propil paraben juga dapat digunakan sebagai pengawet. Efikasi
pengawet menurun dengan meningkatnya pH karena pembentukan anion fenolat.
Paraben lebih aktif terhadap ragi dan jamur daripada terhadap bakteri. Mereka juga
lebih aktif terhadap Gram-positif dibandingkan terhadap bakteri Gram-negatif
(Rowe et al.,2009).
2.2 Studi Preformulasi
Adapun studi preformulasi Lidah Buaya yaitu :
a. Lidah Buaya (Aloe Vera)
Zat Aktif :Aloin

11
Konsentrasi :5 %
Kelarutan :Larut dalam pyridine 57 % dalam asam asetat glasial
73 %, methanol 5,4 %, dalam aseton 3,1 %, dalam
metil asetat 2,8 %, dalam alcohol 1,9 %, dalam 1,8
%, dalam propanol 1,6 %,, dalam etil asetat 0,78%,
sangat sukar larut dalamisobucanol, kloform, karbon
disulfide, dan eter.
Inkompatibilitas :Senyawa ini tidak cocok (in comp) jika dicampur
bersama alkali hidroksida, tannin dan feni klorida
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik.
Efek Farmakologi :Aloin atau sering dikenal sebagai barboloin terbukti
memiliki efek sebagai anti inflamasi dan anti kanker
(klon asem and asseta, 2014)
Mekanisme :Bekerja dengan menghambat angiogenesis pada sel
kanker kolon dan kanker hati (ktm Asnin and asseta ,
2014)
Indikasi :Sebagai anti bakteri dan antioksidan
Kontra Indikasi :Kontra indikasi dengan pengidap penyakit, hati,
ginjal dan hipotensi.
Efek Samping :Pemakaian berlebih dapat terjadi kerusakan hati dan
ginja, penurunan tekanan darah, pelemahan detak
jantung.
Interaksi Bahan Alam :Aloi mengandung molekul glukosa yang terikat pada
alun buntin, jika glukosa benzo CH2OH aspinuskan,
maka akan terbentuk aloe echlim yang berwarna
coklat-hitam.

12
BAB III
PENDEKATAN FORMULA
3.1 Polivinil Alcohol (Rowe,2009:Widya,dkk,2010)
Nama Eksipien : Polyvinyl Alcohol
Rumus Molekul : C2H4O
Rumus Struktur :

Kelarutan : Larut dalam air; sedikit laryt dalam etanol (95%);


tidak larut dalam pelarut organik.
Inkompatibilitas : Polivinil alkohol mengalami reaksi senyawa dengan
agus hidroksida sekunder, seperti estensikasi itu
terurai asam kuat, dan menimbulkan atau larut dalam
asam lemah dan basa.
Konsentrasi : 10%
Penyimpanan : Tertutup baik dan kering.
Stabilitas : Polivinil alkohol stabil bila di simpan dalam wadah
tertutup rapat di tempat yang sejuk dan kering. Larutan
berair stabil dalam wadah tertutup tahan korosi.
PH : 5,0 – 6,5
Pemerian : Serbuk putih hingga berwarna krem atau serbuk
gremul.
Kegunaan : Gelling agent/ stabilizing agent

13
3.2 HPMC (Rowe,2009: Syaritan,2015)
Nama Eksipien : Hidroksi Propil Min Celulosa
Rumus Molekul : C56H108O30
Rumus Struktur :

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam eter, etanol atau aseton.


Mudah larut dalam air panas.
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan beberapa agen pengoksidasi
karena itu tidak akan komplen dengan garam logam
atau bahan organik untuk membentuk endapan yang
tidak larut.
Konsentrasi : 2-20%
Penyimpanan : Harus di simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat
yang sejuk dan kering.
Stabilitas : Serbuk hypromellase adalah bahan yang stabil
meskipun higroskopis setelah pengeringan. Stabil pada
ph 3-11.
PH : 5,0-8,0
Pemerian : Serbuk halus, putih atau hampir putih, bubuk amerf
dengan ukuran partikel 15 cm, tidak buram, tidak
berbau.
Kegunaan : Sebagai gelling agent.

