Anda di halaman 1dari 24

RENCANA KERJA DAN SYARAT - SYARAT

REHABILITASI GEDUNG TERMINAL TIPE B LAHIMBUA KAB.


KONAWE UTARA

1
SPESIFIKASI TEKNIS

I. KETENTUAN UMUM
(1) Tata cara penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana
dan sarana secara umum harus mengacu syarat-syarat dalam RKS maupun
perubahan-perubahan dan atau tambahan-tambahannya dalam Berita Acara
Aanwijzing serta Gambar Kerja dan atau gambar-gambar perubahan dan
tambahan yang telah disetujui Direksi pekerjaan/ Pejabat Pembuat
Komitmen.
(2) Di samping itu ketentuan lain mengenai tambahan atau pengurangan yang
timbul dalam pelaksanaan akan diatur dan dilaksanakan sesuai petunjuk
Direksi Proyek atau Pengawas baik sebelum maupun selama pekerjaan
berlangsung
(3) Bila karena satu dan lain hal terdapat kekurangan, perbedaan ketidakjelasan,
ketidak sesuaian baik ukuran maupun item-item pekerjaan lainnya yaitu :
• Pada Gambar Kerja dengan detail gambarnya, maka yang mengikat adalah

gambar yang skalanya lebih kecil


• Antara Gambar Kerja dengan RKS, maka yang berlaku adalah RKS

• Bila pada Gambar Kerja tertulis, sedang dalam RKS tidak disebutkan, maka

Gambar Kerja yang mengikat


• Bila dalam RKS disebutkan, sedang dalam Gambar Kerja tidak dituliskan,

maka yang mengikat adalah RKS


• Penentuan bagian yang mengikat/ berlaku diatas harus mendapatkan

persetujuan Pengawas/ Direksi Proyek sebelum dilaksanakan


(4) Selama berlangsungnya pekerjaan, Rekanan/ Penyedia jasa dapat menjaga
lingkungan agar tidak terganggu oleh jalannya pekerjaan.
(5) Kerusakan jalan masuk menuju lokasi dan tempat-tempat pekerjaan atau
lahan sekitar yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung
jawab Rekanan/ Penyedia Jasa. Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan
Rekanan/ Penyedia Jasa bisa minta ijin kepada pemilik yang bersangkutan
untuk mendapatkan dispensasi pemakaian jalan menuju lokasi ataupun lahan
sekitar yang diperlukan
(6) Tempat pekerjaan akan diserahkan kepada Rekanan/ Penyedia Jasa dalam
keadaan seperti pada saat penjelasan (aanwijzing) di lapangan atau
peninjauan lapangan
(7) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja,
peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa
sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.
(8) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau
alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan
peraturan keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus
dapat dipergunakan secara aman.
(9) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja,
agar tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan
selamat dan sehat
(10) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka
penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa
2
(11) Sebelum dan selama melaksanakan pekerjaan, Rekanan/ Penyedia Jasa
harus berkonsultasi dengan Pengawas atau Direksi Proyek.

II. LOKASI KEGIATAN DAN JANGKA WAKTU PELAKSANAA


Lokasi kegiatan yaitu Terminal Tipe B Lahimbua yang berada di Kabupaten
Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jangka waktu
pelaksanaan selama 150 (Seratus Lima Puluh) Hari Kalender

III. KETENTUAN PELAKSANAAN K3


III.1. Ketentuan administrasi
a. Kewajiban umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan
Penyedia Jasa Konstruksi, yaitu :

1) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja,


peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa
sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.
2) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau
alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan
peraturan keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus
dapat dipergunakan secara aman.
3) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja,
agar tenaga
kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan
sehat.
4) Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena
jabatannya di dalam organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab
mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan
resiko bahaya kecelakaan.
5) Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja
sesuai dengan keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi
fisik/kesehatannya.
6) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua
tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya
masing-masing dan usaha pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa
dapat memasang papan-papan pengumuman, papan-papan peringatan
serta sarana-sarana pencegahan kecelakaan yang dipandang perlu.
7) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala
terhadap semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan
kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang
aman.
8) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka
penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa.

b. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja

Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan


tenaga K3 untuk setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus

3
masuk dalam struktur organisasi pelaksanaan konstruksi setiap proyek,
dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh


(full-time) untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan
kesehatan kerja.
2) Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan
mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi
dari sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk unit
pembina K3.
3) Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini
merupakan unit struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola
oleh pengurus atau penyedia jasa.
4) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama
dengan panitia pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya,
dibawah koordinasi pengurus atau Penyedia Jasa, serta bertanggung
jawab kepada pemimpin proyek.
5) Penyedia jasa harus mekukan hal-hal sebagai berikut :
a) Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja
fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.
b) Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan
kerja dalam segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam proyek.
c) Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada
rekomendasi dari panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja.
6) Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu proyek
mereka harus bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan
dan kesehatan kerja.

c. Laporan kecelakaan

Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian


yang terkait dengan K3, dimana :

1) Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus


dilaporkan kepada Instansi yang terkait.
2) Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-
hal sebagai berikut :
a) Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja
masing-masing dan
b) Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.

d. Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan

Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada


kecelakaan harus dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi
seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan
peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur transportasi,
dimana :

4
1) Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya :
a) Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama
kali.
b) Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan
tersebut.
2) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan
disimpan untuk referensi.
3) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-
tiba, harus dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik
dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK).
4) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan
di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban
udara dan lain-lain.
5) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan
obat untuk kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan
perlengkapan gigitan ular.
6) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda
lain selain alat-alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
7) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-
keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
8) Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur
dan harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
9) Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu).
10) Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan
mengangkut dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit
atau mengalami kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat lainnya.
11) Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan
strategis yang memberitahukan antara lain :
a) Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK,
ruang PPPK, ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana
dapat dicari petugas K3.
b) Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans,
nomor telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
c) Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat
penolong yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat.

e. Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja

Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah


diantisipasi sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan
pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu pekerjaan konstruksi.

Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang
perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang.
Selanjutnya Penyedia Jasa harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan
kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana,
sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya
yang wajar, oleh karena itu baik Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa perlu

5
memahami prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini agar dapat
melakukan langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.

III.2. Ketentuan Teknis

a. Aspek lingkungan

Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan


aspek lingkungan, Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan dari
direksi pekerjaan.

b. Tempat kerja dan peralatan


Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait
dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
1) Pintu masuk dan keluar
a) Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat
kerja.
b) Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
2) Lampu / penerangan
a) Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat
penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh
tempat kerja, termasuk pada gang-gang.
b) Lampu-lampu harus aman, dan terang.
c) Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu
mencegah bahaya apabila lampu mati/pecah.
3) Ventilasi
a) Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai
untuk mendapat udara segar.
b) Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang
berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk
mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.
4) Kebersihan
a) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus
dipindahkan ke tempat yang aman.
b) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
c) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan
bertumpuk di tempat kerja.
d) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab
lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
e) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus
dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.

c. Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran


Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek
dapat
dilakukan pencegahan sebagai berikut :
1) Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus
tersedia:
6
a) Alat-alat pemadam kebakaran.
b) Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
2) Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk
menggunakan alat pemadam kebakaran.
3) Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu
oleh orang yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
4) Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran
yang dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat
pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.
5) Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah
dilihat dan dicapai.
6) Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di
tempat-tempat sebagai berikut :
a) di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan.
b) di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
8) Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus
disediakan :
a) di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang
mudah terbakar.
b) di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang
menggunakan api.
c) di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
9) Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-
kerusakan teknis.
11) Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di
suatu gedung, pipa tersebut harus :
a) dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
b) dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
c) mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam
Kebakaran

d. Perlengkapan keselamatan kerja


Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam
melaksanakan
tugasnya antara lain sebagai berikut :
1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda
keras selama mengoperasikan atau memelihara AMP.
2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena
licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
3) Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada
lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras
lainnya.
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator
telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau
mengencangkan baut dan sebagainya.

7
6) Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising,
misalnya pemadatan tanah dengan stamper dan sebagainya.

Gambar Perlengkapan keselamatan kerja

III.3. Pedoman untuk pelaku utama konstruksi


a. Pedoman untuk manajemen puncak

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk


mengurangi biaya
karena kecelakaan kerja, antara lain :
1) Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer
lapangan. Informasi ini digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap
program keselamatan kerja yang telah diterapkan.
2) Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan
kerja dengan cara yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan
monitoring dan pengendalian mengenai biaya dan rencana penjadualan
pekerjaan.
3) Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan
mengalokasikan biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
4) Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat
memberikan jaminan bahwa peralatan atau material yang digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan dalam kondisi aman.
5) Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan
kerja dan memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing
masing divisi (bagian) untuk program keselamatan kerja.

b. Pedoman untuk manajer dan pengawas


Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk
mengurangi
kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang
konstruksi :

8
1) Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja
konstruksi sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar untuk
meningkatkan K3, juga harus mendorong personil untuk memperbaiki sikap
dan kesadaran terhadap K3 melalui komunikasi yang baik, organisasi yang
baik, persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja untuk tindakan-tindakan
aman, serta menetapkan target yang realistis untuk K3.
2) Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan
seperti dengan memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian
dari perencanaan pekerjaan dan memberikan dukungan yang positif.
3) Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan
hubungan yang erat dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk
menghindari terjadi kecelakaan dan permasalahan dalam proyek konstruksi.
Manajer dapat melakukannya dengan cara
a) Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan
mengusahakan agar mereka berkenalan akrab dengan personil dari
pekerjaan lainnya dan hendaknya memberikan perhatian yang
khusus terhadap pekerja yang baru, terutama pada hari-harinya
yang pertama.
b) Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor,
karena dengan mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami
mengenai titik sudut pandang pari pekerja. Cara ini bukanlah
mempunyai maksud untuk merusak (“merongrong”) kewibawaan
pihak mandor, tetapi lebih mengarah untuk memastikan bahwa pihak
pekerja itu telah diperlakukan secara adil (wajar).
c) Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor
tetapi juga harus mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun
(sebagai manusia) dapat membuat kesalahan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara mengizinkan para mandor untuk memilih
para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan kekuasaan yang
tunggal untuk memberhentikan pekerja).

c. Pedoman untuk mandor


Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam
pelaksanaan
pekerjaan bidang konstruksi dengan :
1) Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya
dengan tidak membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara
langsung atau tidak menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang
lama dan kemudian membiarkannya begitu saja.
2) Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak
memberikan target produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan
keselamatan dan kesehatan pekerjanya.

Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk


mengurangi kecelakaan kerja dengan cara berikut ini :

9
1) Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari
keselamatan kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun
yang formal dengan para mandor di lapangan.
2) Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada
tataran perusahaan.

d. Pedoman untuk pekerja


Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan
gangguan kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara
lain adalah :
1) Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan kerja.
2) Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.
3) Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
4) Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
5) Memahami lingkup kerja yang diberikan.

