karakteristik umum peserta didik meliputi: gender, etnik, usia, kultural, status sosial, dan
minat. Adapun karakteristik umum peserta didik akan dijelaskan seperti berikut ini:
1. Jenis Kelamin
Setiap sekolah pada tiap-tiap kelasnya terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan. namun ada
juga sebagian sekolah lagi yang kelasnya menerapkan sistem homogen artinya peserta didik
laki-laki dan perempuan dipisah. Pada umumnya Kelas yang peserta didiknya homogen
dalam proses belajar mengajar tidak sesulit kelas yang peserta didiknya heterogen. Disinilah
Peran guru harus mampu menguasai kelas dengan baik dan tidak membedakan gender.
Etnik
Negara Indonesia merupakan Negara yang luas wilayahnya dan kaya akan
etniknya. beberapa sekolah peserta didik yang beragam etniknya seperti dalam satu kelas
kadang-kadang terdiri dari peserta didik etnik Jawa, Sunda, Madura, Minang, dan Bali,
maupun etnik lainnya. dalam proses belajar mengajar guru tidak boleh membeda-bedakan
etnis dan suku pada setiap peserta didik. guru harus mampu merangkul agar setiap etnik
dapat bekerja sama dan saling menghormati.
3. Usia
Menurut Piaget perkembangan intelektual anak usia Taman Kanak-Kanak pada taraf pra
operasional konkrit sedangkan peserta didik Sekolah Dasar berada pada tahap operasional
konkrit, dan peserta didik Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas serta
Sekolah Menengah Kejuruan pada tahap operasional formal.
Usia setiap peserta didik akan mempengaruhi pendekatan pembelajaran yang diberikan,
media, dan jenis evaluasi yang akan digunakan oleh guru. Ketika guru menghadapi peserta
didik Taman Kanak-kanak pada umumnya berusia 5-6 tahun, tentu saja akan berbeda
pendekatan, metode, dan media yang digunakan ketika menghadapi peserta didik Sekolah
Dasar yang umumnya berusia 7-11 tahun, dan peserta didik Sekolah Menengah Pertama
yang usianya berbeda karena dilihat dari 12-14 tahun dan peserta didik Sekolah Menengah
Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan, yang umumnya berusia 15-17 tahun, yang jelas dari
perkembangan intelektualnya.
Budaya
Budaya yang ada di Indonesia beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma, kebiasaan,
dan adat istiadat. Guru harus mampu menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan budaya
tempat mengajar. ada budaya atau norma yang berlaku yang harus dipatuhi oleh setiap
warga sekolah, seperti Sekolah yang berada di beberapa tempat atau beberapa desa tidak
menyarankan peserta didik untuk bermain bola, guru olahraga sebaiknya menggunakan rok.
Peserta didik pada suatu kelas biasanya berasal dari berbagai status sosial-ekonomi
masyarakat, berdasarkan latar belakang pekerjaan orang tua, ada peserta didik yang orang
tuanya wira usahawan, pegawai negeri, pedagang, petani, dan buruh. berdasarkan dari sisi
jabatan pun berbeda, ada peserta didik yang orang tuanya menjadi pejabat seperti presiden,
menteri, gubernur, bupati, camat, kepala desa, kepala kantor atau kepala perusahaan, selain
itu ada peserta didik yang berasal dari keluarga ekonomi mampu, ada yang berasal dari
keluarga yang cukup mampu, dan ada juga peserta didik yang berasal dari keluarga yang
kurang mampu. Peserta didik dengan berbagai status ekonomi dan sosialnya menyatu untuk
saling berinteraksi dan saling melakukan proses pembelajaran. Perbedaan ini tidak menjadi
penghambat dalam melakukan proses pembelajaran.
Minat dapat diartikan suatu rasa lebih suka, rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas. Sardiman, pada tahun 2011 mengungkapkan bahwa minat sebagai kondisi yang
terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi di suatu tempat dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. guru harus mampu
membangkitkan minat peserta didik dengan cara merancang pembelajaran yang kreatif dan
menarik perhatian peserta didik.
Russel (2011: 40) menjelaskan model pembelajaran VAK yaitu suatu model pembelajaran
dengan memanfaatkan potensi/gaya belajar yang dimiliki dengan cara melatih dan
mengembangkan secara optimal gaya belajar agar hasil belajar meningkat.
Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak dititik beratkan
pada peragaan atau media, ajak siswa ke objekobjek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut
atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya
dipapan tulis.
Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar visual misalnya lirikan mata ke atas bila
berbicara dan berbicara dengan cepat. Anak yang memiliki gaya belajar visual harus melihat
bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerrti materi pelajaran. Siswa cenderung
duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Siswa berfikir menggunakan gambar-gambar di
otak dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual seperti diagram,
buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas anak visual lebih suka mencatat sampai
detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
Seorang siswa lebih suka mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat, dan
instruksi (perintah) verbal. Alat perekam sangat membantu pembelajaran tipe auditori.
Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar auditori misalnya lirikan mata ke arah kiri
atau kanan, mendatar bila berbicara dan sedang-sedang saja. Untuk itu, guru sebaiknya harus
memperhatikan siswanya hingga alat pendengarannya. Anak yang memiliki gaya belajar auditori
dapat belajar cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru
katakan. Anak auditori mencerna makna yang disampaikan melalui tone, suara, pitch (tinggi
rendahnya), kecepatan berbicara, dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis memiliki makna
yang minim bagi anak auditori. Anak-anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat
dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi auditori yang kuat dalam diri pembelajar, carilah
cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Suruh mereka
menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara. Mintalah mereka membaca keras-keras
secara dramatis jika mereka mau. Ajak mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah,
membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan
membuat pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.
Kinestetik merupakan gaya belajar melalui aktivitas fisik dan interaksi langsung siswa dalam
proses pembelajaran.
Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Seorang siswa lebih suka
menggenggam, bergerak, menyentuh dan merasakan atau mengalami sendiri gerakan tubuh
(aktivitas fisik). Bagi sisiwa kinestetik belajar itu harus mengalami dan melakukan. Ciri-ciri siswa
yang lebih dominan memiliki gaya belajar kinestetik misalnya lirik mata ke bawah bila berbicara
dan berbicara lebih lambat. Anak-anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena
keinginan mereka untuk beraktivitas dan menikmati bantuan kuat. Siswa yang sedang belajar ini
belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Visual, Auditory,
Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan tiga gaya belajar yaitu
visual, auditori, dan kinestetik.
Gaya belajar visual berfokus pada penglihatan. Saat mempelajari hal baru, biasanya
tipe ini perlu melihat sesuatu secara visual untuk lebih mudah mengerti dan
memahami. Selain itu, tipe visual juga lebih nyaman belajar dengan pengunaan
warna-warna, garis, maupun bentuk. Itulah mengapa, orang yang memiliki tipe visual
biasanya memiliki pemahaman yang mendalam dengan nilai artistik seperti paduan
warna dan lainnya.
Untuk yang memiliki gaya belajar auditori, biasanya kamu lebih mengandalkan
pendengaran untuk menerima informasi dan pengetahuan. Orang tipe auditori tidak
masalah dengan tampilan visual saat mengajar, yang penting adalah mendengarkan
pembicaraan guru dengan baik dan jelas. Nah, makanya tipe auditori biasanya paling
peka dan hafal dari setiap ucapan yang pernah didengar bukan apa yang dilihat. Psst,
kalau ada teman yang hobi untuk mengingatkan kelas untuk tenang bisa jadi teman
kamu tipe auditori tuh!
1. Lebih mudah mengingat sesuatu dari apa yang didengar daripada yang dilihat
2. Berbicara pada diri sendiri saat belajar
3. Senang mendengarkan
4. Mudah terganggu dengan keramaian
5. Kesulitan dalam tugas atau pekerjaan yang melibatkan visual
6. Pandai menirukan nada atau pun irama suara
7. Senang membaca dengan mengeluarkan suara atau menggerakkan bibir mereka
8. Suka berbicara, berdiskusi, atau menjelaskan sesuatu yang panjang
9. Mudah dalam mengingat nama saat berkenalan dengan orang baru
10. Kadang kesulitan dalam menulis tetapi pandai dalam bercerita
Gaya belajar ini menyenangi belajar yang melibatkan gerakan. Biasanya orang yang
tipe ini, merasa lebih mudah mempelajari sesuatu tidak hanya sekadar membaca
buku tetapi juga mempraktikkanya. Dengan melakukan atau menyentuh objek yang
dipelajari akan memberikan pengalaman tersendiri bagi tipe kinestetik. Makanya,
orang yang memiliki gaya belajar tipe kinestetik biasanya tidak betah berdiam lama-
lama di kelas nih.