Anda di halaman 1dari 6

Pengetahuan Tentang Membangun Resiliensi Keluarga Ketika Menghadapi Pandemi Covid-19

PENGETAHUAN TENTANG MEMBANGUN RESILIENSI KELUARGA


KETIKA MENGHADAPI PANDEMI COVID-19
Veronica Kristiyani, Khusnul Khatimah,
Fakultas Psikologi, Universitas Esa Unggul
Jalan Arjuna Utara No.9, Jakarta, Indonesia
veronica@esaunggul.ac.id

Abstract
The current condition of the Covid-19 pandemic which has an impact on financial, health, education
and other aspects makes families need to support each other so that they can develop resilience in the
family. The purpose of community service carried out within the scope of Esa Unggul University
lecturers is to provide knowledge about building family resilience during the Covid-19 pandemic. The
implementation method is carried out through laptop electronic devices and through the Zoom
application with the speaker distributing slides through Zoom and then a discussion is held in the
form of questions and answers to increase the participants' understanding. As a result, most of the
participants considered this community service activity very important and very beneficial, but a small
proportion considered it the opposite. In the future, it is hoped that community service activities will
be held with topics related to family resilience but focused on tips or ways that participants can do. In
addition, a guidebook can also be made regarding ways to increase family resilience so that it can be
used by participants and the wider community.

Keywords: family resilience, covid-19 pandemic, challenges

Abstrak
Kondisi pandemi Covid-19 saat ini yang berdampak pada aspek finansial, kesehatan, pendidikan,dan
hal-hal lain membuat keluarga perlu mendukung satu sama lain sehingga dapat mengembangkan
resiliensi di dalam keluarga. Tujuan pengabdian masyarakat yang dilakukan di lingkup dosen
Universitas Esa Unggul untuk memberikan pengetahuan tentang membangun resiliensi keluarga di
masa pandemi Covid-19. Metode pelaksanaan dilakukan melalui perangkat elektronik laptop dan
melalui aplikasi Zoom dengan pemateri membagikan slide melalui Zoom dan selanjutnya diadakan
diskusi berupa tanya jawab untuk menambah pemahaman peserta. Hasilnya sebagian besar peserta
menganggap sangat penting dan sangat bermanfaat kegiatan pengabdian masyarakat ini, namun
sebagian kecil menggap sebaliknya. Untuk selanjutnya diharapkan diadakan kegiatan pengabdian
masyarakat dengan topik terkait resiliensi keluarga namun difokuskan pada tips atau cara-cara yang
dapat dilakukan peserta. Selain itu dapat juga dibuat buku panduan terkait cara untuk meningkatkan
resiliensi keluarga agar dapat digunakan bagi peserta dan masyarakat lebih luas.

Kata kunci : resiliensi keluarga, pandemi covid-19, tantangan

Pendahuluan berpengaruh terhadap interaksi antara individu


Kondisi pandemi Covid-19 yang dialami dengan orang lain atau lingkungan. Sistem terkecil
oleh masyarakat dunia saat ini berdampak pada yang terdapat pada keluarga yang disebut
seluruh aspek seperti kesehatan, finansial, microsystem memiliki pola aktivitas yang akan
pendidikan, dan hal-hal lain. Dampak pada situasi membentuk perilaku dan kebiasaan pada diri
tersebut membawa perubahan pada keseluruhan individu. Perkembangan individu dipengaruhi
aspek tersebut. Perubahan pada beberapa aspek adanya sistem dalam lingkup terkecil yang disebut
membuat individu perlu beradaptasi dengan situasi microsystem maunpun dalam lingkup besar yang
dan kondisi saat ini. Adaptasi yang dilakukan oleh disebut cronosystem. Pandemi Covid-19 dalam
individu akan lebih mudah dilakukan salah satunya tingkatan tertentu berpengaruh terhadap sistem yang
ketika ada dukungan keluarga. Tidak hanya individu terbesar yaitu cronosystem yang akan membentuk
yang perlu beradaptasi, namun keluarga tempat perilaku dan kebiasaan individu dalam lingkup
individu tinggal perlu melakukan adaptasi secara sosial yang lebih besar. Perilaku dan kebiasaan
cepat agar mampu mengatasi tantangan yang individu dalam lingkup besar tentunya akan
dihadapi saat ini secara bersama-sama. berpengaruh juga pada sistem terkecil di lingkungan
Teori ecological models yang keluarga. Keluarga perlu untuk beradaptasi dengan
dikembangkan oleh Bronfenbrenner (1994) adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada
menjelaskan tentang sistem-sistem yang dapat lingkup sosial yang lebih besar terutama di situasi