14
3.3 Propilenglikol (Rowe,2009)
Nama Eksipien : Metilenglikol
Rumus Molekul : C3H8O2
Rumus Struktur :

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian
etanol (95%), dalam 3 bagian aseton, dalam 140
bagian gliserol, dalam 40 bagian minyak lemak,
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.
Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan bahan pengoksidasi seperti
kalium permanganat.
Konsentrasi : 1-15%
Penyimpanan : Wadah yang tertutup baik
Stabilitas : Stabil bila di campur dengan gliserin, air atau alkohol
serta stabil dalam wadah tertutup baik.
PH : 3-6 (Dwirastuti, 2010)
Pemerian : Tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau, cair,
dengan rasa manis, rasa sedikit pedas menyerupai
gliserin.
Kegunaan : Peningkat daya sebar (Humektan)

15
3.4 Metil Paraben (Depkes RI,1995: Rowe, 2009)
Nama Eksipien : Nipagin
Rumus Molekul : C8H8O3
Rumus Struktur :

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan benzen-mukosa larut dalam


etanol dan dalam eter, larut dalam minyak,
propilenglikol, dan dalam gliserol.
Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba methyl paraben dan paraben
lainnya adalah sangat berkurang dengan adanya
surfaktan, seperti sebagai polisorber 80.
Konsentrasi : 2-5%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Larutan encer pada ph 3-6 stabil (kurang dari 10%
sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar).
PH : 4-8
Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak
bewarna, agak membakar.
Kegunaan : Sebagai pengawet

16
3.5 Propil Paraben (Rowe,2009)
Nama Eksipien : Nipasol
Rumus Molekul : C10H12O3
Rumus Struktur :

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol
dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih, mudah
larut dalam propilenglikol.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan zat magnesium alumunium
silikat, magnesium trinikar, yellow iron denda dan
ultramaller blur dapat mengikat propil paraben
sehingga aktivitas sebagai pengawet berkurang.
Konsentrasi : 0,3%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Propil paraben pada ph 3-6 dapat di sterilkan dengan
autoklaf tanpa mengalami peruraian, stabil pada suhu
kamar selama 4 tahun lebih
PH : 4-8
Pemerian : Serbuk putih atau bubuk kecil, tidak berwarna
Kegunaan : Sebagai pengawet

17
3.6 Aquadest (Rowe,2009; Dirjen POM,1979)
Nama Eksipien : Aqua Pro Injeksi
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Kelarutan : Dapat bercampur dengan polar dan elektrolit


Inkompatibilitas : Kompatibel dengan zat aktif dan semua bahan
tambahan, dapat bereaksi dengan logam alkali, garam
anhidrat, kalsium klorida.
Konsentrasi :-
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
PH :7
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Kegunaan : Sebagai pelarut

18
BAB IV
FORMULASI DAN PERHITUNGAN
4.1 Formulasi
R/ Sari LidahBuaya 4%
PVA 10 %
HPMC 1%
Propilenglikol 15 %
MetilParaben 0,2 %
PropilParaben 0,1 %
Aquadest ad 100 ml
4.2 Perhitungan
PerhitunganBahan

1. Sari LidahBuaya x 100 = 4ml

2. PVA x 100 = 10 g

3. HPMC x 100 =1g

4. Propilenglikol x 100 = 15ml

5. MetilParaben x 100 = 0,2 g

6. PropilParaben x 100 = 0,1 g

7. Aquadest = 100 – ( 4 + 10 + 1 + 15 +

19
0,2 + 0,1 )
= 100 – 30,3
= 69,7 ml

20
BAB V
METODE PRAKTIKUM
5.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi kosmetik sediaan masker dilaksanakan pada hari rabu
tanggal 20 Oktober 2021 di Laboratorium Teknologi Farmasi Jurusan Farmasi
Universitas Negeri Gorontalo.Waktu pelaksanaan praktikum ini mulai pukul 10.45
sampai 12.40 WITA.
5.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu Batang pengaduk,
Corong, gelas beker, gelas ukur, lumpang dan alu, Spatula. Bahan yang digunakan
yaitu alkohol 70%, aquadest, Metil paraben, Propil paraben, Propilenglikol, PVA,
Sari lidah buaya.
5.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat dengan alkohol 70%
3. Dimasukan PVA kedalam mortir dikembangkan dalam aquadest hangat
4. Dimasukan HPMC kedalam mortar terpisah, dan dikembangkan dengan
aquadest hangat
5. Dicampurkan keduannya kedalam mortar kemudian di gerus hingga homogen
6. Dilarutkan metil paraben dan propil paraben kedalam propilenglikol, diaduk
sampai homogen
7. Dimasukan ke dalam mortar yang berisi PVA dan HPMC, di aduk hingga
homogen
8. Ditambahkan sari lidah buaya sedikit demi sedkit, diaduk hingga homogen
9. Ditambahkan aquadest hingga mencapai 100 gr
10. Di aduk kembali hingga homogen
11. Dimasukan kedalam wadah tertutup rapat

