Anda di halaman 1dari 23

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

OLEH

Tusutrisno. S. Dj. Latjani

PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan


melalui kegiatan pembejaran secara berjenjang dan berkesinambungan.
Sedangkan jalur pendidikan luara sekolah merupakan pendidikan yang
diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatan pembelajaran yang tidak harus
berjenjang dan berkesinambungan, termasuk pendidikan keluarga.
Berdasarkan fokus sasaran, pengembangan kurikulum dibedakan antara
pendekatan yang mengutamakan penguasaan ilmu pengetahuan, penguasaan
kemampuan standar, penguasaan kompetensi, pembentukan pribadi, dan
penguasaan kemampuan memecahkan masalah sosial kemasyarakatan.
Secara vertikanl berkaitan dengan kontinuitas pengembangan kurikulum
antara berbagai jenjang pendidikan (pendidikan dasar, menengah dan pendidikan
tinggi). Sedangkan secara horizontal berkaitan dengan keselarasan antara berbagai
jenis pendidika dalam berbagai jenjang. Jenis pendidikan yang termasuk jalur
pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan profesional dan lain-lain.
Dalam kaitanya dengan KBK pengembangan kurikulum tingkat nasional
dilakukan dalam rangka mengembangkan standar kompetensi untuk masing-
masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Dalam hal ini yang mejadi konsep dasar KBK .
2. Pengembangan, karakteristik dan implementasi KBK.
C. Tujuan
1. Mencari tahu yang mejadi konsep dasar KBK.
2. Mencari tahu tentang pengembangan, karakteristik dan implementasi KBK.

Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kurikulm Berbasis Kompetensi (KBK)


Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan seperangkat rencana
danpengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan
dan pengembangan sekolah Depdiknas ( Udin Syaifudin, 2015).
Dari rumusan tersebut, KBK lebih menekankan pada kompetensi atau
kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses
pembelajaran tertentu, sedaangkan masalah bagaimana cara mencapainya, secara
teknisi operasional diserhkan kepada guru dilapanga. Tidak ada dalam KBK
secara tersirat dan tersurat apa yang harus dilakukan guru untuk mencapai
kompetensi tertentu. KBK hanyalah memberikan petunjuk secara universal
bagaimana seharusnya pola pembelajaran diterapkan oleh setiap guru.
KBK berorentasi bahwa siswa bukan hanya memahami materi pelajaran
untuk mengembangaknan kemampuan intelektual saja, melainkan bagaimana
pengetahua itu dipahaminya dapat mewaranai perilaku yang ditampilkan dalam
kehidupan nyata.
B. Karakteristik KBK
Sasaran KBK pada penguasaan kompetensi dalam bidang-bidang praktis
terutama perkekrjaan keahlian baik kompetensi teknis, vokasional, maupun
profesional. Makna yang terkandung dan tersirat dalam KBK terdiri dua hal :
1. mengharapkan adanya hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri
peseta didik melalui serangkaian pengamalan belajar yang bermakna.
2. KBK memberkan peluang pada siswa sesuai dengan keberagaman yang
dimiliki masing-masing.
Dalam KBK siswa tidak sekedar dituntut untuk memahami sejumlah
konsep, akan tetapi bagaimana konsep yang dipeajari berdampak pada perilaku
dan pola pikir dalam tindakan sehari-hari. Dalam KBK menghargai bahwa setiap
siswa memiliki kemampuan, minat dan bakat yang berbeda sehingga diberikan

Page | 2
peluag kepada siswa tersebut untuk belajar sesuai dengan keberagaman dan
kemampuannya masing-masing. Oleh karena itu dalam KBK, proses
pembelajaran harus didesain agar dapat melayani setiap keberagaman tersebut.
Berdasarkan makna tersebut KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki
karakteristik utama. Pertaman, KBK memuat sejumlah kompetensi dasar sebagai
kemampuan standar minimal yang harus dicapai dan dikuasai siswa. Kedua,
implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan pada proses pengalaman
dengan memperhatikan keberagaman setiap individu. Ketiga, evaluasi dalam
KBK menekankan pada evaluasi dan proses belajar.
C. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang kompleks, dan
melibatkan berbagai faktor yang saling terkait. Oleh karena itu didalam
pengembangan kurikulum tersebut, tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari
pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum, harus
dipahami leh berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Pengembangan KBK mempfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat dijadikan sebuah contoh oleh
peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya.
Penerapan kurikulum berbasis kompetensi memungkinna para guru menilai hasil
belajar peseta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan
penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu peserta
didik perlu mengetahui kriteria penguasaan kompetensi yang akan dijadikan
sebagai standar penilaian belajar, sehingga para peseta didik sehingga
mempersiapkan dirinya melalui penguasaan terhadap jumlah kompetensi tertentu,
sebagai persyaratan untuk melanjutkan ketingkat penguasaan kompetensi
berikutnya. Kriteria tersebut biasanya dikembangkan berdasarkan tujuan khusus
yang dipelajari sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai.
a. Tingkat pengembangan kurikulum
a. Pengembangan kurikulum tingkat nasional
Pada tingkat ini pengembangan kurikulum dibahas dalam lingkup
nasional, meliputi jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah, baik secara

