Anda di halaman 1dari 20

PROYEK REKLAMASI

TELUK BENOA
P.

Teluk Benoa
Serangan

Teluk Benoa merupakan sebuah teluk yang


terletak di bagian tenggara Pulau Bali dengan
Tj. Benoa mulut teluk yang sempit, yang menjadi pemisah
antara Pulau Serangan dengan Tanjung Benoa. Di
teluk ini juga terdapat JDP pertama di Bali, yaitu
JDP Tol Bali Mandara yang selesai tahap
konstruksinya pada tahun 2013 yang lalu.
Pada kawasan Teluk Benoa ini, terdapat lalu
lintas bagi kapal-kapal yang keluar-masuk dari
Pelabuhan Benoa dan juga terdapat berbagai spot
wisata yang telah dikunjungi oleh wisatawan,
baik wisatawan dari dalam negeri maupun dari
luar negeri. Terlepas dari kedua hal tersebut, di
kawasan ini telah terjadi beberapa proyek
reklamasi yang diantaranya ialah reklamasi Pulau
Serangan, Pelabuhan Benoa, dan JDP Tol Bali
Mandara.
Timeline Reklamasi Teluk Benoa
Desember 2012 Pertengahan 2014
Presiden
Gubernur Bali memberi
mengeluarkan
izin reklamasi kepada
Perpres, PT. TWBI
PT. TWBI di Kawasan
juga mengantongi
Teluk Benoa
izin lokasi reklamasi

SK yang diterbitkan
sebelumnya dicabut
melalui SK Gubernur
No. 1727/01-B/HK/2013

Agustus 2013
Timeline Reklamasi Teluk Benoa
Agustus 2018
Hingga kini,
masyarakat masih
Tjok Ace menyatakan mendesak presiden
untuk menghentikan untuk membatalkan
reklamasi Teluk Benoa Perpres No.
51/2014, karena
menurut masyarakat
Peraturan Menteri
Menteri KKP KKP belum cukup
mengeluarkan peraturan untuk
dan menjadikan Teluk menyelamatkan
Benoa sebagai kawasan Teluk Benoa.
konservatif
Oktober 2019
Jika Reklamasi
Tetap Dilakukan
• Sangat berpotensi menimbulkan sedimentasi
akibat dari menurunnya keseimbangan
hidrodinamik jika reklamasi tetap dilakukan di
Teluk Benoa.
• Melemahnya arus laut di mulut estuari yang
kemudian menyebabkan sedimentasi di
sepanjang pantai dari selatan hingga ke mulut
teluk tidak dapat tersapu oleh ombak.
• Munculnya gerakan masyarakat adat melalui
ForBALI yang mendesak perairan Teluk
Benoa dijadikan sebagai KKM (Kawasan
Konservasi Maritim), yang nantinya
keberadaan KKM ini dapat menjaga kearifan
lokal, adat istiadat, dan aktifitas keagamaan
masyarakat Bali.
• Akhirnya, Menteri KKP mengeluarkan
Peraturan No. 46/KEPMEN-KP/2019 dan
menjadikan kawasan Teluk Benoa sebagai
KKM sehingga kegiatan reklamasi tidak dapat
dilakukan.
Hingga saat ini, kegiatan reklamasi Teluk Benoa
belum ditindaklanjuti karena berbagai hal agar
reklamasi tersebut tidak menimbulkan konflik,
kerugian, dan pro-kontra di masyarakat. Upaya
penyusunan regulasi tentang reklamasi perlu
dilakukan dengan mengintegrasikan berbagai
rencana departemen, mengatasi tumpang tindih
pengelolaan, pemanfaatan dan konflik
kewenangan, serta memberikan kepastian hukum.
Apakah Layak/Tidak
Untuk Dilanjutkan?
Teluk Benoa telah menghadapi problematika terkait
penataan ruang yang dulunya sebagai kawasan
konservasi (Zona L3) menjadi kawasan pemanfaatan
umum (Zona P) dengan dikeluarkannya Peraturan
Presiden No. 51/2014 Perubahan Atas RTRKP
SARBAGITA.

Berkaitan dengan:
• Rencana tata ruang
• Kebijakan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya
alam (PPLH & PSDA).
Penerbitan izin lokasi reklamasi nomor 445/MEN-
KP/VIII/2014 dari Menteri Kelautan dan Perikanan
yang dilakukan dinilai terlalu cepat, secara diam-
diam dan manipulatif. Mengingat salah satu syarat
dari penerbitan izin lokasi maupun lingkungan harus
ada pembahasan mengenai AMDAL. Sedangkan
pelaksanaan AMDAL dari rencana reklamasi Teluk
Benoa sendiri masih dipertanyakan apakah sudah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2012
Berkaitan dengan:
• Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan
sifat penting dampak dari aspek biogeofisikkimia,
sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan
masyarakat
• Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh
dampak penting sebagai sebuah kesatuan yang
saling terkait dan saling mempengaruhi;
• Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait
yang bertanggung jawab dalam menanggulanggi
dampak penting negatif yang akan ditimbulkan
Reklamasi Teluk Benoa dikhawatirkan akan merusak
70 titik tempat yang dianggap suci oleh masyarakat
Hindu, padahal kawasan suci berkaitan erat dengan
kegiatan spiritual, sosial dan budaya masyarakat
Bali.