21
5.4 Tabel Evaluasi
No. Jenis Syarat Prinsip Hasil pengamatan
Evaluasi
1 Organoleptik Bau, warna, dan Diamati hasil Bau khas dari lidah
tekstur dari masker peel buaya, harum,
off berwarna putih
keruh, dan
berbentuk gel
2 Uji pH 4,5-6,5 Dilakukan Hasil nilai pH
(trenggono dan pengukuran sediaan yaitu 7,6
latifah, 2007). menggunakan
kertas pH
3 Uji Homogen Uji homogenitas Sediaan
Homogenitas dilakukan menunjukan
dengan cara terjadinya
sediaan homogenitas. Hal
diletakkan diatas ini dikarenakan
kaca objek, lalu bahwa bahan-
dilihat apakah bahan dalam gel
ada partikel- dapat terlarut dan
partikel kasar tercampur
atau ketidak sempurna secara
homogenan. homogen.
4 Uji Viskositas Standar uji yang Uji ini Hasil pemeriksaan
diperoleh harus meggunakan viskositas
dalam batas viskometer menunjukkan
rentang nilai brookfield bahwa semakin
viskositas yang menggunakan meningkat

22
ditujukan yaitu spindle yang konsentrasi PVA
2000 sampai 4000 dipasang pada maka viskositas
cps. Semakin alat kemudian akan semakin
tinggi nilai dicelupkan meningkat dan
viskositasnya kedalam sediaan waktu
maka semakin yang telah penyimpanan dapat
tinggi tingkat diletakkan mempengaruhi
kekentalan zat dalam wadah. viskositas.
tersebut (Sinala & Atur kecepatan
, Amalia Afriani, dan tunggu hasil
2019) skala hingga
stabil.
5 Uji Daya Standart uji yang Ambil dan -
Sebar diperoleh harus timbang
dalam batas sebanyak 1
rentang daya gram, letakkan
sebar masker gel di atas plat kaca,
yang baik yaitu tutup dengan
antara 5-7 cm plat kaca lain,
(Pratiwi & dan ukur dan
Wahdaningsih, dicatat diameter
2018). penyebarannya
pada saat tidak
ditambahkan
beban, ditambah
beban 50, 100,
dan 150 gram.
6 Uji Waktu Standar waktu Menimbang Hasil yang

23
Kering lama sediaan sediaan diperoleh dari
masker sebanyak 1gram, pengujian waktu
mengering yang oles pada kulit kering ialah 9
diperoleh berada dan diamkan menit.
dikisaran waktu sampai
15 menit-30 mengering, catat
menit (Intan waktu
Pratiwi, 2018). mengering
masing-masing
formula.

24
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Hasil

Masker Gel Peel Off


Lidah Buaya (Alverin)

6.2 Pembahasan
Masker gel peel-off merupakan sediaan kosmetika perawatan kulit yang
berbentuk gel dan setelah diaplikasikan ke kulit dalam waktu tertentu hingga
mengering, sediaan ini akan membentuk lapisan film transparan yang elastis,
sehingga dapat dikelupas Masker gel peel-off memiliki banyak keunggulan
dibandingkan dengan masker jenis lain yaitu sediaan berbentuk gel yang sejuk,
mampu merelaksasikan dan membersihkan wajah secara maksimal dengan mudah,
daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernafasan pori tidak
terganggu, mudah dikelupas dan dicuci dengan air (Yulin, 2015).
Pada praktikum kali akan dibuat sediaan masker peel off dengan zat aktif
aloin dari perasan lidah buaya. Aloin atau aloe-emodin adalah antrakuinon utama
pada tanaman lidah buaya. Memiliki struktur polifenol, yang dapat menghambat
sintesis protein sel bakteri, sehingga memiliki aktivitas sebagai antibakteri dan
antiviral yang kuat (Fani dan Kohanteb, 2012). Langkah pertama yaitu menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan, dan membersihkan alat dengan menggunakan
alkohol 70%. Menurut Pratiwi (2008), alkohol 70% dapat mempercepat proses

