1
Daftar Isi
1. PEKERJAAN PERSIAPAN .................................................................................... 1
1.1 Mobilisasi dan Demobilisasi .......................................................................... 1
1.1.1. Umum ............................................................................................................... 1
1.1.2. Cara Pelaksanaan ............................................................................................ 1
1.1.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran ................................................................. 2
1.1.4. Prinsip pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ......................... 2
1.2 Penyelenggaraan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 ........................... 2
1.2.1 Umum ............................................................................................................... 2
1.2.2 Cara Pelaksanaan ............................................................................................ 2
1.2.3 Cara Pengukuran dan Pembayaran ................................................................. 3
2. PEKERJAAN TANGGUL TANAH .......................................................................... 4
2.1 Pembersihan dan Striping/ Kosrekan ........................................................... 4
2.1.1. Umum ............................................................................................................... 4
2.1.2. Cara Pelaksanaan ............................................................................................ 4
2.1.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran ................................................................. 5
2.1.4. Prinsip pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tetap ................ 5
2.2 Timbunan Tanah Dihampar dan Dipadatkan ................................................ 5
2.2.1 Umum ............................................................................................................... 5
2.2.2 Cara Pelaksanaan ............................................................................................ 6
2.2.3 Cara Pengukuran dan Pembayaran ................................................................. 8
2.2.4 Prinsip pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tetap ................ 8
2.3 Finishing Badan Tanggul ............................................................................... 9
2.3.1. Umum ............................................................................................................... 9
2.3.2. Cara Pelaksanaan ............................................................................................ 9
2.3.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran ................................................................. 9
2.3.4. Prinsip pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tetap .............. 10
3. PEKERJAAN PERKUATAN TEBING .................................................................. 10
3.1. Pembuatan blok beton terkunci K-225 terkunci berat 0,4 Ton...................... 10
3.2. Pemasangan Armor Blok beton terkunci Berat 0,4 Ton menggunakan
Excavator ........................................................................................................... 23
SPESIFIKASI TEKNIK
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 Mobilisasi dan Demobilisasi
Satuan Pekerjaan Mobilisasi dan Nomor Pembayaran :
(Ls) Demobilisasi 1.1
1.1.1. Umum
Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi adalah
semua kegiatan yang berhubungan dengan transportasi
peralatan yang akan dipergunakan dalam melaksanakan
paket pekerjaan. Penyedia jasa harus sudah bisa
memperhitungkan semua biaya yang diperlukan dalam
rangkaian kegiatan untuk mendatangkan peralatan dan
mengembalikannya nanti bila pekerjaan telah selesai ke
tempat semula.
1
• Semua peralatan yang telah berada di lokasi
pekerjaan, bila sudah tidak diperlukan, dapat
dipindahkan dari areal pekerjaan dengan seijin direksi.
3
2. PEKERJAAN TANGGUL TANAH
2.1 Pembersihan dan Striping/ Kosrekan
Satuan Pembersihan dan Nomor Pembayaran
Pekerjaan (m2) Striping/ Kosrekan : 2.1
2.1.1. Umum
Pekerjaan kosrekan adalah pekerjaan yang dilaksanakan
dengan menggunakan alat Bulldozer. Dengan membersihkan
akar-akar dan semak belukar termasuk pohon-pohon yang
dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan dan juga dengan
melakukan pengerukan atau kosrekan tebal 20 cm.
4
2.1.3. Cara Pengukuran dan Pembayaran
a. Pengukuran pekerjaan kosrekan ini berdasarkan luas yang
tertera pada Gambar atau yang ditentukan oleh direksi.
b. Pembayaran pekerjaan kosrekan ini berdasarkan satuan
meter bujur sangkar (m2) sesuai yang tercantum dalam
daftar kuantitas dan harga. Harga satuan untuk pekerjaan
kosrekan telah mencakup pembuangan yang ditentukan
oleh direksi.
c. Pembayaran untuk pekerjaan ini termasuk biaya pengadaan
material, upah, buruh, peralatan, dan semua yang
diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan ini.
