SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN KONSTRUKSI
SPESIFIKASI TEKNIS
Uraian Pendahuluan
1. Latar Belakang : Pelabuhan perikanan sebagaimana tercantum dalam UU nomor : 31
tahun 2004 tentang perikanan disebutkan bahwa pelabuhan perikanan
adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan disekitarnya dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
usaha perikanan. Pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan
(PPI) ke depan selain berfungsi sebagai tempat berlabuh atau bertambatnya
perahu/kapal perikanan guna mendapatkan hasil tangkapannya, membuat
perbekalan kapal serta sebagai basis kegiatan produksi, pengolahan,
pemasaran ikan dan pembinaan masyarakat perikanan juga diarahkan
untuk pengembangan industrialisasi pengembangan perikanan tangkap
dalam mendukung pengembangan sentra ekonomi perikanan berbasis
kawasan.
Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan
perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan usaha perikanan. Pelabuhan perikanan atau
pangkalan pendaratan ikan (PPI) ke depan selain berfungsi sebagai tempat
berlabuh atau bertambahnya perahu/kapal perikanan guna mendapatkan
hasil tangkapannya, membuat perbekalan kapal serta sebagai basis
kegiatan produksi, pengolahan, pemasaran ikan dan pembinaan
masyarakat perikanan juga diarahkan untuk pengembangan industrialisasi
pengembangan perikanan tangkap dalam mendukung pengembangan
sentra ekonomi perikanan berbasis kawasan.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang dikelilingi oleh perairan
yang luas, dengan sumberdaya laut dan ikan yang begitu banyak dan
melimpah membuat para nelayan penangkap ikan memerlukan suatu
tempat, agar dapat mendaratkan ikan hasil tangkapannya sebelum
mengalami kemunduran mutu, dan sebelum didistribusikan kepada para
pedagang dan konsumen yaitu Pelabuhan Perikanan. Pelabuhan perikanan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 31Tahun 2004 tentang
Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009 adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan
sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat
ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang perikanan.
Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi mendukung kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan,
mulai dari proses produksi sampai dengan pemasaran. Bentuk pelaksanaan
fungsi perikanan tersebut antara lain pelayanan tambat-labuh kapal
perikanan; pengawasan kapal perikanan; pelayanan bongkar muat hasil
tangkapan ikan; pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil
perikanan, pemasaran dan distribusi ikan; pendataan hasil tangkapan
perikanan; pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat
nelayan; pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan;
pelaksanaan kesyahbandaran dan keselamatan berlayar; pelaksanaan
fungsi karantina ikan, publikasi hasil riset kelautan dan perikanan,
pelaksanaan pemantauan wilayah pesisir, wisata bahari dan pengendalian
lingkungan.
Sesuai dengan kriteria teknis dan operasionalnya, pelabuhan
perikanan diklasifikasikan sebagai pelabuhan perikanan kelas D yang
disebut dengan Pangkalan Pendaratan Ikan. Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) Beba terletak di Desa Tamasaju, Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar. Pelabuhan perikanan PPI Beba merupakan kawasan
pengembangan ekonomi berbasis usaha penangkapan ikan yang
dikembangkan terintegrasi secara terpadu oleh pihak pemerintah yang
berwenang, swasta, masyarakat dan jaringan pengusaha perikanan.
Pelabuhan ini merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Kabupaten
Takalar dan menjadi zona inti kawasan minapolitan diantara pelabuhan-
pelabuhan perikanan yang ada di Kabupaten Takalar.
Pelabuhan Perikanan PPI Beba dalam menjalankan fungsinya
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dalam bidang pelayanan dan
pengusahaan perlu dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
fasilitas penunjang kelancaran kegiatan perikanan yang memadai dan
berfungsi dengan baik, berupa fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan
fasilitas penunjang/pendukung.