25
pembersihan alat dari mikroorganisme. Selanjutnya pada pembuatan masker gel peel
off dimasukkan PVA ke dalam mortar dan dikembangkan dalam aquadest hangat,
digunakan PVA sebagai basis untuk memberikan efek peel off karena memiliki sifat
adhesive atau bisa membentuk lapisan film yang mudah dikelupas setelah mengering
(Priani, dkk., 2015). Sedangkan penggunaan PVA menurut Ainaro, dkk (2015),
sebagai komponen basis, PVA memiliki kemampuan untuk meningkatkan viskositas
gel dan membentuk lapisan film yang elastis selain itu, menurut Sukmawati, dkk
(2013), sebagai pembentuk lapisan film masker wajah gel peel off dapat digunakan
PVA dengan rentang konsentrasi 10-16%.
Untuk langkah selanjutnya yaitu dimasukkan HPMC ke dalam mortar terpisah
dan dikembangkan dengan aquadest hangat. Digunakan HPMC sebagai gelling agent
agar dapat membentuk gel yang jernih dan bersifat netral serta memiliki viskositas
yang stabil pada penyimpanan jangka panjang (Rowe et al., 2009). Selain itu HPMC
dapat mengembang dalam air sehingga merupakan bahan pembentuk hidrogel yang
baik. Hidrogel sangat cocok digunakan sebagai sediaan topikal dengan fungsi
kelenjar sebaseus berlebih, dimana hal ini merupakan salah satu faktor penyebab
jerawat (Voigt, 1994). Menurut Rowe (2009), konsentrasi yang cocok adalah 1-5%.
Setelah proses pembuatan gelling agent, PVA dan HPMC disatukan dan
digerus hingga homogen. Ditambahkan metil paraben dan propel paraben yang telah
dilarutkan ke dalam propilenglikol. Propilenglikol digunakan sebagai humektan yang
akan mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga sifat fisik dan stabilitas
sediaan selama penyimpanan dapat dipertahankan (Allen, 2012). Konsentrasi
propilenglikol sebagai humektan dalam sediaan topikal setara dengan 15% (Rowe et
al., 2009). Serta digunakan kombinasi pengawet metil paraben dan propil paraben
untuk meningkatkan spectrum kerja yang luas dari pengawet dan juga untuk
mencegah timbulnya mikroorganisme yang bias merusak sediaan (Tranggono dan
Latifah, 2007). Konsentrasi yang cocok digunakan adalah 0,02-0,3 % untuk metil
paraben dan 0,01-0,6% untuk propil paraben (Rowe, 2009). Setelah homogen,

26
dimasukkan sari lidah buaya sedikit demi sedikit, diaduk hingga homogen. Kemudian
ditambahkan aquadest hingga mencapai bobot 100 gr.
Setelah proses pembuatan masker peel off dilanjutkan dengan proses evaluasi
sediaan yang telah dibuat. Evaluasi yang dilakukan meliputi uji organoleptik, Uji pH,
uji homogenitas, uji viskositas, uji daya sebar dan uji waktu kering. Langkah ini
bertujuan untuk memastikan apakah sediaan yang telah dibuat atau diproduksi telah
sesuai dengan pedoman yang berlaku serta memenuhi syarat sebagai sediaan masker
gel peel off sehingga layak diberikan kepada pasien.
Evaluasi pertama yang dilakukan adalah dilakukan uji organoleptik.
Pengujian organoleptik bertujuan untuk mengetahui organoleptik sediaan yang
meliputi bentuk, warna, dan bau sediaan. Hasil dari evaluasi organoleptik yakni
sediaan menunjukan bahwa warna putih keruh, hal ini menunjukan bahwa pengaruh
ekstrak lidah buaya (aloe vera) yang berwarna sedikit kekuningan tidak
mempengaruhi warna sediaan. Selain itu, memiliki bau yang khas dari lidah buaya
serta memiliki tekstur yang agak kental. Hal ini sesuai dengan literature, menurut
Ginting (2017), standar masker gel pell off biasanya memiliki tekstur yang lembut
dan agak kental.
Untuk evaluasi kedua yaitu uji pH, pengujian pH bertujuan untuk mengetahui
tingkat keasaman dari sediaan masker gel peel off saat digunakan. Bila pH sediaan
berada di atas interval pH kulit di khawatirkan akan menyebabkan kulit bersisik atau
bahkan terjadi iritasi sedangkan jika berada di bawah pH kulit dapat menyebabkan
kulit terasa licin, cepat kering, serta dapat mempengaruhi elastisitas kulit (Renny siti
sarifah, 2015). Hasil yang didapatkan yaitu masker gel peel off perasan lidah buaya,
memiliki nilai pH 7,4, hal ini sudah sesuai dengan literatur dimana standart uji yang
diperoleh harus dalam batas rentang pH yang ditujukan yaitu 4,5-6,5 dan dalam batas
aman untuk sediaan topikal yaitu sekitar 4,5- 8,0 (Renny siti sarifah, 2015).
Evaluasi ketiga yaitu uji homogenitas. Uji homogenitas dapat dilihat secara
visual dimana hasil yang didapatkan dapat dikatakan homogen karena tidak terdapat

