Anda di halaman 1dari 30

PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI SELATAN

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN


UNIT PELAKSANA TEKNIS PELABUHAN PERIKANAN WILAYAH II
Jl. Tokambang-PPI Bontobahari, Kelurahan Tanah Lemo, Kecamatan Bontobahari
KABUPATEN BULUKUMBA 92571

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN KONSTRUKSI

SATKER/OPD : DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

NAMA KPA : IJAS FAJAR, S.STP., M.AP

NAMA PAKET : PEMBANGUNAN BREAKWATER

LOKASI : PPI BEBA, DESA TAMASAJU, KEC. GALESONG UTARA,


KABUPATEN TAKALAR

JENIS KONTRAK : HARGA SATUAN

TAHUN ANGGARAN 2023


PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI SELATAN
DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS PELABUHAN PERIKANAN WILAYAH II
Jl. Tokambang-PPI Bontobahari, Kelurahan Tanah Lemo, Kecamatan Bontobahari
KABUPATEN BULUKUMBA 92571

SPESIFIKASI TEKNIS

Nama Sub Kegiatan : Penyediaan Sarana dan Prasarana Pelabuhan Perikanan


Nama Pekerjaan : Pembangunan Breakwater
Lokasi : PPI Beba, Desa Tamasaju, Kec. Galesong Utara, Kab. Takalar
Tahun Anggaran : 2023

Uraian Pendahuluan
1. Latar Belakang : Pelabuhan perikanan sebagaimana tercantum dalam UU nomor : 31
tahun 2004 tentang perikanan disebutkan bahwa pelabuhan perikanan
adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan disekitarnya dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
usaha perikanan. Pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan
(PPI) ke depan selain berfungsi sebagai tempat berlabuh atau bertambatnya
perahu/kapal perikanan guna mendapatkan hasil tangkapannya, membuat
perbekalan kapal serta sebagai basis kegiatan produksi, pengolahan,
pemasaran ikan dan pembinaan masyarakat perikanan juga diarahkan
untuk pengembangan industrialisasi pengembangan perikanan tangkap
dalam mendukung pengembangan sentra ekonomi perikanan berbasis
kawasan.
Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan
perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan usaha perikanan. Pelabuhan perikanan atau
pangkalan pendaratan ikan (PPI) ke depan selain berfungsi sebagai tempat
berlabuh atau bertambahnya perahu/kapal perikanan guna mendapatkan
hasil tangkapannya, membuat perbekalan kapal serta sebagai basis
kegiatan produksi, pengolahan, pemasaran ikan dan pembinaan
masyarakat perikanan juga diarahkan untuk pengembangan industrialisasi
pengembangan perikanan tangkap dalam mendukung pengembangan
sentra ekonomi perikanan berbasis kawasan.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang dikelilingi oleh perairan
yang luas, dengan sumberdaya laut dan ikan yang begitu banyak dan
melimpah membuat para nelayan penangkap ikan memerlukan suatu
tempat, agar dapat mendaratkan ikan hasil tangkapannya sebelum
mengalami kemunduran mutu, dan sebelum didistribusikan kepada para
pedagang dan konsumen yaitu Pelabuhan Perikanan. Pelabuhan perikanan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 31Tahun 2004 tentang
Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009 adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan
sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat
ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang perikanan.
Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi mendukung kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan,
mulai dari proses produksi sampai dengan pemasaran. Bentuk pelaksanaan
fungsi perikanan tersebut antara lain pelayanan tambat-labuh kapal
perikanan; pengawasan kapal perikanan; pelayanan bongkar muat hasil
tangkapan ikan; pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil
perikanan, pemasaran dan distribusi ikan; pendataan hasil tangkapan
perikanan; pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat
nelayan; pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan;
pelaksanaan kesyahbandaran dan keselamatan berlayar; pelaksanaan
fungsi karantina ikan, publikasi hasil riset kelautan dan perikanan,
pelaksanaan pemantauan wilayah pesisir, wisata bahari dan pengendalian
lingkungan.
Sesuai dengan kriteria teknis dan operasionalnya, pelabuhan
perikanan diklasifikasikan sebagai pelabuhan perikanan kelas D yang
disebut dengan Pangkalan Pendaratan Ikan. Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) Beba terletak di Desa Tamasaju, Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar. Pelabuhan perikanan PPI Beba merupakan kawasan
pengembangan ekonomi berbasis usaha penangkapan ikan yang
dikembangkan terintegrasi secara terpadu oleh pihak pemerintah yang
berwenang, swasta, masyarakat dan jaringan pengusaha perikanan.
Pelabuhan ini merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Kabupaten
Takalar dan menjadi zona inti kawasan minapolitan diantara pelabuhan-
pelabuhan perikanan yang ada di Kabupaten Takalar.
Pelabuhan Perikanan PPI Beba dalam menjalankan fungsinya
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dalam bidang pelayanan dan
pengusahaan perlu dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
fasilitas penunjang kelancaran kegiatan perikanan yang memadai dan
berfungsi dengan baik, berupa fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan
fasilitas penunjang/pendukung.
Salah satu fasilitas pokok yang sangat dibutuhkan saat ini di
pelabuhan PPI Beba adalah Break Water. Seperti diketahui bahwa pada
musim-musim barat kapal-kapal perikanan di pelabuhan perikanan Beba
sangat sulit melakukan aktivitas bongkar muat karena gelombang yang
cukup tinggi pada area kolam labuh. Untuk itu nelayan sangat
mengharapkan agar segera dibangun break water untuk melindungi kapal
perikanan dari hantaman gelombang pada saat berada dalam area kolam
labuh, baik pada saat istirahat maupun bongkar muat hasil tangkapan. Bila
memasuki musim barat maka sebagian besar kapal perikanan yang ada di
Kab. Takalar akan berlindung di muara Sungai Jeneberang Kab. Gowa
sampai berakhirnya musim barat.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan untuk Tahun Anggaran
2023 telah mengalokasikan anggaran yang bersumber dari Dana Alokasi
Khusus (DAK) untuk pekerjaan Pembangunan Break Water yang berlokasi
di PPI Beba Kabupaten Takalar.
a. Maksud

Maksud dari kegiatan Pembangunan Break Water di PPI Beba


Kabupaten Takalar ini sesuai dengan apa yang telah direncanakan dari
sisi kualitas, volume, biaya dan ketepatan waktu pelaksanaan
Maksud dan pekerjaan, sehingga dicapai wujud akhir bangunan dan kelengkapannya
2. : yang sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) .
tujuan

b. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Pembangunan Break Water di PPI Beba adalah
untuk melindungi aktivitas bongkar muat kapal perikanan dalam area
kolam pelabuhan dan fasilitas lainnya dari hantaman gelombang tinggi.
Sasaran kegiatan ini adalah terwujudnya Pembangunan Breakwater di
PPI Beba Kabupaten Takalar sesuai spesifikasi teknis dan dokumen
3. Sasaran : perencanaan yang dilaksanakan dengan memperhatikan kualitas dan
kuantitas dari pekerjaan tersebut.
Lokasi pekerjaan :
Lokasi
4. : Pelabuhan Perikanan Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara
pekerjaan
Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan:
APBD (DAK) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2023, Dinas
Sumber
5. Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai pagu:
Pendanaan : Rp.18.591.000.000,- (Delapan Belas Milyard Lima Ratus Sembilan
Puluh Satu Juta Rupiah)
Nama dan :
organisasi Nama KPA : IJAS FAJAR, S.STP., M.AP
6. Pejabat Satker/SKPD : UPT.Pelabuhan Perikanan Wilayah II
Pembuat Dinas Kelautan dan Perikanan Prov SulSel
Komitmen/KPA
1. Ruang lingkup pekerjaan :
A. Pekerjaan Persiapan :
Ruang Lingkup 1. Mobilisasi dan Demobilisasi
Pekerjaan dan 2. Stake out Posisi Pemecah Gelombang
7 Fasilitas 3. Biaya SMKK
Penunjang B. Pekerjaan Pemecah Gelombang (Unit A-Jack 200 1,67 ton K-350)
1. Pekerjaan Blok Beton Hexapot tipe A-Jack 1,67 Ton K-350, meliputi:
a. Pembuatan/Perakitan :
a.1 Pembuatan Blok Beton Armor tipe A-Jack 200 1,67 Ton K-350
a.2 Perakitan Blok Beton Armor tipe A-Jack 200 1,67 Ton K-350 di
Lapangan Penumpukan
b. Pengangkutan Blok Beton Hexapod tipe A-Jack 200 1,67 Ton
K-350 (dari Lap Penumpukan ke Titik Bongkar)
b.1 Pengangkutan Blok Beton Armor tipe A-Jack 200 1,67 Ton
K-350 (dari Pabrik ke Lapangan Penumpukan)
- Pengangkutan unit A - Jack dari Pabrik ke Trailer Truck
- Handling di Stockyard per unit A – Jack
2. Pekerjaan Blok Beton Armor tipe A-Jack 1,67 Ton K-350
Breakwater, meliputi :
a. Pekerjaan Pasangan Armor Pemecah Gelombang
b. Pekerjaan Bagian Inti Pemecah Gelombang, Batu Pecah 170 -
200 Kg
c. Pekerjaan Pelindung Kaki Pemecah Gelombang, Batu 250 -
300 Kg
d. Pengangkutan Materail antar pulau

C. Pekerjaan Akhir Dan Pekerjaan Lainnya


1. Pelaporan dan Dokumentasi
2. As Built Drawing

2. PPK/KPA dapat memberikan fasilitas penunjang berupa sarana dan


prasarana atau kemudahan lainnya untuk kelancaran pelaksanan
pekerjaan ini.