IV. PEKERJAAN PERSIAPAN


a. Pembersihan Lokasi
Sebelum pekerjaan dimulai terlebih dahulu masing – masing areal pekerjaan
harus dipersiapkan dan dibersihkan dari kotoran, humus tanah, bahan organik
dan akar-akar pepohonan, semak semak serta semua sisa material bekas dari
pekerjaan sebelumnya. Bekas semak / rumput yang telah dibersihkan di beri
obat untuk mematikan rumput sehingga setelah pekerjaan selesai dilaksanakan
tidak ada lagi rumput / semak yang tumbuh.

b. Pengukuran dan Pemasangan Bouplank


▪ Rekanan/ Kontraktor bertanggung jawab atas kebenaran pematokan di
lapangan yang disetujui oleh Pengawas
▪ Rekanan/ Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan semua
peralatan, perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pematokan tersebut
▪ Pengukuran ketinggian permukaan dilakukan menggunakan alat ukur
(theodolit) dan dilaksanakan oleh rekanan /kontraktor dengan mendapat
petunjuk dari pengawas.
▪ Pemasangan patok untuk pekerjaan saluran di pasang pada kanan kiri saluran
sesuai lebar saluran rencana setiap 25 m panjang.
▪ Pemasangan bouplank untuk pekerjaan saluran dan pekerjaan talud di
pasang menggunakan balok kayu dan papan kayu sesuai dengan dimensi
pada gambar kerja, pemasangan bouplank ini harus kuat dan tidak mudah
berubah kedudukannya serta tidak boleh hilang atau rusak.
▪ Jika pada suatu waktu selama pelaksanaan pekerjaan beralangsung timbul
kesalahan-kesalahan pada letak, ukuran dan ketinggian permukaan suatu
pekerjaan, maka Rekanan/ Kontraktor dengan biaya sendiri harus
memperbaiki kesalahan sesuai dokumen kontrak,
▪ Pencocokan pematokan di lapangan oleh Pengawas bagaimanapun juga tidak
melepaskan Rekanan/ Penyedia jasa dari tanggung jawab atas ketepatan
pematokan tersebut dan Rekanan/ Penyedia Jasar harus melindungi dan

10
menjaga dengan hati-hati semua patok tetap patok sementara dan benda-
benda lain yang dipergunakan dalam pematokan.

c. Mobiisasi
▪ Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah penandatanganan kontrak, Penyedia
Jasa melaksanakan Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction
Meeting/PCM) yang dihadiri Pemilik, Direksi
▪ Pekerjaan, Direksi Teknis dan Penyedia Jasa untuk membahas semua hal
baik teknis maupun non teknis dalam proyek ini
▪ Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah PCM, Penyedia Jasa
menyerahkan program mobilisasi (termasuk program perkuatan
jembatan, bila ada) dan jadwal pelaksanaan pekerjaan kepada Direksi
Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.
▪ Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/kendaraan
mengikuti aturan perizinan yang ditetapkan oleh Dinas Lalu Lintas
Angkutan Jalan Raya (DLLAJR), Kepolisian dan instansi terkait lainnya.
▪ Menyediakan lahan yang diperlukan untuk basecamp pelaksanaan
pekerjaan di sekitar lokasi proyek, digunakan untuk kantor proyek,
gudang dan sebagainya yang telah disebutkan dalam kontrak.
▪ Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan
yang tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke lokasi
pekerjaan yang akan menggunakan peralatan tersebut sesuai kontrak.
▪ Apabila setiap alat berat yang telah selesai digunakan dan tidak akan
digunakan lagi, maka alat berat tersebut segera dikembalikan.
▪ Untuk pengangkutan alat-alat berat, maka jembatan diperkuat.
▪ Penyedia Jasa melaksanakan operasional dan pemeliharaan
kendaraan/peralatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pabrik
pembuatnya dan tidak mencemari tanah dan air.
▪ Menyediakan fasilitas kuari yang diusahakan dekat dengan lokasi proyek
dan sudah mengikuti aturan perizinan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah dan instansi terkait.
▪ Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi pelaksanaan fisik.
▪ Pengajuan izin menggunakan kuari kepada Pemerintah Daerah.
▪ Material yang akan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan terlebih
dahulu diambil contohnya untuk diuji keandalannya di laboratorium,
apabila tidak memenuhi syarat, segera diperintahkan untuk diangkut ke
luar lokasi proyek dalam waktu 3 x 24 jam.
d. Pengaturan Lalulintas
▪ Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan jalan sedemikian rupa
sehingga terlindungi dari kerusakan akibat lalu lintas umum maupun
proyek.
▪ Pengendalian dan pengalihan lalu lintas harus dilaksanakan
sebagaimana diperlukan untuk melindungi pekerjaan jalan.
▪ Pengendalian lalu lintas harus mendapat perhatian khusus, pada saat
kondisi cuaca yang buruk, lalu lintas padat, dan selama periode
pekerjaan yang sedang dilaksanakan sangat peka terhadap kerusakan.
▪ Penyedia Jasa harus menyediakan, memelihara, dan membongkar
semua pekerjaan jalan atau jembatan sementara yang diperlukan
untuk menghubungkan dengan jalan umum.

11
▪ Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan
yang terjadi atau yang disebabkan oleh jalan atau jembatan
sementara ini.
▪ Sebelum membuat jalan atau jembatan sementara, Penyedia Jasa
harus melakukan semua pengaturan yang diperlukan, bila diperlukan
termasuk pembayaran kepada pemilik tanah yang bersangkutan atas
pemakaian tanah itu dan harus memperoleh persetujuan dari pejabat
yang berwenang dan Direksi Pekerjaan.
▪ Setelah pekerjaan selesai, Penyedia Jasa harus membersihkan dan
mengembalikan kondisi tanah itu ke kondisi semula sampai diterima
oleh Direksi Pekerjaan dan pemilik tanah yang bersangkutan.
▪ Penyedia Jasa harus melakukan semua pengaturan agar pekerjaan
yang sudah dilaksanakan dapat dilewati dengan aman oleh peralatan
konstruksi, bahan dan karyawan Penyedia Jasa lain yang
melaksanakan pekerjaan di dekat proyek. Untuk keperluan ini,
Penyedia Jasa dan Penyedia Jasa lain yang melaksanakan pekerjaan
di dekat proyek, harus menyerahkan suatu jadwal transportasi kepada
Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuannya, paling sedikit 15
(lima belas) hari sebelumnya.
▪ Jalan alih sementara (detour) harus dibangun sebagaimana yang
diperlukan untuk kondisi lalu lintas yang ada, dengan memperhatikan
ketentuan keselamatan dan kekuatan struktur, sesuai dengan kelas
jalan. Semua jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka untuk lalu
lintas umum sampai alinyemen, pelaksanaan, drainase dan
pemasangan rambu lalu lintas sementara telah disetujui Direksi
Pekerjaan. Selama digunakan untuk lalu lintas umum
▪ Penyedia Jasa harus memelihara pekerjaan yang telah dilaksanakan,
drainase dan rambu lalu lintas sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
▪ Penyedia Jasa harus membangun dan memelihara jembatan dan jalan
samping sementara untuk jalan masuk umum dari dan ke jalan raya
pada semua tempat, apabila jalan masuk tersebut sudah ada sebelum
pekerjaan dimulai, dan pada tempat lainnya yang diperlukan, atau yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
▪ Pembangunan jalan dan jembatan sementara harus sesuai dengan
gambar rencana.
▪ Agar dapat melindungi pekerjaan, dan menjaga keselamatan umum dan
kelancaran arus lalu lintas yang melalui atau di sekitar pekerjaan, dalam
hal ini jika kegiatan pelaksanaan akan mengganggu lalu lintas umum,
Penyedia Jasa harus memasang dan memelihara rambu lalu lintas,
penghalang dan fasilitas lainnya yang sejenis pada setiap tempat.
Semua rambu lalu
▪ lintas dan penghalang harus diberi garis-garis (strips) yang reflektif dan
atau terlihat dengan jelas pada malam hari.
▪ Penyedia Jasa harus menyediakan dan menempatkan petugas bendera
di semua tempat kegiatan pelaksanaan yang mengganggu arus lalu
lintas, terutama pada pengaturan lalu lintas satu arah.
▪ Tugas utama dari petugas bendera adalah mengarahkan dan mengatur
arus lalu lintas yang melewati lokasi pekerjaan tersebut.

12
e. Papan Nama Proyek
▪ Rekanan /Kontraktor diwajibkan membuat dan memasang Papan Nama
Proyek dan ditempatkan pada tempat yang dianggap tepat dan dapat dilihat
dari jalan yang dapat dikonsultasikan dengan Pengawas/Direksi Proyek.
Dimensi, warna, bentuk, tulisan dan ketentuan-ketentuan yang lain dapat
dilihat pada lampiran dan atau Gambar Kerja
▪ Membuat dan memasang rambu-rambu pengaman yang memadai sesuai
kebutuhan untuk keselamatan pemakai jalan dan pekerja proyek di setiap
lokasi pekerjaan yang dianggap perlu. Setiap terjadi kecelakaan yang
ditimbulkan oleh kelalaian Rekanan/Kontraktor baik karena menyangkut
rambu-rambu dan peringatan maupun peletakan alat-alat dan bahan
bangunan yang tidak teratur menjadi tanggung jawab Rekanan/ Kontraktor.

V. KOMPONEN PEKERJAAN
Komponen-komponen pekerjaan yang termasuk dalam paket pekerjaan ini adalah :
• Pekerjaan Tanah
• Pekerjaan Lapisan Berbutir
• Pekerjaan Lapisan Beraspal
• Pekerjaan Beton
• Pekerjaan Drainase

V.1. PEKERJAAN TANAH


a. Pekerjaan Galian :

▪ Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi


yang ditentukan dalam gambar yang disetujui oleh Direksi Teknis dan
harus mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang
dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan
bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan
permanen.
▪ Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan seminimal
mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.
▪ Apabila bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau
fondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut
pendapat Direksi Teknis tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut
harus dibuang seluruhnya atau sebagian, dan diganti dengan bahan
timbunan
▪ Apabila pada garis formasi dijumpai batu, lapisan keras atau bahan yang
sukar dibongkar untuk selokan, pada tanah dasar untuk perkerasan
maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau fondasi struktur,
maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam dari permukaan
rencana. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang
terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang
diameternya lebih besar dari 5 cm harus dibuang. Profil galian yang
disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan
bahan yang disetujui Direksi Teknis dan dipadatkan.
▪ Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan,
jika menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak praktis menggunakan

13
alat bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku
tunggal. Direksi Pekerjaan dapat melarang peledakan dan
memerintahkan untuk menggali batu dengan cara lain, jika peledakan
tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau
apabila kurang cermat dalam pelaksanaannya.
▪ Apabila diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus
menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk
melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika
dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya sebagai yang
ditetapkan oleh Direksi Teknis.
▪ Penggalian batu harus dilakukan sedemikian rupa, apakah dengan
peledakan atau cara lainnya, sehingga permukaan galian harus
dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas
atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan
bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang atau diperkuat
dengan angker, baik pada pemotongan batu yang baru maupun yang
lama.
▪ Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan
lain untuk mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan
pemeriksaan acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar
acuan
▪ Cofferdam atau penyokong atau pengaku yang tergeser selama
pekerjaan galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat
untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama
pelaksanaan.
▪ Cofferdam, penyokong dan pengaku yang dibuat untuk fondasi
jembatan atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing
atau bantaran sungai.

b. Pekerjaan Timbunan
▪ Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan
yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan
▪ Penyedia Jasa harus memasang patok batas dasar timbunan 3 (tiga)
hari sebelum pekerjaan dimulai.
▪ Dasar fondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan
dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) setebal 20 cm dan
harus memenuhi kepadatan sebagai disyaratkan.
▪ Apabila timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau
ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka
lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup
sehingga memungkinkan peralatan berat dapat beroperasi.
▪ Sebelum timbunan dihampar dasar timbunan harus digaru dan
dipadatkan sehingga mencapai kepadatan 95% kepadatan kering
maksimum sesuai SNI 03-1742-1989.

14
V.2. LAPISAN PERKERASAN BERBUTIR
▪ Lapis fondasi agregat adalah suatu lapisan pada struktur perkerasan
jalan yang terletak diantara lapis permukaan dan lapis tanah dasar
yang telah disiapkan. Lapis fondasi agregat terdiri dari 3 (tiga) kelas
yang berbeda yaitu kelas A, kelas B dan kelas C. Agregat kelas A atau
agregat kelas B digunakan untuk lapis fondasi, sedangkan agregat
kelas C digunakan untuk lapis fondasi bawah, bahu jalan dan
perkerasan tanpa penutup aspal.
▪ Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini mencakup pengadaan,
pemasokan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan
pemadatan agregat bergradasi di atas permukaan yang telah
disiapkan dan telah diterima sesuai persyaratan dan detail yang
ditunjukkan dalam gambar rencana atau sesuai dengan perintah
Direksi Pekerjaan, dan memelihara lapis fondasi agregat yang telah
selesai sesuai yang disyaratkan.
▪ Pengadaan, mencakup pemecahan, pemisahan, pencampuran dan
operasi lainnya yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang
memenuhi ketentuan pada seksi ini. Lapis fondasi agregat pada seksi
ini mencakup lapis fondasi bawah dan lapis fondasi.

1. Elevasi Permukaan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Tinggi Permukaan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis + 1,5 cm
pondasi bawah -1,5 cm
Agregat kelas B atau kelas A digunakan + 1 cm
untuk lapis pondasi jalan yang akan di -1 cm
tutup dengan lapis resap ikat atau
pelaburan

2. Ketebalan Lapis Pondasi Agregat


Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Ketebalan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis + 1cm
pondasi bawah -1cm
Agregat kelas B atau kelas A digunakan + 1 cm
untuk lapis pondasi jalan yang akan di tutup 0 cm
dengan lapis resap ikat atau pelaburan
Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas C atau kelas B dan
kelas C tidak boleh kurang dari tebal yang disyaratkan.

3. Kerataan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Kerataan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis -1cm
pondasi bawah
Agregat kelas B atau kelas A digunakan + 1 cm
untuk lapis pondasi jalan yang akan di tutup
dengan lapis resap ikat atau pelaburan
Pengukuran kerataan permukaan dengan mistar perata panjang 3 m yang
diletakkan sejajar dan melintang sumbu jalan, dilakukan setelah semua bahan
yang dilepas di bersihkan.

15
▪ Bahan lapis fondasi agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui
Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 1.2.7 tentang logistik, dari
spesifikasi ini.
▪ Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan 50 kg
contoh agregat yang akan digunakan untuk dijadikan rujukan selama
pelaksanaan pekerjaan.
▪ Fraksi Agregat Kasar
Agregat kasar (tertahan pada saringan 4,75 mm) harus terdiri atas
partikel yang keras dan awet.
Agregat kasar kelas A yang berasal dari batu kali harus 100%
mempunyai paling sedikit dua bidang pecah, bila diuji sesuai
Angularitas agregat kasar sesuai.
Agregat kasar kelas B yang berasal dari batu kali harus 65%
mempunyai paling sedikit satu bidang pecah, bila diuji sesuai
Angularitas agregat kasar sesuai prosedur.
▪ Agregat kasar kelas C berasal dari kerikil.
▪ Fraksi Agregat Halus ,Agregat halus (lolos saringan 4,75 mm) harus
terdiri atas partikel pasir atau batu pecah halus dengan atau tanpa
clay.
▪ Agregat untuk lapis fondasi harus bebas dari bahan organik dan
gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki,
harus memenuhi ketentuan gradasi yang diberikan.
▪ Pencampuran Bahan untuk Lapis Fondasi Agregat
Untuk memperoleh homogenitas campuran dan memenuhi ketentuan
yang disyaratkan bahan lapis fondadi harus langsung dari instalasi
pemecah batu atau pencampur yang disetujui oleh Direksi Teknis,
dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk
memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen
campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak
dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan dengan grader,
loader atau backhoe kecuali dengan alat khusus pulvimixer.
▪ Peralatan
▪ Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan pada spesifikasi ini harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan
dan dirawat agar supaya selalu dalam keadaan baik. Peralatan
yang digunakan oleh sub-Penyedia Jasa atau pemasok untuk
kepentingan Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan dan Direksi Teknis sebelum pekerjaan dimulai. Peralatan
processing harus direncanakan, dipasang, dioperasikan dan
dengan kapasitas sedemikian sehingga dapat mencampur agregat,
air secara merata sehingga menghasilkan campuran yang
homogen. Apabila instalasi pencampur digunakan maka instalasi
pencampur tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk
memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen
campuran dengan proporsi yang benar.
▪ Alat Penghampar
▪ Alat penghampar agregat harus menggunakan peralatan mekanis
yang mampu menyebarkan bahan lapis fondasi agregat dengan