27
butir-butir pada sediaan. Sesuai dengan penelitian Ivan dkk., (2020), hasil yang
didapatkan dari uji homogenitas yaitu sediaan tidak menunjukkan terjadinya
perubahan homogenitas. Hal ini dapat menunjukkan bahwa bahan-bahan dalam gel
dapat terlarut dan bercampur sempurna secara homogen.
Evaluasi keempat yaitu uji viskositas dimana pengujian viskositas bertujuan
untuk menentukan nilai kekentalan suatu zat. Hasil yang didapatkan yakni pada
Kecepatan 50rpm dengan no spindel 05 diperoleh mpas 312 dan pada kecepatan
30rpm dngan no spindel 05 diperoleh mpas 330. Standar uji yang diperoleh harus
dalam batas rentang nilai viskositas yang ditujukan yaitu 2000 sampai 4000 cps.
Semakin tinggi nilai viskositasnya maka semakin tinggi tingkat kekentalan zat
tersebut Viskositas sediaan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
faktor pencampuran atau pengadukan saat proses pembuatan sediaan, penggunaan
gelling agent dan konsentrasi yang digunakan (Sinala & , Amalia Afriani, 2019).
Evaluasi kelima yaitu uji daya sebar. Pengujian daya sebar dimaksudkan
untuk mengetahui kemampuan masker gel dalam penyebaran merata pada saat
pengunaan. Masker gel yang baik memiliki diameter daya sebar antara 5cm sampai
7cm (Garg et al , 2002).
Evaluasi terakhir yaitu uji waktu pengeringan. Pada pengujian waktu
pengeringan dimaksudkan untuk mengetahui berapa lama sediaan masker peel off
mampu mengering dan membentuk lapisan film. Masker peel off yang baik mampu
mengering pada rentang waktu 15- 30 menit. Waktu tersebut adalah waktu ideal
pengaplikasiaan masker secara umum (Zhelsiana, dkk, 2016). Hasil yang didapatkan
yakni 9 menit. Hal ini dikarenakan peningkatan konsentrasi PVA mempercepat waktu
pengeringan. Semakin tinggi konsentrasi PVA yang digunakan, maka semakin rendah
pelarut atau fase cair yang terkandung dalam sediaan sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk penguapan pelarut lebih cepat (Yani, 2015).

28
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari ekstrak lidah buaya (aloevera) kita menjadikan sediaan masker peel
off, ekstrak lidah buaya dalam 100 mil sediaan menghasilkan ekstrak
kental sekitar 4 mil dan ditambahkan aquadest sebanyak 69,7 mil.
2. Ekstrak lidah buaya merupakan salah satu yang memiliki kandungan
anti oksidan yang tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan utama
formulasi sedian masker peel off. Ekstrak lidah buaya (Aloevera)
memiliki banyak manfaat bagi kulit dapat menghaluskan kulit,
membantu meredakan radang dan gatal, mengobati jerawat,
mempercepat penyembuhan luka dan nutrisi bagi kulit.
3. Masker wajah ini berbentuk gel dengan kandungan ekstrak lidah buaya
dan ditunjukan untuk memelihara dan menjaga kelembaban kulit.
Dalam mengevaluasi masker yaitu organ oleptik diamati hasil dari
masker peel off, uji Ph mengunakan kertas Ph, uji homogenitas, uji
viskositas, uji daya sebar dan uji waktu kering.
7.2 Saran
7.2.1 Saran Untuk Asisten
Diharapkan agar dapat memberi panduan didalam leb, agar praktikan lebih
berhati-hati dan teratur dalam setiap langkah dan prosedur kerja dalam
laboratorium.
7.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan untuk menambah fasilitas laboratorium dan juga bahan-bahan
atau zak aktif, zat tambahan, agar bisa disediakan lebih banyak sehingga
sediaan yang dibuat akan lebih stabil.

29
7.2.3 Saran Untuk Praktikan
Diharapkan untuk lebih meningkatkan ketelitian, keterampilan dan ketepatan
saat berada dalam laboratorium.

30

Anda mungkin juga menyukai