Anda di halaman 1dari 59

/BAB XII.

SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

Keterangan

Keterangan:
Spesifikasi ini disusun oleh konsultan berdasar jenis pekerjaan yang akan dilelangkan, dengan
ketentuan :

1. Tidak mengarah kepada merk/ produk tertentu, tidak menutup kemungkinan


digunakannya produk dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;
3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistic dan dapat dilaksanakan;
4. Jadual waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;
5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan;
7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
8. Harus mencantumkan criteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan;
9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

PASAL 1. SYARAT-SYARAT UMUM

1. UMUM :
Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor pelaksana diwajibkan untuk memahami
seluruh gambar pelaksanaan dan merangkaikannya antara gambar satu dengan yang
lain serta antara gambar dengan rencana kerja dan syarat-syarat.
Apabila kontraktor pelaksana menemukan ketidak jelasan pada gambar atau ketidak
jelasan pada rencana kerja dan syarat-syarat atau ketidak jelasan hubungan antara
gambar dengan rencana kerja dan syarat-syarat, maka diwajibkan untuk melaporkan
hal tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan penyelesaiannya.

2. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan, dan alat-alat kerja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan, mengatur,
mengawasi, serta memelihara bahan, pekerja dan alat kerja maupun hasil pekerjaan
selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik.
Untuk melaksanakan lingkup pekerjaan ini agar tercapai hasil dan keselamatan kerja
yang sesuai dengan rencana maka di tambah pendukung keselamatan kerja sebagai
berikut :
1. Melakukan penyusunan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
sebelum pekerjaan dimulai bersama dengan Pihak Pemberi Kerja
2. Tenaga kerja harus dilengkapi tanda identitas perusahaan
3. Tenaga kerja wajib mengikuti induksi keselamatan dari pihak pemberi kerja
4. Kewajiban melaporkan setiap kejadian kecelakaan kerja yang terjadi di areal
pemberi kerja selama jam kerja
5. Menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan matrik alat pelindung diri dari
pemberi kerja atau berdasarkan hasil identifkasi bahaya, penilaian dan
pengendalian resiko
6. Wajib untuk mematuhi dan menjalankan prosedur terkait keselamatan ,
kesehatan kerja dan lingkungan pihak pemberi kerja selama berada di areal
pemberi kerja
7. Menyediakan tenaga kerja yang memiliki kompetensi di bidang K3 jika jumlah
pekerja lebih dari 100 orang atau dengan tingkat resiko tinggi dan signifikan

3. SARANA KERJA
8. Sebelum memulai pekerjaan selain membuat shop drawing, kontraktor wajib
menyerahkan jadwal rencana kerja, jumlah tenaga kerja, CV tenaga kerja, serta
peralatan yang akan digunakan.
9. Kontraktor berkewajiban untuk membuat barak sebagai fasilitas kerja dan
tempat beristirahat bagi pekerja.
10. kontraktor berkewajiban untuk menyediakan tempat penyimpanan bahan /
material di tempat yang aman dari segala kerusakan, kehilangan serta
kemungkinan material-material tersebut berdampak terhadap lingkungan.
11. Kecuali direksi keet, semua hal tersebut diatas tidak boleh dimintakan / ditawar
dalam Rencana Anggaran Biaya.
4. GAMBAR-GAMBAR DOKUMEN
1. Apabila terjadi perbedaan antara gambar satu dengan yang lain, maka
kontraktor pelaksana berkewajiban melaporkan hal tersebut kepada PENGAWAS
secara tertulis dan hal tersebut tidak boleh dijadikan alasan untuk perpanjangan
waktu pelaksanaan.
2. Ukuran tertera dalam gambar adalah ukuran terpasang.
3. Kontraktor pelaksana tidak di ijinkan mengubah ukuran-ukuran dalam gambar
tanpa seijin Konsultan Pengawas.
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan 2 copy gambar kerja, spesifikasi teknis,
agenda, berita acara perubahan-perubahan gambar pelaksanaan yang telah
disetujui oleh pihak-pihak yang berwewenang.

5. GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN DAN CONTOH-CONTOH


1. Shop drawing adalah gambar-gambar, diagram, jadwal, dan brosur-brosur yang
harus disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana.
2. Contoh-contoh bahan adalah contoh benda-benda yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana sesuai RKS untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas
dan pihak-pihak terkait.
3. Dalam mengajukan contoh-contoh bahan setelah mempelajari RKS, Kontraktor
Pelaksana mengajukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas.
4. Konsultan Pengawas (dan Perencana apabila dianggap perlu) akan menyatakan
persetujuan / menolak usulan Kontraktor Pelaksana dalam waktu kurang dari 7
hari kerja.
5. Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-
contoh, harus disetujui Konsultan Pengawas, dan tidak boleh dilaksanakan tanpa
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
6. Segala biaya yang dikeluarkan untuk membuat shop drawing dan contoh-contoh
material dianggap telah termasuk dalam penawaran pekerjaan.

6. JAMINAN KUALITAS
Kontraktor Pelaksana menjamin pada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas bahwa
semua bahan dan perlengkapan adalah baru dan dari kualitas utama.

7. NAMA PABRIK/MEREK YANG DITENTUKAN


Nama pabrik / merk yang ditentukan apabila dalam spesifikasi teknis
dicantuPengawasan “nama pabrik dan setara” maka hal tersebut dimaksud agar
produk yang bersangkutan sekualitas dengan hasil pabrik dimaksud.
Apabila kontraktor mengajukan merk lain, maka Kontraktor Pelaksana harus dapat
membuktikan secara teknis bahwa produk tersebut betul-betul sekualitas dengan
yang dimaksud.

8. PEMESANAN MATERIAL
Pemesanan material harus ditunjukkan pada Konsultan Pengawas dan PENGAWAS
memiliki hak untuk pemeriksaan atas kebenaran pemesanan dimaksud.

9. PENILAIAN PRESTASI PEKERJAAN


Penilaian terhadap prestasi pekerjaan untuk setiap item pekerjaan yang ditawar oleh
Kontraktor Pelaksana dimulai pada saat pekerjaan dimaksud mulai dikerjakan
pada tempatnya sesuai gambar rencana.

10. PERLINDUNGAN TERHADAP ORANG,HARTA BENDA DAN PEKERJAAN


1. Perlindungan terhadap milik umum :
Dalam menjalankan pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus menjaga agar
barang-barang / kepentingan umum tidak terganggu sehingga pihak-pihak
tersebut dirugikan seperti misalnya, penggunaan jalan umum, fasilitas umum,
lalu lintas kendaraan, pejalan kaki dan sebagainya.

2. Pengamanan terhadap pihak-pihak yang tidak berkepentingan :


Kontraktor Pelaksana berkewajiban melarang pihak-pihak yang tidak
berkepentingan memasuki wilayah pelaksanaan pekerjaan. Untuk keperluan
tersebut Kontraktor Pelaksana harus menempatkan penjaga.

3. Perlindungan terhadap bangunan yang ada :


Pada masa pelaksanaan, Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab terhadap
perlindungan atas kerusakan / gangguan atas bangunan yang dilaksanakan.
Termasuk didalamnya kehilangan dan kerusakan bahan-bahan bangunan atau
peralatan yang ada. Untuk itu Kontraktor diwajibkan untuk mengasuransikan
seluruh pekerjaan dalam construction all risk.

4. Gangguan pada bangunan / penduduk sekitar.


Kontraktor Pelaksana berkewajiban memperhatikan terjadinya gangguan
terhadap bangunan sekitarnya serta penghuni / penduduk sekitar proyek.
Gangguan-gangguan di maksud harus sebelumnya diketahui Kontraktor
Pelaksana dan apabila akibat-akibat yang akan timbul tidak dapat diprediksi,
maka diwajibkan pada Kontraktor Pelaksana untuk mengasuransikan.

11. PERATURAN HAK PATENT


Kontraktor Pelaksana harus melindungi pemilik proyek (owner) terhadap terjadinya
“claim” atas hak Patent dalam hubungannya dengan merek dagang atau nama
produksi hak cipta dan semua material dan peralatan yang dipergunakan dalam
proyek ini.

12. IKLAN
Kontraktor Pelaksana tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun didalam
site tanpa seijin Pemberi Tugas.

13. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN


1. Apabila tidak disebutkan lain di dalam RKS dan Gambar maka berlaku mengikat
peraturan-peraturan dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
a. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Tekhnik dari
Dewan Tekhnik Pembangunan Indonesia (DTPI).
b. Persyaratan Umum Tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik (PUIL) Tahun 2000
dan PLN setempat.
c. Peraturan umum tentang pelaksanaan instalasi air minum serta instalasi
pembangunan dan perusahaan air minum.
d. Peraturan Beton (PB) 1989 dan PBI 1971
e. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-1961).
f. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan ( PUPB NI-3/56).
g. Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI 1982)
h. Peraturan semen portland indonesia NI-08.
i. Peraturan bata merah sebagai bahan bangunan.
j. Peraturan Muatan Indonesia.
k. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh jawatan/instasi
pemerintah setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
l. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengerahan Tenaga Kerja)
m. Peraturan-peraturan Pemerintah/Perda setempat
n. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia ( PPBBI )
o. Peraturan Umum Muatan Indonesia (PUMI NI 18/1970)
p. Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI 1982)
q. SK SNI T-15-1991-03, Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung.
r. SK SNI T-25-1991-03, tentang Standard Tata Cara Perencanaan Teknik
Bangunan Stadion.
s. Pedoman Perencanaan untuk struktur beton bertulang biasa dan struktur
tembok bertulang untuk gedung 1983.
t. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung 1987

2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan


mengikat pula:
a. Gambar bestek yang dibuat konsultan perencana yang sudah disahkan oleh
pemberi tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaiakan oleh
kontraktor dan sudah disahkan / disetujui Direksi.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
c. Berita acara penjelasan pekerjaan.
d. Berita acara penunjukkan.
e. Surat keputusan pemimpin proyek tentang penunjukkan Kontraktor.
f. Surat Perintah Kerja (SPK).
g. Surat penawaran beserta lampiran-lampirannya.
h. Jadwal pelaksanaan (Tentative Time schedule) yang telah disetujui.
i. Kontrak/surat perjanjian pemborongan.

3. Persyaratan Teknik Pada Gambar/RKS Yang Harus Diikuti :


a. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail
maka gambar detail yang diikuti.
b. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan
angka yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut
yang jelas akan menyebabkan ketidak sempurnaan/ ketidak sesuaian
konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas / Direksi
lebih dahulu.
c. Bila terdapat perbedaan antara RKS dan Gambar, maka RKS yang diikuti,
kecuali bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas
mengakibatkan kerusakan / kelemahan konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Konsultan Pengawas / Direksi.
d. RKS dan Gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan
lengkap sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti, demikian juga
sebaliknya.
e. Yang dimaksud dengan RKS dan Gambar di atas adalah RKS dan gambar
setelah mendapatkan perubahan /penyempurnaan di dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan.
f. Bila dalam gambar terdapat kekurangan notasi ukuran, namun tercantum
ukuran skala gambar, maka ukuran berdasarkan skala gambar dapat
dipergunakan.

c. STRUKTUR BETON :
Ketentuan Bahan.
1. Pengujian Bahan :
a. Konsultan Pengawas berhak memerintahkan diadakannya pengujian pada
setiap bahan yang akan digunakan pada pelaksanaan konstruksi beton ini, untuk
menentukan apakah bahan yang dipakai mempunyai mutu sesuai dengan mutu
yang telah ditetapkan.
b. Pengujian bahan dan beton harus dilakukan sesuai SNI 03-2847-2002
c. Tempat pengujian bahan dan beton harus dilakukan di Laboratorium
independent yang memenuhi syarat, dan mendapat persetujuan tertulis
Konsultan Pengawas.
d. Laporan lengkap pengujian bahan dan pengujian beton harus selalu
tersedia di lapangan (on site) untuk pemeriksaan selama pekerjaan berlangsung,
dan tersimpan selama 2 (dua) tahun setelah selesainnya pekerjaan
pembangunan.

2. Semen
a. Semen yang dipakai adalah semen Portland type satu, sesuai SNI 03-2847,
2002.
b. Merek semen yang akan dipakai harus mendapat persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas. Untuk mendapat persetujuan, kontraktor harus dapat
menunjukan sertifikat tentang semen yang diusulkan untuk dipakai. Sertifikat
ini bisa diperoleh dari pabrik semen yang bersangkutan atau dari laboratorium
yang berwenang.
c. Konsultan Pengawas berhak menolak semen yang dikirim ke Proyek, jika
atas dasar pemeriksaan tidak memenuhi persyaratan.
d. Penyimpanan Semen harus memenuhi syarat:
(1). Terlindung dari pengaruh iklim dan kelembaban.
(2). Semen harus disimpan sedemikian rupa, sehingga semen yang
datang / diproduksi lebih dulu terpakai lebih awal.
(3). Semen yang mempunyai gejala membatu / terkontaminasi bahan
yang dapat merusak tidak boleh digunakan.
e. Pemakaian semen lebih dari satu merek tidak diijinkan, kecuali ada alasan
khusus dan mendapat persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.