Berkaitan dengan:
• Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak
menganggu nilai-nilai sosial atau pandangan
masyarakat (emic view)
Entitas ekologis terdampak seperti rusaknya nilai dan
fungsi konservasi, mengurangi fungsi tampungan
banjir, kerentanan bencana, merusak terumbu karang,
mengancam ekosistem hutan bakau, ancaman abrasi,
serta rusaknya lingkungan sumber tanah reklamasi.

Berkaitan dengan:
• Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan
mempengaruhi dan/atau mengganggu entitas
ekologis;
Masyarakat beranggapan bahwa reklamasi
memudahkan para investor untuk menanamkan
modalnya di Bali. Kenyataannya, hal tersebut justru
dapat mematikan mata pencaharian masyarakat di
kawasan Teluk Benoa.

Berkaitan dengan:
• Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak
menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang telah ada di sekitar rencana lokasi
usaha dan/atau kegiatan
Biasanya reklamasi ini dilakukan karena
pertumbuhan penduduk yang tinggi tetapi mengalami
kendala keterbatasan ruang dan lahan untuk
mendukungnya, sehingga proyek reklamasi
diperlukan untuk meningkatkan daya tampung dan
daya dukung lingkungan. Namun, beberapa daerah di
Indonesia kini terkena banjir bandang akibat dari
proyek reklamasi yang telah dilakukan.

Berkaitan dengan:
• Tidak dilampauinya daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup
Proyek reklamasi Tanjung Benoa
menurut kami tidak layak
Keputusan dilanjutkan karena:
• Berdasarkan analisa dengan 10 kriteria
Akhir kelayakan lingkungan, dampak negatif yang
ditimbulkan lebih banyak terlihat daripada
dampak positifnya.
• Berdasarkan hasil studi kelayakan (FS) yang
dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan
Pengambdian Masyarakat (LPPM) Universitas
Udayana, dikaji dari berbagai aspek,
diantaranya secara ekonomis, budaya dan juga
kelestarian alam, hampir semuanya
Keputusan menyatakan rencana itu tidak bisa. Reklamasi
bukanlah solusi yang tepat untuk
Akhir membersihkan Teluk Benoa dari sampah dan
sedimentasi. Sebaliknya, reklamasi justru
berpotensi menimbulkan sedimentasi yang
semakin parah bahkan sampai bisa menutup
aktivitas pelabuhan Benoa.
Daftar Pustaka
• Amir, Nabbilah., & Adlansyah, B. 2020. Revisi Peruntukan Status Teluk Benoa Bali (Pasca Penerbitan Peraturan Presiden Nomor 51
Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011). Jurnal Panorama Hukum, 5(2), 139-149. (diakses dari:
http://repository.ubaya.ac.id/38926/)
• Handadari, A. S. K., T. E. B. Soesilo dan W. S. Pranowo. 2018. Indeks Keberlanjutan Sumber Daya Laut dan Pesisir di Lokasi Reklamasi
Teluk Benoa Bali. Jurnal Kelautan Nasional, 13(3): 121-136. (diakses dari:
http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jkn/article/view/6973)
• Hanifian, M. 2021. Analisis Hukum Kebijakan Reklamasi Teluk Benoa dalam Kasus Penolakan Oleh Masyarakat Provinsi Bali. Syntax
Idea, 3(8): 1889-1902. (diakses dari: https://jurnal.syntax-idea.co.id/index.php/syntax-idea/article/view/1408)
• Kom, N. S. S., Kom, M. I., & Suciati, S. Strategi Komunikasi Pemerintah Provinsi Bali dalam Kasus Penolakan Reklamasi Teluk Benoa.
(diakses dari: http://repository.umy.ac.id/)
• Priadarsini, N., Dewi, P., & Meswari, A. 2018. Gerakan Tolak Proyek Reklamasi Teluk Benoa sebagai Penguatan Identitas Kultural
Masyarakat Bali. Jurnal Kajian Bali, 8(02), 159-176.
• Windhartoko, R. K. 2020. Identitas Sosial pada Aktivis Gerakan Sosial Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa. Skripsi. Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. (diakses dari: repository.usd.ac.id)

Sumber Internet:
• https://www.bbc.com/indonesia/majalah-50010898
• https://www.forbali.org/
• http://www.kiara.or.id/2014/01/27/ancaman-bencana-lingkungan-dari-proyek-reklamasi-teluk-benoa/
• https://www.liputan6.com/regional/read/3627282/undang-pro-kontra-proyek-reklamasi-teluk-benoa-resmi-dihentikan
• https://www.republika.co.id/berita/msi51h/reklamasi-teluk-benoa-dinilai-tak-layak
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai