Anda di halaman 1dari 14

1

KARYA TULIS ILMIAH

MEDAN MAGNET,FLUKS,BAHAN DAN ARAH

Oleh : ELGI
NIM : 18065005

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sanghyang Widhi Wasa penulis
panjatkan,karena atas perkenan Beliaulah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
yang berjudul “Kajian pengaruh fluks,bahan,dan arah terhadap Medan Magnet”.
Penulisan karya tulis ini banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai
pihak.Penulis mengucapkan terima kasih kepada I Nengah Artawan atas saran dan bantuannya
di dalam penyelesaian karya tulis ini,sehingga penulis dapat menyelesaikannya sesuai alokasi
waktu.
Tidak lupa penulis mohon kritik dan saran dari pembaca,karena penulis menyadari
keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki.Atas masukannya penulis ucapkan terima kasih.

Padang,1 November 2021

Penyusun

DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Medan Magnet .......................................................................................................... 3
2.1.1 Gaya yang dikerahkan oleh Medan Magnet ....................................................... 4
2.1.2 Gerak Muatan Titik dalam Medan Magnet.......................................................... 5
3

2.2 Sifat Bahan Magnetik .................................................................................................. 8


2.2.1 Bahan Diamagnetik.........................................................................................8
2.2.2 Bahan Paramagnetik ......................................................................................9
2.2.3 Bahan Feromagnetik .......................................................................................9
2.2.4 Bahan Anti-feromagnetik .............................................................................10
2.2.5 Bahan Ferimagnetik ......................................................................................10
BAB V
....................................................................................................................25

PUSTAKA .................................................................................................................................
26

BAB I PENDAHULUAN
4

1.1. Latar Belakang


Perkembangan teknologi dimasa sekarang ini memberikan kemudahan bagi manusia di
dalam menjalani kehidupan sehari-hari.Sebagian besar aktivitas kehidupan manusia tidak
terlepas dari penggunaan alat-alat elektronik.Disadari atau tidak,penggunaan alat-alat
elektronik tersebut akan mengakibatkan manusia terpajan oleh medan elektromagnetik yang
kompleks.Menurut Hans Christian Oerstead,arus listrik yang mengalir akan menimbulkan
medan magnet disekitarnya yang dikenal sebagai medan elektromagnetik.Penelitian yang
dilakukan Wetheimer dan Leeper di Amerika,yang menyatakan adanya hubungan antara
jaringan listrik tegangan tinggi dengan kenaikan resiko kematian karena penyakit kanker pada
anak-anak yang bertempat tinggal dibawahnya,membuat para peneliti kemudian terusik untuk
melakukan penelitian berkaitan dengan hubungan medan magnet terhadap kesehatan manusia.
Sesungguhnya keseluruhan bumi ini ditembus oleh medan magnetik. Efek medan
magnet telah menarik perhatian para ilmuwan karena adanya efek perusakan terhadap
kesehatan manusia maupun bentuk kehidupan yang lebih rendah.Medan magnet AC
menghasilkan aliran arus di dalam tubuh manusia yang dapat menyebabkan efek fisik dan
psikologi dikarenakan adanya komponen logam di dalam tubuh (Moechtar,1999).
Fenomena mengenai bagaimana medan magnet dapat mempengaruhi sistem biologis
merupakan suatu tantangan tersendiri dalam menyelesaikan masalah perlindungan
kesehatan,dan dalam waktu yang sama,hal tersebut justru membuka kemungkinan baru dalam
penggunaan medan magnet untuk terapi.Penelitian mengenai perlindungan kesehatan
difokuskan terutama pada dua daerah frekuensi dengan interaksi biologis yang cukup berbeda:
jangkauan frekuensi rendah dengan frekuensi 50 atau 60 Hz dan jangkauan frekuensi tinggi
yang digunakan untuk alat-alat radiokomunikasi dan pemanasan diathermik (Glaser,1996).
Aplikasi medan magnetik dalam bidang medis telah mengalami tradisi yang panjang.
Berbagai metode eksitasi dengan menggunakan medan magnet frekuensi rendah telah
digunakan dalam aplikasi tersebut,misalnya penggunaan medan magnet dalam penyembuhan
luka dan tulang,regenerasi jaringan syaraf,dan sebagainya (Glaser,1996).

Dari uraian diatas penulis akan mengkaji secara teoritis pengaruh paparan medan
magnet pada fluks,bahan,dan arah magnet
5

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : bagaimana pengaruh fluks,bahan dan
arah magnet terhadap Medan magnet

1.3. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah : hanya membahas tentang
pengaruh paparan medan magnet terhadap fluks,bahan,dan arah magnet

1.4. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paparan medan magnet terhadap
fluks,bahan dan arah magnet

1.5. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengetahui tentang pengaruh paparan
medan magnet pada fluks,arah dan bahan magnet

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
6

2.1. Medan Magnet

Seorang ahli fisika yang bernama Orstead,mengemukakan bahwa arus dalam sebuah
penghantar dapat menimbulkan efek-efek magnetik.Menurut Oerstead,arus yang berada
didalam penghantar tersebut dapat mempengaruhi arah jarum kompas. Penemuan penting ini
telah mengaitkan ilmu-ilmu pengetahuan yang terpisah mengenai magnetisme dan
listrik.Medan magnet didefinisikan sebagai ruang disekitar penghantar yang mengangkut
arus.Secara kuantitatif,medan magnet dinyatakan sebagai induksi magnetik.Hubungan medan
magnet (B) dan garis-garis induksi adalah :

1. Arah medan magnet (B) disuatu titik ditentukan oleh garis singgung dari garis-garis
induksi pada titik tersebut.
2. Jumlah garis-garis induksi persatuan luas penampang yang tegak lurus garis-garis
induksi tersebut adalah sebanding dengan besarnya medan magnet. Semakin rapat
garis-garis induksi, medan magnetnya semakin besar. Sedangkan semakin renggang
garis-garis induksi, maka medan magnetnya semakin kecil.

Seperti medan listrik (E), maka vektor medan magnet B adalah sangat penting, dan
garis-garis induksi hanyalah sekedar memberikan sebuah representasi grafik mengenai cara B
berubah diseluruh bagian ruang tertentu.

Gambar 2.1 Garis-garis gaya magnet pada berbagai


sumber medan magnet.

Fluks untuk sebuah medan magnet dapat didefinisikan sebagai Φ𝐵 = ∫ 𝐵. 𝑑𝑆, integral diambil
diseluruh permukaan (tertutup atau terbuka) dimana Φ𝐵 didefinisikan. Medan magnet
dinyatakan dalam besaran H (kuat medan magnet) atau B (rapat fluks magnet) dengan satuan
Tesla atau Gauss (T atau G). Konversi nilai T dan G adalah sebagai berikut : 1T = 10.000 G.
7

Medan magnet berbentuk lingkaran konsentris berlapis-lapis, dimana setiap lapis


kekuatannya berbeda, dengan medan magnet terkuat berada pada intinya sebagai sumber
medan magnet. Medan magnet dapat menembus sebagian besar benda atau medium apa saja
yang berada di dekatnya. Medan magnet dinyatakan dalam besaran H (kuat medan magnet)
atau B (rapat fluks magnet), dengan satuan Tesla atau Gauss (T dan G). Konversi nilai T dan
G adalah sebagai berikut: 1T = 10.000 G.

2.1.1. Gaya yang dikerahkan oleh Medan Magnet


Muatan bergerak berinteraksi satu sama lain melalui gaya magnetik. Karena arus listrik
terdiri atas muatan yang bergerak, arus listrik itu juga mengerahkan gaya magnetic satu sama
lain. Gaya ini diuraikan dengan mengatakan bahwa suatu muatan bergerak atau arus
menciptakan medan magnetik yang selanjutnya mengerahkan gaya pada muatan bergerak atau
arus lain. Akhirnya, seluruh medan magnetik itu diakibatkan oleh muatan yang bergerak
(Tipler, 1998)
Apabila muatan q bergerak dengan kecepatan v dalam medan magnetik, akan terdapat
gaya yang tergantung pada muatan q, besar kecepatan v dan arahnya.
a. Gaya tersebut sebanding dengan muatan q. Gaya pada muatan negatif memliki arah
yang berlawanan dengan arah gaya pada muatan positif yang bergerak dengan
kecepatan yang sama.
b. Gaya tersebut sebanding dengan kecepatan v.
c. Gaya tersebut tegak lurus terhadap arah medan magnetik maupun kecepatannya.
d. Gaya tersebut sebanding dengan sin θ, dengan θ merupakan sudut antara kecepatan
v dan medan magnetik B. Jika v sejajar baik searah maupun berlawanan arah dengan
B, maka gayanya sama dengan nol.