3. Agregat :
a. Agregat untuk beton harus memenuhi syarat ASTM C 33
b. Agregat kasar dapat berasal langsung dari alam (agregat alam), atau
agregat yang berasal dari batu pecah.
c. Ukuran maximum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:
(1). Seperlima (1/5) jarak terkecil sisi-sisi cetakan;
(2). Sepertiga (1/3) ketebalan pelat lantai .
d. Penyimpanan agregat kasar dan halus harus terpisah agar memudahkan
tugas Pengawasan, tidak terintrusi bahan yang dapat merusak/ menggangu.
e. Bahan yang telah terkontaminasi bahan yang merusak tidak dapat
digunakan.

4. Air :
a. Air pencampur beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang dapat
merusak beton, seperti: oli, asam, alkali, garam, bahan organik.
b. Kecuali air yang berasal dari PDAM, maka sebelum dipakai harus diuji
kelayakannya, seperti yang ditentukan dalam SNI 03-2847-2002 PASAL 5.4

5. Baja Tulangan :
a. Semua baja tulangan yang dipakai harus baru, bebas dari karat
b. Semua tulangan dari jenis baja ulir (BJTD) dan polos harus memenuhi
ketentuan SNI 03-2487-2002 pasal 5.5.
c. Baja ulir dipakai untuk seluruh elemen strutur, dengan mutu fy= 320 Mpa
(U32).
d. Baja polos dipakai hanya untuk elemen non structural dengan mutu
fy=240Mpa (U24)
e. Sambungan las baja tulangan tulangan tidak diijinkan, kecuali ada
pertimbangan khusus dan harus mendapat persetujuan tertulis Konsultan
Pengawas.

6. Bahan Tambahan :
a. Penggunaan bahan tambahan untuk pembuatan beton harus mendapat
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
b. Untuk keseluruhan pekerjaan, bahan tambahan yang digunakan harus
mampu secara konsisten menghasilkan komposisi dan kinerja yang sama dengan
yang dihasilkan oleh produk yang digunakan dalam menentukan komposisi beton
diawal penentuan campuran.

7. Ketentuan Teknik Pelaksanaan Pekerjaan Beton.


Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah pekerjaan-pekerjaan yang menunjang
terealisasinya pekerjaan struktur beton yaitu:
1. Persiapan;
2. Toleransi
3. Cetakan,pipa tertanam,dan siar pelaksanaan.
4. Penulangan;
5. Pelindung beton;
6. Campuran beton
7. Pengecoran;
8. Perawatan;
9. Evaluasi dan penerimaan mutu beton

8. Pekerjaan Persiapan.
1. Pengajuan rencana pelaksanaan.
Untuk mendapat persetujuan pelaksanaan suatu pekerjaan, Kontraktor
Pelaksana harus menyampaikan usulannya terlebih dahulu mencakup gambar-
gambar pelaksanaan, daftar personel, kelengkapan peralatan beserta kondisinya.

2. Keamanan Proyek
Kontraktor Pelaksana harus melengkapi Proyek dengan sistem pengamanan
yang semestinya, harus atas persetujuan Konsultan Pengawas. Penempatan
penangkal petir, pemakaian sabuk pengaman dsb, sesuai ketentuan ketenaga
kerjaan yang berlaku.

3. Penentuan titik–titik tetap (uitset)


Untuk pelaksanaan pekerjaan ini Kontraktor Pelaksana harus mendapat
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
4. Perlindungan cuaca.
Perlu dipersiapkan atas kemungkinan adanya gangguan cuaca, lingkungan
terhadap bahan, yang dapat mengganggu mutu beton.

9. Toleransi.
1. Dimensi
Untuk panjang sampai dengan 8 meter ± 10 mm
Untuk panjang keseluruhan lebih 8 meter ± 15 mm

2. Kedudukan (dari titik patokan)


Kedudukan kolom ± 10 mm
Kedudukan permukaan horizontal ± 10 mm
Kedudukan permukaan vertical ± 10 mm

3. Alignement vertical kolom per lantai ± 10 mm

4. Penutup/selimut beton
Selimut beton tebal sampai dengan 30 mm ± 5 mm

5. Dimensi kolom/balok
Ukuran sampai dengan 500 mm ± 5 mm
Ukuran lebih besar 500 mm ± 10 mm

6. Dan lain-lain
Apabila ada toleransi yang belum disebutkan akan ditetapkan kemudian
atas persetujuan Konsultan Pengawas.

10. Cetakan, pipa tertanam ,dan siar pelaksanaan.


1. Cetakan.
a. Cetakan harus mampu menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk,
garis, dan dimensi komponen struktur seperti yang disyaratkan seperti
dalam gambar.
b. Cetakan harus mantap, kaku dan kuat untuk mencegah kebocoran mortar,
perubahan posisi dan perubahan bentuk elemen struktur.
c. Pemasangan cetakan tidak boleh merusak struktur yang sudah terpasang
sebelumnya.
d. Perencanaan cetakan harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut:
(1). Kecepatan dan methode pengecoran
(2). Beban selama konstruksi
(3). Kemudahan dan kecepatan pembongkaran,
e. Khusus untuk urugan pasir dibawah lantai kerja plat lantai satu seperti yang
dinyatakan dalam gambar rencana, pelaksanaannya diganti dengan
menggunakan lembaran plastik setelah elevasi tanah dasar disesuaikan
rencana dan dipadatkan.
f. Waktu pembongkaran cetakan harus berdasarkan analisa bahwa akibat
pembongkaran ini tidak mengakibatkan kerusakan pada elemen struktur
atau dapat mengurangi kemampuanya.
g. Sebelum dimulainya pekerjaan konstruksi, Kontraktor pelaksana harus
membuat prosedur dan jadwal pelaksanaan pemasangan, pembongkaran
cetakan, untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

2. Saluran dan pipa yang ditanam dalam beton.


a. Bahan saluran dan pipa yang ditanam tidak boleh membahayakan beton
dalam waktu umur struktur, misal seperti aluminium kecuali diambil
tindakan pengamannya. Keberadaan saluran atau pipa tidak boleh dianggap
mempunyai kekuatan secara struktural.
b. Saluran dan pipa yang dipasang tidak boleh menurunkan kekuatan struktur.
Pipa atau saluran yang ditanam dalam kolom tidak boleh melebihi 4% luas
penampang yang diperlukan untuk kekuatan atau untuk perlindungan
terhadap korosi atau kebakaran.
c. Dimensi maksimum pipa/ saluran tidak boleh lebih besar dari 1/3
(sepertiga) tebal pelat, dinding, balok ataupun kolom, Pemasangannya tidak
boleh berjarak sumbu ke sumbu kurang dari 3 (tiga) kali diameter/ lebar

3. Siar pelaksanaan.
a. Penempatan siar pelaksanaan harus dirancang sebelum pekerjaan
pengecoran dilaksanakan, dengan pertimbangan tidak mengurangi
kekuatan struktur.
Perangkat untuk menyalurkan geser atau gaya lain melalui siar pelaksanaan
harus melalui analisa sebagaimana mestinya.
b. Sebelum pengecoran, permukaan beton harus dibersihkan dari dari
serpihan dan kotoran, dibasahi sampai jenuh dan dibebaskan dari
kemungkinan air yang menggenang.
c. Siar pelaksanaan pada system pelat lantai harus ditempatkan dalam daerah
sepertiga bentang tengah pelat dan balok. Siar pelaksanaan balok induk
harus diletakan pada jarak minimum sebesar dua kali lebar balok yang
memotongnya dari posisi muka perpotongan tsb.
d. Siar pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada struktur yang harus kedap
air, seperti didaerah kamar mandi dan kamar kecil (KM/WC) atau pada pelat
atap.

11. Penulangan
1. Pemotongan tulangan
Semua pemotongan tulangan tidak diperkenankan memakai mesin las atau yang
sejenis.

2. Pengiriman tulangan .
Semua tulangan saat pengiriman tidak boleh ditekuk kecuali untuk tulangan
berdiameter lebih kecil 19 mm.

3. Pembengkokan tulangan.
Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali disetujui
dengan cara lain oleh Konsultan Pengawas. Tulangan yang sudah tertanam
dalam beton tidak boleh dibengkokkan dilapangan.

4. Permukaan tulangan.
Pada saat beton di cor, keadaan permukaan tulangan harus bersih, bebas dari
lumpur, minyak, atau segala jenis zat/ benda pelapis bukan logam yang dapat
mengurangi lekatan beton terhadap tulangan.

5. Penempatan tulangan.
Semua tulangan harus ditempatkan/ disetel sesuai gambar. Tulangan
ditempatkan sedemikian rupa agar tetap terjamin ditempatnya, tidak mudah
tergeser akibat adanya pekerjaan pengecoran.

6. Batasan spasi tulangan.


Jarak bersih antara dua tulangan sejajar dalam lapis yang sama tidak kurang
dari diameter tulangan yang besangkutan dengan minimal 25 mm. Bila tulangan
sejajar tersebut diletakan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapis bawah
harus tepat dibawah tulangan diatasnya, dengan spasi bersih minimal 25 mm.

7. Sambungan/ pengangkuran tulangan.


Sambungan lewatan tulangan yang menerus dan pengangkuran tulangan yang
berakhir pada pertemuan kolom balok harus dilindungi dengan sengkang
pengikat. Sengkang ini dapat berupa sengkang pengikat tertutup internal atau
spiral tertutup.

12. Pelindung beton.


1. Tahu beton
Tahu-tahu beton yang dipakai sebagai penahan tulangan sementara untuk
mendapatkan tebal pelindung beton yang disyaratkan harus mempunyai mutu
sama dengan betonnya sendiri.

2. Tebal pelindung beton ditetapkan sebagai berikut.


a. Poer = 50 mm
b. Pelat = 20 mm
c. Sloof = 30 mm
d. Kolom = 30 mm
e. Balok = 30 mm

13. Campuran beton


1. Rencana campuran (mix design)
Rencana campuran/ mix design harus dilakukan dengan methoda yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas sebelum keputusan komposisi ditetapkan, untuk
mendapatkan beton dengan kelecakan dan konsistensi yang menjadikan beton
mudah untuk dicor tanpa terjadi segregasi
2. Komposisi campuran
Komposisi campuran harus berdasarkan atas perbandingan berat.
3. Cara mencampur
Beton harus dicampur dengan menuangkan seluruh unsur pembentuknya
kedalam satu wadah pengaduk, dengan proses pengadukan secara terus
menerus selama sekurang-kurangnya 1,5 menit, setelah seluruh bahan
dimasukkan.
4. Penambahan air.
Penambahan air pada beton yang sudah selesai proses pengadukannya tidak
diijinkan.

14. Pengecoran.
1. Persetujuan tertulis pengecoran oleh Kontraktor Pelaksana harus sudah selesai
paling lambat 24 jam sebelum waktu pelaksanaan. Pengecoran tidak dapat
dilaksanakan apabila tidak dihadiri oleh Konsultan Pengawas.
2. Sebelum pengecoran dimulai, cetakan harus dibasahi air atau bahan bahan lain
untuk menghindari hilangnya air dalam campuran dan sekaligus untuk
mengantisipasi kemudahan pembukaan cetakan dan untuk memproleh kwalitas
permukaan beton yang disyaratkan.
3. Selama pengecoran sampai dengan proses pengerasan selesai, beton harus
tetap terlindungi oleh kemungkinan adanya gangguan external maupun internal
(hujan, getaran, tumbukan dsb)
4. Adukan beton harus selesai dicorkan paling lambat sebelum waktu pengerasan
(setting time) berakhir. Waktu setting time harus ditetapkan secara tertulis
terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas atas usul Kontraktor Pelaksana.
5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi.
Penuangan beton harus sedekat mungkin. Tinggi jatuh bebas beton tidak boleh
melampaui 1,5 m.
6. Pemberhentian pengecoran (siar pelaksanaan) sesuai rencana yang telah
mendapat pesetujuan Konsultan Pengawas.
7. Tebal pengecoran harus mempertimbangkan adanya proses pemadatan,
pengaruh panas hidrasi (dengan maximum beda panas tertinggi didalam beton
dan dipermukaan sebesar 20 derajat Celsius).
8. Khusus pada pemberhentian pengecoran elemen vertikal misal kolom, sebelum
dilakukan pengecoran sambungan berikutnya, bagian atas beton harus dikepras
setebal minimal 50 mm, untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai.
9. Selama proses pengecoran harus dijaga agar tidak terjadi perubahan letak
penulangan, antisipasi terhadap hal ini harus diambil sebelum persetujuan
pengecoran dikeluarkan.

15. Perawatan (curing).


1. Perawatan biasa.
Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi terhadap pengeringan dini,
temperature terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus berada dalam
kondisi lembab terus menerus sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah
pengecoran selesai, kecuali menggunakan perawatan dipercepat.

2. Perawatan dipercepat/khusus.
a. Metode perawatan ini harus mendapat persetujuan tertulis pihak Konsultan
Pengawas.
b. Perawatan dipercepat (misal dengan uap bertekanan tinggi) dapat
dilaksanakan asal dengan perawatan ini beton yang dihasilkan sekurang-
kurangnya mempunyai mutu sama dengan yang disyaratkan, baik kekuatan
dalam jangka pendek, jangka panjang maupun yang menyangkut tingkat
keawetannya.
c. Proses perawatan khusus dengan mengganti kehadiran air dengan material
tertentu (misal seperti curring compound), harus tetap juga memenuhi
syarat seperti pada perawatan yang dipercepat diatas yaitu beton yang
dihasilkan minimum mutunya tidak lebih rendah.
d. Konsultan Pengawas dapat menambah jumlah benda uji dari jumlah yang
disyaratkan untuk evaluasi mutu beton, untuk menjamin bahwa proses
perawatan yang dilakukan memenuhi persyaratan.
e. Selama cuaca panas maka perhatian harus lebih diberikan sejak dimulainya
proses, seperti perlindungan terhadap bahan dasar, cara produksi, serta
penanganan pengecoran. Perlindungan yang merupakan bagian dari
perawatan harus dapat mencegah temperature beton melebihi yang
seharusnya, sehingga dapat memberi pengaruh negative pada mutu beton
yang dihasilkan atau kemampuan layan komponen struktur.

16. Evaluasi dan Penerimaan Mutu Beton.


Evaluasi dan penerimaan Mutu Beton sesuai dengan SNI 03-2487-2002 (butir 7.6 :
Evaluasi dan Penerimaan Mutu Beton, kecuali pasal 7.6.2) butir (1) diganti menjadi
(diambilkan dari Peraturan Beton Indonesia 1971 /PBI 71 NI-2) yaitu :
1. Frekwensi Pengambilan Benda Uji
Selama pelaksanaan mutu beton harus diperiksa secara kontinu dari hasil
pemeriksaan benda uji. Untuk masing-masing mutu beton harus dibuat 1 (satu)
benda uji setiap 1 truk mixer beton dengan volume  6 (enam) m3.
2. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan.
a. Tenaga .
Tenaga pengujian /Teknisi lapangan yang memenuhi syarat kualifikasi,
harus melakukan pengujian beton segar di lokasi konstruksi, menyiapkan
contoh uji silinder yang diperlukan dan mencatat segala sesuatunya yang
diperlukan seperti suhu beton segar pada saat menyiapkan contoh uji untuk
pengujian tekan. Pengujian di Laboratorium harus dilakukan oleh tenaga
Teknisi yang memenuhi persyaratan atas persetujuan Konsultan Pengawas.

b. Laboratorium.
Semua benda uji harus dites sesuai persyaratan di Laboratorium
Independen yang memenuhi kwalifikasi baik personel maupun
peralatannya, atas persetujuan tertulis Konsultan Pengawas. Saat pengujian
harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.

c. Pengujian tambahan.
Konsultan Pengawas berhak memerintahkan Kontraktor Pelaksana untuk
melakukan pengujian tambahan apabila ada hal-hal yang meragukan.
Pengujian ini harus sesuai ketentuan yang berlaku.

17. Ketentuan Tambahan Pada Masing-masing Bagian Struktur


Pekerjaan ini meliputi :
1. Tiang Pancang
2. Balok Sloof
3. Poer
4. Kolom
5. Balok
6. Pelat
7. Dinding
8. Siar Dilatasi dan Siar Pelaksanaan
9. Bak Reservoir
10. Beton Pracetak

18. Balok Sloof.


1. Urutan Pengecoran.
Khusus untuk balok-balok sloof menyatu secara keseluruhan bangunan (tidak
dipisah sesuai siar dilatasi), namun urutan pengecorannya harus sedemikian
rupa agar pengaruh susut diawal-awal umur beton tidak terhalang. Pengecoran
selang-seling bisa menjadi salah satu alternative, untuk itu Persetujuan
Konsultan Pengawas diperlukan dalam penentuan urutan pengecoran ini .

2. Pelindung Beton.
Apabila balok sloof dicor dengan menggunakan acuan permanent misal dari
pasangan batu-bata/batako, permukaan beton tidak dapat dikontrol, maka
penutup betonnya harus dirubah menjadi 75 mm .

19. Kolom.
Kolom menggunakan beton K250 dengan syarat pengecoran:
1. Tremi.
Mengingat ukuran kolom yang ada, pengecoran dengan menggunakan bantuan
tremi dapat menjadi salah satu pilihan. Penggunaan cara ini harus tetap
menjamin bahwa mutu beton yang didapat tidak lebih rendah dari yang
dipersyaratkan. Tinggi jatuh pengecoran tidak boleh melampaui 1,5 meter.