Page | 3
vertikan maupun horizontal dalam rangka merealisasikan tujuan
pendidikan nasional.
Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan
melalui kegiatan pembejaran secara berjenjang dan berkesinambungan.
Sedangkan jalur pendidikan luara sekolah merupakan pendidikan yang
diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatan pembelajaran yang tidak harus
berjenjang dan berkesinambungan, termasuk pendidikan keluarga.
Secara vertikanl berkaitan dengan kontinuitas pengembangan kurikulum
antara berbagai jenjang pendidikan (pendidikan dasar, menengah dan pendidikan
tinggi). Sedangkan secara horizontal berkaitan dengan keselarasan antara berbagai
jenis pendidika dalam berbagai jenjang. Jenis pendidikan yang termasuk jalur
pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan profesional dan lain-lain.
Dalam kaitanya dengan KBK pengembangan kurikulum tingkat nasional
dilakukan dalam rangka mengembangkan standar kompetensi untuk masing-
masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah.
b. Pengembangan kurikulum tingkat lembaga
Dalam tingkatan ini akan membahas tentang pengembangan kurikulum
dalam setiap lembaga pendidikan pada berbagai satua dan jenjang pendidikan.
Adapun pengembangan yang dimaksud sebagai berikut:
1) Mengembangkan kompetensi lulusan, dan merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan pada berbagai jenis lembaga pendidikan.
2) Berdasarkan kompetensi dan tujuan diatas selanjutnya dikembangkan
bidang studi-bidang studi yang akan diberikan untuk mewujudkan
tujuan tersebut.
3) Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan
(guru atau non guru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan.
4) Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk
memberi kemudahan belajar.

Page | 4
c. Pengembangan kurikulum tingkat bidang studi (penyususunan silabus)
Pada tingkatan ini dilakukan pengembagan silabus untuk setiap bidang
studi pada berbagai jenis lembaga pendidikan. Adapn kegiatan yang dilakukan :
1) Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis kompetensi dan tujuan
setiap bidang studi.
2) Mengmbangkan kompetensi dan pokok bahasan, serta
mengelompokannya sesuai dengan ranah pegetahuan, pemehaman,
kemempuan (keterampilan), nilai dan sikap.
3) Mendeskripsikan kompetensi serta mengelompokannya sesuai dengan
skope dan skuensi.
4) Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria
pencapaiannya.
Penyususnan silabus mengacu pada kurikulu berbasis kompetensi dan
perangkat komponen komponennya yang disusun oleh Pusat Kurikulum, Badan
Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional. Sekolah
mempunyai kemampuan mamdiri dapat menyususn silabus yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhannya setelah mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan
setempat (Provinsi Kabupaten/Kota).
Dinas pendidikan setempat dapat mengkoordinasikan sekoah-sekolah yang
belum mempunyai kemampuan mandiri untuk menyusun silabus. Penyususunan
silabus dapat dilakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi yang relevan
didaerah setempat instansi pememrintah atau perguruan tinggi. Bantuan dan
bimbingan teknis untuk penyusunan silabus sepanjang diperlukan dapat diberikan
oleh pusat kurikulum.
d. Pengembangan kurikulum tingkat satuan bahasa (modul)
Berdasarkan kompetensi-kompetensi yang telah disentifikasikan dan
diurutkan sesuai dengan tingkat pencapaian pada setiap bidang studi,selanjutnya
dikembangkan program-program pembelajaran . dalam KBKprogam
pembelajaran yang dikembangkan merupakan modul, sehingga kegiatan
pengembangan kurikulum pada tingkat ini menyusun dan mengambangkan paket-
paket modul.