Jangka Waktu
8. Pelaksanaan 210 (Dua Ratus Sepuluh) hari kalender
:
Pekerjaan
Masa
9.
Pemeliharaan : 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender
Umur Teknis
10 Perencanaan : 10 Tahun
. Bangunan

Jmla
Kualifikasi
h
orang
No Posisi bulan
Pendidikan Keahlian Peng
alam
an
I Tenaga Ahli
SKA Madya Ahli
Manajer Min S.1- Tehnik 7 O/B
1 5
Pelaksana/Proy T.Sipil Bangunan Lepas Tahun
k Pantai (209)
SKA Muda Ahli
2. Manajer Teknik Min S.1- teknik bangunan 7 O/B
3
T.Sipil lepaspantai (209) Tahun
(Quantity dan
Quality Control)
11 Personil 3 Manajer S1- Ekonomi 3 tahun 7 O/B
keuangan
4 K3 Konstruksi S.1-T.Sipil dibidang
3 tahun
konstruksi,
memiliki sertifikat
7 O/B
SKA Ahli Madya
(resiko tinggi)
atau ahli utama 0 tahun
K3 konstuksi

II Tenaga Teknik Penunjang


1 Teknik Minimal Bangnan lepas
. bangunan Sarjana panatai dan 2 7 O/B
lepas Muda (D3) bangunan pantai Tahun
panatai/bangun teknik Sipil (208 dan 209)
apantai
SKT juru
2. Juru ukur D3 teknik ukur/teknik 7 O/B
bangunan/ 2
survey (TS004), Tahun
tenik sipill
3. Mandor SMK memiliki SKT
2 tahun 7 O/B
bangunan/ mandor
D3 T.sipil besi/pembesian/
penulangan
beton (TL009)
4 Tukang SMA memiliki SKT
sederajat tukang cor beton 2 tahun 7 O/B
(TS013) atau
tukang besi
beton (TS012)
5 Petugas K3 SMA sertifikat K3
2 tahun 7 O/B
sederajat
6 Tenaga SMA -
2 tahun 7 O/B
administrasi/lo sederajat
gistik
A. Tenaga Ahli :
1. Manajer Pelaksana, S1 1 orang pengalaman minimal 5 tahun dibidang
konstruksi, memiliki sertifikat SKA Madya Ahli Tehnik Bangunan Lepas
Pantai (209).
2. Tenaga Ahli Sipil (Quantity dan Quality Control), S1 1 orang pengalaman
minimal 3 tahun dibidang konstruksi, memiliki sertifikat SKA Muda Ahli
Tehnik Bangunan Lepas Pantai (209).
3. Tenaga Ahli Safety Engineering (K3), S1 Teknik Sipil 1 orang
pengalaman minimal 3 tahun dibidang konstruksi, memiliki sertifikat SKA
Ahli K3 Konstruksi yang masih berlaku, minimal Ahli Madya, 1 orang
B. Tenaga terampil:
1. Teknik bangunan lepas pantai/bangunan pantai (208 dan 209)
2. Juru ukur: SMK Teknik bangunan/D3 teknik sipil, pengalaman minimal
2 tahun, memiliki SKT juru ukur/teknik survey (TS004) 2 orang;
3. Mandor: SMK bangunan/D3 teknik sipil, pengalaman minimal 2 tahun,
memiliki SKT mandor besi/pembesian/penulangan beton (TL009)
1 orang.
4. Tukang: SMA sederajat, pengalaman minimal 2 tahun, memiliki SKT
tukang cor beton (TS013) atau tukang besi beton (TS012) 2 orang;
5. Petugas K3: SMA sederajat, pengalaman minimal 2 tahun, sertifikat K3
1 orang
6. Tenaga administrasi/logistik (SMK pengalaman minimal 2 tahun) 2 orang

Keterangan:
1. Personil Managerial (Pelaksana, juru ukur, mandor dan petugas K3,
1 orang, kecuali juru ukur 2 org).
2. Setiap personil memiliki ijazah dan sertifikat SKT resmi yang asli,
CV dan referensi dari pengguna jasa.
3. Pengalaman kerja dihitung berdasarkan tahun anggaran tanpa
memperhatikan lamanya pelaksanaan konstruksi.
A. Peralatan Utama yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan :
No Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah Kondisi Status
Minimal

1 Crane 10-15 ton 1 unit Kondisi baik Milik/sewa


2 Ponton Besi 40-50 ton 1 unit Kondisi baik Milik/sewa
3 Ponton Besi 10-15 ton 1 unit Kondisi baik Milik/sewa
4 Kapal Kayu 100 ton 2 unit Kondisi baik Milik/sewa
5 Excavator PC 190 130 HP 2 unit Kondisi baik Milik/sewa
Peralatan yang 6 Excavator PC 300 260 HP 2 unit Kondisi baik Milik/sewa
12
dibutuhkan
: (260 HP)

B. Untuk mendukung penyelesaian pekerjaan diperlukan pealatan-


peraatan tambahan sebagai beikut :
No Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah Kondisi Status
Minimal

1 Dum Truk (DT) 3,5 ton 10 unit Kondisi baik Milik/sewa


2 Tripod 7 mtr Max 3 ton 2 unit Kondisi baik Milik/sewa
3 Excavator PC 200 125 HP 2 unit Kondisi baik Milik/sewa
1.Merupakan segala kegiatan keteknikan untuk mendukung pekerjaan
13 Rencana konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan keamanan, keselamatan,
keselamatan kesehatan dan keberlanjutanan keselamatan keteknikan konstruksi,
kerja dan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, keselamatn publik dan
Identifikasi lingkungan. Rencana keselamatan kerja ini merupakan komitmen dari
Bahaya Penyedia jasa dalam penjaminan keselamatan kerja pada pekerjaan
konstruksi seta wajib untuk memenuhi sesuai regulasi yang ditetapkan
oleh Kementeian PUPR.

2.Identifikasi bahaya dan pengendalian resiko bahaya :


Identifikasi Pengendalian
No Jenis Pekerjaan Bahaya dan Resiko K3
Resiko K3
Pengangkatan/pe
1 Pekerjaan Persiapan: Terkena alat berat nurunan alat berat
Mobilisasi alat berat (luka berat) harus mengikuti
prosedur yang
standar
- Kecelakaan - Menggunakan
2 Pekerjaan Pemecah akibat peralatan kerja
Gelombang (resiko tertinggi) operasional alat dan APD yang
berat dilokasi benar dan
menggunakan
penyokong
yang baik serta
menjaga jarak
sesuai standar

- Luka terkena - Menggunakan


mortal dan batu metode/cara
jatuh, kerja yang
benar dan
peralatan kerja
yang baik.

- Luka terkena - Menggunakan


pecahan batu peralatan kerja
yang baik dan
benar sesuai
standar

- Kecelakaan - Menempatkan
akibat material
penempatan ditempat yang
stok material aman dan
terutama batu sudah
yang tidak tepat ditentukan

- Tenggelam - Menggunakan
akibat tali / pengikat
terseret/terbaw pengaman sesuai
a arus dalam standar disaat
laut ketika menyelam
menyelam
14 Keluaran/ : Keluaran/produk yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan konstruksi
produk yang adalah terbangunnya Breakwater di PPI Beba Kab. Takalar sesuai
dihasilkan spesifikasi Teknis/Dokumen Perencanaan yang di persyaratkan.

15 Spesifikasi :
teknis A. SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
1.1 Umum
Pengukuran adalah suatu pekerjaan dengan menggunakan alat
ukur yaitu waterpass dan atau theodolite untuk mendapatkan
dimensi bangunan breakwater eksisting dan merupakan data
pendukung perhitungan MC-0 dan MC-100. Sedangkan setting out
adalah suatu pekerjaan pengukuran dengan tujuan meletakkan
patok-patok profil (pemasangan bowplank) seluruh/bangunan
sebagai acuan pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi.

1.2 Cara Pelaksanaan


a. Kontraktor harus menyerahkan data pengukuran dan
perhitungan tentang letak, posisi dan dimensi untuk semua item
pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai kepada
Direksi.
b. Kontraktor harus membuat titik-titik referensi/bench mark (BM)
sementara untuk kepentingan Kontraktor sendiri dalam
melaksanakan pekerjaan, tetapi setiap titik referensi/BM
sementara harus mendapatkan persetujuan dari Direksi. Setiap
titik referensi/BM sementara harus berpangkal pada titik
referensi/BM yang ditetapkan Direksi di lapangan.
c. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas kebenaran titik
referensi/BM di lapangan.
d. Kontraktor harus menyediakan peralatan ukur, termasuk pekerja,
patok-patok bowplank serta peralatan lainnya yang diperlukan
untuk pengukuran/setting out. Kontraktor harus menggunakan
alat ukur yang mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi untuk
pengukuran/setting out dan mengontrol pekerjaan.
e. Kontraktor harus segera mengirim semua data survai serta hasil
perhitungan dan gambar-gambar dan pengukuran MC-0 dan MC-
100 kepada Direksi secepatnya, dengan rincian sebagai berikut:
- Data ukur, 1 asli dan 1 rekaman
- Gambar dengan ukuran A1l sebanyak 1 (satu) asli (kalkir) dan
1 (satu) rekaman serta ukuran A3 sebanyak 2 (dua) rekaman.
Kontraktor sama dengan Direksi dalam pemeriksaan setting-out dan
dalam melaksanakan pengukuran untuk mengetahui secara pasti
kemajuan pekerjaan yang diperlukan dalam proses pembayaran.
Dalam pemasangan patok yang cukup, tiang, pinggir yang lurus,
penyangga, dan Iain-lain yang perlu untuk pemeriksaan setting out
dan pengukuran kemajuan pekerjaan harus sesuai dengan petunjuk
Direksi. Semua biaya untuk bahan dan buruh untuk maksud
tersebut di atas merupakan beban Kontraktor. Dan biaya tersebut
sudah termasuk dalam harga satuan di dalam pekerjaan lain-lain
pada daftar volume pekerjaan.
1.3 Cara Pengukuran dan Pembayaran
a. Pengukuran pembayaran dilakukan mengikuti prosentase
kumulatif progres pekerjaan dengan ketentuan akan dibayar
100% bilamana keseluruhan data-data ukur, hasil perhitungan
dan gambar-gambar hasil pengukuran yang disyaratkan telah
diserahkan kepada Direksi.
b. Pembayaran didasarkan atas satuan lump sum (LS) sesuai yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
2. Mobilisasi dan Demobilisasi
2.2.1. Umum
Yang dimaksud dengan mobilisasi adalah pengangkutan peralatan
dan personal sesuai yang tercantum dalam kontrak, dari tempat
aslinya ke lokasi pekerjaan dimana akan digunakan. Sedangkan
yang dimaksud dengan demobilisasi adalah pengangkutan kembali,
peralatan dan personal dari lapangan pekerjaan ke tempat semula.
a. Sesuai persyaratan dalam Kontrak pelaksanaan pekerjaan,
Kontraktor harus mengadakan mobilisasi/demobilisasi peralatan
yang dipakai dan tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Biaya mobilisasi/demobilisasi tersebut adalah biaya yang
dibutuhkan untuk mendatangkan alat berat dan tenaga kerja ke
dan dari lokasi pekerjaan.
c. Pembayaran untuk pekerjaan mobilisasi/demobilisasi dilakukan
lump sum dalam 2 (dua) tahap yaitu :
 Tahap kesatu sebesar 50 % (lima puluh persen) pada tahap
akhir mobilisasi (mendatangkan alat/pekerja), dan alat siap
dioperasikan.
 Tahap kedua sebesar 50 % (lima puluh persen) pada tahap
akhir pekerjaan konstruksi siap 100 % (seratus persen), dan
alat sudah dipulangkan.

2.2.2. Cara Pelaksanaan


a. Penyediaan Peralatan dan Personal
 Kontraktor harus menyediakan peralatan dan personal sesuai
kebutuhan kontrak yang diperlukan untuk meyelesaikan pekerjaan.
 Sebelum mobilisasi dilaksanakan, maka Kontraktor harus segera
melaporkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan, dan bila
dipandang perlu, Direksi dapat meminta tambahan peralatan, maupun
personal atas tanggungan Kontraktor.

b. Program dan Pemberitahuan


 Kontraktor harus membuat schedule mobilisasi peralatan dan personal
yang dilengkapi dengan keterangan akan jenis, kapasitas yang akan
didatangkan.
 Kontraktor harus membuat pemberitahuan tertulis kepada Direksi
perihal kedatangan maupun pengangkutan kembali peralatan dan
personal.
 Kontraktor harus meminta persetujuan Direksi atas setiap perubahan
jadwal peralatan dan penyediaan personal.
 Semua peralatan yang telah berada di lokasi pekerjaan, bila sudah
tidak diperlukan, dapat dipindahkan dari areal pekerjaan dengan seijin
Direksi.

2.2.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran


a. Pengukuran pembayaran dilakukan sebagai berikut:
 Dibayar 50% (lima puluh persen) apabila peralatan dan personal telah
berada seluruhnya di lapangan dan diterima baik oleh Direksi.
 Dibayar 50% (lima puluh persen) sisanya setelah pekerjaan
demobilisasi telah selesai seluruhnya dan diterima baik oleh Direksi.
b. Pembayaran didasarkan atas satuan lump sum (LS) sesuai yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

2.3 Papan Nama Proyek


2.3.1 Umum
1) Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek
minimun 1 (satu) buah dan ditempatkan pada lokasi-lokasi dan
ditentukan Direksi, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah
terbitnya Surat Keputusan Pemenang Lelang.
2) Papan nama proyek tersebut dengan ketentuan :
a. Ukuran papan nama proyek 150 x 100 cm² ,terbuat dari papan kayu
kelas III dilapisi seng BJLS 18;
b. Tiang penyangga dan penyokong dibuat dari kayu kelas III ukuran
5 x7 cm²;.
c. Pemasangan papan nama sedemikian rupa sehingga tepi bawah
papan terletak setinggi 2 m dari permukaan tanah, bagian bawah
tiang penyangga dan penyokong kemudian dicor beton tumbuk
campuran 1 PC : 3 PS : 5 Kr, sedalam 40 cm di dalam tanah dan 10
cm di atas tanah;.
d. Tulisan-tulisan dan ketentuan lain yang belum jelas harus
dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi.
3) Kontraktor wajib memelihara dan merawat papan nama serta menjaga
agar tetap dalam keadaan baik sampai dengan menyerahkan
perkerjaan terakhir kepada Direksi.
4) Segala biaya yang timbul akibat pekerjaan tersebut sudah larut dalam
harga satuan pekerjaan lainnya.

2.3.2. Pengukuran dan Cara Pembayaran


1) Pengukuran pembayaran pekerjaan berdasarkan jumlah unit yang
tertera pada kontrak atau yang ditentukan oleh Direksi.
2) Pembayaran pekerjaan berdasarkan satuan unit sesuai yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

2.4 Direksi Keet, Gudang Bahan dan Bangsal Kerja


2.4.1 Umum
Kontraktor harus menyediakan, memelihara, mengerjakan dan
memindahkan bangunan sementara lainnya setelah selesai pekerjaan,
supaya diserahkan kepada Direksi. Kontraktor supaya menyerahkan
rancangan tempat kerja dan bangunan sementara secara umum
kepada Direksi untuk mendapat persetujuan pada waktu ditetapkan.
Pelaksanaan pekerjaan tidak boleh mulai sebelum mendapat
persetujuan Direksi.
2.4.2 Cara Pelaksanaan
Direksi Keet, Gudang Bahan dan Bangsal kerja harus dilengkapi
dengan semua pelayanan yang perlu seperti KM & WC, saluran
pembuangan, penerangan, jalan, kesehatan, ruang masak,
pencegahan kebakaran dan peralatan pencegahan api sesuai dengan
batas yang ditentukan dalam kontrak. Direksi keet terdiri dari pondasi,
dinding, jendela, pintu dan atap.
Kontraktor juga harus melengkapi keperluan air bersih dan
penerangan yang cukup Direksi Keet, Gudang Bahan dan Bangsal
kerja, bengkel dan tempat lainnya di daerah kerja.
Kontraktor harus mempekerjakan penjaga gudang yang baik dan
mengetahui masalah pergudangan, menyimpan dan mencatat dengan
baik semua pengiriman dan pemakaian bahan. Copy/salinan dari
catatan tersebut juga harus diberikan/diperlihatkan kepada Direksi, bila
diminta dan juga memperlihatkan secara detail bahan yang telah
digunakan selama pelaksanaan untuk tiap-tiap pekerjaan.
2.4.2 Pengukuran dan Cara Pembayaran
Pengukuran pembayaran dilakukan dengan dibayar 100% (seratus
persen) apabila Direksi Keet, gudang bahan dan bangsal kerja serta
perlengkapannya telah terbangun seluruhnya di lapangan dan
diterima baik oleh Direksi.
Pembayaran didasarkan atas satuan luas sesuai yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.Apabila tidak disebutkan dalam
RAB atau dalam ketentuan lain, biaya yang timbul akibat kegiatan ini
dianggap larut dalam harga satuan pekerjaan lainnya.
2.5 Penyediaan Air Bersih, Air Kerja & P3k
2.5.1 Cara Pelaksanaan
Pemborong harus menyediakan air yang memadai untuk
kebutuhan pekerjaan dan keperluan sehari-hari sebagaimana
diuraikan di bawah ini dengan biaya sendiri.
1) Air minum
Air minum harus disediakan oleh Pemborong. Pemborong harus
menyediakan air minum dengan jumlah yang memadai demi
kelancaran pekerjaan.
2) Air untuk Pekerjaan
Pemborong harus menyediakan dan memelihara distribusi air
sementara dengan kapasitas yang memadai untuk keperluan
Pekerjaan, termasuk unit penampung portable, dan lain lain,
sebagaimana diperlukan s e s u a i y a n g t e r d a p a t d a l a m
RAB.
3) Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Konstruksi
Pemborong harus mematuhi syarat keselamatan kerja yang berlaku
dan dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja mengenai
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ( K3).
(3).1 Uraian pekerjaan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dapat dilihat sebagai berikut :
a. Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah
kecelakaan kerja dan perlindungan kesehatan kerja
konstruksi maupun penyediaan personil yang kompeten
dan organisasi pengendalian K3 Konstruksi sesuai dengan
tingkat risiko yang ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan.
b. Penyedia Jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan
pengelolaan K3 yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.02/PRT/M/2018 atau perubahannya (jika ada) tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan
Pedoman Pelaksanaan K3 untuk Konstruksi Jalan dan
Jembatan No. 004/BM/2006, serta peraturan terkait
lainnya.
c. Semua fasilitas dan sarana lainnya yang disiapkan oleh
Penyedia Jasa menurut Seksi ini tetap menjadi milik
Penyedia Jasa setelah Kontrak berakhir.
(3).2 Sistem Manajemen K3 Konstruksi :
Sistem yang berlaku dalam manajemen K3 untuk pekerjaan
konstruksi dapat dilihat sebagai berikut.
a. Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan, dan
memelihara prosedur untuk identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan
sesuai dengan Rencana Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi (RK3K) yang telah disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan.
b. Penyedia Jasa bersama dengan Pengawas Pekerjaan
melakukan inspeksi K3 Konstruksi secara periodik dalam
mingguan dan/atau bulanan.
c. Penyedia Jasa segera melakukan tindakan perbaikan yang
diperlukan terhadap ketidaksesuaian yang ditemukan pada
saat inspeksi K3 Konstruksi. Hasil inspeksi K3 Konstruksi
disampaikan oleh Penyedia Jasa kepada Pengawas
Pekerjaan.
d. Penyedia Jasa harus melakukan tinjauan ulang terhadap
RK3K (pada bagian yang memang perlu dilakukan kaji
ulang) secara berkesinambungan selama pelaksanaan
pekerjaan konstruksi berlangsung.
(3).3 Fasilitas K3
Fasilitas yang wajib disediakan oleh Penyedia Jasa untuk
penanganan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat
dilihat sebagai berikut :
a. Alat Pelindung Diri (APD)
Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk menyediakan alat
pelindung diri bagi pekerjaannya dengan ketentuan:
- Seluruh tenaga kerja dan personil lainnya yang terlibat
harus dilatih cara penggunaan alat pelindung diri dan
harus memahami alasan penggunaannya.
- Jika dipandang tidak praktis untuk melindungi bagian
atas dan jika ada risiko terluka dari objek jatuh, maka
Penyedia Jasa menyediakan helm pelindung dan seluruh
personil yang terlibat di lapangan harus
menggunakannya.
- Perlindungan mata harus digunakan jika terdapat
kemungkinan kerusakan mata akibat pekerjaan las, atau
dari serpihan material seperti potongan gergaji kayu, atau
potongan beton.
- Sepatu yang digunakan harus mampu melindungi kaki
pekerja. Gunakan sepatu dengan ujung besi di bagian jari
kaki.
- Sarung tangan akan diperlukan pada beberapa
pekerjaan.

b. Fasilitas Sanitasi
- Penyedia Jasa harus menyediakan toilet yang memadai
baik toilet khusus pria maupun toilet khusus wanita yang
diperkerjakan di dalam atau di sekitar tempat kerja serta
tempat sampah dengan kapasitas yang memadai.
- Jika Penyedia Jasa mempekerjakan sampai dengan 30
orang tenaga kerja, maka persyaratan minimumnya
adalah: 1 toilet terdiri dari 1 kloset.
- Jika Penyedia Jasa mempekerjakan wanita, toilet harus
disertai fasilitas pembuangan pembalut wanita.
- Toilet pria dan wanita harus dipisahkan dengan dinding
tertutup penuh. Toilet harus mudah diakses, mempunyai
penerangan dan ventilasi yang cukup, dan terlindung dari
cuaca. Jika toilet berada di luar, harus disediakan jalur
jalan kaki yang baik dengan penerangan yang memadai
di sepanjang jalur tersebut. Toilet harus dibuat dan
ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat menjaga
privasi orang yang menggunakannya dan terbuat dari
bahan yang mudah dibersihkan.
- Penyedia Jasa dapat menyediakan satu toilet jika: jumlah
pria dan setiap jumlah wanita kurang dari 10 orang; toilet
benar-benar tertutup; mempunyai kunci dalam; tersedia
fasilitas pembuangan pembalut wanita; tidak terdapat
urinal di dalam toilet tersebut.
- Dalam segala hal toilet harus menyediakan sekurang-
kurangnya air bersih dengan debit yang cukup dan
lancar, sistem plumbing yang memisahkan air bersih dan
air kotor serta pembuangannya melalui saluran drainase
dengan sanitasi baik.
c. Fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
d. Pemeliharaan Fasilitas

2.5.2 Cara Pengukuran dan Pembayaran


a. Pengukuran pembayaran dilakukan mengikuti prosentase kumulatif
progres pekerjaan dengan ketentuan akan dibayar 100% bilamana
keseluruhan pekerjaan telah selesai.
b. Pembayaran didasarkan atas satuan lump sum (LS) sesuai yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

2.6 Penerangan Lokasi Pekerjaan


2.6.1 Cara Pelaksanaan
Tenaga listrik dan penerangan
1) Pemborong harus menyediakan dan memelihara pembangkit Iistrik
sementara dan menyalurkannya dengan kapasitas yang memadai
untuk penerangan dan kebutuhan pekerjaan yang lain mencakup
pemasangan kawat, trafo, alat keselamatan, sambungan, dan lain-
lain, sebagaimana diperlukan dengan biaya sendiri.
2) Pemborong harus menyediakan penerangan sementara sebagaimana
diperlukan dengan baik dan dengan aman dalam melaksanakan
pekerjaan pada ruang tertutup atau kondisi-kondisi penuh resiko.
Demikian juga, penerangan pada malam hari harustersedia
sebagaimana diperlukan.
3) Sistem tenaga listrik sementara tersebut harus sesuai dengan
peraturan dan kode setempat.
2.6.2 Cara Pengukuran dan Pembayaran
a. Pengukuran pembayaran dilakukan mengikuti prosentase kumulatif
progres pekerjaan dengan ketentuan akan dibayar 100% bilamana
keseluruhan pekerjaan telah selesai.
b. Pembayaran didasarkan atas satuan lump sum (LS) sesuai yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