Salah satu fasilitas pokok yang sangat dibutuhkan saat ini di
pelabuhan PPI Beba adalah Break Water. Seperti diketahui bahwa pada
musim-musim barat kapal-kapal perikanan di pelabuhan perikanan Beba
sangat sulit melakukan aktivitas bongkar muat karena gelombang yang
cukup tinggi pada area kolam labuh. Untuk itu nelayan sangat
mengharapkan agar segera dibangun break water untuk melindungi kapal
perikanan dari hantaman gelombang pada saat berada dalam area kolam
labuh, baik pada saat istirahat maupun bongkar muat hasil tangkapan. Bila
memasuki musim barat maka sebagian besar kapal perikanan yang ada di
Kab. Takalar akan berlindung di muara Sungai Jeneberang Kab. Gowa
sampai berakhirnya musim barat.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan untuk Tahun Anggaran
2023 telah mengalokasikan anggaran yang bersumber dari Dana Alokasi
Khusus (DAK) untuk pekerjaan Pembangunan Break Water yang berlokasi
di PPI Beba Kabupaten Takalar.
a. Maksud
b. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Pembangunan Break Water di PPI Beba adalah
untuk melindungi aktivitas bongkar muat kapal perikanan dalam area
kolam pelabuhan dan fasilitas lainnya dari hantaman gelombang tinggi.
Sasaran kegiatan ini adalah terwujudnya Pembangunan Breakwater di
PPI Beba Kabupaten Takalar sesuai spesifikasi teknis dan dokumen
3. Sasaran : perencanaan yang dilaksanakan dengan memperhatikan kualitas dan
kuantitas dari pekerjaan tersebut.
Lokasi pekerjaan :
Lokasi
4. : Pelabuhan Perikanan Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara
pekerjaan
Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan:
APBD (DAK) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2023, Dinas
Sumber
5. Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai pagu:
Pendanaan : Rp.18.591.000.000,- (Delapan Belas Milyard Lima Ratus Sembilan
Puluh Satu Juta Rupiah)
Nama dan :
organisasi Nama KPA : IJAS FAJAR, S.STP., M.AP
6. Pejabat Satker/SKPD : UPT.Pelabuhan Perikanan Wilayah II
Pembuat Dinas Kelautan dan Perikanan Prov SulSel
Komitmen/KPA
1. Ruang lingkup pekerjaan :
A. Pekerjaan Persiapan :
Ruang Lingkup 1. Mobilisasi dan Demobilisasi
Pekerjaan dan 2. Stake out Posisi Pemecah Gelombang
7 Fasilitas 3. Biaya SMKK
Penunjang B. Pekerjaan Pemecah Gelombang (Unit A-Jack 200 1,67 ton K-350)
1. Pekerjaan Blok Beton Hexapot tipe A-Jack 1,67 Ton K-350, meliputi:
a. Pembuatan/Perakitan :
a.1 Pembuatan Blok Beton Armor tipe A-Jack 200 1,67 Ton K-350
a.2 Perakitan Blok Beton Armor tipe A-Jack 200 1,67 Ton K-350 di
Lapangan Penumpukan
b. Pengangkutan Blok Beton Hexapod tipe A-Jack 200 1,67 Ton
K-350 (dari Lap Penumpukan ke Titik Bongkar)
b.1 Pengangkutan Blok Beton Armor tipe A-Jack 200 1,67 Ton
K-350 (dari Pabrik ke Lapangan Penumpukan)
- Pengangkutan unit A - Jack dari Pabrik ke Trailer Truck
- Handling di Stockyard per unit A – Jack
2. Pekerjaan Blok Beton Armor tipe A-Jack 1,67 Ton K-350
Breakwater, meliputi :
a. Pekerjaan Pasangan Armor Pemecah Gelombang
b. Pekerjaan Bagian Inti Pemecah Gelombang, Batu Pecah 170 -
200 Kg
c. Pekerjaan Pelindung Kaki Pemecah Gelombang, Batu 250 -
300 Kg
d. Pengangkutan Materail antar pulau
Jangka Waktu
8. Pelaksanaan 210 (Dua Ratus Sepuluh) hari kalender
:
Pekerjaan
Masa
9.
Pemeliharaan : 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender
Umur Teknis
10 Perencanaan : 10 Tahun
. Bangunan
Jmla
Kualifikasi
h
orang
No Posisi bulan
Pendidikan Keahlian Peng
alam
an
I Tenaga Ahli
SKA Madya Ahli
Manajer Min S.1- Tehnik 7 O/B
1 5
Pelaksana/Proy T.Sipil Bangunan Lepas Tahun
k Pantai (209)
SKA Muda Ahli
2. Manajer Teknik Min S.1- teknik bangunan 7 O/B
3
T.Sipil lepaspantai (209) Tahun
(Quantity dan
Quality Control)
11 Personil 3 Manajer S1- Ekonomi 3 tahun 7 O/B
keuangan
4 K3 Konstruksi S.1-T.Sipil dibidang
3 tahun
konstruksi,
memiliki sertifikat
7 O/B
SKA Ahli Madya
(resiko tinggi)
atau ahli utama 0 tahun
K3 konstuksi
Keterangan:
1. Personil Managerial (Pelaksana, juru ukur, mandor dan petugas K3,
1 orang, kecuali juru ukur 2 org).
2. Setiap personil memiliki ijazah dan sertifikat SKT resmi yang asli,
CV dan referensi dari pengguna jasa.
3. Pengalaman kerja dihitung berdasarkan tahun anggaran tanpa
memperhatikan lamanya pelaksanaan konstruksi.
A. Peralatan Utama yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan :
No Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah Kondisi Status
Minimal
- Kecelakaan - Menempatkan
akibat material
penempatan ditempat yang
stok material aman dan
terutama batu sudah
yang tidak tepat ditentukan
- Tenggelam - Menggunakan
akibat tali / pengikat
terseret/terbaw pengaman sesuai
a arus dalam standar disaat
laut ketika menyelam
menyelam
14 Keluaran/ : Keluaran/produk yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan konstruksi
produk yang adalah terbangunnya Breakwater di PPI Beba Kab. Takalar sesuai
dihasilkan spesifikasi Teknis/Dokumen Perencanaan yang di persyaratkan.
15 Spesifikasi :
teknis A. SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
1.1 Umum
Pengukuran adalah suatu pekerjaan dengan menggunakan alat
ukur yaitu waterpass dan atau theodolite untuk mendapatkan
dimensi bangunan breakwater eksisting dan merupakan data
pendukung perhitungan MC-0 dan MC-100. Sedangkan setting out
adalah suatu pekerjaan pengukuran dengan tujuan meletakkan
patok-patok profil (pemasangan bowplank) seluruh/bangunan
sebagai acuan pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi.
b. Fasilitas Sanitasi
- Penyedia Jasa harus menyediakan toilet yang memadai
baik toilet khusus pria maupun toilet khusus wanita yang
diperkerjakan di dalam atau di sekitar tempat kerja serta
tempat sampah dengan kapasitas yang memadai.
- Jika Penyedia Jasa mempekerjakan sampai dengan 30
orang tenaga kerja, maka persyaratan minimumnya
adalah: 1 toilet terdiri dari 1 kloset.
- Jika Penyedia Jasa mempekerjakan wanita, toilet harus
disertai fasilitas pembuangan pembalut wanita.
- Toilet pria dan wanita harus dipisahkan dengan dinding
tertutup penuh. Toilet harus mudah diakses, mempunyai
penerangan dan ventilasi yang cukup, dan terlindung dari
cuaca. Jika toilet berada di luar, harus disediakan jalur
jalan kaki yang baik dengan penerangan yang memadai
di sepanjang jalur tersebut. Toilet harus dibuat dan
ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat menjaga
privasi orang yang menggunakannya dan terbuat dari
bahan yang mudah dibersihkan.
