Oleh : ELGI
NIM : 18065005
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sanghyang Widhi Wasa penulis
panjatkan,karena atas perkenan Beliaulah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
yang berjudul “Kajian pengaruh fluks,bahan,dan arah terhadap Medan Magnet”.
Penulisan karya tulis ini banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai
pihak.Penulis mengucapkan terima kasih kepada I Nengah Artawan atas saran dan bantuannya
di dalam penyelesaian karya tulis ini,sehingga penulis dapat menyelesaikannya sesuai alokasi
waktu.
Tidak lupa penulis mohon kritik dan saran dari pembaca,karena penulis menyadari
keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki.Atas masukannya penulis ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI v
PUSTAKA .................................................................................................................................
26
BAB I PENDAHULUAN
4
Dari uraian diatas penulis akan mengkaji secara teoritis pengaruh paparan medan
magnet pada fluks,bahan,dan arah magnet
5
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah : hanya membahas tentang
pengaruh paparan medan magnet terhadap fluks,bahan,dan arah magnet
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Seorang ahli fisika yang bernama Orstead,mengemukakan bahwa arus dalam sebuah
penghantar dapat menimbulkan efek-efek magnetik.Menurut Oerstead,arus yang berada
didalam penghantar tersebut dapat mempengaruhi arah jarum kompas. Penemuan penting ini
telah mengaitkan ilmu-ilmu pengetahuan yang terpisah mengenai magnetisme dan
listrik.Medan magnet didefinisikan sebagai ruang disekitar penghantar yang mengangkut
arus.Secara kuantitatif,medan magnet dinyatakan sebagai induksi magnetik.Hubungan medan
magnet (B) dan garis-garis induksi adalah :
1. Arah medan magnet (B) disuatu titik ditentukan oleh garis singgung dari garis-garis
induksi pada titik tersebut.
2. Jumlah garis-garis induksi persatuan luas penampang yang tegak lurus garis-garis
induksi tersebut adalah sebanding dengan besarnya medan magnet. Semakin rapat
garis-garis induksi, medan magnetnya semakin besar. Sedangkan semakin renggang
garis-garis induksi, maka medan magnetnya semakin kecil.
Seperti medan listrik (E), maka vektor medan magnet B adalah sangat penting, dan
garis-garis induksi hanyalah sekedar memberikan sebuah representasi grafik mengenai cara B
berubah diseluruh bagian ruang tertentu.
Fluks untuk sebuah medan magnet dapat didefinisikan sebagai Φ𝐵 = ∫ 𝐵. 𝑑𝑆, integral diambil
diseluruh permukaan (tertutup atau terbuka) dimana Φ𝐵 didefinisikan. Medan magnet
dinyatakan dalam besaran H (kuat medan magnet) atau B (rapat fluks magnet) dengan satuan
Tesla atau Gauss (T atau G). Konversi nilai T dan G adalah sebagai berikut : 1T = 10.000 G.
7
Secara sistematik, apabila suatu muatan q bergerak dengan kecepatan v dalam medan
magnetik B, gaya magnetik F pada muatan ialah :
𝐹 = 𝑞𝑣⃗ × 𝐵 (2.1)
Karakteristik penting gaya magnetic pada partikel bermuatan yang bergerak melalui
suatu medan magnetik ialah bahwa gaya tersebut selalu tegak lurus terhadap kecepatan
partikelnya. Gaya magnetic mengubah arah kecepatan tetapi tidak besarnya.
Apabila kecepatan partikel tegak lurus terhadap medan magnetik seragam, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 4, partikel tersebut bergerak dalam orbit melingkar. Gaya magnetik
memberikan gaya sentripetal yang diperlukan agar terjadi gerak melingkar. Kita dapat
menghubungkan jari-jari lingkaran r dengan medan magnetik B dan kecepatan partikel v
dengan membuat gaya total yang sama dengan massa m partikel kali percepatan sentripetal v2/r
yang bersesuaian dengan hukum kedua Newton. Gaya total pada kasus ini sama dengan qvB
karena v dan B saling tegak lurus. Dari hukum kedua Newton didapatkan:
Atau
9
Gambar 2.3 Partikel bermuatan yang bergerak dalam bidang tegak lurus terhadap medan
magnet seragam B. Gaya magnetik ini tegak lurus terhadap percepatan partikel yang
menyebabkan partikel itu bergerak dalam orbit melingkar.
Kuat medan magnet (H) berhubungan dengan kerapatan fluks magnet (B) melalui
persamaan B = μH, yaitu medan magnet didefinisikan sebagai medan vektor kerapatan fluks
magnet B. Dengan nilai μ (permeabilitas magnetik) ditentukan oleh sifat bahan dan untuk
sebagian besar bahan biologis nilainya setara dengan μo, yaitu besarnya permeabilitas udara
(IPCS International Programme on Chemical Safety. 1989).