2. PEKERJAAN PEMECAH GELOMBANG (BREAKWATER)


2.1. Pekerjaan Lapisan Armour
a. Umum
Pekerjaan lapisan armour adalah pekerjaan yang dilakukan untuk
membentuk pola landasan pemasangan A-Jack
b. Cara Pelaksanaan
Pekerjaa lapisan armour eksisting dilakukan dengan menggunakan
peralatan berat berupa excavator dibantu peralatan sederhana dengan
metode manual dan tenaga manusia.
c. Pengukuran dan Cara Pembayaran
Pengukuran pembayaran pekerjaan berdasarkan jumlah volume yang
tertera pada gambar atau yang ditentukan oleh Direksi. Pembayaran
pekerjaan berdasarkan satuan meter kubik (m 3) sesuai yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

2.2 Penggalian Timbunan Batu


a. Umum
Pekerjaan penggalian Timbunan batu sama halnya dengan penggalian
pasir sedimen yaitu pekerjaan yang dilakukan untuk membentuk pola
landasan sebelum lapisan armour eksisting namun material yang
tertimbun adalah batu. Pekerjaan penggalian timbunan batu hanya
dilakukan pada area eksisting yang memiliki timbunan batu.
b. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan Penggalian pasir sedimen dilakukan dengan menggunakan
peralatan berat berupa excavator dibantu peralatan sederhana dengan
metode manual dan tenaga manusia.
c. Pengukuran dan Cara Pembayaran
Pengukuran pembayaran pekerjaan berdasarkan jumlah volume yang
tertera pada gambar atau yang ditentukan oleh Direksi.Pembayaran
pekerjaan berdasarkan satuan meter kubik (m 3) sesuai yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

2.3. Pasangan Kembali Batu Kosong Sebagai Secondary Armour


a. Umum
Pekerjaan kembali batu kosong sebagai secondari armour adalah
pekerjaan yang dilakukan untuk meratakan landasan A-Jack yang teah
dibentuk polanya dengan menggunakan batuan seragam dengan
ketebalan 40 cm
b. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan Penggalian pasir sedimen dilakukan dengan menggunakan
peralatan berat berupa eskavator dibantu peralatan sederhana dengan
metode manual dan tenaga manusia.
c. Pengukuran dan Cara Pembayaran
Pengukuran pembayaran pekerjaan berdasarkan jumlah volume yang
tertera pada gambar atau yang ditentukan oleh Direksi. Pembayaran
pekerjaan berdasarkan satuan meter kubik (m 3) sesuai yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
2.4. Pasangan Batu Kosong sebagai Landasan Armour dan Kaki
Bangunan
a. Umum
Pekerjaan pasangan kembali batu sebagai kaki bangunan adalah
pekerjaan yang dilakukan untuk memperkuat A-Jack bagian bawah
yang telah terpasang dan untuk menghindari Longsor material
secondary armour karena hempasan gelombang.
b. Bahan
1. Batu
Batu untuk pasangan batu kosong harus terdiri dari batu yang keras
dan awet dengan sifat sebagai berikut:
a) Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang dari 35%
b) Berat isi oven lebih besar dari 2,3
c) Penyerapan Air tidak lebih besar dari 4 %
d) Kekekalan bentuk agreget terhadap natrium sulfat atau magnesium
sulfat dalam pengujian 5 siklus (daur) kehilangannya harus kurang
dari 10 %
Batu untuk pasangan batu kosong haruslah bersudut tajam, berat batu
170 – 200 kg untuk landasan armour dan 200 - 250 kg untuk Kaki
Bangunan dan memiliki dimensi minimum 300 mm. Direksi Pekerjaan
dapat memerintahkan batu yang ukurannya lebih besar jika kecepatan
aliran cukup tinggi.
2. Landasan
Landasan haruslah dari bahan drainase porous seperti yang
disyaratkan dengan garadasi yang dipilih sedemikian hingga tanah
pondasi tidak dapat hanyut melewati bahan landasan dan juga bahan
landasan tidak hanyut melewati pasangan batu kosong.
d. Pelaksanaan
1. Persiapan
Pasangan harus memenuhi ketentuan termasuk kunci pada tumit yang
diperlukan untuk pasangan batu kosong. Landasan harus dipasang
sesuai Spesifikasi ini. Seluruh permukaan yang disiapkan harus
disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum penempatan pasangan batu
kosong.
e. Penempatan Pasangan batu Kosong
Terkecuali diletakkan untuk membentuk lantai ( apron ) mendatar,
pasangan batu kosong harus dimulai dengan penempatan lapis
pertama dari bat yang paling besar dalam galian parit di tumit lereng.
Batu harus ditempatkan dengan mobil Derek ( crane ) atau dengan
tangan sesuai dengan panjang, tebal dan kedalaman yang diperlukan.
Selanjutnya batu haras ditempatkan pada lereng sedemikian hingga
dimensi yang paling besar tegak lurus terhadap permukaan lereng.
Jika tidak maka dimensi yang demikian akan lebih besar dari tebal
dinding yang disyaratkan. Pembentukan batu tidak diperlukan
bilamana batu-batu tersebut telah bersudut, tetapi pemasangan harus
menjamin bahwa struktur di buat sepadat mungkin dan batu terbesar
berada di bawah permukaan air tinggi. Batu yang lebih besar harus
juga ditempatkan pada bagian luar dari permukaan pasangan batu
kosong yang telah selesai.
f. Pengukuran dan Pembayaran
1. Pengukuran untuk Pembayaran
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah jumlah meter
kubik pasangan batu kosong lengkap di tempat dan diterima.
Dimensi yang digunakan untuk menghitung kuantitas ini haruslah
dimensi nominal dari pasangan batu kosong seperti yang diuraikan
dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
2. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan seperti diuraikan di atas, harus dibayar
pada harga kontrak per satuan pengukuran, untuk mata
pembayaran yang terdaftar dibawah dan ditunjukkan dalam daftar
kuantitas dan harga dimana harga dan pembayaran tersebut
haruslah merupakan kompensasi penuh untuk seluruh galian untuk
pemasokan, pembuatan, penempatan semua bahan. Termasuk
semua pekerjaan, peralatan, perkakas, pengujian dan pekerjaan
lain yang diperlukan untuk penyelesaian yang memenuhi ketentuan
dari pekerjaan seperti yang diuraikan dalam gambar dan spesifikasi
ini.

4. PEKERJAAN BETON
4.1 Umum
1. Uraian
Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen
Portland atau semen hidraulik yang setara, agregat halus, agregat
kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa
padat. Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini haras mencakup
pelaksanaan seluruh struktur beton bertulang, beton tanpatulangan,
beton prategang, beton pracetak, dan beton untuk struktur baja
komposit, sesuai dengan spesifikasidan gambar rencana atau
sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan ini
haras pula mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran
beton, pengadaan perawatan beton. Lantai kerja dan pemeliharaan
fondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan
agar fondasi tetap kering.
Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari
pekerjaan dalam kontrak harus seperti yangditunjukkan dalam gambar
rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Mutu
beton yangdigunakan dalam kontrak ini dibagi sebagai berikut.

Tabel 1 Mutu Beton dan Penggunaan


Jenis Beton fc’ (Mpa) obk’ Uraian
Umumnya digunakan untuk beton
Mutu Sedang 20 < x < 20 K250<X<K500 bertulang seperti pela lantai
jembatan, gelagar beton
bertulang, diagfragma, kereb
beton pracetak, gorong-gorong
beton bertulang, bangunan bawah
jembatan, perkerasan beton
semen

2. Penerbitan Detil Pelaksanaan


Detil pelaksanaan untuk pekerjaan beton yang tidak disertakan dalam
Dokumen Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi
Pekerjaan setelah peninjauan rancangan awal telah selesai
dilaksanakan sesuai denganSpesifikasi ini.
3. Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok dari campuran yang dihasilkan dan cara
kerja serta hasil akhir harus dipantau dikendalikan seperti yang
disyaratkan dalam Standar.
4. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI03-1968-1990 : Metode pengujian tentang analisis
saringan agregat halus dan kasar.
SNI 03-1972-1990 : Metode pengujian slump beton
SNI 03-1973-1990 : Metode Pengujian Berat Isi Beton
SNI 03-1974-1990 : Metode pengujian kuat tekan beton
SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi abu terbang sebagai
bahan tambahan untuk campuran beton
SNI 03-2491-1991 : Metode pengujian kuat tank belah beton
SNI 03-2493-1991 : Metode pembuatan dan perawatan benda uji
beton di laboratorium
SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi bahan tambahan untuk beton
SNI 03-2816-1992 : Metode pengujian kotoran organik dalam pasir
untuk campuran mortar dan beton
SNI 03-3403-1994 : Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran
SNI 03-3418-1994 : Metode pengujian kandungan udara pada beton
segar
SNI 03-3976-1995 : Tata cara pengadukan dan pengecoran beton
SNI 03-4141-1996 : Metode pengujian gumpalan lempung dan butir-
butir mudah pecah
SNI 03-4142-1996 : Metode pengujian jumlah bahan dalam
agregat yang lolos saringan No.200 (0,075mm)
SNI 03-4156-1996 : Metode pengujian bliding dari beton segar
SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi beton siap pakai
SNI 03-4806-1998 : Metode pengujian kadar semen Portland dalam
beton segar dengan cara titrasi volumetri
SNI 03-4807-1998 : Metode pengujian untuk menetukan suhu beton
segar semen Portland
SNI 03-4808-1998 : Metode pengujian kadar air dalam beton segar
dengan cara titrasi Volumetri
SNI 03-4810-1998 :Metode pembuatan dan perawatan benda uji
beton dilapangan
SNI 03-2834-2000 : Tata cara pembuatan rencana campuran beton
normal
SNI 03-6429-2000 : Metode pengujian kuat tekan beton silinder
dengan cetakan silinder Di dalam tempat cetakan
SNI 03-2492-2002 : Metode pengambilan dan pengujian beton inti
SNI 03-6817-2002 : Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam
beton
SNI 03-6889-2002 : Tata cara pengambilan contoh agregat
SNI03-2049-2004 : Semen portland
SN103-7064-2004 : Semen portland komposit
SNI 03-0302-2004 : Semen portland pozzolan
SNI 2417 : 2008 : Metode pengujian keausan agregat dengan
mesin los angeles
SNI 2458 :2008 : Metode pengambilan contoh untuk campuran beton
segar
SNI 3407 : 2008 : Metode pengujian sifat kekekalan bentuk agregat
terhadap larutan Groutingrium sulfatdanmagnesium sulfat
Pd T-07-2005-B : Pelaksanaan Pekerjaan beton unutk jalan dan
jembatan

American Society for Testing and Materials


ASTM C 403-90 Time of setting of concrete mixtures by penetration
resistance
ASTM C 33-93 Standar spesificationfor concrete aggregats
ASTM C 989-95 Spesificationfor Ground Granulated Blast Furnace
Slag for use in Concrete and Mortars

American Concrete Institute (ACI) :


ACI 363R-92 : State-of-the-art on high-strength concrete
ACI 3O5R-99 : Hot weather concrete