- Penyedia Jasa dapat menyediakan satu toilet jika: jumlah
pria dan setiap jumlah wanita kurang dari 10 orang; toilet
benar-benar tertutup; mempunyai kunci dalam; tersedia
fasilitas pembuangan pembalut wanita; tidak terdapat
urinal di dalam toilet tersebut.
- Dalam segala hal toilet harus menyediakan sekurang-
kurangnya air bersih dengan debit yang cukup dan
lancar, sistem plumbing yang memisahkan air bersih dan
air kotor serta pembuangannya melalui saluran drainase
dengan sanitasi baik.
c. Fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
d. Pemeliharaan Fasilitas
4. PEKERJAAN BETON
4.1 Umum
1. Uraian
Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen
Portland atau semen hidraulik yang setara, agregat halus, agregat
kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa
padat. Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini haras mencakup
pelaksanaan seluruh struktur beton bertulang, beton tanpatulangan,
beton prategang, beton pracetak, dan beton untuk struktur baja
komposit, sesuai dengan spesifikasidan gambar rencana atau
sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan ini
haras pula mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran
beton, pengadaan perawatan beton. Lantai kerja dan pemeliharaan
fondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan
agar fondasi tetap kering.
Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari
pekerjaan dalam kontrak harus seperti yangditunjukkan dalam gambar
rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Mutu
beton yangdigunakan dalam kontrak ini dibagi sebagai berikut.
4.2 Bahan
1. Semen
a. Semen yang dugunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland Tipe V yangmemenuhi SNI15-2049-2004 tentang semen
portland.
b. Semen tipe IA (Semen portland tipe I dengan air-entraining agent), IIA
(Semen Portland tipe II dengan airentraining agent), IIIA (semen
pertland tipe III dengan air-entraining agent), PPC(Portland Pozzolan
cement), dan PCC {portland composite cement) dapat digunakan
apabila diizinkan oleh Direksi Pekerjaan. Apabila haltersebut diizinkan,
maka Kontraktor harus mengajukan kembali rancangan beton sesuai
dengan mereksemen yang digunakan.
c. Di dalam satu proyek hanya dapat digunakan satu merek semen,
kecuali jika diizinkan oleh Direksi Pekerjaan. Apabila hal tersebut
diizinkan, maka Kontraktor harus mengajukan kembali rancangan
campuran beton sesuai dengan merek semen yang digunakan.
2. Air
Air yang digunakan unutk campuran, perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air harus diuji sesuai
dengan dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002
tentang Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton.
Apabila timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan karena
sesuatu sebab pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka
harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan
pasir standar dengan memakai air yang diusulkan dan dengan
memakai air murni hasil sulingan. Air yang diusulkan dapat digunakan
apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 (tujuh) hari
dan 28 (dua puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan minimum 90%
dari kuat tekan mortar denagn air suling untuk periode umur yang
sama. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan.
3. Agregat
a. Ketentuan gradasi agregat
• Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan dalam tabel 2. Tetapi ataspersetujuan Direksi Pekerjaan,
bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut masih
dapatdigunakan apabila memenuhi sifat-sifat campuran diisyaratkan
yang dibuktikan oleh hasil campuranpercobaan.
Tabel 2 Ketentuan Gradasi Agregat
Ukuran Saringan Persen berat yang lolos untuk agregat
2 50,8 - 100 - - - -
1½ 38,1 - 95 – 100 100 - - -
1 25,4 - - 95 - 100 100 - -
¾ 19 - 35 – 70 - 90 – 100 100 -
½ 12,7 - - 25 – 60 - 90 - 100 100
3/8 9,5 100 10 – 30 - 20 - 55 40 – 70 95 – 100
#4 4,75 95 -100 0-5 0 - 10 0 - 10 0 - 15 30 – 65
#8 2,36 80 - 100 - 0-5 0-5 0-5 20 – 50
#16 1,18 50-85 - - - - 15 -40
#50 0,300 10 - 30 - - - - 5 – 15
#100 0.i50 20 - okt - - - - 0-8
4. Baja Tulangan
Mutu tulangan yang digunakan agar mengikuti aturan sebagai berikut:
a) Tulangan baja diameter ≥ D 13 mm menggunakan tulangan ulir BJTD
40.
b) Tulangan baja diameter ≤ Ø 12 mm menggunakan tulangan polos
BJTP 24.