Jurnal Abdimas Volume 6Nomor 4, Juni 2020 232


Pengetahuan Tentang Membangun Resiliensi Keluarga Ketika Menghadapi Pandemi Covid-19

yang pandemi Covid-19 yang sebagian individu tentang membangun resiliensi keluarga. Dengan
merasakan kesulitan dalam situasi ini. adanya pengabdian masyarakat ini diharapkan
Setiap keluarga memiliki masalah dan dosen-dosen di lingkup Universitas Esa Unggul
tantangan masing-masing terutama dalam situasi tetap dapat menyesuaikan diri dan menghadapi
pandemi Covid-19. Pandemi secara global yang tantangan atau kesulitan yang dihadapi saat pandemi
terjadi saat ini menimpa sebagian besar keluarga Covid-19 dan mengembangkan resiliensi di dalam
baik itu kalangan bawah, menengah, dan atas. Untuk keluarganya.
itu keluarga dituntut untuk dapat mengatasi setiap
permasalahan yang dihadapinya. Keluarga yang Metode Pelaksanaan
mampu mengatasi berbagai tantangan dan bangkit Pengabdian masyarakat ini dilakukan pada
dari hal-hal yang membuat terpuruk disebut keluarga hari Kamis, 16 April 2020 dengan menggunakan
yang resilien (Walsh, 2016). Walsh (2003,2016) perangkat elektronik seperti laptop melalui aplikasi
menjelaskan bahwa resiliensi keluarga merupakan Zoom. Namun peserta yang menggunakan Facebook
kemampuan keluarga dan proses dalam kehidupan juga tetap dapat mengikuti kegiatan pengabdian
keluarga untuk bertahan atau bangkit dari hal yang masyarakat karena disiarkan pula seca live pada
membuat terpuruk atau situasi sulit. Resiliensi aplikasi Facebook. Materi yang diberikan pada
keluarga dipandang sebagai sebuah proses yang peserta berupa slide presentasi yang ditayangkan
dijalani di sepanjang kehidupan keluarga sehingga pada aplikasi Zoom. Lokasi berada di rumah
anggota di dalam keluarga perlu bersinergi dalam atautempat peserta masing-masing. Peserta yang
menjalani kehidupan.Kemampuan ini perlu dimiliki mengkuti pengabdian masyarakat merupakan dosen
oleh setiap keluarga di manapun berada terutama Universitas Esa Unggul (UEU) dengan berbagai
dalam menghadapi situasi Covid-19. lintas fakultas dan jurusan. Kegiatan pengabdian
Resiliensi keluarga penting untuk dimiliki masyarakat dilakukan pada awalnyadengan cara
oleh setiap keluarga khususnya dalam situasi pemateri melakukan presentasi untuk memberikan
pandemi Covid-19, namun kemampuan untuk dapat pengetahuan tentang kondisi yang ada pada saat
bertahan atau bangkit dari situasi tidak terjadi secara iniyaitu adanya pandemi Covid-19 dan cara
langsung karena hal ini merupakan sebuah proses membangun resiliensi keluarga pada kondisi saat ini.
yang artinya perlu adanya latihan untuk dapat Durasi penyampaian materi sekitar 20 menit. Setelah
menjadikan keluarga yang resilien. Keluarga yang penyampaian materi lalu dilanjutkan dengan diskusi
di dalamnya terdapat individu atau anggota perlu dan tanya jawab berkaitan dengan tema resiliensi
belajar untuk menghadapi tantangan secara bersama- keluarga selama kurang lebih 40 menit. Setelah
sama dan mampu memaksimalkan potensi di dalam dilakukan seminar selanjutnya diadakan pooling
keluarga yang dimilikinya. Untuk dapat mengenai manfaat dan seberapa pentingnya bagi
memaksimalkan potensi di dalam keluarga agar peserta dalam kaitan materi tentang membangun
dapat mengatasi tantangan yang ada saat ini maka resiliensi keluarga ketika pandemi covid-19 ini.
dibutuhkan adanya pengetahuan untuk membangun
resiliensi dalam keluarga. Prime, Wade, dan Browne Hasil dan Pembahasan
(2020) menemukan dari hasil kajian literaturnya Kondisi pandemi Covid-19 saat ini yang
bahwa pandemi covid-19 ini sangat berpengaruh mengakibatkan adanya perubahan di berbagai aspek
kesejahteraan anak-anak dan resiliensi di dalam maka perlu peningkatan pengetahuan bagi dosen-
keluarga. Hasil literature tersebut juga akan dosen di Universitas Esa Unggul di berbagai bidang,
menyediakan dan menyarankan adanya promosi dan salah satunya membangun resiliensi keluarga di
penyuluhan tentang risiko yang dihadapi keluarga situasi pandemi covid-19. Pada awalnya
dalam konteks covid-19 dan resiliensi di dalam disampaikan tentang tantangan yang dihadapi oleh
keluarga melalui kepercayaan di dalam keluarga. keluarga di situasi pandemi Covid-19. Tantangan
Dengan demikian, pengetahuan terhadap keluarga- yang dihadapi oleh keluarga seperti penurunan
keluarga sangat penting untuk dilakukan agar dalam hal finansial, kesehatan yang dapat membuat
keluarga-keluarga dapat meningkatkan penyesuaian keluarga merasakan cemas, khawatir, stres, dan
diri, mampu bertahan dalam kondisi seperti ini, dan sebagainya. Untuk itu dibutuhkan adanya keluarga
memberdayakan dirintya di tengah situasi pandemi yang resilien. Selanjutnya dijabarkan pengertian
Covid-19. tentang resiliensi keluarga dan faktor risiko yang
Tujuan diadakan kegiatan pengabdian dapat menurunkan resiliensi di dalam keluarga
masyarakat di lingkup Universitas Esa Unggul seperti adanya stres akibat situasi dan kondisi
terutama terhadap dosen-dosen Universitas Esa pandemi saat ini serta faktor protektif yang
Unggul yaitu untuk memberikan pengetahuan mendorong hasil positif di dalam keluarga seperti
kepada dosen di berbagai fakultas dan jurusan kemampuan regulasi emosi dan copingketika

Jurnal Abdimas Volume 6Nomor 4, Juni 2020 233


Pengetahuan Tentang Membangun Resiliensi Keluarga Ketika Menghadapi Pandemi Covid-19

menghadapi permasalahan dan situasi sulit yang yang sekarang mengalami perubahan drastis dalam
dihadapi. Selanjutnya dijabarkankomponen kunci situasi pandemi covid-19, yang biasanya piknik
yang menjadi dasar untuk mengembangkan resiliensi bersama kini tidak bisa lagi, yang biasanya ngobrol
di dalam keluarga. Setelah pemaparan pengetahuan malam minggu direstaurant favorit sekarang tidak
tentang membangun resiliensi keluarga, maka bisa lagi. Sedangkan jawabannya adalah sesuatu hal
selanjutnya diadakan tanya jawab untuk menambah sifatnya netral tergantung individu ingin melihat dari
pemahaman peserta terkait dengan resiliensi sudut pandang yang mana. Oleh karena itu, jika
keluarga. Adapun pertayaan yang diajukan peserta, individu ingin membuat suasana kebatinan dalam
sebagai berikut : keluarga kembali pada kedaan bahagia di situasi
Pertanyaan pertama yaitu bagaimana cara pandemi covid-19, maka pikirkanlah hal-hal yang
membedakan resiliensi dan coping? Jawaban dari bahagia pada situasi ini seperti bisa bekerja dari
pertanyaan yaituresiliensi lebih pada kemampuan rumah sehingg memiliki waktu lebih banyak untuk
individu untuk dapat mengatasi kesulitan dalam keluarga, bisa belajar memasak makanan yang enak
hidupnya dan mampu meneruskan atau menjalani untuk keluarga, tidak perlu merasakan macet sepert
kehidupannya (Reivich & Shatte, 2002). Sedangkan biasanta ketika mengajara atau bekerja di luar rumah
coping lebih pada usaha yang dilakukan individu , dan sebagainya. Kebahagiaan itu perlu diciotakan
secara terus menerus untuk mengatur berbagai dengan memunculkan pikiran-pikiran yang membuat
tekanan atau permasalahan yang datang pada bahagia sehingga merasakan kebahagiaan dan bisa
individu (Lazarus, 1993). Dengan demikian, dapat menjalani hari-hari di situasi pandemi covid-19
dikatakan bahwa resiliensi kemampuan individunya dengan bahagia. Ada hikmah yang memberdayakan
untuk dapat mengatasi situasi sulit sedangkan coping dibalik situasi yang dianggap sulit tersebut.
merupakan upaya, strategi individu untuk mengatasi Pertanyaan keempat yaitu banyak berita
kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya. Pada hoax mengenai covid-19 yang menimbulkan rasa
beberapa penelitian ditemukan bahwa resiliensi cemas dalam keluarga, bagaimana cara
berhubungan dengan coping. Resiliensi juga bisa mempertahanakan resiliensi keluarga di tengah
terbentuk dari adanya coping yang dilakukan kecemasan dalam simpang siur informasi wabah
individu ketika menghadapi permasalahan. covid-19?Jawabannya yaitu cara mempertahankan