5. Pengajuan Kesiapan Kerja


a. Kontraktor haras mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak
digunakan dengan datapengujianyang memenuhi seluruh sifat
bahan yang diisyaratkan.
b. Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran (mix design)
untuk masing- masing mutu beton yang akan digunakan sebelum
pekerjaan pengecoran beton dimulai, lengkap dengan hasil pengujian
bahan dan hasil pengujian campuran beton dilaboratorium
berdasarkan kuat tekan beton unutk umur 7 dan 28 hari, kecuali
ditentukan untuk umur-umur yang lain oleh Direksi Pekerjaan.
Proporsi bahan dan berat penakaran hasil perhitungan harus
memenuhi kriteria teknis utama, yaitu kelecekan (workability),
kekuatan (strength), dan keawetan (durability).
c. Campuran Percobaan
Sebelum dilakukan percobaan, Kontraktor harus membuat campuran
percobaan menggunakan proporsi campuran hasil rancangan
campuran serta bahan yang diusulkan, dengan disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan,yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama
seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan (sertasudah
memperhitungkan waktu pengangkutan dll). Dalam kondisi beton
segar, adukan beton harus memenuhisyarat kelecakan (nilai Slump)
yang telah ditentukan. Pengujian kuat tekan beton umur 7 hari dari
hasil campuranpercobaan harus mencapai kekuatan minimum 90%
dari nilai kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan dalamrancangan
campuran beton (mix design) umur 7 hari. Bilamana hasil pengujian
beton berumur 7 hari dari campuran percobaan tidak menghasilkan
kuat tekan beton yang diisyaratkan, maka Kontraktor harus melakukan
penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidak sesuaian
tersebut, dengan meminta saran tenaga ahli yang kompoten di bidang
beton untuk kemudian melakukan percobaan campuran kembali
sampai dihasilkan kuat tekan beton di lapangan yang sesuai dengan
persyaratan. Bilamana percobaan campuran beton telah sesuai dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor boleh melakukan
pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan Formula Campuran
Kerja (Job Mix Formula, JMF) hasil percobaan campuran.
d. Kontraktor haras mengirim gambar detil untuk seluruh perancah yang
akan digunakan,dan harus memperolehpersetujuan dari Direksi
Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
e. Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 jam sebelum tanggal rencana mulai melakukan
pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton.
6. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Semen disimpan ditempat yang kering dan tertutup rapat.
b. Semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 30 cm dari lantai
ruangan, tidak menempel/melekat pada dinding ruangan dan tinggi
timbunan maksimum 8 zak semen.
c. Tumpukan zak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
perputaran udara di antaranya, dan mudahuntuk diperiksa.
d. Semen dari berbagai jenis merek disimpan secara terpisah.
e. Semen yang baru datang tidak boleh ditumpuk di atas tumpukan
semen yang sudah ada dan penggunaannyaharus dilakukan
menurut urutan pengiriman.
f. Apabila semen telah disimpan lebih dari 2 (dua) bulan, maka sebelum
digunakan harus diperiksa terlebih dahulubahwa semen tersebut
masih memenuhi syarat.
7. Kondisi Tempat Kerja
Kontraktor harus menjaga temperate semua bahan, terutama agregat
kasar, dengan temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan
harus dijaga agar selalu dibawah 30°C sepanjang waktu pengecoran.
Sebagaitambahan, Kontraktor tidak boleh melakukan pengecoran
bilamana:
a. Tingkat penguapan melampaui 1.0 kg/m2/jam.
b. Lengas nisbi dari udara kurang dari 40%.
c. Tidak diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, selama turun hujan atau bila
udara penuh debu atau tercemar.

8. Perbaikan Atas Pekerjaan Beton yang Tidak Memenuhi Ketentuan


a. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi
yang diisyaratkan, atau yangtidak memilikipermukaan akhir yang
memenuhi ketentuan atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran
yang diisyaratkan, harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi:
 Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan,
 Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya
gagal,
 Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian
pekerjaan yang dipandang tidak memenuhi ketentuan.
b. Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton
atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada. Direksi Pekerjaan
dapat meminta Kontraktor melakukan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah
dilaksanakan dapat dinilai dengan adil. Biaya pengujian tambahan
tersebut haruslah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
c. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser yang
diakibatkan oleh kelalaian Kontraktor merupakan tanggung jawab
Kontraktor dan harus dilakukan dengan biaya sendiri. Kontraktor tidak
bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul berasal dari bencana
alam yang tidak dapat dihindarkan, asalkan pekerjaan yang rusak
tersebut telah diterima dan dinyatakan oleh Direksi Pekerjaan secara
tertulis telah selesai.

4.2 Bahan
1. Semen
a. Semen yang dugunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland Tipe V yangmemenuhi SNI15-2049-2004 tentang semen
portland.
b. Semen tipe IA (Semen portland tipe I dengan air-entraining agent), IIA
(Semen Portland tipe II dengan airentraining agent), IIIA (semen
pertland tipe III dengan air-entraining agent), PPC(Portland Pozzolan
cement), dan PCC {portland composite cement) dapat digunakan
apabila diizinkan oleh Direksi Pekerjaan. Apabila haltersebut diizinkan,
maka Kontraktor harus mengajukan kembali rancangan beton sesuai
dengan mereksemen yang digunakan.
c. Di dalam satu proyek hanya dapat digunakan satu merek semen,
kecuali jika diizinkan oleh Direksi Pekerjaan. Apabila hal tersebut
diizinkan, maka Kontraktor harus mengajukan kembali rancangan
campuran beton sesuai dengan merek semen yang digunakan.
2. Air
Air yang digunakan unutk campuran, perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air harus diuji sesuai
dengan dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002
tentang Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton.
Apabila timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan karena
sesuatu sebab pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka
harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan
pasir standar dengan memakai air yang diusulkan dan dengan
memakai air murni hasil sulingan. Air yang diusulkan dapat digunakan
apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 (tujuh) hari
dan 28 (dua puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan minimum 90%
dari kuat tekan mortar denagn air suling untuk periode umur yang
sama. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan.
3. Agregat
a. Ketentuan gradasi agregat
• Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan dalam tabel 2. Tetapi ataspersetujuan Direksi Pekerjaan,
bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut masih
dapatdigunakan apabila memenuhi sifat-sifat campuran diisyaratkan
yang dibuktikan oleh hasil campuranpercobaan.
Tabel 2 Ketentuan Gradasi Agregat
Ukuran Saringan Persen berat yang lolos untuk agregat

Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran


Inci Standar
Halus Maksimum Maksimum Maksimum maksimum Maksimum
(in) (mm)
37,5 mm 25 mm 19 mm 12,5 mm 10 mm

2 50,8 - 100 - - - -
1½ 38,1 - 95 – 100 100 - - -
1 25,4 - - 95 - 100 100 - -
¾ 19 - 35 – 70 - 90 – 100 100 -
½ 12,7 - - 25 – 60 - 90 - 100 100
3/8 9,5 100 10 – 30 - 20 - 55 40 – 70 95 – 100
#4 4,75 95 -100 0-5 0 - 10 0 - 10 0 - 15 30 – 65
#8 2,36 80 - 100 - 0-5 0-5 0-5 20 – 50
#16 1,18 50-85 - - - - 15 -40
#50 0,300 10 - 30 - - - - 5 – 15
#100 0.i50 20 - okt - - - - 0-8

• Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa ukuran agregat terbesar


tidak lebih dari % jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara
baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya dimana beton
harus di cor.
b. Sifat-sifat agregat
Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau daripenyaringan dari pencucian
(jika perlu) kerikii dan pasir sungai. Agregat harus bebas dari bahan
organikseperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992
tentang metode pengujian kotoran organik dalam pasiruntuk campuran
mortar dan beton, dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang
dibrikan dalam tabel.
Bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan yang berhubungan.
Tabel 3 Ketentuan Mutu Agregat
Batas Maksimum yang diizinkan untuk
Sifat - sIfat Metode Pengujian agregat
Halus Kasar
Keausan agregat dengan
SNI 2417 - 2008 - 40%
mesin los angeles
Kekekalan bentuk agregat
SNI 3407 - 2008 10% - groutingrium 12% - Groutingrium
terhadap larutan groutingrium
Gumpalan lempungan dan
SNI 03 – 4141 - 1996 3% 2%
partikel yang mudah pecah
5 % untuk kondisi
Bahan yang lolos saringan umum, 3% untuk
SNI 03 – 4142 1996 1%
no.200 kondisi permukaan
terabrasi
 Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 tentangmetode pengujian kotoran
organik dalam pasir untuk campuran.
 Batu Untuk Beton Siklop
Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, tidak
berongga dan tidak rusak oleh pengaruhcuaca. Batu harus bersudut
runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang
mempengaruhiikatan dengan beton. Ukuran batu yang digunakan
untukbeton siklop tidak boleh lebih besar dari 250 mm.
 Bahan Tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan
kinerja beton dapat berupa bahan kimia, bahan mineralatau hasil
limbah yang berupa serbuk pozzolanik sebagai bahan pengisi pori
dalam campuran beton.

> Bahan kimia


Bahan tambahan yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam
campuran beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama
proses pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahap
dalampengecoran beton. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini
harus mengacu pada SM 03-2495-1991 Untuk tujuan peningkatan
kinerja beton segar, bahan tambahan campuran beton dapat
digunakan untuk keperluan-keperluan meningkatkan kinerja kelecakan
adukan beton tanpa menambah kelecakan, mempercepat pengikatan
hidrasi semen atau pengerasan beton, memperlambat pengikatan
hidrasi semen atau pengerasan beton, meningkatkan kinerja
kemudahan pemompaan beton, mengurangi kecepatan terjadinya
kehilangan slump (slump loss), mengurangi susut beton atau
memberikan sedikit pengembangan volume beton (ehpansf),
mengurangi terjadinya bliding (bleeding), mengurangi terjadinya
segregasi. Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras,
bahan tambahan campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-
keperluan meningkatkan kekuatan beton (secara tidak
langsung),meningkatkan kekuatanada beton muda, mengurangi atau
memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan beton,
terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi,
meningkatkan kinerja pengecoran beton didalam air atau dilaut,
meningkatkan keawetan jangka panjang beton, meningkatkan
kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton), mengendalikan
ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat, meningkatkan daya lekat
antara beton dan baja tulangan,meningkatkan ketahanan beton
terhadap abrasi dan tumbukan. Apabila menggunakan bahan
tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka
gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5%.
Penggunaan jenis bahan tambahan kimia untuk maksud apapun harus
berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa
hasilnya sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
> Mineral
Mineral yang berupa bahan tambahan atau bahan limbah dapat
berbentuk abu terbang (fly ask), pozzolan, mikro silica atau silica fume.
Apabila digunakan bahan tamabahan berapa abu terbang,maka bahan
tersebut haras sesuai dengan standar spesifikasi yang ditentukan
dalam dalam SNI 03-2460-1991 tentang spesifikasi abu terbang
sebagai bahan tambahan untuk campuran beton.Penggunaan jenis
bahan tambahan mineral untuk maksud apapun harus berdasarkan
hasilpengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasilnya sesuai
dengan persyaratan dan disetujuioleh Direksi Pekerjaan.