2.2.1 Umum
Material timbunan harus memenuhi semua persyaratan
material timbunan yang disyaratkan, yang perlu diperhatikan
yaitu grain size distribution, kadar air, kebersihan dari bahan
organik dan sumber material itu sendiri. Dan memiliki ijin usaha
pertambangan operasi produksi yang dikeluarkan oleh Instansi
yang berwenang.
• Referensi
Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI) serta standar berikut, merupakan uraian
lebih lanjut dan merupakan bagian yang menyatu dengan
spesifikasi ini.
a. SNI 1743 : 2008 Cara uji kepadatan berat untuk
tanah
b. SNI 1965 : 2008 Cara uji penentuan kadar air untuk
tanah dan batuan
c. SNI 1966 : 2008 Cara uji penentuan batas plastis
dan indeks plastisitas tanah
5
d. SNI 1967 : 2008 Cara uji penentuan batas cair tanah
e. SNI 6872 : 2015 Metode uji kepadatan tanah dan
batuan di lapangan dengan cara penggantian air
pada sumur uji (ASTM D 5030-04 standard test
method for density of soil and rock in place by the
water replacement method in a test pit)
f. ASTM D 1556 : (metode pengujian standar untuk
kepadatan tanah dan kepadatan lapangan dengan
menggunakan sand-cone) penentuan kepadatan
tanah dilapangan dengan menggunakan sand-cone.
b. Timbunan tanah
1) Timbunan harus ditempatkan pada garis-garis dan
profil-profil yang ditunjukkan dalam gambar atau
diperintahkan oleh Direksi.
2) Bahan-bahan yang berupa tumbuh-tumbuhan lapuk,
tonggak, dan bahan-bahan organik atau yang dapat
membusuk lainnya, atau batu-batuan besar yang
lebih besar dari 100 mm tidak boleh digunakan
sebagai bahan timbunan.
3) Kerusakan pada bangunan yang ada, yang
diakibatkan oleh cara kerja Penyedia dalam
melakukan pekerjaan timbunan, menjadi tanggung
jawab Penyedia.
c. Penghamparan
6
1) Material timbunan dihampar lapis demi lapis dan
apabila dibutuhkan disiram air dengan water tank
truck, dengan tebal lapisan tidak lebih dari 50 cm,
2) Masing-masing lapis penghamparan disesuaikan
dengan ukuran atau profil rencana tanggul
3) Setiap kali akan menebarkan lapis berikutnya pada
pekerjaan lapisan sebelumnya harus sudah
dipadatkan terlebih dahulu.
d. Pemadatan
1) Sebelum tanah timbunan untuk lapisan pertama dari
suatu pekerjaan timbunan dihamparkan, permukaan
tanah untuk lokasi tanggul harus disiapkan dalam
dokumen ini, dan harus diperiksa kadar airnya
sebelum dipadatkan dengan cara yang telah
ditentukan dalam melaksanakan pekerjaan
timbunan pada lokasi tersebut.
2) Tanah timbunan harus dihamparkan lapis demi lapis
sacara horizontal menggunakan Bulldozer dengan
hasil ketebalan dari setiap lapisan tidak lebih dari 30
cm, dalam segala hal kecuali ditentukan lain dari
hasil percobaan pemadatan sebagai yang
disebutkan di atas atau diperintahkan oleh Direksi.
Dalam melanjutkan pembuatan tanggul tidak
diizinkan dengan cara menuangkan tanah timbunan
dari atas. Tanah timbunan yang masih berbentuk
bongkahan atau gumpalan harus dihancurkan
dengan seksama dengan memakai alat pemecah
yang seusai dan kelembamannya harus selalu
diawasi dengan teliti sedemikian rupa agar tercapai
kualitas yang cukup tinggi.