16
lebar dan toleransi permukaan yang diinginkan serta tidak
menimbulkan segregasi
▪ Alat Pemadat
▪ Alat pemadat roda besi dengan penggetar, pemadat roda besi
tanpa penggetar atau pemadat roda karet, dapat digunakan untuk
pemadatan fondasi agregat.
▪ Alat Pengangkut
▪ Dump truck yang akan digunakan, bak penampungnya tidak boleh
bocor dan dilengkapi terpal yang digunakan pada saat
pengangkutan bahan ke lokasi pekerjaan dan menjamin tidak
banyak terjadinya penguapan air sepanjang perjala nan.
▪ Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau
bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau
bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu.
▪ Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada suatu lapisan
perkerasan lama atau tanah dasar baru, maka lapisan ini harus
diselesaikan sepenuhnya
▪ Sebelum pekerjaan lapisan fondasi agregat akan dilaksanakan, maka
lapisan dasar yang akan dilapisi harus telah disiapkan memenuhi
persyaratan dan telah ditangani dan mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi Teknis dengan panjang paling sedikit 60 m secara
menerus. Untuk penyiapan tempat-tempat yang kurang dari 60 m
karena tidak cukup ruang, seluruh daerah itu harus disiapkan dan
disetujui sebelum lapis fondasi agregat dihampar.
▪ Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar langsung di atas
permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi
Teknis dalam kondisi tidak rusak, maka harus dilakukan penggaruan
atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama dengan
greder agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
▪ Material lapis fondasi agregat setelah ditempatkan harus segera
dihampar dan dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air.
▪ Bahan lapis fondasi agregat harus diangkut ke badan jalan dan harus
segera dihampar dan dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar
air sehingga kadar air pemadatan yang merata dalam rentang yang
disyaratkan.
▪ Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
▪ Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar
menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang
disyaratkan. Apabila diperlukan penghamparan lebih dari satu lapis,
maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
▪ Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis fondasi. Tebal padat maksimum tidak
boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknis.
▪ Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir, setiap lapis
harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan
memadai dan disetujui oleh Direksi Teknis, hingga kepadatan akhir
mencapai paling sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum
modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-
1989, Metode D.

17
▪ Direksi Teknis dapat memerintahkan agar digunakan mesin pemadat
beroda karet untuk pemadatan lanjutan untuk menghasilkan ikatan
butiran yang lebih baik dan stabil. Alat pemadat roda besi
berpenggetar hanya digunakan untuk pemadatan awal.
▪ Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada
dalam rentang 2% di bawah kadar air optimum sampai 2% di atas
kadar air optimum, kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan
oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang
ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.
▪ Pelaksanaan pemadatan memanjang harus dimulai dari sisi terendah
dan bergerak ke sisi tertinggi bergeser dalam arah melintang
demikian juga di daerah super-elevasi.
▪ Pemadatan harus dilakukan dengan tumpang tindih satu lajur dengan
lajur lainnya selebar tebal lapisan.
▪ Pemadatan yang berbatasan dengan kerb, tembok, dan tempat-
tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan
timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui Direksi
Teknis.

V.3. PEKERJAAN LAPISAN BERASPAL


a. Lapis Perekat ( Track Coat ) dan Lapis Resap Ikat ( Prime Coat )

Bahan Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat ;


Aspal untuk lapis resap ikat haruslah salah satu dari berikut ini:
▪ Aspal emulsi yang digunakan dapat salah satu dari aspal emulsi
pengikatan sedang (CMS) yang memenuhi SNI 03-4798-1998 atau
aspal emulsi pengikatan lambat (CSS) yang memenuhi SNI 03-4798-
1998.
▪ Aspal cair yang digunakan dapat salah satu dari aspal cair penguapan
sedang sesuai SNI 03-4799-1998 atau aspal cair penguapan cepat
sesuai SNI 03-4800-1998.
Kedua aspal cair tersebut harus dibuat dari aspal keras Pen 60 atau Pen
80, yang memenuhi RSNI S-01-2003, diencerkan dengan minyak tanah
(kerosen) atau bensin (premium). Tipe aspal cair yang digunakan harus
sesuai dengan tujuan penggunaannya.
▪ Apabila lalu lintas diizinkan lewat diatas lapis resap ikat maka harus
digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil penyaringan
kerikil atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau
lunak, bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98%
harus lolos saringan 3/8” (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2% yang lolos
saringan No.8 (2,36 mm).
Aspal untuk lapis Perekat haruslah salah satu dari berikut ini:
▪ Aspal emulsi kationik jenis penguapan cepat (CRS-1 atau CRS-2) harus
memenuhi ketentuan SNI 03-4798-1998.
▪ Aspal cair penguapan cepat (RC 250) harus memenuhi ketentuan SNI
03-4800-1998. Aspal cair tersebut dibuat dari aspal keras Pen 60 atau
Pen 80 yang memenuhi ketentuan RSNI S-01-2003, diencerkan
dengan bensin (premium).

18
▪ Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan yang terdiri dari penyapu
mekanis dan atau kompresor, alat aspal distributor, peralatan untuk
memanaskan aspal dan peralatan yang sesuai untuk meratakan kelebihan
aspal.

Tabel Takaran Pemakaian Lapis Resap Ikat


Takaran (liter per meter persegi) pada
Perkerasan Beraspal Perkerasan Kaku
Permukaan Permukan Permukaan Permukaan
Baru atau Porous dan Baru Aus atau
Aspal Lama Terekspos licin
yang licin cuaca
Aspal Cair 0,10 - 0,15 0,15 - 0,35 0,15 – 0,20 0,15 - 0,25
Aspal Emulsi 0,15 - 0,20 0,20 - 0,50 0,20 – 0,25 0,20 - 0,35

Tabel Takaran Pemakaian Lapis Perekat

Jenis Aspal Takaran (liter per meter persegi) pada


Lapis Fondasi Agregat Lapis Fondasi
Bersemen
Aspal Cair 0,4 – 1,3 0,2 – 1,0
Aspal Emulsi

▪ Temperatur penyemprotan yaitu untuk Aspal cair penguapan cepat (RC–250)


temperatur 80° - 90° Sedangkan untuk Aspal Keras 145° – 165°
▪ Apabila pekerjaan lapis resap ikat dan lapis perekat akan dilaksanakan pada
perkerasan jalanbaru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus
telah selesai dikerjakan sepenuhnya dan memenuhi ketentuan dalam
spesifikasi ini.
▪ Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan
memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Apabila
peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih,
penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan
disemprot
▪ Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan
dari permukaan dengan memakai blencong atau dengan cara lainnya yang
telah disetujui Direksi Teknis dan bagian yang telah diperbaiki tersebut harus
disemprot air dan disapu
▪ Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan yang
telah disiapkan dapat diterima oleh Direksi Teknis Batas permukaan yang
akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan ditandai,
batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai (seperti dengan kapur tulis,
cat atau benang).
▪ Agar aspal dapat merata pada setiap titik maka aspal harus disemprotkan
dengan batang penyemprot dalam jumlah aspal yang diperintahkan.
pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer).