Page | 5
2. Pendekatan dalam pengembangan kurikulum Kurikulum Berdasarkan Fokus
Sasaran
Berdasarkan fokus sasaran, pengembangan kurikulum dibedakan antara
pendekatan yang mengutamakan penguasaan ilmu pengetahuan, penguasaan
kemampuan standar, penguasaan kompetensi, pembentukan pribadi, dan
penguasaan kemampuan memecahkan masalah sosial kemasyarakatan.
Pendekatan penguasaan ilmu pengetahuan, merupakan model
pengembangan kurikulum yang menekankan pada isi atau materi, berupa
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi yang diambil
dari bidang-bidang ilmu pengetahuan.
Pendekatan kemampuan standar, menekankan pada penguasaan
kemampuan kontesial yang dimiliki peserta didik sesuai dengan tahap-tahap
perkembangannya.
Pendekatan pembentukan pribadi, menekankan pengembangan atau
pembentukan aspek-aspek kepribadian secara utuh, baik pengetahuan,
keterampilan, maupun nilai-nilai dan sikap. Dalam pelaksanaannya para
pengembangan kurikulum ini banyak memberikan perhatian terhadap aspek-aspek
sosial emosional.
3. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan kompetensi merupakan pendekatan pengembangan kurikulum
yang memfokuskan pada penguasaan kompetensi tertentu berdasarkan tahap-tahap
peserta didik. Peserta didik berada dalam proses perkembangan yang
berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap
potensi-potensi bawaa sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan
oleh lingkungan. Setiap tahap perkembangan memiliki sejumlah potensi bawaan
yang dapat dikembangkan tetapi pemekarannya sangat tergantung pada
kesempatan yang ada.pendidikan merupakan lingkungan utama yang memberikan
kesempatan dan dukungan bagi perkembangan potensi-potensi peserta didik.
Setiap peserta didik memiliki potensi bawaan sendiri-sendiri, meskipun
aspek-aspek perkembangannya tetapi tingkatannya berbeda-beda. Seorang peserta
didik memiliki kemampuan berfikir matematis yang tinggi, tetapi peserta didik

Page | 6
lain berfikir ekonomi, politik, keuangan, keterampilan sosial, atau komunikasi
yang tinggi. Guru-guru diharapkan dapat memahami dan mendalami potensi-
potensi, terutama potensi-potensi tinggi yang dimiliki peserta didiknya dengan
bekal pengalaman tersebut, mereka diharapkan dapat membantu mengembangkan
potensi-potensi peserta didik sehingga dapat berkembang secara optimal.
D. Keunggulan KBK
Perkembangnan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mempunyai
beberapa keunggulan dibandibgkan dengan model-model lainnya.
Pertama, pendekatan ini bersifat alamiah atau konstektual, karena
berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakikat. Peserta didik untuk
mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.
Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar
berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan
standar kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan ( transfer of
knowledge ).
Kedua, kurikulum berbasis komputer boleh jadi mendasari pengembangan
kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian
tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat
dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menguunakan pendekatan kompetensi, terutama
yang berkaitan dengan keterampilan.
E. Prinsip-Prinsip Pengembangan KBK
Menurut depdikbud (mulyasa, 2016) sesuai dengan kondisi negara,
kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang
berlangsung dewasa ini, maka dalam pengembangan KBK perlu memperhatikan
dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur
Keimanan, nilai-nilai, dan budi pekerti luhur yang dijunjung tinggi
masyarakat sangat berpengaruh terhadap sikap dan arti kehidupannya. Oleh

Page | 7
karena itu, hal tersebut perlu digali, dipahami, dan diamalkan oleh peserta didik
melalui Perkembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
2) Penguatan Integritas Nasional
Pengembangan KBK harus memperhatikan penguatan integritas nasional
melalui pendidikan yang memberikan pemahaman tentang masyarakat indonesia
yang majemuk dan kemampuan peradaban dalam tatanan kehidupan dunia yang
multikultur dan multibahasa.
3) Keseimbangan Logika, Estetika, dan Kinestetika
Pengembangan KBK perlu memperhatikan keseimbangan pengalaman
belajar peserta didik antara etika, logika, estetika dan kinestetika.
4) Kesanmaan Memperoleh Kesempatan
Pengembangan KBK harus menyediakan tempat yang memberdayakan
semua peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap
perlu diutamakan dalam pengembangan kurikulum. Seluruh peserta didik dari
berbagai kelompok seperti kelompok yng kurang beruntung secara ekonomi dan
sosial, yang memerlukan batuan khusus, berbakat, dan unggul berhak menerima
pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
5) Abad Pengetahuan dan Tekhnologi Informasi
Kurikulum perlu mengembangkan kemampuan berfikir dan belajar dengan
mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat
berubah dan penuh ketidakpastian, yang merupakan kompetensi penting dalam
menghadapi. Abad ilmu pengetahuan dan tekhnologi informasi.
6) Pengembangan Keterampilan Untuk Hidup
Pengembangan KBK perlu memasukkan unsur keterampilan untuk hidup
agar peserta didik memiliki keterampilan, sikap, dan perilaku adaptif, kooperatif
dan kompetitif dalam mengahadapi tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif.
Kurikulum juga perlu mengintegrasikan unsur-unsur penting yang menunjang
pengetahuan untuk bertahan hidup.
7) Belajar Sepanjang Hayat
Pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia untuk mengembangkan,
menambah kesadaranan slalu belajar memahami dunia yang selalu berubah dalam

