PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut para ahli etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang
benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,
berasal dari kata Yunani ”ethos” yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
1
Berdasarkan teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama dengan
memiliki tugas moral. Tugas moral selalu diiringi dengan tanggung jawab
moral. Dalam dunia profesi, istilah tanggung jawab moral disebut etika dan
selama menjalankan perannya, bidan sering kali bersinggungan dengan
masalah etika.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika
Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan apakah benar atau salah dan apakah
penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai
konotasi yang negatif yang berhubungan dengan hukum. Seorang bidan
dikatakan profesional bila ia mempunyai etika. Semua profesi kesehatan
memiliki etika profesi, namun demikian etika dalam kebidanan mempunyai
kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung
jawab menolong persalinan. Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk
mengambil keputusan sendiri yang berhubungan dengan tanggung jawabnya.
Untuk melakukan tanggung jawab ini seorang bidan harus mempunyai
pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui ilmunya dan
mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.
Kode etik bidan pertam kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam
Kongres Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk pelaksanaan kode etik bidan
3
disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991. Kode
etik bidan sebagai pedoman dalam berperilaku, disusun berdasarkan pada
penekanan keselamatan klien.
Kewajiban bidan terhadap diri sendiri menurut Etika dan Kode Etik yaitu:
4
2.4 Peran dan Tugas Bidan Berdasarkan Etik dan Kode Etik Profesi
1. Hati nurani
Bidan harus menjadikan hati nuraninya sebagai pedoman. Hati nurani
mengetahui perbuatan individu yang melanggar etika atau sesuai etika.
Pelanggaran etika oleh bidan dapat bersifat fisik ataupun secara verbal.
2. Teori etika
Untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang sulit, bidan dapat
berpegang pada teori etika. Sekalipun teori ini telah tua, namun masih
relevan karena selalu disesuaikan dengan perkembangan saat ini, seperti
teori Immanuel Kant yang menyatakan bahwa sikap menjunjung tinggi
prinsip autonomi adalah penting dan teori ini sangat relevan bila
diterapkan dalam praktik kebidanan.
1. Orang tua: Bidan harus berperan aktif dalam mendidik atau mengajarkan
keterampilan perawatan bayi dan promosi kesehatan kepada ibu, suami
(pasangannya) dan anggota keluarga yang lain.
2. Mahasiswa bidan: Bidan bertanggung jawab dalam memberi pendidikan
kepada mahasiswa bidan agar terampil dan memiliki pengetahuan baru.
Pada dasarnya, tujuan utama peran pendidik yang dimiliki bidan adalah
memberdayakan orang tua dan mahasiswa agar mereka memiliki
keterampilan dan dalat menerapkan keterampilan tersebut secara mandiri
sehingga terciptanya autonomi pribadi.
5
Masalah etika yang biasanya muncul saat bidan menjalankan perannya sebagai
konselor adalah sebagai berikut:
Dalam menjalankan peran sebagai penasihat, bidan harus dapat membatasi diri
jika ingin tetap menghargai autonomi klien. Klien membutuhkan informasi
yang memadai agar dapat membuat keputusan dan terus mengendalikan dirinya
sendiri. Akan tetapi, sangat sulit bagi bidan untuk menahan diri tidak memberi
Peran bidan dalam memberi advokasi sangat penting, khususnya ketika klien
menolak persetujuan atas tindakan medis yang sebenarnya dapat mencegah
terjadinya kematian atau kesakiitan klien itu sendiri. Dalam hal ini bidan harus
berperan sebagai advokat dengan memberi penjelasan dan dorongan (bukan
paksaan) kepada klien mengenai sisi positif dan negatif dari keputusan yang
diambil.
Peran bidan sebagai peneliti sejalan dengan salah satu pasal dalam kode etik
bidan yang menyatakan: “Bidan harus berkembang dan memperluas
pengetahuan kebidanannya melalui berbagai proses seperti diskusi dengan
rekan sejawat dan penelitian”.
Sudah jelas bahwa penelitian bukan lagi merupakan pilihan, namun tanggung
jawab etik bidan. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai
subyek maupun obyek penelitian.
6
pelayanan tetap minimal secara efisien dan efektif dengan tetap
mempertahankan kualitas pelayanan.Dengan penjabaran diatas, maka dalam
kesempetan kali ini akan dipaparkan mengenai kajian kode etik dan kode etik
profesi bidan.
7
5. Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan resiko tinggi yang
mengalami komplikasi serta kegawatan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
8
Rp2.000.000. Hari itu juga, bidan Endang yang diketahui bertugas di salah
satu puskesmas di Kediri melakukan aborsi.
9
1. Analisis Kasus
Pada kasus di atas dijelaskan bahwa terjadi suatu aborsi tetapi jenis
aborsi illegal. Kasus diatas berawal dari pasangan yang melakukan
hubungan gelap (perselingkuhan) yang mengakibatkan si wanita hamil. Pria
dan wanita sepakat untuk menggugurkan kandungan yang berumur 3 bulan
itu ke bidan. Bidan menyanggupi untuk melakukan aborsi tersebut dengan
imbalan Rp 2.000.000,00.
Kasus aborsi di atas termasuk kasus pidana, karena adanya aduan dari
ayah korban yang meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa
itu dan menghukum pelaku. Kasus ini mengakibatkan bidan E terjerat pasal
348 KUHP tentang pembunuhan dan melanggar Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 atau pada Undang-undang yang baru yaitu
Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap sebagai
ilmu yang abstrak dan kurang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak
uraian filsafat dianggap jauh dari kenyataan, tetapi setidaknya etika mudah
dipahami secara relevan bagi banyak persoalan yang dihadapi. Etika sebagai
filsafat moral mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan
secara rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar dan yang salah,
baik atau buruk, yang secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat
prinsip moral yang menjadi pedoman bagi tindakan manusia.
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi
kebidanan membutuhkan suatu system untuk mengatur bidan dalam
menjalankan peran dan fungsinya. Dalam menjalankan perannya bidan tidak
dapat memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, tetapi
harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu dan
berlandaskan pada kode etik dan standar profesi
3.2 Saran
1. Bagi mahasiswi calon bidan
Sebagai mahasiswi calon bidan, sebaiknya harus mendalami etik dan
kode etik profesi terlebih dahulu, agar dapat menerapkannya saat praktik,
sehingga dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
optimal sesuai dengan wewenang profesinya.
2. Bagi para bidan
Sebagai seorang bidan hendaknya selalu menerapkan dan
menjadikan etik dan kode etik profesi sebagai dasar dalam memberikan
setiap pelayanan. Sehingga klien akan merasa nyaman dengan pelayanan
bidan dan akan segan dengan profesi bidan.
11