19
▪ lebar penyemprotan harus lebih besar dari pada lebar rencana pekerjaan
lapisan beraspal yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan
yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti
permukaan yang lain.
▪ Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10%
darikapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk
angin) dalam system penyemprotan. Jumlah pemakaian aspal pada setiap
kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki
dengan meteran tongkat celup.
▪ Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus
melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak
dengan lalu lintas.
▪ Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan
peralatan semprot pada saat beroperasi.
▪ Setelah pelaksanaan penyemprotan, aspal yang berlebihan dan tergenang di
atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan
alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet.
▪ Lalu lintas tidak diizinkan lewat sampai penghamparan lapis beraspal di
atasnya selesai dikerjakan.

d. Lapis Beraspal
▪ Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus
dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang
tepat agar memenuhi formula campuran kerja. Proporsi takaran ini harus
ditentukan dengan mencari gradasi dengan cara penyaringan basah dari
contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) sebelum produksi
campuran dimulai dan pada waktu-waktu tertentu, sebagaimana ditetapkan
oleh Direksi Teknis, untuk menjamin pengendalian penakaran. Aspal harus
ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan
jumlah yang ditetapkan sesuai formula campuran kerja. Apabila digunakan
instalasi pencampur system penakaran, seluruh agregat kering harus
dicampur terlebih dahulu, kemudian baru sejumlah aspal yang tepat
ditambahkan ke dalam agregat tersebut dan diaduk dengan waktu sesingkat
mungkin yang ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal
terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur SNI 03-2439-1991
(biasanya sekitar 45 detik), untuk menghasilkan campuran yang homogen
dan semua butiranagregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu
pencampuran total harus ditetapkan oleh Direksi Teknis dan diatur dengan
perangkat pengendali waktu yang handal. Untuk instalasi pencampuran
sistem menerus, waktu pencampuran yang dibutuhkan harus ditentukan
dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat
kasar” sesuai dengan prosedur SNI 03-2439-1991 dengan waktu
pencampuran, paling lama 60 detik yang ditentukan dengan menyetel
bukanan pintu sekat dalam alat pencampur
▪ Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan setiap
muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat netto.
▪ Penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih terang
terkecuali tersedia penerangan minimal 100 lux yang dapat diterima oleh
Direksi Teknis.

20
▪ Semua permukaan yang akan dilapisi atau akan diberi lapis perata harus
disiapkan sedemikian rupa sehingga didapat kondisi yang baik. Permukaan
yang dalam kondisi rusak, harus dibongkar dan diperbaiki sampai diperoleh
permukaan yang keras dengan bahan yang disetujui oleh Direksi Teknis yang
setelah diperbaiki memenuhi toleransi yang disyaratkan.
▪ Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus
dibersihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan
compressor dan atau sapu mekanis (power broom) yang dibantu dengan cara
manual bila diperlukan.
▪ Lapis Perekat (tack coat) harus diterapkan secara perata sesuai sesifikasi
teknis ini.
▪ Pengendalian tebal rencana dapat dilakukan secara manual atau dengan
pengendalian tebal mekanis berupa taut string (wire), short skies, dan long
skies.
▪ Penghamparan harus dimulai dari lajur yang rendah terlebih dahulu apabila
pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
▪ Peralatan pra-pemadat vibrasi pada alat perata harus dijalankan dan
berfungsi dengan baik selama penghamparan dan pembentukan.
▪ Bila digunakan alat penumbuk untuk pemadatan awal maka alat penumbuk
tidak boleh telah aus sedemikian rupa sehingga tidak berfungsi memberikan
kepadatan awal.
▪ Temperatur sisa campuran beraspal yang belum terhampar di bawah alat
perata harus dipertahankan sesuai temperatur atau viskositas yang
disyaratkan .
▪ Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang konstan
dan tidak menyebabkan terjadinya segregasi, terseret, retak permukaan,
ketidakseragaman atau bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan.
Kecepatan penghamparan harus disesuaikan dengan kapasitas produksi UPA
dan ketebalan hamparan sebagai yang disetujui oleh Direksi Teknis dan harus
ditaati.
▪ Apabila terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki
▪ Penaburan tidak boleh dilakukan di atas permukaan hamparan yang telah
rapih, butiran kasar sisa penaburan di daerah yang tidak rapih tidak boleh
dikembalikan untuk dihampar.
▪ Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan
tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus
diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan
gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang
temperatur sesuai viskositas aspal yang ditunjukkan dan dilakukan dari sisi
rendah bergeser ke sisi yang lebih tinggi.
▪ Penggilasan campuran beraspal harus terdiri dari 3 (tiga) tahap yang terpisah
berikut ini:
a) Pemadatan awal (breakdown rolling).
b) Pemadatan utama (intermediate rolling).
c) Pemadatan akhir (finish rolling).
▪ Penggilasan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja. Penggilasan awal harus dioperasikan dengan roda