Page | 8
berbagai bidang. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum berbasisi kompetensi
perlu memerhatikan kemampuan belajar sepanjang hayat, yang dapat dilakukan
melalui pendidikan formal dan nonformal, serta peserta didik alternatif yang
diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.
8) Berpusat Pada Anak dengan Penilaian yang Berkelanjutan dan
Komprehensif
Pengembangan KBK harus berupaya menandirikan peserta didik untuk
belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri. Agar mampu membangun
pemahaman dan pengetahuannya. Penilaian berkelanjutan dan komprehensif
menjadi sangat penting dalam rangka mencapai pencapaian tersebut.
9) Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
Pengembangan KBK harus mempertimbangkan sesuai pengalaman belajar
yang direncanakan secara berkesinambungan mulai dari TK dan RA sampai
dengan kelas XII. Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar harus berfokus pada kebutuhan peserta didik yang bervariasi
dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Keberhasilan pencapaian
pengalaman belajar dan menuntt kemitraan dan tanggung jawab bersama dari
peserta didik, guru, sekolah, orang tua, perguruan tinggi, dunia, usaha serta
masyarakat pada umumnya.
F. Pengembangan Struktur KBK
Pengembangan struktur KBK sedikitnya mencakup tiga langkah kegiatan.
1. Identifikasi Kompetensi
Identifikasi kompetensi, sub kompetensi, dan tujuan khusus perlu
dilakukan melalui beberapa pendekatan, agar hasil yang dirumuskan sesuai yang
diharpkan dicapai oleh peserta didik. Hal ini menenjukkan bahwa penyusunan
asumsi yang spesifik harus dilakukan sebelum mengidentifikasi tujuan yang
kompetehensi.
Berdasarkan pendapat Hall ( 1976 ), dan Prihantoro ( 1999 )
a. Daftar yang ada
Daftar yang ada berisi sejumlah data sasaran dan kompetensi penting.
Banyak buku teks kurikulum saat ini tidak hanya mengidentifikasi banyak pokok

Page | 9
bahasa tetapi juga pernyataan tentang tujuan khusus. Sebelum diterimanya sebagai
sesuatu yang ternilai, kompetensi dan tujuan perlu dibandingkan terlebih dahulu
dengan asunsi-asumsi yang telah dibuat dengan menyelidiki asumsi-asumsi
program sesuai dengan tujuan program yang ingin hendak dicapai.
b. Penjabaran bidang studi
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi harus memasukkan
pengujian ulang terhadap tujuan-tujuan dan asumsi-asumsi program tujuan yang
ada. Meskipun demikian, apapun hasilnya, keunggulan program yang tidak
berjalan tidak akan diabaikan.
c. Penjabaran mata pelajaran
Proses penjabaran mata pelajaran yang akan meningkatkan mutu
kompetensi yang diidentifikasi. Hal tersebut meliputi : a) intruksi yang
diproyeksikan sesuai dengan kompetensi dan saran yang ditambahkan kedalam
rangkaian kompetensi dan sasaran; b) beberapa bentuk tekhnik menentukan
sasaran dan kompetensi yang diajukan oleh para guru.
d. Analisis taksnomi
Taksnomi yang dikembangkan dalam kurikulum berbasis kopetensi
sedikitnya berbeda dengan yang dikembangkan oleh bloom, krathwohl dan
kawan-kawannya. Taksnomi ini meliputi: a) kompetensi kognitif yaitu
pengethuan, pemahaman dan kesadaran yang spesifik; b) kompetensi agnitif yaitu
sikap interest dan apresiasi yang saling berubungan; c) kompetensi kinerja, yaitu
perilaku yang didemonstrasikan yang merupakan persyaratanya; d) kompetensi
konsekuensi atau hasil, yaitu kemmapuan yang menghasilkan perubahan lain dan
didemonstrasikan yang merupakan persyaratannya; dan e) kompetensi
eksploratory atau ekspresif, yaitu pengalaman yang bermanfaat. Khususnya bagi
calon guru kompetensi tersebut diharapkan dapat diperoleh dari berbagai
pengalaman selama mengikuti pendidikan.
e. Masukkan dari profesi
Sumber masukkan lain untuk KBK adalah keanggotaan profesi yang
menarik. Disekolah masukkan dari profesi merupakan: a) informasi obyektif
tentang kompetensi-kompetensi yang barau memulai pengala profesionalnya; b)

Page | 10
informasi praktis yang diperlukan profesional; dan c) proyeksi informasi untuk
masa depan profesi.
f. Membangun teori
Dalam kurikulu berbasis kompetensi teori dianggap sebagai alat dalam
menyusun program, dan kompetensi-kompetensi di spesifikasikan dalam teori.
Pendekatan ini menghindarkan kita dari masalah program pendidikan profesional.
g. Masukan peserta didik dan masyarakat
Masukan dari peserta didik dimaksudkan untuk mendapatkan perspektif
mengenai kompetensi profesional yang ada di ligkungannya. Dalam hal ini,
peserta didik dan masyarakat memiliki keenangan profesional untuk menyusun
perspektif kompetemsi profesional.
h. Analisis tugas
Pengembangan program pembelajaran yang berkaitan dengan suatu
pekerjaan tertentu, menuntut pengidentifikasian pekerjaan melalui analisis tugas.
Analisis tugas dilakukan untuk mengetahui tugas-tugas yang diperlukan dala
suatu pekerjaan yang perlu diajarkan kepada peserta didik.
2. Struktur Kurikulum
Struktur KBK telah dikembangkan oleh depdiknas mencakup taman
kanak-kanak yang setara, SD dan yg setara, SMP dan SMA sertayang sedarjat.
Struktur kurikulum tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
a. TK dan yang sederajat
Dengan pertimbangan bahwa penyelengaraan Taman Kanak-kanak (TK)
merupakan pendidika persekolahan yang bukan menjadi persyaratan untuk
memasuki pendidikan SD, struktur kurikulum TK disbut program kegiatan belajar
yang mencakup 3 bidang pengembangan.

N
Program Kegiatan Belajar Alokasi Waktu
O
1 Pengembangan moral dan nilai-nilai agama *
2 Pengambangan social dan Emosinal *
3 Pengembangan kemampuan dasar *
Alokasi Waktu/minggu 15 jam (900 menit)
Struktur Kurikulum TK

Page | 11
Ketentuan Untuk Taman Kanak-Kanak
1) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34
minggu dan jam belajar efektif/hari 2,5 jam (150 menit)
2) Pengelolaan kegatan belajar ketiga jenis bidang pengembangan
diserahkan sepenuhnya kepada penyelenggara TK.
3) Program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan
dasar meliputi antara lain pengembangan berbahasa kognitif, fisik, dan
akademik,
b. SD dan Sederajat
Struktur kurikulum untuk SD memuat jumlah dan jenis mata pelajaran
serta alokasi waktu sebagai berikut:

Alokasi Waktu
No Mata Pelaran
Kls 1 & 2 Kls 3 & 4 Kls 5 & 6
1 Pendidikan Agama * 3 3
2 Kewarganegaraan * 2 2
3 B Indonesia * 6 6
4 Matematika * 6 6
5 Sains * 4 4
6 Pengetahuan sosial * 4 4
7 Kesenian * 2 2
8 Keterampilan * 2 2
9 Pendidikan jasmani * 2 2
Jumlah 27 31 31
Sekolah Dasar/ sederajat
Ketentuan kelas 1 dan 2
1) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran ( 2 semester) yaitu 34
minggu dan jam sekolah efektif/minggu minimal 17 jam 30 menit
(1050 menit)
2) Alokasi waktu yang disediakan untuk kelas awal adalah 27 jam
pelajaran /minggu.
3) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit.
4) Pendekatan tematik dgunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk
menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan pengelolaan
waktunyaditetapan sekolah.