Secara sistematik, apabila suatu muatan q bergerak dengan kecepatan v dalam medan
magnetik B, gaya magnetik F pada muatan ialah :

𝐹 = 𝑞𝑣⃗ × 𝐵 (2.1)

Adapun persamaan besar gaya yang dikerahkan medan magnetik adalah :


8

Gambar 2.2 Muatan +q bergerak dengan kecepatan v dalam medan magnet B.

2.1.2. Gerak Muatan Titik dalam Medan Magnet

Karakteristik penting gaya magnetic pada partikel bermuatan yang bergerak melalui
suatu medan magnetik ialah bahwa gaya tersebut selalu tegak lurus terhadap kecepatan
partikelnya. Gaya magnetic mengubah arah kecepatan tetapi tidak besarnya.

Apabila kecepatan partikel tegak lurus terhadap medan magnetik seragam, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 4, partikel tersebut bergerak dalam orbit melingkar. Gaya magnetik
memberikan gaya sentripetal yang diperlukan agar terjadi gerak melingkar. Kita dapat
menghubungkan jari-jari lingkaran r dengan medan magnetik B dan kecepatan partikel v
dengan membuat gaya total yang sama dengan massa m partikel kali percepatan sentripetal v2/r
yang bersesuaian dengan hukum kedua Newton. Gaya total pada kasus ini sama dengan qvB
karena v dan B saling tegak lurus. Dari hukum kedua Newton didapatkan:

Atau
9

Gambar 2.3 Partikel bermuatan yang bergerak dalam bidang tegak lurus terhadap medan
magnet seragam B. Gaya magnetik ini tegak lurus terhadap percepatan partikel yang
menyebabkan partikel itu bergerak dalam orbit melingkar.

Kuat medan magnet (H) berhubungan dengan kerapatan fluks magnet (B) melalui
persamaan B = μH, yaitu medan magnet didefinisikan sebagai medan vektor kerapatan fluks
magnet B. Dengan nilai μ (permeabilitas magnetik) ditentukan oleh sifat bahan dan untuk
sebagian besar bahan biologis nilainya setara dengan μo, yaitu besarnya permeabilitas udara
(IPCS International Programme on Chemical Safety. 1989).

Jumlah total dari garis-garis gaya dinamakan fluks magnet, φ, dengan satuan Weber.
Induksi magnet atau rapat fluks magnet, B, adalah besaran vektor yang bila dihubungkan
dengan garis-garis gaya, besarnya dapat didefinisikan sebagai banyaknya garis gaya yang
melewati suatu permukaan secara tegak lurus. Hal ini dapat tuliskan sebagai :

dimana:

B = Induksi magnet atau rapat fluks magnet (Tesla atau Gauss)

∅ = Fluks magnet (Weber)

A = Luas bidang yang ditembus (meter2)


10

Kawat panjang yang dililikan didalam sebuah helix yang terbungkus rapat dan yang
mengangkut sebuah arus I disebut solenioda. Medan solenoida merupakan jumlah vektor dari
medan-medan yang ditimbulkan oleh semua lilitan yang membentuk solenoida tersebut.
Sebuah solenoida dapat menghasilkan sebuah medan magnet uniform.

Gambar 2.4. Solenoida yang dialiri arus I dan panjang kumparan L

Medan magnet yang dihasilkan pada pusat solenoida dapat dinyatakan sebagai :

𝐵 = 𝜇0𝑛𝑖 (2.6)

Sedangkan besarnya medan magnet di tepi solenoida:

Dimana:

N = Banyaknya lilitan pada solenoida n

= N/L = Banyak lilitan per meter

I = Arus yang mengalir pada solenoida

L = Panjang solenoid
11

2.2 Sifat Bahan Magnetik

Sebuah elektron dalam orbitnya serupa dengan arus kecil (arusnya berlawanan arah dengan
arah gerak elektron) dan dapat mengalami torka dalam medan magnetik eksternal. Torka ini
cenderung mensejajarkan medan magnetik yang ditimbulkan oleh elektron dengan medan
magnet eksternal. Jika momen magnetik lainnya diabaikan, maka dapat disimpulkan bahwa
semua elektron yang berorbit dalam bahan akan bergeser sedemikian rupa sehingga akan
menambahkan medan magnetiknya pada medan magnet eksternal, sehingga medan magnetik
resultan pada setiap titik dalam bahan tersebut menjadi lebih besar.

Momen lainnya (yang kedua) yang timbul yaitu dari spin elektron. Melalui matematika teori
kuantum relativistik dapat ditunjukkan bahwa elektron mempunyai momen magnetik spin
sekitar ±9 × 10−24𝐴. 𝑚2 , tanda plus minus menyatakan bahwa penjajaran yang mungkin
sesuai atau berlawanan dengan medan magnetik luar. Dalam atom yang mempunyai banyak
elektron, yang memberi kontribusi pada momen magnetik atom hanyalah spin elektron dalam
kulit yang tidak lengkap.

Kontribusi ketiga pada momen sebuah atom ditimbulkan oleh spin nuklir, tetapi pengaruh dari
faktor ini biasanya dapat diabaikan. Jadi tiap atom mengandung banyak momen komponen
yang berbeda-beda, dan kombinasinya menentukan karakteristik magnetik bahan tersebut dan
menyajikan cara untuk melakukan klasifikasi bahan magnetik yang umum, diantaranya bahan
diamagnetik, paramagnetik, feromagnetik, anti-feromagnetik, ferimagnetik, dan
superparamagnetik. (William, 1991)

2.2.1 Bahan Diamagnetik

Tinjau atom dengan medan magnetik yang kecil yang ditimbulkan oleh gerak elektron pada
orbitnya dan digabungkan dengan medan magnetik yang ditimbulkan oleh spin elektronnya
dan menghasilkan medan netto nol, dalam hal ini tidak ada medan magnet eksternal. Dapat
dikatakan bahwa bahan ini terdiri dari atom yang momen magnetik permanennya 𝒎𝟎 sama
dengan nol untuk masing-masing atom. Bahan ini disebut diamagnetik. Jika elektron yang
mengorbit momen m nya searah dengan medan magnet terpasang B0 , maka medan magnetik
menimbulkan gaya luar pada elektron yang mengorbit. Karena jejari orbitnya terkuantisasi dan
tidak dapat berubah, maka gaya Coulomb dibagian dalam yang menarik elektron tidak berubah.
Gaya tak seimbang yang ditimbulkan oleh gaya magnetik dibagian luar harus dikompensasi
12

dengan mengurangi kecepatan putarannya. Jadi momen yang terjadi karena putaran pada
orbitnya berkurang, sehingga menimbulkan medan internal yang lebih kecil.

Jika dipilih sebuah atom dengan m dan B0 nya berlawanan, gaya magnetiknya akan
mempunyai arah kedalam dan kecepatannya akan bertambah, sehingga momen orbitnya akan
bertambah, sehingga terjadi peniadaan medan B0 yang lebih banyak. Dalam hal ini juga
hasilnya ialah medan internal yang lebih kecil.

2.2.2 Bahan Paramagnetik

Tinjau atom yang efek spin elektron dan gerak pada orbitnya tidak saling meniadakan. Atom
secara keseluruhan memiliki momen magnetik kecil, tetapi orientasi acak (random) dari atom-
atom tersebut dalam sampel yang cukup besar menghasilkan momen magnetik yang rata-rata
besarnya nol. Bahan tersebut tidak memperlihatkan efek magnetik jika medan magnetik
eksternalnya tidak ada. Jika diberikan medan magnet eksternal, timbul torka kecil pada masing-
masing momen atomik, dan momen ini cenderung untuk menjajarkan dengan medan eksternal.
Penjajaran ini menimbulkan pertambahan besar B dalam bahan tersebut (melebihi medan
eksternal). Namun efek diamagnetik tetap bekerja pada elektron yang mengorbit dan melawan
perubahan diatas. Jika hasil akhirnya adalah turunnya B, maka bahan tersebut tetap disebut
diamagnetik. Tetapi jika hasilnya pertambahan B, maka bahan tersebut disebut paramagnetik.
Contoh bahan paramagnetik seperti : kalium, oksigen, tungsten, unsur tanah jarang, serta
banyak garam-garam seperti klorida erbium, oksida neodimium dan oksida itrium.