Pertanyaan kedua yaitu sistem seperti apa resiliensi keluarga di tengah kecemasan dalam
yang mampu membuat keluarga dengan keyakinan simpang siur informasi wabah covid-19 yaitu yang
yang dimiliki bisa dipertahankan dalam situasi perlu dilakukan ketika mendapat berita yaitu cek
krisis? Jawabannya adalah setiap keluarga memiliki kebenaran berita tersebut, bandingkan antara data
nilai-nilai atau aturan yang dapat dijalani dan satu dengan data yang lainnya. Ketika ingin
dipertahankan. Nilai-nilai atau aturan ini bisa mengecek berita ambil dari situs yang dapat
didapat dari penanaman nilai yang diajarkan oleh dipercaya. Gunakan berpikir kritis yaitu membuat
orang tua pada waktu dulu sehingga saat ini kesimpulan dengan meilhat dari berbagai sudut
diterapkan pada keluarga intinya saat ini. Nilai-nilai pandang dan ajukan pertanyaan dalam diri ketika
itu dapat menjadi sebuah belief system yang mendapatkan berita, seperti apakah benar atau
melandasi keluarga tersebut berperilaku. Bila masuk akal berita tersebut, sumbernya dari mana,
menelaah sistem kepercayaan atau belief system apakah ada informasi lain yang serupa yang
yang ada di teori Walsh (2016) maka sistem mengatakan hal yang berbeda, dan sebagainya
kepercayaan merupakan komponen kunci di dalam setelah itu dapat kita cek kebenaran informasinya.
membangun resiliensi keluarga. Komponen tersebut Kecemasan yang timbul dapat bersumber dari
yaitu memberi makna pada situasi krisis, pandangan ketidaktahuan kita terhadap informasi. Namun jika
positif, dan spiritualis. Keluarga dapat menggunakan setelah dicek kemudian informasinya membuat kita
semua aspek di dalam sistem kepercayaan atau belief cemas, maka dapat kita lakukan seperti yang
system agar keyakinan untuk dapat bertahan dikatakan Walsh, memberi makna pada situasi krisis
terhadap krisis dapat dipertahankan. Maka yaitu carilah makna yang memberdayakan pada
maksudnya disini adalah sistem kepercayaan yang situasi krisis seperti yang telah diungkapnkan
dapat membuat keluarga dapat mempertahankan pertanyaan yang lalu, berlatih memiliki pandangan
keyakinan yang dimiliki agar dapat mengatasi situasi positif terhadap suatu kejadian, atau latihan
krisis adalah ketiga hal tersebut yaitu memberi kaitannya dengan spiritualis seperti memperbanyak
makna pada situasi krisis, pandangan positif, dan ibadah, meditasi atau berlatih relaksasi, mengikuti
spiritualis. kegiatan yang memberdayakan diri dan memperkuat
Pertanyaan ketiga yang diajukan peserta iman secara online, dan sebagainya.
yaitu bagaimana cara membuat suasana kebatinan Pertanyaan kelima yang diajukan oleh
dalam keluarga kembali dalam keadaan bahagia peserta yaitu sebagai kepala keluarga yang