Page | 12
5) Pemilihan tema untuk pembelajaran dilakukan secara bervariasi.
6) Mata pelajaran bahasa Indonesia menekankan pada aspek peningkatan
kemampuan membaca dan menulis pemulaan.
7) Mata pelajaran matematika menekankan pada aspek kemampuan
berhitung.
8) Mata pelajaran kesenian menekankan pada musik dan nyanyi dengan
mengunakan alat yang sesuai.
9) Mata pelajaran keterampilan menekankan pada kemampuan
menggambar menganyam dan sebagainya.
10) Pendidikan jasmani menekankan pada kegiatan olah raga sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan.
11) Alokasi waktu sebanyak 27 jam pelajaran pada dasarnya dapat diatur
dengan komposisi (a) 20% untuk agama dan kewarga negaraan (b)
50% untuk membaca dan menulis permulaan serta menghitung, dan
(c) 30% untuk sains, pengetahuan sosial, kesenian, keterampilan dan
pendidikan jasmani.
Untuk ketetuan kelas 3 sampa dengan 6 sebagai berikut:
1) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) yaitu 31
minggu dan jam sekolah efektif/minggu minimal 23 jam (1380 menit)
2) Alokasi wktu yang digunakan 31 jam pelajaran perminggu.
3) Satu jam pelajaran dilaksanakan dalam waktu 40 menit.
4) Sekolah dapat mengalokasi kan waktu untuk melaksanakan kegiatan
sekolah seperti kunjungan perpustakaan, olahraga dan sebagainya.
5) Mulai dari kelas 3 munggunakan pendekatan mata pelajaran tunggal
sesuai dengan junis mata pelajaran dalam struktur kurikulum.
6) Mata pelajaran bahasa indonesia menekankan pada peningkatan
kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan.
7) Mata pelajaran matematika menekankan pada aspek kemampuan
berhitung.
8) Mata pelajaran sains menekankan pada aspek kerja, sikap ilmia dan
penguasaan konsep sains.

Page | 13
9) Mata pelajaran pengetahuan sosial menekankan pada aspek
keterampilan sosial dan penguasaan konsep pengetahuan sosial.
10) Mata pelajaran kesenian menekankan pada musik dan menyanyi
mengunakan alat yang sesuai.
11) Mata pelajaran keterampilan menekankan pada kemampuan
mengambar, menganyam dan sebagainya.
12) Mata pelajaran jasmani menekankan pada kegiatan olahraga yang
sesuai dengan kebutuhan dan alat pendukungnya.
13) Mata pelajaran bahasa inggris diberikan mulai kelas 4 sesuai dengan
kemampuan. Mata pelajaran bahasa Inggris diarahkan pada
pengembangan minat bilajar bahasa asing dan bukan merupakan mata
pelajaran persyarat.
c. SMP atau yang sederajat

Alokasi Waktu
No Mata Pelajaran
Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9
1 Pendidikan Agama 2 2 2
2 Kewarga Negaraan 2 2 2
3 Bahasa dan Sastra Indonesia 5 5 5
4 Matematika 5 5 5
5 Sains 5 5 5
6 Pengetahuan sosial 5 5 5
7 Bahasa Inggris 4 4 4
8 Pendidikan jasmani 2 2 2
9 Kesenian 2 2 2
10 Keterampilan
11 TIK 2 2 2
Jumlah 34 34 34
Struktur kurikulum SMP dan sedarajat.
1) Minggu efektif dalam setahun pelajaran 34 minggu dan jam sekolah
efektif/minggu minimal 29 jam (1740 menit)
2) Alokasi waktu yang disediakan 34 jam dalam seminggu
3) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan 45 menit.
4) Sekolah dapat mengalokasikan waktu untuk melaksanakan kegiatan
sekolah seperti kunjunagan perpustakaan, olahraga dan sebagainya.
5) Mata pelajaran sains mencakup materi fisika, biologi, dan kimia

Page | 14
6) Mata pelajaran pengetahuan sosial mencakup ekonomi, sejarah dan
geografi.
7) Mata pelajaran kesenia, keterampilan, TIK, penyajian diatur oleh
sekolah.
d. SMA, MA dan sederajat
Kurikulum menengah keatas terdiri daru dua struktur yaitu, (1) struktur
kurkulum penghususan program studi, (2) kurikulum Non pengkhususan.
1) Struktur kurikulum Pengkhususan Program Studi
Penyelengarah SMA, MA dan sederajat dengan pengkhususan program
studi dimaksudkan untuk memberikan kemungkinan kepada peserta didik dalam
memili program studi secara khusus. Program studi tersebut adalah IPA,IPS dan
Bahasa.
2) Struktur Kurikulum Non-Pengkhususan Program Studi
Penyelenggara SMA,MA dan sederajat non-pengkhususan program studi
dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam memilih
sejumlah mata pelajaran sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik.
Struktur ini memuat jumlah dan jenis mata pelajaran serta alokasi waktu
sebagamana yang terinci dalam sekolah tersebut.

G. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi


a. Pengembangan Program
a. Pogram Tahunan
Program tahuanan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun
ajaran, karena merupaakan pedoman bagi pengembangan program-program
berikutnya, yakni program semester, program mingguan, dan progra harian atau
program pembelajaran setiap pokok bahasan, yang dalam KBK dikenal modul.

Page | 15
Sumber-sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan program
tahunan antara lain :
1) Daftar kompetensi standar (standar competency) sebagai konsesus
nasional, yang dikembangkan dalam buku Garis-Garis Besar
Pengajaran (GBPP) setiap mata pelajaran yang dikembangkan.
2) Skope dan Sekuensi setiap kompetensi. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran diperlukan materi pembelajaran. Materi pembelajaran
terssebut disusun dalam pokok-pokok pembahasan dan sub-sub pokok
bahasan, yang mengandung ide-ide pokok sesuai dengan kompetensi
dan tujuan pembelajaran. Pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok
bahasan tersebut harus jelas skope dan konsekuensinya. Skope adalah
ruang lingkup dan batasan-batasan keluasan setiap pokok dan sub
pokok bahasan, sedangkan sekuensi adalah urutan logis dari ssetiap
pokok dan sub pokok bahasan. Pengembangan skope dan sekuensi ini
bisa dilakukan oleh masing-masing guru mata pelajaran, dan bisa
dikembangkan dalam Kelompok Kerja Guru untuk setiap mata
pelajaran. Sebagai pedoman berikut dikemukakan pendapat Syaodih
(1988) tentang cara menyususn sekuensi menyusun bahan ajaran:
a) Sekuens kronologis. Untuk menyusun bahan ajaran yang
mengandung urutan waktu, dapat digunakan kronologis, peristiwa-
peristiwa sejarah, perkembangan historis suatu institusi, penemuan-
penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun berdasarkan
sekuens kronologis.
b) Sekuens kausal. Berhubungan dengan sekuens kronologis. Peserta
didik dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang
menjadi sebab atau pendahulu daripada sesuatu peristiwa atau
situasi lain. Dengan mempelajari sesuatu yang menjadi sebab atau
pendahulu para peserta didik akan menemukan akibatnya. Menurut
Rowntree (1974) sekuens kausal cocok untuk menyusun bahan
ajaran dalam bidang meteorologi dan geomorfologi.

Page | 16
c) Sekuens struktural. Bagian-bagian bahan ajaran sesuatu bidang
studi telah mempunyai struktural tertentu. Penyusunan sekuens
bahan ajaran bidang studi tersebut perlu disesuaikan dengan
strukturnya. Dalam fisika tidak mungkin mengajarkan alat-alat
optik, tanpa terlebih dahulu diajarkan pemantulan dan pembiasan
cahaya, pemantulan dan pembiasan cahaya tidak mungkin
diajarkan tanpa terlebih dahulu diajarkan masalah cahaya. Masalah
cahaya, pemantulan pembiasan, alat-alat optik tersusun secara
struktural.
d) Sekuens logis dan psikologis. Bahan ajaran juga dapat disusun
berdasarkan urutan logis. Rowntree (1974) melihat perbedaan
antara sekuens logis dengan psikologis. Menurut sekuens logis
bahan ajaran dibuat dari bagian daripada keseluruhan, dari yang
sederhana kepada yang kompleks, tetapi menurut sekuens
psikologis sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian, dari yang
kompleks kepada sederhana. Menurut sekuens logis bahan ajaran
disusun dari yang nyata kepada yang abstrak, dari benda-benda
kepada teori, dari fungsi kepada struktur, dari masalah bagaiman
kepada masalah mengapa.
e) Sekuens spiral. Dikembangkan oleh Bruner (1960). Bahan ajaran
dipusatkan pada topik atau pokok bahasan tertentu. Dari topik atau
pokok bahasan tersebut bahan iperluas dan diperdalam. Topik atau
pokok bahan ajaran tersebut adalah sesuatu yang populer dan
sederhana, tetapi kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan
yang lebih kompleks dan sophisticated.
f) Rangkaian ke belakang 9backward chaining). Dikembangkan oleh
Thomas Gilbert (1962). Dalam sekuens ini menajar dimulai dengan
langkah terakhir dan mundur ke belakang. Contoh pemecahan
masalah yang bersifat ilmiah meliputi :
(1) Pembatasan masalah
(2) Penyusunan hipotesis

Page | 17
(3) Pengumpulan data
(4) Pengetesan hipotesis
(5) Interpretasi hasil tes
g) Sekuens berdasarkan hierarki belajar. Model ini dikembangkan
Gagne (1965) dengan prosedur tujuan khusus utama dianalisis, dan
dicari suatu hierarkhi urutan bahan ajaran untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut. Hierarkhi tersebut menggambarkan urutan perilaku
napa yang mula-mula harus dikuasai peserta didik, berturutturut
sampai dengan perilaku terakhir. Untuk bidang stui tertentu dan
pokok-pokok bahsan tertentu hierarkhi juga dapat mengikuti
hierarkhi tipe=tipe belajar dari Gagne. Gagne (1970)
mengemukakan delapan tipe belajar yang tersusun secara
hierarkhis mulai dari yang paling sederhana: “signal learning,
stimulus respons learning, motor-chain learning, verbal
association, multiple discrimination, concept learning, principle
learning, dan problem solving learning.
3) Kalender Pendidikan. Penyusunan kalender pendidikan selama sat
tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak
peserta didik. Dalam kalender pendidikan dapat kita lihat berapa jam
waktu efektif yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran,
termasuk waktu libur, dan lain-lain. Dengan demikian, dalam
menyusun program tahunan perlu memperhatikan kalender
pendidikan. Hari belajar efektif dalam satu tahun pelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan sistem semester ( satu tahun
pelajaran terdiiri atas dua kelompok penyelenggaraan pendidikan )
yang terdiri atas 34 minggu.
b. Program Semester
Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang
hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester ini
merupakan penjabaran dari program tahunan. Pada umunya program semester ini

Page | 18
berisikan tentang bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang
direncanakan, dan keterangan-keterangan.
c. Program Modul (Pokok Bahasan)
Program modul atau pokok bahasan pada umunya dikembangkan dari
setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan program ini
merupakan penjabaran dari program semester. Pada umumnya modul berisikan
tentang lembar kegiatan peserta didik lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar
soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban. Dengan dmikian, peserta didik bisa
belajar mandiri, tidak harus didampingi oleh guru, kegiatan guru cukup
menyiapkan modul, dan membantu peserta yang menghadapi kesulitan belajar.
d. Program Mingguan dan Harian
Untuk membantu kemajuan belajar peserta didik, di samping modul perlu
dikembangkan program mingguan dan harian. Program ini perlu dikembangkan
program mingguan dan harian. Program ini merupakan penjabaran dari program
semester dan program modul. Melalui program ini dapat diketahui tujuan-tujuan
yang telah dicapai dan perlu diulang, bagi setiap peserta didik. Melalui program
ini juga diidentifikasi kemampuan belajar setiap peserta didik, sehingga dapat
diketahui peserta didik yang mendapat kesulitan dalam setiap modul yang
dikerjakan, dan peserta didik yang memiliki kecepatan belajar diatas rata-rata
kelas. Bagi peserta didik yang cepat bisa diberikan pengayaan, sedang bagi yang
lambat dilakukan pengulangan modul untuk mencapai tujuan yang belum dicapai
dengan menggunakan waktu cadangan.

e. Program Pengayaan dan Remedial


Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari program mingguan
dan harian. Berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan belajar, dan terhadap
tugas-tugas modul, hasil test, dan ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan
belajar setiap peserta didik. Hasil analisis ini dipandukan dengan catatan-catatan
yang ada pada program mingguan dan harian, untuk digunakan sebagai bahan
tindak lanjut proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga

Page | 19
mengidentifikasi modul yang perlu diulang, peserta didik yang wajib mengikuti
remedial, dan yang mengikuti program pengayaan.
Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang
tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau
mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah
peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-
kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik
faktor internal yang datang dari dalam individu, maupun faktor eksternal yang
datang dari lingkungan.
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik.
3. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi
dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satua
pendidikan dan sertifikasi, bench marking, dan penilaian program.

BAB III
PENUTUP
A. Kesmpulan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi)
tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh
peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK
diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap,

Page | 20
dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk keahlian, ketepatan
dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.
Karakteristik KBK antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai;
spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian
kompetensi; dan pengembangan sistem pembelajaran. Di samping itu KBK memiliki
sejumlah kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, penilaian dilakukan
berdasarkan standar khusus sebagai hasil demontrasi kompetensi yang ditunjukkan oleh
peserta didik, pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan individual personal untuk
menguasai kompetensi yang disyaratkan, peserta didik dapat dinilai kompetensinya kapan
saja bila mereka telah siap, dan dalam pembelajaran peserta didik dapat maju sesuai
dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan para pembaca dapat memahami
dan mengerti akan isi dan maksud dari judul diatas. Para pembaca bisa
mendapatkan pelajaran serta dapat menambah wawasan mengenai Kurikulum
Berbais Komptensi.

DAFTAR PUSTAKA

Su’ud, S, U.,2015. Inovasi Pendidikan. Alfabeta, Bandung.

Mulyasa., 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. PT Remaja Rosdakarya.


Bandung. 61-80.
Wirianto, Dicky. 2014. Perspektif Historis Transpormasi Kurikulum di Indonesia.
Islamic Studies Journal. Vol. 2. No. 1: 146

Page | 21
Page | 22

Anda mungkin juga menyukai