21
penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus
menerima minimum 2 (dua) lintasan penggilasan awal. Pemadatan utama
harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di
belakang pemadatan awal dan dilakukan sebanyak mungkin lintasan dalam
rentang temperatur yang disyaratkan
▪ Pemadatan akhir harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa
penggetar sampai jejak bekas pemadatan roda karet hilang.
▪ Pelaksanaan pemadatan pada sambungan melintang harus dilakukan dengan
terlebih dahulu memasang dua buah balok kayu diluar lajur sejajar
sambungan melintang untuk dudukan roda pemadat saat berada di luar lajur
dengan ketebalan sesuai dengan tebal padat lapisan.
▪ Bila sambungan memanjang dibuat untuk menyambung dengan lajur yang
dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus memadatkan sambungan
sebanyak 2 (dua) lintasan dan selanjutnya dilakukan pemadatan memanjang
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
▪ Pemadatan selanjutnya dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan dari
sisi terendah menuju ke sisi tinggi lintasan yang berurutan harus saling
tumpang tindih (overlap.
▪ Apabila menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan
awal harus terlebih dahulu menggilas sambungan lajur dengan lajur yang
telah dihampar sebelumnya sehingga + ¾ dari lebar roda pemadat yang
menggilas sisi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan
lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat
pemadat bertumpang tindih minimal selebar 15 cm.
▪ Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan
10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga pada kecepatan konstan
sehingga tidak mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis,
kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau
dengan cara yang menyebabkan terdorong, terbentuknya bekas gilasan
campuran beraspal. Alat pemadat tidak boleh (berhenti) di atas hamparan
yang sedang dipadatkan.
▪ Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam
kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan
ketidakrataan dapat dihilangkan.
▪ Roda alat pemadat harus dibasahi secara mengkabut terus menerus untuk
mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air
yang berlebihan tidak diperkenankan. Untuk menghindari lengketnya butiran-
butiran halus campuran beraspal pada roda karet, roda dapat dibasahi
dengan air yang dicampur sedikit deterjen.
▪ Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas permukaan
yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
▪ Bahan bakar, pelumasan dan gemuk yang tumpah atau tercecer dari
kendaraan atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa di atas
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya
pembongkaran dan perbaikan oleh Penyedia Jasa atas perkerasan yang
terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini menjadi
beban Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus mencegah agar tidak terjadi
ceceran aspal di atas permukaan perkerasan.

22
▪ Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan elevasi,
lereng melintang, kelandaian, dan berada dalam batas lereng melintang dan
kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap campuran
beraspal padat yang lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak
dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas
yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya.
Pada tempat-tempat tertentu dari campuran beraspal terhampar dengan luas
minimal 0,1 m2 (tunggal) yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan
bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan
sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang
keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
▪ Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia Jasa
harus memotong dengan gergaji tepi perkerasan agar bergaris rapih. Setiap
hamparan yang berlebihan, dan sambungan memanjang dan melintang yang
akan disambung dengan lajur baru harus dipotong tegak lurus setelah
penggilasan akhir, dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar daerah milik jalan
yang lokasinya disetujui oleh Direksi Teknis.
▪ Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan
harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak
segaris dengan sambungan lapis dibawahnya. Sambungan memanjang harus
diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan teratas harus berada
di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.
▪ Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal yang
telah dipadatkan sebelumnya kecuali apabila tepinya telah dibentuk tegak
lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan aspal sebagai lapis perekat
untuk melekatkan permukaan lama dan baru harus diberikan sebelum
campuran beraspal dihampar di sebelah campuran beraspal yang telah digilas
sebelumnya. Sapuan aspal lapis perekat tidak boleh mengenai permukaan
lapis sebelumnya.
VI. LAIN-LAIN
1) Semua jenis material yang tidak tercantum dalam RKS terlebih dahulu harus
seijin Pengawas/Direksi Proyek/ dalam penggunaannya
2) Hal-hal yang bersifat teknis yang belum atau tidak dapat dijabarkan dan
diuraikan dalam syarat-syarat teknis, maka Rekanan/kontraktor harus
berpedoman pada Gambar Kerja yang merupakan satu kesatuan dengan
RKS ini.

VI.1 KEBUTUHAN No Jabatan Pengalaman Sertifikat Keahlian


PERSONIL
(tahun)
1 Pelaksana 2 SKT Pelaksana
Pekerjaan Jalan

2 Ahli K3 3 SKA Ahli K3 Konstruksi


Konstruksi Muda

0 SKA Ahli K3 Konstruksi


Madya

23
VI.2 KEBUTUHAN
PERALATAN No Jenis Kapasitas Jumlah
1 ASPHALT DISTRIBUTOR 5000 Liter 1 Unit
2 WHEEL LOADER Min. 140Hp 1 Unit
3 MOTOR GRADER Min. 100Hp 1 Unit
4 WATER TANK 3000L 3000 L 1 Unit
5 DUMPTRUCK 4-8 M3 3 Unit
6 VIBRATOR ROLLER Min. 8 Ton 1 Unit

No Uraian Pekerjaan Identifikasi Tingkat Resiko


VI.3 RKK dan Bahaya
Persyaratan lain 1 Pekerjaan Aspal Terlinda alat sedang
berat

➢ Kualifikasi SBU yang dipersyaratkan : SBU Spesialis SP014


Pekerjaan Pengaspalan dengan rangkaian peralatan khusus.

VI. PENUTUP
1) Rekanan/ kontraktor harus dapat menyelesaikan pekerjaan secara
keseluruhan (100%) dengan tepat mutu dan tepat waktu sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ada dalam Dokumen Kontrak secara keseluruhan
serta petunjuk Direksi Proyek / Pengawas.
2) Hal-hal yang belum diatur atau belum tercantum dalam RKS ini ataupun
perubahan/ tambahan yang mungkin ada akan dijelaskan dalam aanwijzing
dan atau diberi petunjuk Direksi Proyek / Pengawas
3) Sebelum menyerahkan pekerjaan yang pertama/kedua, pelaksana
berkewajiban menyelesaikan semua jenis pekerjaan dan pembersihan
lapangan sehingga hasil pekerjaan nampak bersih dan sempurna
4) Syarat-syarat dan peraturan teknik ini mengikat sampai pekerjaan selesai
100% dan diserahkan untuk kedua kalinya pada Direksi Proyek.

24

Anda mungkin juga menyukai