3) Tanah timbunan yang telah siap atau yang telah
dihamparkan dipadatkan menggunakan Vibrator
Roller sampai kepadatan telah ditentukan,
sebagaimana dari hasil percobaan pemadatan
tanah atau yang diperintahkan oleh Direksi, maka
peralatan atau alat-alat lain yang dioperasikan
secara manual tidak akan diizinkan dipergunakan
kecuali ditentukan atau diperintahkan oleh Direksi.
4) Kandungan air dari tanah timbunan harus dijaga
sedemikian rupa, baik secara pengeringan alami
atau dengan pembasahan memakai alat semprot
Water Tank. Pemadatan harus alat pemadat,
penggetar Vibrator Roller sehingga menghasilkan
kepadatan kering (Dry Density) tanah hasil
7
pemadatan tidak dizinkan kurang dari 95% dari hasil
pemadatan laboratorium ASTM D 1556.
5) Apabila menurut pendapat Direksi, hasil pemadatan
kering yang dilaksanakan sesuai dengan keadaan
lapangan lebih kecil dari 95% dari pemadatan kering
yang dilaksanakan menurut ASTM D 1556 sekalipun
Penyedia Jasa telah mengikuti semua langkah yang
tercantum dalam spesifikasi, maka Direksi atas
pendapatnya dapat menerima tidak kurang dari 90%
dari pemadatan kering maksimum untuk pemadatan
khusus pada timbunan ini. Pengujian kepadatan
menurut ASTM D 1556 akan selalu dilakukan oleh
Direksi selama pemadatan berlangsung.
Dipadatkan menggunakan
rambu
peringatan
brikade dan
menyiapkan
Kotak P3K
2.3.1. Umum
Finishing Badan Tanggul adalah pekerjaan perapihan
timbunan pada sisi kanan dan kiri badan tanggul tanah dengan
menggunakan alat berat excavator sesuai dengan petunjuk
Direksi Lapangan.
9
b. Pembayaran pekerjaan Finishing Badan Tanggul ini
berdasarkan satuan meter kubik (m3) sesuai yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
c. Pembayaran untuk pekerjaan ini termasuk biaya upah,
buruh, peralatan, dan semua yang diperlukan untuk
penyelesaian pekerjaan ini.
3.1.1.1. Umum
a. Pekerjaan Pembuatan blok beton terkunci K-225 berat 0,4 Ton
ini meliputi Pekerjaan Beton K-225
b. Pekerjaan Pembuatan blok beton terkunci K-225 berat 0,4 Ton
memiliki bentuk ukuran Tinggi = 0,90 meter & Lebar 0,90
meter sesuai gambar kerja.
c. Pekerjaan Pembuatan blok beton terkunci K-225 berat 0,4 Ton
ini meliputi kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja,
bahan, perlengkapan dan penyelenggaraan yang berkaitan
dengan pekerjaan penyediaan material pasir, semen, batu
split, besi hingga pemasangannya pada posisi yang
ditunjukkan dalam gambar kerja.
d. Semua mutu beton harus disesuaikan dengan persyaratan
“Standar Nasional Indonesia Spesifikasi Beton Bertulang
Kedap Air” SNI 03-2914-1992.
10
e. Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing-masing
bagian dari pekerjaan haruslah seperti yang ditentukan dalam
gambar atau oleh Direksi.
b. Semen
Semen yang digunakan untuk konstruksi beton bertulang pada
umumnya dari jenis semen PCC produksi dalam negeri dan
memenuhi persyaratan SNI 15-7064-2004.
Penyedia jasa harus mempergunakan semen PCC hanya
dalam satu merek. Semen harus dijaga terhadap pengaruh
hujan dan kelembaban serta pengaruh-pengaruh lain yang
dapat menjadikan rusak sebelum dipergunakan.
Semen yang digunakan untuk seluruh pekerjaan harus
diproduksi oleh pabrik yang disetujui oleh direksi secara tertulis.
Semen tersebut harus semen PCC biasa sesuai dengan
ketentuan dan harus kering serta tidak ada yang menggumpal
dan mengeras.
Semen harus dikemas dalam kantong. Kantong semen harus
cukup kuat untuk menerima perlakukan kasar dalam
pengangkutan oleh tenaga manusia. Nama dan cap pabrik, tipe
semen, tahun dan bulan pembuatan, serta berat bersih harus
tertera dengan jelas pada setiap kantong.
c. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton tidak boleh
mengandung minyak, alkali, garam-garam, bahan-bahan
organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton, baja
tulangan atau jaringan kawat baja untuk itu sebaiknya dipakai
air bersih.
11
d. Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus yang digunakan adalah pasir dengan butir butir
tajam, keras, bersih dan tidak mengandung bahan bahan
organik. Dan memiliki ijin usaha pertambangan operasi
produksi yang dikeluarkan oleh Instansi yang berwenang.
Ukuran pasir harus sesuai dengan pengujian sebagai berikut:
Sisa di atas ayakan 4 mm, minimum 2 % berat
Sisa di atas ayakan 1 mm, minimum 10 % berat
Sisa di atas ayakan 0,25 mm, berkisar antara 80 % dan 90 %
berat
Kadar lumpur maksimum 5 % berat
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk
semua mutu beton kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari
Lembaga Pemeriksaan Bahan-Bahan yang diakui.
f. Pencampuran Beton
Perbandingan Campuran Beton harus terdiri dari semen, bahan
pengisi (agregat), air dan bahan tambahan, bila diijinkan,
diaduk dengan sempurna, untuk mendapatkan kekuatan yang
ditentukan. Beton diklasifikasikan berdasarkan kekuatan tekan
pada 28 (dua puluh delapan) hari dengan penggunaan ukuran
agregat maksimum seperti terlihat dibawah ini :
Kekuatan tekan Ukuran
Perbandingan
yang ditentukan Agregat
Tipe Campuran Beton air/semen
pada umur 28 hari Maksimum
maksimum (%)
(kg/cm2) (mm)
A (K-225) 225 40 (20) 50
12
harus terletak diantara nilai-nilai batas seperti terlihat dibawah
ini, setelah beton dituang.
Tipe Batas-batas
Tipe Konstruksi Terbesar
Campuran slump (cm)
Tipe A Bagian-bagian beton pracetak 12,5 – 5,0
g. Pengecoran
Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan pekerjaan
persiapan, telah sempurna dikerjakan dan disetujui oleh Direksi.
Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan penunjang siap
dipakai, material dan pekerja harus sudah berada di tempat
pengecoran.
Permukaan sebelah dalam dari acuan harus sudah dibersihkan
dari bahan bahan lepas, kotoran kotoran maupun potongan
kawat/besi.
Pelaksanaan Pengecoran
• Sebelum pengecoran beton, harus dilakukan persiapan
sedemikian rupa sehingga dalam semua keadaan adukan
beton dapat diangkat dengan lancar dan ditempatkan pada
13
posisi yang diperlukan tanpa perlu adanya pengangkutan
lebih lanjut serta tidak terjadi pemisahan bahan-bahan.
• Beton tidak boleh diangkut dengan talang miring atau
dijatuhkan dari tempat pengadukan atau dengan cara lain
kecuali dengan persetujuan direksi yang dapat
memerintahkan adukan beton dijatuhkan ke atas bak
penampung.
• Tempat dimana beton akan dituang harus dijaga agar bebas
dari genangan air selama pelaksanaan pengecoran, kecuali
ada persetujuan lain dari direksi. Aliran air yang melintas
atau masuk ketempat pekerjaan tersebut harus diamankan
sebelum proses pengecoran beton dimulai. Jika pengecoran
dalam genangan air tidak dapat dihindari dan telah didapat
persetujuan khusus dari direksi, adukan beton harus
dituangkan melalui pipa. Ketentuan khusus tentang bagian-
bagian campuran dan tata cara pengecoran dapat ditentukan
oleh direksi dan penyedia jasa tidak berhak atas kompensasi
biaya yang diakibatkannya.
• Sebelum melanjutkan pengecoran beton pada pekerjaan
yang dilaksanakan terdahulu, yang kemudian diistrahatkan
atau dihentikan, permukaan dan ujungnya harus dikasarkan
dengan sempurna dengan menggunakan pahat yang tajam
sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi lapisan kulit yang
lunak. Permukaan yang dikasarkan tersebut harus
dibersihkan dengan sempurna dengan penyemprotan angin
dan air atau cara-cara lain yang disetujui, disikat dan disiram
sesaat sebelum proses pengecoran lapisan beton berikutnya
dilaksanakan. Biaya untuk semua pengkasaran permukaan
tersebut harus dianggap telah termasuk dalam harga-harga
satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
• Beton untuk pekerjaan beton bertulang harus dicor dalam
jumlah sedikit-sedikit, dalam keadaan dapat dibentuk dengan
perbandingan air semen sedemikian rupa untuk mencapai
kekuatan yang ditentukan.
• Pengecoran beton dalam bagian-bagian tersendiri harus
dilaksanakan terus menerus tanpa berhenti sampai batas
sambungan yang disetujui sebelumnya, atau sampai bagian
tersebut selesai dan harus diselesaikan dengan cara
sedemikian rupa sehingga bagian-bagian sambungan harus
monolit, kecuali ada ketentuan lain.
• Beton bervolume besar harus dilaksanakan dalam bagian-
bagian yang terlebih dahulu dianjurkan atau disetujui oleh
direksi dan harus dikerjakan secara terus menerus tanpa
berhenti sampai selesai dalam setiap bagiannya dan tidak
diijinkan untuk istrahat selama pekerjaan berjalan. Apabila
14
diperlukan bekerja diluar batas jam kerja biasa untuk
terpenuhinya kondisi tersebut di atas, penyedia jasa harus
sudah memperhitungkannya dalam harga-harga satuan
beton di dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
• Pengerjaan Beton Tidak Diijinkan Dalam Cuaca Tidak
Memungkinkan
• Pengerjaan beton tidak diijinkan selama ada badai atau
hujan lebat. Semua bahan beton dan perlengkapan
instalasinya harus dilindungidengan baik terhadap akibat
terjadinya badai atau angin kencang
• Campuran Yang Sudah Mengeras Tidak Boleh Digunakan
• Dalam kejadian apapun campuran yang sudah mengeras
tidak boleh digunakan.
• Direksi berhak menolak beton dalam beberapa kejadian
sebagai berikut:
• Jika pelaksanaan pengadukan tidak dapat dimulai dalam 30
menit setelah semen dituangkan kedalam agregat.
• Jika lebih dari 30 menit telah dilampaui antara adukan yang
telah masak dikeluarkan dari alat pengaduk dengan
pengecorannya tanpa pengaduk lagi.
• Jika telah dilampaui dari 1,5 jam antara penuangan semen
pada agregat dan pelaksanaan pengecoran beton.
• Jika slump dari beton telah menyusut lebih dari 2,5 cm atau
cukup besar menurut anggapan direksi, selama jangka
waktu mulai matangnya beton sampai pengecoran beton.
h. Pemadatan
• Selama pengecoran beton harus dipadatkan dengan alat
pemadat (concrete vibrator). Ketelitian dalam hal pemadatan
perlu diperhatikan agar supaya sudut-sudut, sela-sela
diantara terisi dan disekeliling terpenuhi. Semua rongga-
rongga/gelembung udara tidak boleh terjadi pada
pemadatan.
• Harus diperhatikan agar penggetaran/pemadatan tidak
terlalu lama yang dapat mengakibatkan pemisahan bahan-
bahan (segregation).
15
j. Perawatan
• Beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap
hujan dan panas matahari serta kerusakan kerusakan
lainnya yang disebabkan oleh gaya gaya sentuhan sampai
beton telah menjadi keras. Permukaan beton harus
diusahakan tetap dalam keadaan lembab, dengan cara
menutupinya dengan karung karung basah atau
menggenangi air sampai selama paling sedikit 2 minggu.
• Pada hari hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses
pengerasan tidak boleh diganggu. Tidak diperkenankan
untuk mempergunakan lantai yang belum cukup mengeras
sebagai tempat timbunan bahan bahan atau sebagai jalan
untuk mengangkut bahan bahan yang berat. Permukaan
beton yang selesai sesudah beton mulai mengeras harus
segera ditutup dengan karung-karung basah agar beton
tetap lembab dan mengeras dengan sempurna.
Catatan : Beton yang menggunakan semen biasa dan tidak
memakai bahan pembantu pembasahan dilakukan selama
minimum 7 hari.
• Beban hanya dapat diizikan melewatinya setelah beton
berumur 30 hari atau sampai waktu yang ditentukan oleh
direksi.
k. Pembongkaran Bekisting
Bekisting tidak diperbolehkan untuk dibuka kecuali atas
petunjuk direksi. Dalam memberikan persetujuannya, direksi
akan memperhitungkan kekuatan konstruksi untuk menahan
berat sendiri dan beban beban selama pelaksanaan
sedemikian sehingga tegangan beton dapat ditampung
seluruhnya berdasarkan kekuatan kubus test pada umur yang
sama dengan masa mulai selesainya pengecoran sampai
waktu pembongkaran acuan, pada umumnya dapat dibongkar
setelah beton berumur 24 jam.
16
diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian dirawat
sesuai dengan perawatan di laboratorium)
3.1.2.1. Umum
Potongan melintang dari setiap batang tulangan yang akan
digunakan harus mempunyai bentuk yang tetap dengan diameter
yang sama pada setiap titik sepanjang batang tersebut. Diameter
rata-rata tulangan-tulangan yang dipilih dari contoh setiap kiriman
dengan ukuran yang sama dari setiap tulangan beton yang
dikirimkan kelokasi pekerjaan, tidak boleh lebih besar atau lebih kecil
dari 2 (dua) persen dari diameter yang ditentukan. Tulangan-
tulangan harus bebas dari sisik, minyak, karat, kotoran dan
kerusakan-kerusakan struktur. Jika diperlukan oleh direksi, penyedia
17
jasa harus menyampaikan 3 (tiga) copy keterangan teknis (mill-
sheet) tentang baja-baja tulangan yang dikeluarkan oleh pabriknya
untuk mendapat persetujuan direksi sebelumnya. Setiap pengiriman
dan pemeriksaan di lokasi harus dilakukan oleh direksi berdasarkan
spesifikasi dan keterangan teknis (mill-sheet) di atas.
18
d. Jika tulangan beton telah dipasang dan telah siap untuk
dilakukan pengecoran, maka harus diperiksa dulu oleh direksi
dan tidak boleh dilakukan pengecoran sampai tulangan beton
telah disetujui. Penyedia jasa harus melaporkan kepada Direksi
selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sebelumnya,
tentang maksudnya untuk meminta dilakukan pemeriksaan atas
penulangan yang telah disiapkan.