4. Baja Tulangan
Mutu tulangan yang digunakan agar mengikuti aturan sebagai berikut:
a) Tulangan baja diameter ≥ D 13 mm menggunakan tulangan ulir BJTD
40.
b) Tulangan baja diameter ≤ Ø 12 mm menggunakan tulangan polos
BJTP 24.
Untuk baja polos diperkenankan untuk tulanga spiral atau tendon.
Tulangan yang terdiri dari profil baja structural, pipa baja, atau tabung
baja dapat digunakan sesuai dengan persyaratan di bawah ini:
a. Baja tulangan polos
Tulangan polos untuk tulangan spiral harus memenuhi persyaratan
“Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan
beton” (ASTM A 615M), “Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan
polos untuk penulangan beton” (ASTM A 615M) atau “Spesifikasi untuk
baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan beton” (ASTM A 706M).
b. Kawat polos untuk tulangan spiral harus memenuhi “Spesifikasi
untuk kawat tulangan polos untuk penulangan beton” (ASTM A 82),
kecuali bahwa untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh fyyang
melebihi 400 MPa, maka fyharus diambil sama dengan nilai tegangan
pada regangan 0,35%, bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam
perencanaan melampaui 400 MPa.
c. Kait standar
Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- Bengkokan 180° ditambah perpanjangan 4db,tapi tidak kurang dari 60
mm, pada ujung bebas kait.
- Bengkokan 90° ditambah perpanjangan12dbpada ujung bebas kait.
- Untuk sengkang dan kait pengikat:
a) Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° ditambah
perpanjangan 6dbpada ujung bebas kait, atau
b) Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah perpanjangan
12dbpada ujung bebas kait, atau
c) Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° ditambah
perpanjangan 6dbpada ujung bebas kait.
d. Diameter bengkokan minimum
Diameter bengkokan minimum yang diukur pada bagian dalam batang
tulangan tidak boleh kurang dari nilai dalam tabel berikut:
Ukuran tulangan Diameter minimum
D-10 sampai dengan D-25 6db
D-29, D-32, dan D-36 8db
D-44 dan D-56 10db

e. Cara pembengkokan
Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali
bila diizinkan lain oleh direksi. Tulangan yang sebagian yang sudah
tertanam di dalam beton tidak boleh dibengkokkan di lapangan,
kecuali seperti yang ditentukan pada gambar rencana, atau diizinkan
oleh direksi.
f. Kondisi permukaan baja tulangan
Pada saat beton dicor, tulangan harus bebas dari lumpur, minyak, atau
segala jenis zat pelapis bukan logam yang dapat mengurangi
kapasitas lekatan.
g. Penempatan tulangan
Tulangan harus ditempatkan secara akurat dan ditumpu secukupnya
sebelum beton dicor, dan harus dijaga agar tidak tergeser melebihi
toleransi sebagai berikut.

Toleransi untuk tinggi Toleransi untuk selimut


(d) beton minimum
d ≤ 200 mm ± 10 mm - 10 mm
d > 200 mm ± 13 mm -13 mm

Kecuali bahwa ketentuan toleransi untuk jarak bersih terhadap sisi-


dalam cetakan harus sebesar minus 6 mm dan tolenransi untuk selimut
beton tidak boleh melampaui 1/3 kali selimut beton minimum yang
diperlukan dalam gambar rencana atau spesifikasi.
h. Batasan spasi tulangan
- Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak
boleh kurang dari dbataupun 25 mm.
- Bila tulangan sejajar tersebut diletkkan dalam dua lapis atau lebih,
tulangan pada lapis atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di
bawahnya dengan spasi bersih antar lapisan tidak boleh kurang dari
25 mm.
- Pada komponen struktur tekan yang diberi tulangan spiral atau
sengkang pengikat, jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh
kurang dari 1,5db ataupun 40 mm.
- Pembatasan jarak bersih antar batang tulangan ini juga berlaku untuk
jarak bersih antara suatu sambungan lewatan dengan sambungan
lewatan lainnya atau dengan batang tulangan yang berdekatan.
i. Pelindung beton untuk tulangan
- Untuk beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus
disediakan untuk tulangan harus memenuhi ketentuan berikut:
(1) Beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu berhubungan
dengan tanah tebal selimut beton minimum 75 mm.
(2) Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca:
Batang D-19 hingga D-56 tebal selimut beton minimum 50 mm.
Batang D-16, jaring kawat polos P16 atau kawat ulir D16 dan yang lebih
kecil tebal selimut beton minimum 40 mm.
- Untuk beton pracetak (dibuat dengan mengikuti proses pengawasan
pabrik), tebal minimum selimut beton berikut harus disediakan untuk
tulangan:
 Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca:
Batang D-44 dan batang D-56 tebal selimut beton minimum 50 mm.
Batang D-19 sampai batang D-36 tebal selimut beton minimum 40 mm.
Batang D-16, jarring kawat polos P16 atau ulir D16 dan yang lebih kecil
tebal selimut beton minimum 30 mm.

(3) Di dalam lingkungan yang korosif atau lingkungan lain yang merusak,
tebal selimut beton harus ditingkatkan secukupnya, dan kepadatan
serta kekedapan selimut beton harus diperhatikan, atau harus
diadakan bentuk perlindungan yang lain.

4.3. Pencampuran Dan Penakaran


1. Ketentuan sifat-sifat campuran
a) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi
kelecakan (Slump), Kekuatan (strength),dan keawetan (durability)
yang dibutuhkan sebagaimana diisyaratkan.
b) Bilamana pengujian beton pada umur yang lebih awal sebelum 28 hari
menghasilkan kuat beton dibawahkekuatan yang disyaratkan, maka
Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut
sampaipenyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui
dengan pasti dan sampai telah diambil tindakantindakan yang
menjamin bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang
diisyaratkan dalam spesifikasi.
c) Apabila kuat tekan beton berumur 28 hari tidak memenuhi ketentuan
yang diisyaratkan, maka harus diambiltindakan mengikuti ketentuan.
d) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat
mencakuppembongkaran dan penggantian seluruh beton.
2. Penyesuaian Campuran
a) Penyesuaian sifat kelecakan (workability)
Apabila sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula
dirancang sulit diperoleh, maka Kontraktor boleh melakukan
perubahan rancangan agregat, dengan syarat dalam hal apapun kadar
semen yangsemula dirancang tidak berubah juga rasio air/semen yang
telah ditentukan berdasarkan pengujian yangmenghasilkan kuat tekan
yang memenuhi tidak dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang
telah dicampurdengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak
diizinkan.
b) Bahan tambahan untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan
bila secara khusus telah disetujui olehDireksi Pekerjaan.
c) Penyesuaian kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang diisyaratkan, atas
persetujuan Direksi Pekerjaan kadar semen dapat ditingkatkan
asalkan tidak melebihi batas kadar semen maksimum karena
pertimbangan panas hidrasi. Cara lain dapat juga dengan menurunkan
rasio air/semen dengan pemakaian bahan tambahan jenis plasticizer
yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja kelecekan adukan beton.
d) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru Perubahan sumber atau
karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa pemberitahuan tertulis
kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh digunakan sampai
direksi pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis dan
menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran
percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.
e) Bahan Tambahan Bila untuk penyesuaian campuran perlu
menggunakan bahan tambahan, maka dalam pelaksanaannya harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
3. Penakaran Bahan
a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila
digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus
sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara
dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat
harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuransetiap penakaran tidak
boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
b) Untuk mutu beton/c' > 20 Mpa atau K-250 seluruh komponen bahan
beton harus ditakar menurut berat. Untuk mutu beton fc' <20 Mpa atau
K-250 diizinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-1995.
Biladigunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus
sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara
dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat
harusditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran
tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
c) Penakaran agregat dan air harus dilakukan denga basis kondisi
agregat jenuh kering permukaan (JKP). Untuk mendapatkan kondisi
agregat yang jenuh kering permukaan dapat dilakukan dengan cara
menyemprot tumpukan agregat yang akan digunakan dengan air
paling sedikit 12 (dua belas) jam sebelumpenakaran. Apabila agregat
tidak daiam kondisi jenuh kering permukaan, maka harus diadakan
perhitungankoreksi penakaran berat air dan agregat dengan
menggunakan data resapan dan kadar air agregat
lapangan.Sedangkan apabila ditakar menurut volume, maka harus
memperhitungkan faktor pengembangan (bulkingfactor) agregat halus.
4. Pencampuran
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis
dari jenis dan ukuran yang disetujuisehingga dapat menjamin distirbusi
yang merata dari seluruh bahan.
b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur danmengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.
c) Pertama-tama alat pencampur harus didisi dengan agregat dan semen
yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum
air ditambahkan.
d) Walau pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruhair yang diperlukan harus
dimasukkan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung
seperempat bagian.Waktu pencampuran untuk mesin kapasitas 4 m3
atau kurang haruslah 1,5 menit, untuk mesin yang lebih besar waktu
harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m 3.
e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara
manual, sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan
pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi pada beton
non-struktural.

4.4 Pelaksanaan Pengecoran


1. Penyiapan Tempat Kerja
a) Seluruh buis harus dijaga agar senantiasa kering dan beton tidak boleh
di cor di atas tanah yang berlumpuratau bersampah atau di
dalam air. Atas persetujuan direksi beton dapat dicor di dalam air
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti
pada dasar sumuran atau cofferdam.
b) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan
benda lain yang haras dimasukkan ke dalambeton (seperti Batu, Besi
Pengait) harus sudah di pasang dan diikat kuat sehingga tidak
bergeser pada saatpengecoran.
c) Bila diisyaratkan atau diperlukan oleh direksi pekerjaan, bahan
landasan untuk pekerjaan beton harus ditutupdengan rapi, sehingga
beton tidak menetes.
2. Acuan
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh direksi pekerjaan, harus
dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus
dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah yanglepas harus dibuang sebelum penecoran beton.
b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari
adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
c) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa
merusak beton.
3. Pengecoran
a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis
paling sedikit 24 jam sebelum memulaipengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah
ditunda lebih dari 24jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi
pekerjaan mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran
beton.Direksi pekerjaan akan memberi tanda terima atas
pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, dantulangan
dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak
boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
direksi pekerjaan.
b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk
memulai pengecoran, pengecoran betontidak boleh dilaksanakan
bilamana direksi pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk
menyaksikan operasipencampuran dan pengecoran secara
keseluruhan.
c) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak
di cor sampai posisi akhir dalamcetakan dalam waktu 1 jam setelah
pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagimana
yangdapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan
pengamatan karakteristik waktu pengerasan(setting time) semen yang
digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) utnuk
memperlambatproses pengerasan (retarder) yabg disetujui oleh
direksi.
d) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan
sambunga konstruksi (constractionjoint)yang telah disetujui
sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
e) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi
partikel dasar dan halus dari campuran.Beton harus dicor dalam
cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir
beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui satu
meter dari tempat awal pengecoran.
f) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian
lebih dari 150 cm. Beton tidak boleh di corlangsung dalam air.
Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat
dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton harus
dicor dengan metode tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana
bentuk dan jenis yang khusus digunakan utnuk tujuan ini harus
disetujui terlebih dahulu oleh direksi pekerjaan. Tremi harus kedap air
dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan
pengaliran beton. Tremi haras selalu diisi penuh selama pengecoran.
Bilamana aliran beton terhambat maka tremi harus ditarik sedikit dan
diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan. Baik tremi
harus mengalirkan campuran beton di bawah permukaan beton yang
telah dicor sebelumnya.
g) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga
campuran beton yang telah dicor masihplastis sehingga dapat
menyatu dengan campuran beton yang baru.
h) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang
akan dicor haras terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-
bahan yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga
jenuh. Sesaat sebelum penegcoran beton baru ini, bidang-bidang
kontak beton lama harus di sapu dengan adukan semen dengan
campuran yang sesuai dengan betonnya.
4. Pemadatan
a) Beton haras dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau
dari luar yang telah disetujui bilamanadiperlukan, dan bilamana
disetujui oleh direksi pekerjaan penggetaran harus disertai penusukan
secaramanual dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan
yang tepat dan memadai penggetar tidak boleh digunakan untuk
memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik yang lain di dalam
cetakan.
b) Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya sehingga
menghasilkan pemadatan yang diperlukan tanpamenyebabkan
terjadinya segregasi pada agregat.
c) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam arus dimaukkan kedalam
beton basah secara vertikal demikian hingga dapat melakukan
penetrasi sampai kedasar beton yang harus dicor, dan menghasilkan
kepadatan pada seluruh kedalaman pada bagian tersebut. Alat
penggetar harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada
posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh
berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan
untuk memindahkan campuran beton ke lokasi lain serta tidak boleh
menyentuh tulang beton.
d) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam
tabel.
Tabel 4 Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam
Kecepatan pengecoran beton (m3 /jam) Jumlah alat
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6

4.5 Pengerjaan Akhir


1. Perawatan Dengan Pembasahan/Curring
a) Segera setelah pengecoran beton maka harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas dangangguan
mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap
dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
b) Beton harus dirawat sesegera mungkin setelah beton mulai
mengeras, dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat
menyerap air. Lembaran bahan penyerap air yang harus dibuat
jenuh dalam waktu paling sedikit tiga hari. Semua bahan pearawat
atau lernbaran bahan penyerap air harus dibebani atau diikat
kebawah untuk mencegah permukaan yang terekspos dari aliran
udara,
c) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan
awal yang tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang
ditambah bahan tambahan, harus dibasahi sampai kekuatannya
mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari atau
setelah beton mencapai kekuatan minimum yang diisyaratkan.
5. PEKERJAAN UNIT A-JACK
5.1. Umum
Kontraktor akan menyediakan semua tenaga kerja, bahan, peralatan, dan
biaya tak terduga yang diperlukan dan melakukan semua operasi
sehubungan dengan instalasi unit beton armor A-JACK sesuai dengan
aturan, kelas, desain dan dimensi yang ditunjukkan pada gambar kontrak
dan seperti yang telahditetapkan dalam Kontrak.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi semua prosedur pengujian
hidrolik dan perhitungan dalam mendukung unit armor beton A-Jack yang
diusulkan.
Kontraktor harus memberikan sertifikat kelayakan unit armor beton keras.
Kontraktor juga harus memberikan spesifikasi pabrik, literatur, gambar
rencana untuk tata letak A-JACK, dan setiap rekomendasi, jika ada,yang
secara khusus terkait dengan proyek tersebut.
Bahan altergrouting dapat dipertimbangkan. Bahan tersebut harus pra-
disetujui secara tertulis oleh Direksi sebelum tanggal pengajuan. Paket
bahan altergroutingif harus disampaikan kepada Direksi minimal lima belas
(15) hari sebelum tanggal penawaran.

5.2. Produk
1. Umum
Geometri dari unit armor beton A-JACKS terdiri dari enam lengan
membentang dari hub pusat. Sebuah unit lengkap terdiri dari dua bagian
identik, dengan setengah masing terdiri dari inti pusat dengan tiga kaki
memancar keluar pada jarak yang sama. Pada tiap setengah bagian,
kedua fillet yang terletak di antara lengan yang berdekatan. fillet ini
memberikan kekuatan struktural tambahan dan bantuan dalam
penempatan yang tepat dari unit armor. Ketika
belahan simetris saling bertautan, unit yang dihasilkan akan memiliki
geometri, yang menunjukkan enam lengan sama spasi, dengan masing-
masing lengan spasi pada 90 derajat dari empat lengan yang
berdekatan. Ketika ditempatkan dalam konfigurasi yang paling stabil,
setiap unit akan beristirahat pada tiga dari enam lengan.
2. Unit Armor Beton
a. Ruang Lingkup
Spesifikasi ini mencakup besi beton dan material beton
b. Material Unit A-Jacks 1,67 ton akan diproduksi dengan menggunakan
beton precast dengan mutu beton K-350
Bahan semen - Bahan harus sesuai dengan spesifikasi ASTM berikut
berlaku:
 Portland Semen – Spesifikasi C 150, untuk Portland Semen
 Adukan Semen - Spesifikasi C 595, untuk Adukan Semen hidrolik.
 Jenis Lime Terhidrasi - Spesifikasi C 207, untuk Jenis Terhidrasi Kapur.
 Pozzolans - Spesifikasi C 618, untuk Abu terbang dan pozzolans Alam
mentah atau dikalsinasi untuk digunakan dalam Beton Semen Portland.
Agregat harus sesuai dengan spesifikasi ASTM berikut, kecuali bahwa
persyaratan penilaian tidak diberlakukan
 Berat Normal - Spesifikasi C 33, untuk Agregat Beton.
 BahanGrouting – digunakan untuk perakitan unit A-Jacks Unit
 Grout– Utilize for assembling 48” A-Jacks Units
a. Pencetakan
Unit-unit beton akan diproduksi dengan metode pencetakan kering. Unit
pencetakan kering memperoleh kekuatan dalam durasi yang lebih singkat
serta peningkatan kualitas daya tahan dan keseluruhan produk. Bahan dan
pembuatan standar akan sesuai dengan ASTM D6684-04.
Pencetakan A-Jack dilakukan di Lokasi untuk Pabrikasi, setelah dilakukan
pencetakan dan umur beton cukup maka A-jack dapat di pindahkan ke Stok
yard/Stok Pile dengan menggunakan alat bantu.
b. Instalasi A-Jack
Setelah umur beton A-Jack cukup maka dapat dilakukan penggabungan A-
Jack, dimana didalam instalasi/penggabungan A-Jack menggunakan
material grouting. Untuk proses instalasi/penggabungan A-Jack dilakukan
sedemikan rupa sehingga memudahkan didalam pemindahan menuju
lokasi pemasangannya di breakwater.
c. Persyaratan fisik
Pada saat pengiriman ke tempat kerja, unit harus memenuhi
persyaratan fisik yang ditentukan dalam Tabel 5 di bawah ini;
TABLE 5 Persyaratan Fisik A-Jacks
Compressive Strength Water Absorption
3
Net Area Max., lb/ft
Min. psi
Avg. of Individual Unit Avg. of Individual Unit
3 units (min. required) 3 units
4000 3,500 9.1 11.7
Unit harus diambil sampelnya dan diuji sesuai dengan ASTM, C 140
Metode Uji Standar Sampling dan Alat Pengujian Beton.
d. Inspeksi Visual
Semua unit harus utuh dan bebas dari cacat yang akan mengganggu
penempatan yang tepat dari unit atau mengganggu kinerja sistem.
Permukaan retak terkait dengan metode pembuatan, atau permukaan
chipping dihasilkan dari metode penanganan dalam pengangkutan dan
pengiriman, tidak akan dianggapsebagai alasan penolakan.
Kedalaman retak melebihi 0,25 inci (0,635 cm) lebar dan / atau 1,0 inci
(2,54 cm) dianggap alasan untuk penolakan.
Chipping yangmengakibatkan penurunan berat melebihi 10% dari
berat rata-rata unit beton dianggap alasan untuk penolakan.
A-Jacks ditolak sebelum pengiriman dari titik pembuatan harus diganti
dengan biaya kontraktor. A-Jacks ditolak di tempat kerja harus diperbaiki
dengan grouting struktural atau diganti dengan biaya kontraktor.
e. Sampel dan Pengujian
Direksi harus diberikan fasilitas untuk memeriksa dan sampel unit di tempat
pembuatan dari banyak siap untuk pengiriman.
Prosedur instalasi Lapangan harus sesuai dengan prosedur yang
digunakan selama prosedur pengujian hidrolik dari sistem yang
direkomendasikan. Pembatasan semua sistem dan komponen pendukung
(seperti media drainase sintetis) akan dipekerjakan karena mereka selama
pengujian. Misalnya, jika instalasi pengujian hidrolik memanfaatkan lapisan
drainase maka instalasi lapangan harus menggunakan lapisan drainase,
instalasi tanpa lapisan drainase tidak akan diizinkan.

f. Fabrikasi
Beton A-Jacks harus mengikuti karakteristik nominal berikut :
Tabel 6 Standar ukuran A-Jacks
Fillet Arm
A-JACK Total Length Volume Weight
Length Width
Model (mm) (m3) (kg)
(mm) (mm)
AJ-1.3 2000 240 480 0.512 1670
Pengujian tambahan, harus ditanggung oleh Kontraktor

5.3. Pelaksanaan
1) Persiapan
Landasan untuk dudukan unit A-Jack harus dalam keaadaan rata
sebelum unit A-Jack dipasang. Sebelum dilakukan pemasangan unit
A-Jack, telah dilakukan pengukuran elevasi posisi permukaan
landasan dan telah dilakukan pemasangan bowplank sebagai rujukan
ukuran penempatan unit A-Jack. Seluruh permukaan yang disiapkan
harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
2) Penempatan A-Jack
a. Penempatan unit A-Jack dilakukan satu demi satu atau dalam
kesatuan bundle tergantung kemampuan alat angkat. Untuk
penempatan dilakukan dengan cara dalam kesatuan bundle,
diangkat menggunakan rangka angkat/Crane.
b. Unit A-Jack disusun dalam posisi seragam sehingga membentuk
susunan yang saling mengkait dengan porositas yang tinggi.
c. Jumlah, posisi dan arah penyusunan tiap satuan luas ditunjukkan
dalam gambar kontrak.

i. Pengukuran dan Pembayaran


1) Pengukuran untuk Pembayaran
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah dalam jumlah unit
A-Jack yang telah berada di lokasi dan telah siap dipasang pada
posisi seperti yang ditunjukkan dalam gambar kontrak.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan seperti diuraikan di atas, harus dibayar pada
harga kontrak per satuan pengukuran, untuk mata pembayaran yang
terdaftar dibawah dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas dan harga
dimana harga dan pembayaran tersebut haruslah merupakan
kompensasi penuh, pembuatan, penempatan semua bahan.termasuk
semua pekerjaan, peralatan, perkakas, pengujian dan pekerjaan lain
yang diperlukan untuk penyelesaian yang memenuhi ketentuan dari
pekerjaan seperti yang diuraikan dalam gambar dan spesifikasi ini.

6. Pekerjaan lain-Lain
6.1 Program Pelaksanaan dan Laporan
Kontraktor harus melaksanakan Program Pelaksanaan sesuai dengan
syarat-syarat Kontrak dengan menggunakan CPM network. Program
tersebut harus dibuat dalam dua bentuk yaitu bar-chart dan daftar yang
memperlihatkan setiap kegiatan :

a) Mulai tanggal paling awal


b) Mulai tanggal paling akhir
c) Waktu yang diperlukan
d) Waktu float
e) Sumber tenaga kerja, peralatan dan bahan yang diperlukan
Aktivitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk
pelaksanaan pekerjaan sementara dan tetap, kelonggaran waktu yang
diperlukan untuk persiapan dan persetujuan gambar-gambar,
pengiriman peralatan dan bahan kelapangan dan juga kelonggaran
dengan adanya hari libur umum maupun keagamaan.

6.2 Laporan Kemajuan


Sebelum tanggal sepuluh tiap bulan atau pada suatu waktu yang
ditentukan Direksi, Kontraktor harus menyerahkan 5 (lima) salinan
laporan Kemajuan Bulanan dalam bentuk yang bisa diterima oleh
Direksi, yang menggambarkan secara detail kemajuan pekerjaan
selama bulan yang terdahulu. Laporan sekurang-kurangnya harus
berisi hal-hal sebagai berikut :
a) Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai
pada bulan laporan maupun prosentase rencana yang diprogramkan
pada bulan berikutnya.
b) Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun
prosentase rencana yang diprogramkan harus sesuai dengan
kemajuan yang dicapai pada bulan laporan
c) Rencana kegiatan dalam waktu dua bulan berturut-turut dengan
ramalan tanggal permulaan dan penyelesaiannya.
d) Daftar tenaga setempat.
e) Daftar perlengkapan konstruksi, peralatan dan bahan dilapangan yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk yang sudah datang
dan dipindahkan dari lapangan.
f) Jumlah volume pekerjaan merupakan bagian Pekerjaan tetap harus
diuraikan sebagai berikut:
 Jumlah volume untuk berbagai pekerjaan beton
 Jumlah volume dari berbagai pekerjaan galian dan timbunan
 Jumlah volume dari bahan perkerasan jalan yang digunakan
 Jumlah banyaknya bangunan, dll.
g) Uraian pokok pekerjaan sementara yang dilaksanakan selama masa
laporan.
h) Daftar besarnya pembayaran terakhir yang diterima dan kebutuhan
pembayaran yang diperlukan bulan berikutnya.
i) Hal-hal lain yang diminta sesuai dengan kontrak, dan masalah yang
timbul atau berhubungandengan pelaksanaan pekerjaan selama
bulan laporan.
j) Dokumentasi kemajuan pekerjaan untuk setiap item, dibuat dalam
bentuk foto dengan kamera digital resolusi 8 (delapan) Megapixel dan
video dari Handycam Full HD (High Defenition) dengan resolusi
(1920x1080)p atau (1280x720)p menggunakan tripod

6.3 Rencana Kerja Harian, mingguan dan bulanan


a. Umum
Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) rangkap Rencana Mingguan yang
sudah disetujui oleh Direksi setiap akhir Mingguan dan untuk minggu
berikutnya. Rencana tersebut harus sudah termasuk pekerjaan tanah,
pekerjaan konstruksi lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan, pengadaan bahan, pengangkutan dan peralatan dan Iain-Iain
yang diminta Direksi. Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) rangkap
rencana kerja harian secara tertulis semua kemajuan yang sudah disetujui
oleh Direksi setiap hari maupun untuk hari-hari berikutnya. Rencana kerja
harus mencakup pekerjaan tanah dan kegiatan lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan.Kontraktor harus menyediakan Rencana
Kerja Bulanan dengan sistim bar-chard pada akhir bulan danuntuk bulan-
bulan berikutnya. Rencana Kerja ini harus memperlihatkan tenggang
waktu dari mulai sampai akhir kegiatan utama dengan volume
pekerjaannya. Rencana kerja ini harus diserahkan kepada Direksi pada
hari ketiga tiap bulan untuk perbaikan dan perubahan.
b. Pengukuran dan Pembayaran
Pembayaran terhadap pelaporan berdasarkan dibayarkan berdasarkan
progress pekerjaan utama.
c. Gambar-Gambar Yang Dimiliki Kontraktor
3.1 Gambar-Gambar Pekerjaan Tetap
a. Umum
Semua gambar yang disiapkan oleh Kontraktor haruslah gambar-
gambar yang telah ditandatangani oleh Direksi, dan apabila ada
perubahan harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapat
persetujuan sebelum program pelaksanaan dimulai.
b. Gambar-Gambar Pelaksanaan
Kontraktor harus menggunakan Gambar Kontrak sebagai dasar untuk
mempersiapkan Gambar Pelaksanaan. Gambar itu dibuat lebih detail
untuk pekerjaan tetap dan sedapat mungkin dapat memperlihatkan
penampang melintang dan memanjang dari beton, pasangan batu, tipe
bahan yang digunakan, mutu dan ukuran yang tepat.
c. Gambar-Gambar Bengkel/Gedung
Gambar-gambar bengkel atau gedung disiapkan oleh Kontraktor untuk
keperluan penyimpanan peralatan dan bahan-bahan milik Kontraktor.
d. Gambar-Gambar As Build
Selama masa pelaksanaan, Kontraktor harus menggambar hasil
pelaksanaan paling akhir untuk tiap-tiap pekerjaan. Pada gambar yang
memperlihatkan perubahan yang sudah diberikan sesuai dengan
kontrak, dimana gambar tersebut sudah dilaksanakan dengan benar
kemudian dicap "sudah dilaksanakan".
Gambar-gambar yang dilaksanakan akan diperiksa tiap bulan
dilapangan oleh Direksi dan tiap hari oleh Pengawas Lapangan, dan
apabila diketemukan hal-hal yang tidak memuaskandan tidak
dilaksanakan, paling lambat harus diperiksa kembali selama 6 (enam)
hari kerja.
e. Kontraktor harus menyediakan 1 (satu) Set Gambar-Gambar
Lengkap di Lapangan
Apabila ada pekerjaan dilaksanakan sebelum ada persetujuan Direksi
adalah menjadiresiko Kontraktor. Persetujuan Direksi terhadap
gambar-gambar tersebut tidak akanmeringankan tanggung
jawabKontraktor atas kebenaran gambar tersebut.
f. Pengukuran dan Pembayaran
Pembayaran terhadap pekerjaan gambar-gambar shop drawing dan as
build dibayarkan berdasarkan progress pekerjaan utama.
3.2 Pembongkaran dan Pembersihan Tempat Kerja
a. Umum
Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan tempat kerja adalah pekerjaan
membongkar Direksi Keet, Gudang bahan dan Bangsal Kerja serta
membersihkan lokasi pekerjaan.
b. Pelaksanaan
Setelah penyelesaian pekerjaan konstruksi dan sebelum disetujui
Direksi,kontraktor harus membongkar bangunan–bangunan, sampah
barang-barang yang tidak berguna, tangki-tangki penyimpanan, jaringan
listrik sementara dan bangunan yang ada, kecuali fasilitas-fasilitas yang
tercantum dalam speksifikasi umum, menimbun lubang-lubang dan
merapikan tempat-tempat yang berongga yang diperlukan selama
pelaksanaan dan meninggalkan wilayah kegiatan seperti keadaan semula
sebagaimana ditentukan oleh Direksi. Dalam hal Kontraktor menolak atau
gagal dalam melaksanakan pekerjaan ini dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
setelah diberitahukan oleh Direksi, bangunan-bangunan dan tambahan-
tambahan lainnya menjadi milik Pengguna jasa dan selanjutnya apabila ada
kegagalan/kelalaian Kontraktor untuk melaksanakannya, maka hal tersebut
diambil alih oleh Pengguna jasa atas biaya Kontraktor.
c. Pengukuran dan Pembayaran
Pembayaran terhadap pekerjaan pembongkaran dan pembersihan kerja
dilakukan setelah pekerjaan utama selesai dan pekerjaan pembersihan dan
pembongkaran selesai.
Waktu pelaksanaan kontrak dilaksanakan jika dokumen
lingkungan UKL-UPL sudah terbit sesuai aturan perundang-
undangan yang berlaku dan jika UKL-UPL tidak terbit maka
pekerjaan ini tidak dapat dilaksanakan dan penyedia yang menang
tender batal dengan sendirinya.

16 Pesyaratan : - Melampirkan bukti dukungan ketersediaan material batu ukuran


lainnya 170 – 300 kg.
- Melampirkan bukti Surat Izin Penambangan Batuan

Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bulukumba, 13 Januari 2023


Kepala UPT. Pelabuhan Perikanan Wilayah II

IJAS FAJAR, S.STP., M.AP


Pangkat: Pembina TK. I
Nip. 19800430 200012 1 001

DAFTAR PEKERJAAN UTAMA

No URAIAN PEKERJAAN BOBOT KETERANGAN


PEKERJAAN

A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pembersihan Lokasi Pekerjaan 0.03%
2. Mobilisasi dan Demobilisasi 2% PEKERJAAN UTAMA
3. Stake out Posisi Pemecah Gelombang 0.05% PEKERJAAN UTAMA
4. Biaya SMKK 0.17%

B. PEKERJAAN PEMECAH GELOMBANG (UNIT A-JACK 200 1,67 TON K-350)


1. Pekerjaan Blok Beton Hexapod tipe A-Jack 1,67 Ton K-350
a. Pembuatan/ Perakitan
1. Pembuatan Blok Beton Armor tipe A-Jack 200 1,67 Ton K-350 24% PEKERJAAN UTAMA
Perakitan Blok Beton Armor tipe A-Jack 200 1,67 Ton K-350 di Lapangan
2. 8% PEKERJAAN UTAMA
Penumpukan

Pengangkutan Blok Beton Hexapod tipe A-Jack 200 1,67 Ton K-350 (dari
b.
Lap Penumpukan ke Titik Bongkar)
Pengangkutan Blok Beton Armor tipe A-Jack 200 1,67 Ton K-350 dari Pabrik ke
1.
Lapangan Penumpukan
- Pengangkutan unit A - Jack dari Pabrik ke Trailer Truck 4% PEKERJAAN UTAMA
- Handling di Stockyard per unit A - Jack 6%

2. Pekerjaan Blok Beton Armor tipe A-Jack 1,67 Ton K-350


1. Pekerjaan Pemecah Gelombang 4% PEKERJAAN UTAMA
2. Bagian Inti, Batu Pecah 170 - 200 Kg 38% PEKERJAAN UTAMA
3. Pelindung Kaki, Batu 250 - 300 Kg 6% PEKERJAAN UTAMA

PEKERJAAN PLESTERAN SIAR MATA SAPI 1 PC : 3 PS TEBAL 15 MM (P DUA SISI MIRING BANGUNAN = 820 M, L =
C.
2.65 M) DAN PEMBUATAN PELAT BETON K-250 (P = 820 M, L = 1,5 M t = 15 CM)
1. Pekerjaan Plesteran
Plesteran Siar Mata Sapi 1 Pc : 3 Ps tebal 15 mm (P dua sisi miring bangunan =
1. 0.32%
820 m, L = 2.65 m)

2. Pekerjaan Pelat Beton K-250


1. Pekerjaan Batu Pecah untuk Base Course 0.41%
2. Pemasangan Geotekstil 0.05%
3. Pembuatan Bekisting Lantai Beton 0.17%
4. Pembuatan Pelat Beton K-250 (P = 820 m, L = 1,5 m t = 15 cm) 0.91%
5. Pengangkutan Material antar Pulau 6.17% PEKERJAAN UTAMA

Anda mungkin juga menyukai