Jumlah total dari garis-garis gaya dinamakan fluks magnet, φ, dengan satuan Weber.
Induksi magnet atau rapat fluks magnet, B, adalah besaran vektor yang bila dihubungkan
dengan garis-garis gaya, besarnya dapat didefinisikan sebagai banyaknya garis gaya yang
melewati suatu permukaan secara tegak lurus. Hal ini dapat tuliskan sebagai :
dimana:
Kawat panjang yang dililikan didalam sebuah helix yang terbungkus rapat dan yang
mengangkut sebuah arus I disebut solenioda. Medan solenoida merupakan jumlah vektor dari
medan-medan yang ditimbulkan oleh semua lilitan yang membentuk solenoida tersebut.
Sebuah solenoida dapat menghasilkan sebuah medan magnet uniform.
Medan magnet yang dihasilkan pada pusat solenoida dapat dinyatakan sebagai :
𝐵 = 𝜇0𝑛𝑖 (2.6)
Dimana:
L = Panjang solenoid
11
Sebuah elektron dalam orbitnya serupa dengan arus kecil (arusnya berlawanan arah dengan
arah gerak elektron) dan dapat mengalami torka dalam medan magnetik eksternal. Torka ini
cenderung mensejajarkan medan magnetik yang ditimbulkan oleh elektron dengan medan
magnet eksternal. Jika momen magnetik lainnya diabaikan, maka dapat disimpulkan bahwa
semua elektron yang berorbit dalam bahan akan bergeser sedemikian rupa sehingga akan
menambahkan medan magnetiknya pada medan magnet eksternal, sehingga medan magnetik
resultan pada setiap titik dalam bahan tersebut menjadi lebih besar.
Momen lainnya (yang kedua) yang timbul yaitu dari spin elektron. Melalui matematika teori
kuantum relativistik dapat ditunjukkan bahwa elektron mempunyai momen magnetik spin
sekitar ±9 × 10−24𝐴. 𝑚2 , tanda plus minus menyatakan bahwa penjajaran yang mungkin
sesuai atau berlawanan dengan medan magnetik luar. Dalam atom yang mempunyai banyak
elektron, yang memberi kontribusi pada momen magnetik atom hanyalah spin elektron dalam
kulit yang tidak lengkap.
Kontribusi ketiga pada momen sebuah atom ditimbulkan oleh spin nuklir, tetapi pengaruh dari
faktor ini biasanya dapat diabaikan. Jadi tiap atom mengandung banyak momen komponen
yang berbeda-beda, dan kombinasinya menentukan karakteristik magnetik bahan tersebut dan
menyajikan cara untuk melakukan klasifikasi bahan magnetik yang umum, diantaranya bahan
diamagnetik, paramagnetik, feromagnetik, anti-feromagnetik, ferimagnetik, dan
superparamagnetik. (William, 1991)
Tinjau atom dengan medan magnetik yang kecil yang ditimbulkan oleh gerak elektron pada
orbitnya dan digabungkan dengan medan magnetik yang ditimbulkan oleh spin elektronnya
dan menghasilkan medan netto nol, dalam hal ini tidak ada medan magnet eksternal. Dapat
dikatakan bahwa bahan ini terdiri dari atom yang momen magnetik permanennya 𝒎𝟎 sama
dengan nol untuk masing-masing atom. Bahan ini disebut diamagnetik. Jika elektron yang
mengorbit momen m nya searah dengan medan magnet terpasang B0 , maka medan magnetik
menimbulkan gaya luar pada elektron yang mengorbit. Karena jejari orbitnya terkuantisasi dan
tidak dapat berubah, maka gaya Coulomb dibagian dalam yang menarik elektron tidak berubah.
Gaya tak seimbang yang ditimbulkan oleh gaya magnetik dibagian luar harus dikompensasi
12
dengan mengurangi kecepatan putarannya. Jadi momen yang terjadi karena putaran pada
orbitnya berkurang, sehingga menimbulkan medan internal yang lebih kecil.
Jika dipilih sebuah atom dengan m dan B0 nya berlawanan, gaya magnetiknya akan
mempunyai arah kedalam dan kecepatannya akan bertambah, sehingga momen orbitnya akan
bertambah, sehingga terjadi peniadaan medan B0 yang lebih banyak. Dalam hal ini juga
hasilnya ialah medan internal yang lebih kecil.
Tinjau atom yang efek spin elektron dan gerak pada orbitnya tidak saling meniadakan. Atom
secara keseluruhan memiliki momen magnetik kecil, tetapi orientasi acak (random) dari atom-
atom tersebut dalam sampel yang cukup besar menghasilkan momen magnetik yang rata-rata
besarnya nol. Bahan tersebut tidak memperlihatkan efek magnetik jika medan magnetik
eksternalnya tidak ada. Jika diberikan medan magnet eksternal, timbul torka kecil pada masing-
masing momen atomik, dan momen ini cenderung untuk menjajarkan dengan medan eksternal.