Untuk baja polos diperkenankan untuk tulanga spiral atau tendon.
Tulangan yang terdiri dari profil baja structural, pipa baja, atau tabung
baja dapat digunakan sesuai dengan persyaratan di bawah ini:
a. Baja tulangan polos
Tulangan polos untuk tulangan spiral harus memenuhi persyaratan
“Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan
beton” (ASTM A 615M), “Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan
polos untuk penulangan beton” (ASTM A 615M) atau “Spesifikasi untuk
baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan beton” (ASTM A 706M).
b. Kawat polos untuk tulangan spiral harus memenuhi “Spesifikasi
untuk kawat tulangan polos untuk penulangan beton” (ASTM A 82),
kecuali bahwa untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh fyyang
melebihi 400 MPa, maka fyharus diambil sama dengan nilai tegangan
pada regangan 0,35%, bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam
perencanaan melampaui 400 MPa.
c. Kait standar
Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- Bengkokan 180° ditambah perpanjangan 4db,tapi tidak kurang dari 60
mm, pada ujung bebas kait.
- Bengkokan 90° ditambah perpanjangan12dbpada ujung bebas kait.
- Untuk sengkang dan kait pengikat:
a) Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° ditambah
perpanjangan 6dbpada ujung bebas kait, atau
b) Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah perpanjangan
12dbpada ujung bebas kait, atau
c) Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° ditambah
perpanjangan 6dbpada ujung bebas kait.
d. Diameter bengkokan minimum
Diameter bengkokan minimum yang diukur pada bagian dalam batang
tulangan tidak boleh kurang dari nilai dalam tabel berikut:
Ukuran tulangan Diameter minimum
D-10 sampai dengan D-25 6db
D-29, D-32, dan D-36 8db
D-44 dan D-56 10db
e. Cara pembengkokan
Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali
bila diizinkan lain oleh direksi. Tulangan yang sebagian yang sudah
tertanam di dalam beton tidak boleh dibengkokkan di lapangan,
kecuali seperti yang ditentukan pada gambar rencana, atau diizinkan
oleh direksi.
f. Kondisi permukaan baja tulangan
Pada saat beton dicor, tulangan harus bebas dari lumpur, minyak, atau
segala jenis zat pelapis bukan logam yang dapat mengurangi
kapasitas lekatan.
g. Penempatan tulangan
Tulangan harus ditempatkan secara akurat dan ditumpu secukupnya
sebelum beton dicor, dan harus dijaga agar tidak tergeser melebihi
toleransi sebagai berikut.
(3) Di dalam lingkungan yang korosif atau lingkungan lain yang merusak,
tebal selimut beton harus ditingkatkan secukupnya, dan kepadatan
serta kekedapan selimut beton harus diperhatikan, atau harus
diadakan bentuk perlindungan yang lain.
5.2. Produk
1. Umum
Geometri dari unit armor beton A-JACKS terdiri dari enam lengan
membentang dari hub pusat. Sebuah unit lengkap terdiri dari dua bagian
identik, dengan setengah masing terdiri dari inti pusat dengan tiga kaki
memancar keluar pada jarak yang sama. Pada tiap setengah bagian,
kedua fillet yang terletak di antara lengan yang berdekatan. fillet ini
memberikan kekuatan struktural tambahan dan bantuan dalam
penempatan yang tepat dari unit armor. Ketika
belahan simetris saling bertautan, unit yang dihasilkan akan memiliki
geometri, yang menunjukkan enam lengan sama spasi, dengan masing-
masing lengan spasi pada 90 derajat dari empat lengan yang
berdekatan. Ketika ditempatkan dalam konfigurasi yang paling stabil,
setiap unit akan beristirahat pada tiga dari enam lengan.
2. Unit Armor Beton
a. Ruang Lingkup
Spesifikasi ini mencakup besi beton dan material beton
b. Material Unit A-Jacks 1,67 ton akan diproduksi dengan menggunakan
beton precast dengan mutu beton K-350
Bahan semen - Bahan harus sesuai dengan spesifikasi ASTM berikut
berlaku:
Portland Semen – Spesifikasi C 150, untuk Portland Semen
Adukan Semen - Spesifikasi C 595, untuk Adukan Semen hidrolik.
Jenis Lime Terhidrasi - Spesifikasi C 207, untuk Jenis Terhidrasi Kapur.
Pozzolans - Spesifikasi C 618, untuk Abu terbang dan pozzolans Alam
mentah atau dikalsinasi untuk digunakan dalam Beton Semen Portland.
Agregat harus sesuai dengan spesifikasi ASTM berikut, kecuali bahwa
persyaratan penilaian tidak diberlakukan
Berat Normal - Spesifikasi C 33, untuk Agregat Beton.
BahanGrouting – digunakan untuk perakitan unit A-Jacks Unit
Grout– Utilize for assembling 48” A-Jacks Units
a. Pencetakan
Unit-unit beton akan diproduksi dengan metode pencetakan kering. Unit
pencetakan kering memperoleh kekuatan dalam durasi yang lebih singkat
serta peningkatan kualitas daya tahan dan keseluruhan produk. Bahan dan
pembuatan standar akan sesuai dengan ASTM D6684-04.
Pencetakan A-Jack dilakukan di Lokasi untuk Pabrikasi, setelah dilakukan
pencetakan dan umur beton cukup maka A-jack dapat di pindahkan ke Stok
yard/Stok Pile dengan menggunakan alat bantu.
b. Instalasi A-Jack
Setelah umur beton A-Jack cukup maka dapat dilakukan penggabungan A-
Jack, dimana didalam instalasi/penggabungan A-Jack menggunakan
material grouting. Untuk proses instalasi/penggabungan A-Jack dilakukan
sedemikan rupa sehingga memudahkan didalam pemindahan menuju
lokasi pemasangannya di breakwater.
c. Persyaratan fisik
Pada saat pengiriman ke tempat kerja, unit harus memenuhi
persyaratan fisik yang ditentukan dalam Tabel 5 di bawah ini;
TABLE 5 Persyaratan Fisik A-Jacks
Compressive Strength Water Absorption
3
Net Area Max., lb/ft
Min. psi
Avg. of Individual Unit Avg. of Individual Unit
3 units (min. required) 3 units
4000 3,500 9.1 11.7
Unit harus diambil sampelnya dan diuji sesuai dengan ASTM, C 140
Metode Uji Standar Sampling dan Alat Pengujian Beton.
d. Inspeksi Visual
Semua unit harus utuh dan bebas dari cacat yang akan mengganggu
penempatan yang tepat dari unit atau mengganggu kinerja sistem.
Permukaan retak terkait dengan metode pembuatan, atau permukaan
chipping dihasilkan dari metode penanganan dalam pengangkutan dan
pengiriman, tidak akan dianggapsebagai alasan penolakan.
Kedalaman retak melebihi 0,25 inci (0,635 cm) lebar dan / atau 1,0 inci
(2,54 cm) dianggap alasan untuk penolakan.
Chipping yangmengakibatkan penurunan berat melebihi 10% dari
berat rata-rata unit beton dianggap alasan untuk penolakan.