− Diameter 12
tulangan (mm)
− Diameter 10
begel (mm)
g. Selimut Beton
Selimut beton minimum diukur dari sisi luar batang tulangan
harus sesuai dengan gambar atau daftar dibawah ini:
Selimut
Jenis Pekerjaan Beton
Minimum
(cm)
Bangunan yang masuk dalam tanah atau 5,0
1.
nampak dan terpengaruh cuaca atau kena
.
gerusanBangunan yang masuk dalam tanah
atau nampak dan terpengaruh cuaca atau
kena gerusan
Selimut beton dalam semua hal, paling tidak harus sama dengan
diameter batang tulangan
3.1.3. Bekisting
Satuan
Nomor Pembayaran :
Pekerjaan Bekisting
3.1.c
(buah)
3.1.3.1. Umum
Bekisting beton adalah konstruksi cetakan terbuat dari kayu (phenol
film), baja atau beton precast yang digunakan untuk membentuk
beton muda agar bila telah mengeras mencapai dimensi dan
kedudukan seperti yang telah tercantum dalam gambar. Acuan
beton harus direncanakan sedemikian sehingga pada waktu
pembongkarannya tidak akan menimbulkan kerusakan pada beton.
21
c. Bekisting harus dipasang dengan sempurna, sesuai dengan
bentuk-bentuk dan ukuran yang benar dari pekerjaan beton,
yang ditunjukkan dalam gambar.
d. Bekisting untuk permukaan beton harus sedemikian rupa untuk
mencegah hilangnya bahan-bahan dari beton dan bisa
menghasilkan permukaan beton yang padat. Jika dibutuhkan
bekisting untuk permukaan beton yang kelihatan harus
sedemikian rupa sehingga menghasilkan permukaan yang
halus tanpa adanya garis, atau kelihatan terputus.
e. Tiap kali sebelum pekerjaan pembetonan dimulai, bekisting
harus diperiksa dengan teliti dan dibersihkan.
f. Pekerjaan beton hanya boleh dimulai apabila direksi sudah
memeriksa dan memberi persetujuan mengenai bekisting yang
terpasang.
g. Bekisting diusahakan kuat dan dapat dipergunakan 10 – 12
Kali.
h. Penyedia jasa tidak dibenarkan untuk membongkar bekisting,
sebelum mencapai kekuatan sesuai SNI 03-2914-1992. atau
telah mendapat persetujuan oleh direksi.
i. Apabila pembongkaran bekisting menyebabkan sebagian
pekerjaan beton mendapat tekanan melebihi perhitungan, maka
tidak dibenarkan untuk membongkar bekistingnya untuk jangka
waktu selama keadaan itu berlangsung. Harus ditekankan disini
bahwa tanggung jawab terhadap keamanan beton sepenuhnya
berada dipihak penyedia jasa serta harus memenuhi peraturan
mengenai pembongkaran bekisting di dalam SNI 03-2914-
1992.
j. Penyedia jasa wajib memberitahukan kepada direksi pada
waktu akan membongkar bekisting bagian-bagian pekerjaan
beton yang penting serta mendapatkan persetujuan direksi, tapi
hal ini tidak mengurangi tanggung jawab atas hal tersebut.
k. Pembongkaran bekisting beton dapat dilakukan setelah beton
berumur 1 (satu) hari, atau telah mendapat persetujuan direksi.
22
3 . 1 . 3 . 4 . Prinsip pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pengendalian
Jenis Pekerjaan Identifikasi Bahaya Resiko K3
3.2. Pemasangan Armor Blok beton terkunci Berat 0,4 Ton menggunakan
Excavator
Pemasangan Armor
Blok beton terkunci
Satuan Pekerjaan Nomor Pembayaran :
Berat 0,4 Ton
(buah) 2.2
menggunakan
Excavator
3.2.1. Umum
Pekerjaan Pemasangan Armor Blok beton terkunci Berat 0,4 Ton
adalah pekerjaan pemasangan armor blok beton terkunci K-225
terkunci dengan menggunakan alat Excavator Kapasitas minimal
0,9 m3 sesuai dengan petunjuk Direksi Lapangan sesuai gambar
kerja.
24
3.2.4. Prinsip pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pengendalian
Jenis Pekerjaan Identifikasi Bahaya Resiko K3
Nasaruddin, ST., MT
Nip. 197312102009111001
25