Penjajaran ini menimbulkan pertambahan besar B dalam bahan tersebut (melebihi medan
eksternal). Namun efek diamagnetik tetap bekerja pada elektron yang mengorbit dan melawan
perubahan diatas. Jika hasil akhirnya adalah turunnya B, maka bahan tersebut tetap disebut
diamagnetik. Tetapi jika hasilnya pertambahan B, maka bahan tersebut disebut paramagnetik.
Contoh bahan paramagnetik seperti : kalium, oksigen, tungsten, unsur tanah jarang, serta
banyak garam-garam seperti klorida erbium, oksida neodimium dan oksida itrium.
Dalam bahan feromagnetik, masing-masing atom memiliki momen dwikutub yang relatif
besar, yang terutama ditimbulkan oleh momen spin elektron yang tak terkompensasi. Gaya
antar atom menyebabkan momen ini mempunyai arah yang sejajar dalam suatu daerah yang
terdiri dari banyak atom. Daerah ini disebut domain, dan bentuk serta ukurannya dapat
bermacam-macam berkisar dari ukuran satu mikrometer sampai beberapa sentimeter,
tergantung pada ukuran, bentuk, bahan, dan sejarah magnetik sampel yang ditinjau. Bahan
feromagnetik yang belum terjamah memiliki domain yang momen magnetiknya kuat, tetapi
momen domain ini mempunyai arah yang berbeda-beda dari suatu domain ke domain lainnya.
Dalam medan magnet eksternal, ukuran domain yang memiliki momen magnetik searah
dengan medan eksternal akan bertambah sedangkan ukuran domain disekitarnya akan
berkurang, sehingga medan magnet internalnya menjadi bertambah besar dan melebihi medan
13
eksternalnya. Unsur-unsur yang bersifat feromagnetik pada temperatur kamar ialah nikel dan
cobalt, dan bahan-bahan ini kehilangan ciri feromagnetiknya diatas suatu temperatur yang
disebut temperatur Curie. Temperatur Curie untuk besi adalah 1043 K (770oC).
Dalam bahan ini, gaya antara atom-atom yang berdekatan menyebabkan momen atomik
berbaris dalam pasangan anti sejajar (anti paralel). Momen magnetik nettonya adalah nol, dan
bahan anti-feromagnetik hanya dipengaruhi sedikit oleh adanya medan magnetik eksternal.
Efek seperti ini mula-mula ditemukan dalam oksida mangan, kemudian beberapa ratus bahan
anti-feromagnetik lainnya ditemukan. Bahan ini terdapat pada temperatur yang relatif rendah,
seringkali pada temperatur yang jauh lebih rendah dari temperatur kamar. Efek ini belum
termasuk efek yang penting dalam bidang perekayasaan saat ini.
Bahan ferimagnetik juga menunjukkan arah yang antisejajar untuk momen atomik yang
berdekatan, tetapi momennya tidak sama. Akibatnya bahan ini mempunyai respon yang besar
terhadap medan magnetik eksternal, walaupun tidak sebesar bahan feromagnetik. Kelompok
terpenting bahan ferimagnetik ialah ferit yang mempunyai konduktivitas rendah, beberapa orde
lebih rendah dari semikonduktor. Kenyataan bahwa bahan ini mempunyai resistansi yang lebih
besar dari bahan feromagnetik mengakibatkan timbul arus induksi yang jauh lebih kecil, jika
dipasang medan bolak-balik seperti dalam teras transformatoryang bekerja pada frekuensi
tinggi. Arus yang terdeteksi (arus eddy) menghasilkan kerugian ohmik yang lebih kecil pada
teras transformator. Contoh bahan ini adalah : oksida besi magnetik
DAFTAR PUSTAKA
14
Ganong WP. 1998. Reveiw of Medical Physiology. California: Long Medical Publ. Los Atos
Guyton, AC and Hall JE, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Diterjemakan oleh Irawati S,
Ken AT dan Alex S. Jakarta EGC, Penerbit Buku Kedokteran
LPM ITB dan Fakultas Kedokteran UI, 1997, Penelitian Pengaruh Medan Listrik dan Medan
Magnet SUTET terhadap Kesehatan Manusia
Manurung, Raja, 2006, Pengaruh Medan Magnet terhadap Leukosit dan Hemoglobin pada
mencit (muc Musculus), jur. Fisika FMIPA Unud
Mas Sastikawati, Ni Komang, 2013, Studi Pengaruh Lamanya Pemaparan Medan Magnet
terhadap Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus), Jur
Fisika FMIPA UNUD