A-Jacks ditolak sebelum pengiriman dari titik pembuatan harus diganti
dengan biaya kontraktor. A-Jacks ditolak di tempat kerja harus diperbaiki
dengan grouting struktural atau diganti dengan biaya kontraktor.
e. Sampel dan Pengujian
Direksi harus diberikan fasilitas untuk memeriksa dan sampel unit di tempat
pembuatan dari banyak siap untuk pengiriman.
Prosedur instalasi Lapangan harus sesuai dengan prosedur yang
digunakan selama prosedur pengujian hidrolik dari sistem yang
direkomendasikan. Pembatasan semua sistem dan komponen pendukung
(seperti media drainase sintetis) akan dipekerjakan karena mereka selama
pengujian. Misalnya, jika instalasi pengujian hidrolik memanfaatkan lapisan
drainase maka instalasi lapangan harus menggunakan lapisan drainase,
instalasi tanpa lapisan drainase tidak akan diizinkan.
f. Fabrikasi
Beton A-Jacks harus mengikuti karakteristik nominal berikut :
Tabel 6 Standar ukuran A-Jacks
Fillet Arm
A-JACK Total Length Volume Weight
Length Width
Model (mm) (m3) (kg)
(mm) (mm)
AJ-1.3 2000 240 480 0.512 1670
Pengujian tambahan, harus ditanggung oleh Kontraktor
5.3. Pelaksanaan
1) Persiapan
Landasan untuk dudukan unit A-Jack harus dalam keaadaan rata
sebelum unit A-Jack dipasang. Sebelum dilakukan pemasangan unit
A-Jack, telah dilakukan pengukuran elevasi posisi permukaan
landasan dan telah dilakukan pemasangan bowplank sebagai rujukan
ukuran penempatan unit A-Jack. Seluruh permukaan yang disiapkan
harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
2) Penempatan A-Jack
a. Penempatan unit A-Jack dilakukan satu demi satu atau dalam
kesatuan bundle tergantung kemampuan alat angkat. Untuk
penempatan dilakukan dengan cara dalam kesatuan bundle,
diangkat menggunakan rangka angkat/Crane.
b. Unit A-Jack disusun dalam posisi seragam sehingga membentuk
susunan yang saling mengkait dengan porositas yang tinggi.
c. Jumlah, posisi dan arah penyusunan tiap satuan luas ditunjukkan
dalam gambar kontrak.
6. Pekerjaan lain-Lain
6.1 Program Pelaksanaan dan Laporan
Kontraktor harus melaksanakan Program Pelaksanaan sesuai dengan
syarat-syarat Kontrak dengan menggunakan CPM network. Program
tersebut harus dibuat dalam dua bentuk yaitu bar-chart dan daftar yang
memperlihatkan setiap kegiatan :
Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pembersihan Lokasi Pekerjaan 0.03%
2. Mobilisasi dan Demobilisasi 2% PEKERJAAN UTAMA
3. Stake out Posisi Pemecah Gelombang 0.05% PEKERJAAN UTAMA
4. Biaya SMKK 0.17%
Pengangkutan Blok Beton Hexapod tipe A-Jack 200 1,67 Ton K-350 (dari
b.
Lap Penumpukan ke Titik Bongkar)
Pengangkutan Blok Beton Armor tipe A-Jack 200 1,67 Ton K-350 dari Pabrik ke
1.
Lapangan Penumpukan
- Pengangkutan unit A - Jack dari Pabrik ke Trailer Truck 4% PEKERJAAN UTAMA
- Handling di Stockyard per unit A - Jack 6%
PEKERJAAN PLESTERAN SIAR MATA SAPI 1 PC : 3 PS TEBAL 15 MM (P DUA SISI MIRING BANGUNAN = 820 M, L =
C.
2.65 M) DAN PEMBUATAN PELAT BETON K-250 (P = 820 M, L = 1,5 M t = 15 CM)
1. Pekerjaan Plesteran
Plesteran Siar Mata Sapi 1 Pc : 3 Ps tebal 15 mm (P dua sisi miring bangunan =
1. 0.32%
820 m, L = 2.65 m)