Jurnal Abdimas Volume 6Nomor 4, Juni 2020 234


Pengetahuan Tentang Membangun Resiliensi Keluarga Ketika Menghadapi Pandemi Covid-19

diberhentikan dari perusahaan dan tidak mempunyai masing-masing anggota keluarga. Selanjutnya
penghasilan, bagaimana cara mempertahankan anggota keluarga membuat aturan atau komitmen
resiliensinya? Jawabannya adalah cara untuk berkomunikasi atau berdiskusi membahas hal-
mempertahankan resiliensi keluarga ketika hal apapun yang penting diketahui oleh keluarga.
diberhentikan pekerjaan dari perusahaan yaitu Komunikasi intens juga bisa dilakukan saat
kembali pada teori Walsh bahwa resiliensi keluarga melakukan kegiatan seperti makan bersama,
dapat meningkat ketika keluarga memiliki belief mengerjakan kegiatan bersama di rumah seperti
system/sistem keyakinan keluarga yang terdiri dari memasak, bercocok tanam, dan sebagainya. Bila ada
memberi makna pada situasi krisis, memiliki permasalahan yang perlu dipecahkan di dalam
pandangan positif, dan melakukan hal-hal yang keluarga bisa dilakukan komunikasi dengan
kaitannya dengan spiritualis. Komponen kedua menciptakan kondisi seperti diskusi dengan
keluarga perlu memiliki proses organisasi yang di mengajukan pertanyaan kepada naggota keluarga
dalamnya tercakup fleksibilitas, keterhubungan, dan dan meminta mereka berpendapat kemudian
sumber data sosial ekonomi. Komponen ketiga bersama-sama mencari solusi terhadap permaslahan
proses komunikasi dan pemecahan masalah di dalam yang dihadapi.
keluarga yaitu adanya kejelasan, keterbukaan, dan Pertanyaan ketujuh yang pada sesi tanya
penyelesaian masalah yang kolaboratif. Arttinya jika jawab adalah bagaimana cara mendukung tiap tiap
mengacu pada hal tersebut bila menghadapi anggota keluarga yang berbeda suku di tengah
permasalahan membangun sistem keyakinan yang pandemic covid-19 ?Jawabannya adalah mendukung
mampu memberdayakan bagi keluarga seperti tiap-tiap anggota keluarga yang berbeda suku yang
memberi makna yang lebih poistif terhadap sesuatu dimaksud disini adalah keluarga besar yang
yang sedang menimpa keluarga, dan sebagainya. mungkin berbeda suku maka perlu dipahami bahwa
Selain itu perlu mengoganisasikan suatu suku-suku memiliki nilai-nilai yang dianut dalam
permasalahan dan sumber-sumber yang ada di dalam menghadapi suatu krisis seperti pada suku Jawa ada
keluarga dengan baik yaitu berusaha untuk fleksibel konsep ‘nrimo’ bisa terjadi konsep itu digunakan
dan berusaha beradaptasi dengan situasi yang ada, untuk menghadapi situasi krisis yaitu pasrah,
mengatur dan membagi tugas di dalam keluarga menerima dani khlas menghadapi situasi pandemi
seperti mencari di dalam keluarga memiliki covid-19. Oleh karena itu perlu paham nilai-nilai
kelebihan apa misal memasak maka sumber daya pada budaya tersebut dengan cara berdiskusi dan
yang dimiliki bisa digunakan untuk membantu sama-sama saling memahami. Diskusi atau bentuk
perekonomian keluuarga seperti berjualan makanan dukungan dalam situasi pandemi covid-19 bisa
ke orang-orang terdekat seperti tetangga sehingga dilakukan secara online seperti melalui aplikasi
dapat menambah penghasilan. Dalam hal ini perlu zoom atau video call, dan sebagainya.
libatkan seluruh anggota keluarga. Jika memiliki Pertanyaan kedelapan yaitu ketika kita
masalah seperti diberhentikan dari pekerjaan sudah menyampaikan informasi kepada keluarga dan
sehingga penghasilan berkurang maka perlu mereka memahami tapi begitu di lingkungan sekitar
dikomunikasikan dengan baik pada keluarga kita, ternyata pemahaman mereka bahwasanya virus
sehingga bersama-sama mencari solusi atau dapat itu membahayakan bahkan keluar rumahpun bisa
melakukan pemecahan masalah yang kolaboratif. saja membahayakan bagi kita, akhirnya apayang kisa
Intinya fokus pada solusi yang perlu dilakukan sosialiasikan kepada mereka tidak mempan.
bukan fokus pada masalah yang dihadapi sehingga Bagaimana cara kita menjelaskan kembali kepada
keluarga dapat tetap resilien yaitu bertahan dalam keluarga supaya mereka tidak terlalu takut untuk
situasi sulit dan dapat bangkit serta memberdayakan beraktivitas di luar rumah sehingga apa yang kita
diri di situasi pandemi covid-19. rencanakan terlaksana dengan baik? Jawabannya
Pertanyaan keenam dari tanya jawab yaitu adalah untuk menjelaskan pada anggota keluarga
bagaimana caranya untuk membina kembali ada baiknya digunakan fakta atau informasi yang
komunikasi antar keluarga di tengah pandemi covid- akurat dari sumber terpercaya sehingga keluarga
19? Karena setiap keluarga mempunyai kesibukan dapat memahami kondisinya. Beberapa informasi
tiap tiap anggota. Jawabannya yaitu caranya untuk yang diberikan di sosial media dapat dijelaskan
membina komunikasi antar keluarga di tengah kembali seperti ketika ingin keluar rumah harus
pandemi covid-19. Sebenarnya kondisi saat ini menggunakan masker, lakukan physical disatancing
sangatb memungkinkan membina komunikasi dengan orang lain, bila tidak ada urusan mendesak
dimana anggota keluarga dapat bekerja dan sekolah ke luar rumah lebih baik berada di rumah, lalu
dari rumah. Dengan demikian hal yang perlu meskipun ke luar rumah selalu cuci tangan
dilakukan adalah mengatur dan menyesuaikan menggunakan sabun atau hand sanitizer. Bisa
dengan jadwal antara bekerja, sekolah atau kegiatan dijelaskan bahwa bisa keluar rumah namun tetap

Jurnal Abdimas Volume 6Nomor 4, Juni 2020 235


Pengetahuan Tentang Membangun Resiliensi Keluarga Ketika Menghadapi Pandemi Covid-19

menggunakan protokol kesehatan sesuai anjuran atau landasan individu atau keluarga di dalam
pemerintah. budaya tersebut berperilaku. Kaitannya dengan
Pertanyaan kesembilan yang ditanyakan agama maka agama juga termasuk dalam belief
oleh peserta yaitu definisi dari masalah krisis yang system karena agama diperkenalkan, diajarkan,
dimaksud dari resiliensi itu seperti apa? Apakah diyakini oleh individu di dalam keluarga dan
semua masalah yang dihadapi masyarat di tengah individu atau keluarga dalam berperilaku juga
pandemic covid-19 ini dikatakan masalah krisis? berpedoman pada agama.
Atau ada masalah masalah yang benar benar di Pertanyaan kesebelasatau pertanyaan
katakan masalah krisis sehingga diperlukan terakhir yang ditanyakan oleh peserta yaitu jarak
resiliensi?Jawabannya adalah krisis dapat dimaknai saya dengan keluarga jauh, saya juga ada
sebagai situasi yang merupakan titik balik yang kekhawatiran dengan keluarga disana tapi dengan
dapat membuat suatu kondisi menjadi lebih baik adanya teknologi kita tetap bisa komunikasi,
atau lebih buruk. Dengan demikian, situasi di tengah masalahnya anak saya ada beberapa yang masih
pandemi covid-19 ini dapat dikataan masalah krisis kecildan biasanya main bersama teman temannya
karena berdampak pada penurunan berbagai aspek tiap pagi sore, dan sekarang tidak, bagaimana
seperti kesehatam finansial, dan sebagainya Namun mengatasi agar anak saya senang karena tidak bisa
kembali lagi bagaimana individu atau keluarga main bersama teman-temannya?Jawabannya
memaknai situasi saat ini ada yang membuat situasi yaituanak bisa senang atau tidak tergantung dari
ini menjadi lebih buruk misal dengan mengeluh, lingkungan keluarganya. Meskipun anak tidak bisa
menyalahkan keadaan, namun ada juga di situasi ini main keluar rumah namun kita bisa menciptakan
dapat memberdayakan dirinya dengan mengerjakan permainan yang seru untuk anak-anak yang masih
kegiatan-kegiatan baru seperti memasak, bercocok kecil dengan melibatkan anak yang lebih besar,
tanam, menjahit, dan sebagainya. Dengan demikian, misal memasang tenda di pekarangan rumah,
masalah di tengah pandemi covid-9 ini secara umum bermain mobil dari kardus bekas, monopoli, ular
dapat dikatakan masalah krisis akibat adanya tangga, petak umpet atau permainan-permainan lain
penuruna di berbagai aspek sehingga memerlukan yang biasa dilakukan bersama dengan teman-
adanya resiliensi dalam menghadapinya namun temannya. Intinya orang tua perlu kreatif dalam
secara khusus kembali lagi pada individu atau menciptakan permainan-permainan untuk anak dan
keluarga dalam memaknai dan mengalami situasi berdiskusi juga dengan anak permainan apa yang
saat ini. Dalam artian pandemi covid-19 belum tentu diinginkan dan menarik baginya sehingga anak
menjadi masalah bagi sebagian keluarga karena senang dan tidak bosan berada di rumah.
dapat saja ada pihak-pihak atau keluarga yang malah Dalam pengabdian masyarakat ini juga
lebih sejahtera meskipun di tengah pandemi covid- didapatkan data dari yang terpantau melalui laptop
19 seperti pengusaha toko-toko bahan kue yang pemateri yaitu ada 69 peserta yang mengikuti
beberapa informasi mengatakan penghasilannya pooling melalui aplikasi zoom memberikan respon
meningkat dibandingkan sebelum pandemi covid-19 terhadap pertanyaan menurt anda, seberapa penting
karena ternyata keluarga di runah banyak yag peran resiliensi keluarga dalam menghadapi wabah
melakukan aktivitas memasak dan membuat kue. covid-19 ini? Respon dari peserta 60% menjawab
Pertanyaan kesepuluh yaitu ada fungsi belief sangat penting, 29% menjawab penting, 0%
system menurut Walsh, bagaimana yang dimaksud menjawab tidak penting, dan 11% menjawab tidak
belief system dalam resiliensi keluarga dan penting. Sedangkan untuk pertanyaan kedua yang
bagaimana system itu bekerja dan apakah belief diajukan ke peserta, apakah tema membangun
system hanya dihubungkan dengan budaya, resiliensi keluarga di tengah wabah covid-19 ini
bagaimana dengan kaitannya dengan bermanfaat? Respon yang diberikan peserta yaitu
agama?Jawabannya adalah yang dimaksud dengan 51% sangat bermanfaat, 38& bermanfaat, 0% tidak
belief system disini merupakan nilai-nilai yang bermanfaat, dan 11% sangat tidak bermanfaat.Hasil
diyakini oleh keluarga yang dapat menjadi landasan dari pengabdian masyarakat mendukung saran dari
keluarga tersebut berperilaku. Belief system bekerja tinjauan literature yang dilakukan oleh Prime,
dominan pada tatanan pikiran bawah sadar, artinya Wade, dan Browne (2020) yang sebagian besar
suatu nilai atau kebiasaan yang telah ditanamkan peserta merasakan sangat bermanfaat dan merasakan
dari kecil oleh keluarga maka akan menjadi sebuah penting diadakannya penyuluhan tentang hal yang
sistem yang diyakini oleh individu atau keluarga dan terkait dengan covid-19 dan resiliensi keluarga.
secara otomatis akan dijalankan dan diturunkan dari
generasi ke generasi. Belief system terkait dengan Kesimpulan
budaya karena pada setiap budaya memiliki nilai- Kegiatan pengabdian masyarakat yang
nilai yang diyakini yang dapat dijadikan pedoman dilakukan kepada dosen-dosen Universitas Esa

Jurnal Abdimas Volume 6Nomor 4, Juni 2020 236


Pengetahuan Tentang Membangun Resiliensi Keluarga Ketika Menghadapi Pandemi Covid-19

unggul menghantarkan pada suatu kesimpulan yaitu Walsh, F. (2003). Family resilience: A framework
peserta bahwa sebagian besar peserta menganggap for clinical practice. Family Process, 42(1), 1-
bahwa materi membangun resiliensi keluarga di 18.
tengah pandemi covid-19 merupakan materi yang
sangat penting dan sangat bermanfaat untuk Walsh, F. (2016). Strengthening Family Resilience
menambah pengetahuan di situasi pandemi covid- (3th edition). New York : Guilford.
19. Meskipun sebagian kecil peserta yang
menganggap sebaliknya yaitu sangat tidak penting
dan sangat tidak bermanfaat. Hanya saja
pengetahuan peserta terhadap resiliensi keluarga
baik dari konsep dan terutama dalam penerapannya
terhadap hal-hal praktis masih perlu diperdalam
karena peserta masih ada yang mengalami kesulitan
di dalam menerapkan aturan, nilai, perilaku,
membangun pola pikir yang lebih memberdayakan
di dalam keluargauntuk meningkatkan resiliensi
dalam keluarga khususnya di situasi pandemi covid-
19.
Untuk selanjutnya diharapkan
diadakankelanjutan kegiatan pengabdian masyarakat
dengan tema yang berkaitan dengan resiliensi
keluarga terutama tips-tips praktis atau cara-cara
yang perlu dilakukan oleh peserta beserta buku
panduan terkait cara meningkatkan resiliensi
keluargayang dapat dilakukan oleh peserta dan
masyarakat lebih luas. Dengan demikian, peserta
dan masyarakar luas memahami cara bersinergi
bersama keluarga dan memberdayakan sumber-
sumber di dalam keluarga serta mengembangkan
serta memaksimalkan potensi keluarga-keluarga
khususnya di situasi krisis dan situasi pandemi
covid-19.

Daftar Pustaka
Bronfenbrenner, U. (1994). Ecological models of
human development. In M. Gauvain & M.
Cole (Eds.), Readings on the development of
children, 2(1), 37-43. New York: Freeman.

Lazarus, R. S. (1993). Coping theory and research:


Past, present, and future. Fifty years of the
research and theory of RS Lazarus: An
analysis of historical and perennial issues,
366-388.

Prime, H., Wade, M., & Browne, D. T. (2020). Risk


and resilience in family well-being during the
COVID-19 pandemic. The American
Psychologist.Advance online publication.
http://dx.doi.org/10.1037/amp0000660

Reivich, K., & Shatte, A. (2002). The resilience


factor: 7 essential skills for overcoming life's
inevitable obstacles. Broadway books.

Jurnal Abdimas Volume 6Nomor 4, Juni 2020 237

Anda mungkin juga menyukai