2.2.3 Bahan Feromagnetik

Dalam bahan feromagnetik, masing-masing atom memiliki momen dwikutub yang relatif
besar, yang terutama ditimbulkan oleh momen spin elektron yang tak terkompensasi. Gaya
antar atom menyebabkan momen ini mempunyai arah yang sejajar dalam suatu daerah yang
terdiri dari banyak atom. Daerah ini disebut domain, dan bentuk serta ukurannya dapat
bermacam-macam berkisar dari ukuran satu mikrometer sampai beberapa sentimeter,
tergantung pada ukuran, bentuk, bahan, dan sejarah magnetik sampel yang ditinjau. Bahan
feromagnetik yang belum terjamah memiliki domain yang momen magnetiknya kuat, tetapi
momen domain ini mempunyai arah yang berbeda-beda dari suatu domain ke domain lainnya.
Dalam medan magnet eksternal, ukuran domain yang memiliki momen magnetik searah
dengan medan eksternal akan bertambah sedangkan ukuran domain disekitarnya akan
berkurang, sehingga medan magnet internalnya menjadi bertambah besar dan melebihi medan
13

eksternalnya. Unsur-unsur yang bersifat feromagnetik pada temperatur kamar ialah nikel dan
cobalt, dan bahan-bahan ini kehilangan ciri feromagnetiknya diatas suatu temperatur yang
disebut temperatur Curie. Temperatur Curie untuk besi adalah 1043 K (770oC).

2.2.4 Bahan Anti-feromagnetik

Dalam bahan ini, gaya antara atom-atom yang berdekatan menyebabkan momen atomik
berbaris dalam pasangan anti sejajar (anti paralel). Momen magnetik nettonya adalah nol, dan
bahan anti-feromagnetik hanya dipengaruhi sedikit oleh adanya medan magnetik eksternal.
Efek seperti ini mula-mula ditemukan dalam oksida mangan, kemudian beberapa ratus bahan
anti-feromagnetik lainnya ditemukan. Bahan ini terdapat pada temperatur yang relatif rendah,
seringkali pada temperatur yang jauh lebih rendah dari temperatur kamar. Efek ini belum
termasuk efek yang penting dalam bidang perekayasaan saat ini.

2.2.5 Bahan Ferimagnetik

Bahan ferimagnetik juga menunjukkan arah yang antisejajar untuk momen atomik yang
berdekatan, tetapi momennya tidak sama. Akibatnya bahan ini mempunyai respon yang besar
terhadap medan magnetik eksternal, walaupun tidak sebesar bahan feromagnetik. Kelompok
terpenting bahan ferimagnetik ialah ferit yang mempunyai konduktivitas rendah, beberapa orde
lebih rendah dari semikonduktor. Kenyataan bahwa bahan ini mempunyai resistansi yang lebih
besar dari bahan feromagnetik mengakibatkan timbul arus induksi yang jauh lebih kecil, jika
dipasang medan bolak-balik seperti dalam teras transformatoryang bekerja pada frekuensi
tinggi. Arus yang terdeteksi (arus eddy) menghasilkan kerugian ohmik yang lebih kecil pada
teras transformator. Contoh bahan ini adalah : oksida besi magnetik

𝐹𝑒3𝑂4, ferit nikel seng (𝑁𝑖1/2𝑍𝑛1/2𝐹𝑒2𝑂4).

DAFTAR PUSTAKA
14

Furlani, E.P. 2003. J. Apll. Phys. 99. 024912, 1-11.

Ganong WP. 1998. Reveiw of Medical Physiology. California: Long Medical Publ. Los Atos

Griffiths David, J., 1999, Introduction to Electrodynamics, Prentice-Hall, Inc, Englewood


Cliffs, New Jersey

Guyton, AC and Hall JE, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Diterjemakan oleh Irawati S,
Ken AT dan Alex S. Jakarta EGC, Penerbit Buku Kedokteran

LPM ITB dan Fakultas Kedokteran UI, 1997, Penelitian Pengaruh Medan Listrik dan Medan
Magnet SUTET terhadap Kesehatan Manusia

Manurung, Raja, 2006, Pengaruh Medan Magnet terhadap Leukosit dan Hemoglobin pada
mencit (muc Musculus), jur. Fisika FMIPA Unud

Mas Sastikawati, Ni Komang, 2013, Studi Pengaruh Lamanya Pemaparan Medan Magnet
terhadap Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus), Jur
Fisika FMIPA UNUD

William H, 1991, Elektromagnetika Teknologi, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai