Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


DOSEN PENGAMPU
YULIATUN S.Pd.I, M.Si

DISUSUN OLEH :

NAMA : OKTAVHIA DWI KHAIRYAH


NPM : 202101416

Jl. Duku 1 No. 54 Perum Korpri ABRI Kramat


Kota Magelang
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatu


Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberi saya rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat membuat makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Tak lupa pula saya ucapkan shalawat beserta salam kepada junjungan
yakni Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiliah sampai zaman ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.

Penulisan makalah yang berjudul “Hakekat Manusia Dalam Islam” bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Pada makalah ini diuraikan tentang
Hakekat Manusia Dalam Islam beserta ayat dan penjelasan pendukungnya baik dalam al-
Qur’an maupun para pendapat.

Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah ilmu
pengetahuan juga.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan saya agar
pembaca memberi umpan balik berupa kritikan dan saran supaya dapat menyempurnakan
makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraokatu

Kepulauan Riau, 31oktober 2021

OKTAVHIA DWI KHAIRYAH

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi ............................................................................................................iii
Bab I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................................2
C. Ruang Lingkup .........................................................................................2
D. Metode Penulisan .....................................................................................2
Bab II PEMBAHASAN .....................................................................................2
A. Konsep Manusia........................................................................................2
B. Eksistensi dan Martabat Manusia .............................................................4
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah ........7
Bab III PENUTUP ............................................................................................8
A. Simpulan...................................................................................................8
B. Saran .......................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Makalah ini kami tujukan untuk masyarakat umum khususnya di kalangan remaja,
pelajar dan generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa agar kita
semua memahami konsep manusia dalam dunia islam serta memahami tanggung
jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Kajian tentang
manusia telah banyak dilakukan para ahli, yang selanjutnya dikaitkan dengan
berbagai kegiatan, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, agama dan
lain sebagainya.Hal tersebut dilakukan karena manusia selain sebagai subjek (pelaku),
juga sebagai objek (sasaran) dari berbagai kegiatan tersebut, dari pemikiran ini selanjutnya
memunculkan banyak sebutan atau predikat untuk manusia yang dikemukakan para ahli
filsafat, misalnya; homo sapiens, (makhluk yang mempunyai budi pekerti/berakal),
animal rational atau hayawan nathiq (binatang yang dapat berpikir),homo laquen
(makhluk yang pandai menciptakan bahasa), zoon politicoi (makhluk yang pandai bekerja
sama), homo economicus (makhluk yang tunduk kepada prinsip-prinsip ekonomi), homo
religious (makhluk yang beragama), homo planemanet (makhluk ruhaniah-spiritual),
homo educandum (makhluk yang dapat dididik/educable), serta homo faber (makhluk
yang selalu membuat bentuk-bentuk baru). Dalam konsepsi Islam, manusia merupakan
satu hakikat yang mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi material (jasad) dan
dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan sebagainya). Unsur jasad akan hancur dengan
kematian, sedangkan unsur jiwa akan tetap dan bangkit kembali pada hari kiamat. (QS.
Yasin, 36: 78-79). Manusia adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat
(QS. al-Hijr, 15: 29). Bahkan manusia adalah satu- satunya mahluk yang mendapat
perhatian besar dari Al-Qur’an, terbukti dengan begitu banyaknya ayat al-Qur an yang
membicarakan hal ikhwal manusia dalam berbagai aspek-nya, termasuk pula dengan
nama-nama yang diberikan al-Qur’an untuk menyebut manusia, setidaknya terdapat lima kata
yang sering digunakan Al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan atau ins
atau al-nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam atau durriyat adam. Berbicara dan
berdiskusi tentang manusia memang menarik dan tidak pernah tuntas. Pembicaraan mengenai
makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah selesai. Selalu ada
saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli telah mencetuskan pengertian manusia sejak
dahulu kala, namun sampai saat ini pun belum ada kata sepakat tentang
pengertian manusia yang sebenarnya. Oleh karena itu kami sebagai penulis melalui makalah
ini ingin mengingatkan kembali kepada para pembaca mengenai eksistensi dan
manusia dalam pandangan islam serta tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah
dan khalifah di muka bumi.

1
B. Tujuan Penulisan
1. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai pengertian dan konsep manusia dalam
pandangan islam
2. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai eksistensi dan martabat manusia
dalam pandangan islam
3. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah
dan khalifah di muka bumi
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang konsep dan
pengertian manusia, eksistensi dan martabat manusia serta tanggung jawab manusia sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan
metode pustaka yaitu beupa mencari dan mengumpulkan beberapa sumber dari
internet maupun buku yang mengenai informasi seputar konsep manusia dalam pandangan
islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia
Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman modern ini juga
belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki manusia dari berbagai
sudut pandang,ada yang memandang manusia dari sudut pandang budaya disebut
Antropologi Budaya, ada juga yang memandang dari segi hakikatnya disebut
Antropologi Filsafat. Memikirkan dan membicarakan mengenai hakikat manusia
inilah, yang menyebabkan orang tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang
memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu apa, bagaimana, dan
kemana manusia itu nantinya. Berbicara mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang
mendasari yaitu :
1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat atau materi.
Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi dan manusia adalah
unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah
roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah manifestasi daripada roh
di dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini menganggap
bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani.
Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asalnya, tidak tergantung satu sama
2
lain. Jadi badan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya
manusia itu ada dua, jasad dan roh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut
manusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya aliran ini
memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau dualisme, tetapi
memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara beradanya manusia itu
sendiri di dunia ini. Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
hakikat manusia yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di
dunia ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam
Islam sendiri, hakikat manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan
As-Sunah, atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri. Hakikat manusia dalam
Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari diciptakannya manusia yang telah diberi
amanat untuk mengatur bumi (Khalifah) yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah
SWT sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan makna
bahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah pihak
yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya. Manusia tidak
mempunyai peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan dirinya. Oleh karena itu
ketidakmampuan manusia itu merupakan peringatan bagi manusia. Seperti halnya
manusia tidak ikut menentukan atau memilih orang tuanya, suku atau bangsa dan
lain-lain.Oleh karenanya manusia harus menyadari atas ketentuan – ketentuan yang telah
diberikan oleh Allah SWT.Sebagai makhluk yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa
hal diantaranya :
1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk mengadakan
sesuatu,artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.
2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya manusia ada
untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari sanalah muncul
segala bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika di dalam kehidupanya.
3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya
kebebasan manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan melalui
kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan.
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada
kesadaran untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam hidupnya.
Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya pada ilahi.
5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia
adalah makhluk mulia. Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan
manusia dalam islam sebagai makhluk yang istimewa.

3
B. Eksistensi dan Martabat Manusia
Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar mampu
mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup akan
mengantar manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan agar hidupnya
tidak sia-sia.Eksistensi manusia di dunia merupakan tanda kekuasaan Allah SWT terhadap
hamba-hamba-Nya, bahwa Dialah yang menciptakan, menghidupkan dan menjaga
kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks
hubungan manusia dengan Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT serta
memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam
adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan
terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup
manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia
Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan
untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan manusia
diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam
semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai
rahmat merupakan manusia yang diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan
memberikan kasih sayang kepada alam semesta.
2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia
Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat dengan cara
melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu. Allah
berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat [16:97] yang artinya “Barang siapa mengerjakan amal
shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah
SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.
3. Tujuan Individu dalam Keluarga
Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang
mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain.. Hampir
semua manusia,pada awalnya merupakan bagian dari anggota kelompok sosial yang
dinamakan keluarga.Dalam ilmu komunukasi dan sosiologi, keluarga merupakan bagian dari
klasifikasi kelompok sosial dan termasuk dalam small group atau kelompok terkecil
karena paling sedikit anggotanya. Namun keberadaan keluarga sangat penting karena
merupakan bentuk khusus dalam kerangka sistem sosial secara keseluruhan.Small group
seolah-olah merupakan miniatur masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kode etik
pemerintahan, prestige,ideologi, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan
individu dalam keluarga adalah agar individu tersebut menemukan ketentraman,
kebahagiaan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah. Manusia
diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab itu,wajar bagi manusia baik laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga.
4
Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum [30:21] yang artinya "Dan
diantaratanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri,supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih
sayang Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum
yang mau berfikir."Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk
menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab
itu, dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
4. Tujuan Individu dalam Masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat.
Tujuan hidup bermasyarakat yaitu mencari keberkahan yang melimpah dalam
hidup.Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti
perumahan,makan,pakaian,kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan
kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila
masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan bertakwa,
maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan. Oleh sebab itu, apabila dalam
suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka kita harus mengajak
setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah berfirman
dalam Q.S. Al-A’raf [7:96] yang artinya“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”.Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat.
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
5. Tujuan Individu dalam Bernegara
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk menemukan jati diri
sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan
dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat
memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka,
tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warga negara yang baik di dalam
lingkungan negara untuk mewujudkan negara yang aman, nyaman serta makmur.
6. Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional
Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional/dunia
luar.Dalam era globalisasi, kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita
harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan
kepribadian.Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang
saling membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan
buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan terlena dengan indahnya dunia.

5
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah
Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau pelengkap di bumi
semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan, peran, dan tugas yang
telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke dunia.Manusia telah dipilih oleh Allah
untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba Allah dan seorang khalifah di
bumi,karena manusia merupakan makhluk yang paling istimewa dibanding dengan
makhluk-makhluk yang lainnya. Mereka dipilih untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan yang ada dengan cara mereka sendiri dan tanpa melepas tanggung jawab.
1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah
Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang diciptakan
oleh Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui sperma dan ovum dalam
suatu ikatan pernikahan yang suci serta proses biologis produktivitas manusia
(Q.S Al-Mukminun:12-16) Dalam konteks ini, Nabi Muhammad SAW bersabda,
"Bahwasanya seseorang kamu dihimpunkan kejadiannya di dalam perut ibu selama
40 hari,kemudian berupa segumpal darah seperti itu pula lamanya, kemudian berupa
segumpal daging seperti itu pula lamanya. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat,
maka diperintahkan kepada malaikat: engkau tuliskanlah amalannya, rezekinya,
ajalnya, dan celaka atau bahagianya.Kemudian ditiupkanlah roh kepada makhluk
tersebut" (HR. Bukhari).20 Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk
ciptaan Allah dapat menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya bukanlah
Tuhan. Oleh sebab itu, ia melihat sesama manusia sebagai sesama makhluk, tidak ada
perhambaan antar manusia.Jadi, seorang istri tidak menghamba pada suami, seorang
pegawai tidak menghamba pada pengusaha, dan seorang rakyat tidak menghamba pada
pemerintah. Bagi manusia, yang patut menerima perhambaan dari manusia tak lain adalah
Allah. Allah tidak menciptakan manusia selain untuk menghamba atau beribadah kepada-Nya
(Q.S. Adz-Dzariyat:56). Segala yang ada di langit dan bumi,baik dengan suka maupun
terpaksa, sesungguhnya pun berserah diri kepada Allah (Q.S. Ali Imran:83).Oleh karena itu,
tidak berlaku konsep manusia sebagai homo homoni lopus atau manusia sebagai
pemangsa bagi manusia yang lain.Tidak ada keistimewaan antara satu manusia dengan
manusia lain kecuali taqwanya kepada Allah.Eksistensi manusia bukan untuk menjadi
yang terkuat (struggle for the strongest and the fittest), melainkan untuk menjadi yang
paling bijak (struggle for the wisest).Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab
pribadi, orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am:164) dan
pada hari kiamat nanti mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S.
Maryam:95). Ini membuktikan bahwa manusia sebagai hamba Allah memiliki kebebasan
individual atas dirinya sendiri namun tetap bertanggung jawab atas lingkungan sekitarnya.
2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi
Khalifah berasal dari kata“khalafa”yang berarti mengganti.Khalifah diartikan pengganti
karena ia menggantikan yang didepannya.Dalam bahasa Arab,kalimat “Allah menjadi
khalifah bagimu” berarti Allah menjadi pengganti bagimu dari orang tuamu yang
meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi berarti Allah
menyerahkanpengolahan dan pemakmuran bumi bukan secara mutlak kepada manusia.
6
Di samping arti ini khalifah juga menunjukan arti pemimpin negara atau kaum.Kata khalifah
dengan arti pemimpin terdapat dalam Q.S.Shad[38 :26]dimana Allah mengangkat Nabi
Daud As. sebagai khalifah di bumi untuk memimpin manusia dengan adil dan tidak
mengikuti hawa nafsu.Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani Adam
sebagai makhluk yang paling mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk yang
tertinggi yaitu para malaikat,sebelum mereka di ciptakan. Untuk itu, Allah Swt berfirman
dalam Q.S. Al-Baqarah [2:30] yang artinya "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah”. Arti khalifah pada Q.S. Shad [38:26] bertugas untuk menegakkan hukum Allah di
bumi dan menciptakan kemaslahatan manusia sedangkan arti khalifah pada Q.S. Al-
Baqarah [2:30] bertugas untuk memakmurkan dan mengelola bumi.Setiap kebajikan yang
dilakukan manusia atas kehendak dan pilihannya itu merupakan kemuliaan, malaikat yang
bertabiat tunduk tidak dapat mencapai kemuliaan itu. Untuk itu ada dua argumentasi manusia
dijadikan khalifah di muka bumi, yang dapat dikemukakan yaitu :
a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat digambarkan adanya
perintah Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam As. karena kekhususan Nabi
Adam As. yang memiliki ilmu pengetahuan, yang berbeda dengan ilmu pengetahuan malaikat
yang tidak memungkinkan karena dari usaha sendiri sesuai firman Allah dalam Q.S. Al-
Baqarah [2:32] yang artinya “Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada
yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena mempunyai kemungkinan
untuk dibebani amanat kemanusiaan, serta pertanggungjawaban dari amal usahanya, serta
rentetan-rentetan cobaan, berbeda dengan malaikat yang ditakdirkan dengan patuh dan
bebas dari godaan-godaan.Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu
berkaitan dengan tugas-tugas dan tanggung jawab. Hal ini memberikan suatu peringatan
serta pelajaran kepada manusia sebagai khalifah agar mereka melihat dan memandang
keadaan sebelum mereka sendiri serta apa yang harus mereka lakukan sebagai khalifah sebab
semua perbuatan yang dilakukan akan ada pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

7
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di ciptakannya manusia
di bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam saja, tetapi manusia dituntut untuk
selalu berperan aktif untuk berbuat kebaikan. Sebagai seorang manusia, kita juga harus
menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.Manusia bukanlah
makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang melekat dalam diri manusia.
Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman manusia tentang agama, oleh karena
itu manusia dianjurkan untuk saling menghormati dan mengasihi satu sama lain karena kita
diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia kita harus mematuhi
aturan yang ada.
B. Saran
Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang manusia kita harus
menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu kita harus
saling tolong-menolong dalam kebaikan antar sesama.
Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan untuk
dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan Agama. Selain
itu,makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menggali lebih dalam
Hakikat Manusia menurut Islam.
DAFTAR PUSTAKA
IMM Tarbiyah. 2011. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khilafah di
http://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babI-pendahuluan-manusiaadalah-
makhluk.html
Sayyida Ulya. 2014. Eksistensi dan Martabat Manusia di
https://saydaulya.blogspot.com/2014/12/makalah-eksistensi-dan-martabat-manusia.html
Prasasti Lia. 2016. Eksistensi dan Martabat Manusia – Agama Islam di
http://lhialicious.blogspot.com/2016/03/eksistensi-dan-martabat-manusia-agama.html
Finastri Annisa. 2016. Konsep Manusia dalam Islam di
https://dalamislam.com/info-islami/konsep-manusia-dalam-islam

Anda mungkin juga menyukai