2. Sambungan tulangan.
Untuk menghindari kesulitan dalam pengecoran, penyambungan tulangan perlu
dirancang sedemikian rupa, misalnya tidak dalam satu potongan.

3. Sarang tawon.
Untuk menghindari terjadinya sarang tawon pada bagian bawah kolom
antisipasi untuk mencegahnya harus ditetapkan terlebih dahulu.

4. Pemberhentian pengecoran.
Pada bagian atas pemberhentian pengecoran kolom sering terjadi penurunan
kwalitas beton ditandai adanya retak dibawah sengkang, karena kurang
perawatan, adanya phenomena konsolidasi pada pengecoran beton yang
relative tebal, maka permukaan itu harus dikepras minimum setebal 50 mm.

20. Balok.
Antisipasi akan terjadinya lendutan balok oleh beban yang bekerja maka perlu
langkah antisipasi pada waktu memasang kerangka acuan/bekisting berupa kontra
lendutan.

21. Pelat.
Mutu beton untuk pelat adalah K250.
1. Kontra lendutan.
Seperti pada balok, antisipasi terhadap terjadinya lendutan harus diantisipasi
sebelum pengecoran dilaksanakan.

2. Posisi tulangan.
Pengalaman menunjukan bahwa saat pengecoran pelat, para pekerja
pengecoran sering/sulit menghindar untuk tidak menginjak tulangan pelat,
sehingga letak/kelurusan tulangan terganggu. Untuk menghindari menurunnya
kemampuan pikul pelat khususnya diatas tumpuan, antisipasi kearah itu harus
ditetapkan sebelum pelaksanaan pengecoran.

22. Kolom.
Mutu beton untuk kolom adalah K-250. Dengan persyaratan pengecoran:
1. Pada pengecoran tinggi jatuh beton maximum 1,5 meter.
2. Bagian-bagian tulangan yang terkena beton saat pengecoran harus dibersihkan
sebelum pengecoran berikutnya dilaksanakan.

23. Kegagalan Pengecoran.


Yang dimaksud dengan kegagalan pengecoran disini antara lain:
1. Diproleh mutu beton lebih rendah dari yang dipersyaratkan.
Apabila hal semacam ini terjadi ,maka penyelesiannya merujuk pada SNI 03-
2487-2002 pasal 7.6. butir 5 (Penyelidikan untuk hasil uji kuat tekan beton
rendah)
2. Terjadi keropos (sarang tawon).
Untuk menyelesaikan masalah ini harus mendapat persetujuan Pengawas.
Penyelesaian dengan cara mechanical grouting dengan menggunakan produk
sejenis Embeco Grout,Masterfloow Grout, Sika dan yang sejenisnya harus
dilakukan. Kuat tekan hasil grouting harus mencapai mutu minimal sama
dengan mutu beton yang dipersyaratkan .

24. Pengujian Bahan :


a. Konsultan Pengawas berhak memerintahkan diadakannya pengujian pada
setiap bahan yang akan digunakan pada pelaksanaan konstruksi beton ringan
(panel lantai) ini, untuk menentukan apakah bahan yang dipakai mempunyai
mutu sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan.
b. Pengujian bahan dan beton ringan (panel lantai) harus dilakukan sesuai SNI
03-2847-2002
c. Tempat pengujian bahan dan beton harus dilakukan di Laboratorium
independent yang memenuhi syarat, dan mendapat persetujuan tertulis
Konsultan Pengawas.
d. Laporan lengkap pengujian bahan dan pengujian beton harus selalu
tersedia di lapangan (on site) untuk pemeriksaan selama pekerjaan berlangsung,
dan tersimpan selama 2 (dua) tahun setelah selesainnya pekerjaan
pembangunan.

25. Jenis Produksi Bahan


a. Ukuran Presisi.
b. Bentuk lurus (tidak melengkung)
c. Sudut sudut siku.
d. Warna merata.
e. Permukaan rata / lurus / flat, permukaan atas dan bawah sama
f. Menggunakan tulangan baja mutu tinggi BSS 500 dan dirangkai dengan
menggunakan las listrik.
g. Tulangan diproteksi dengan anti karat.
h. Mempunyai berat jenis 780 Kg/m3 dan kuat tekan 6,20 N/mm2
i. Memberikan jaminan ( garansi ) selama 15 tahun.

26. Bahan Tambahan :


a. Penggunaan bahan tambahan untuk pembuatan beton harus mendapat
persetujuan tertulis dari pabrik yang memproduksi Beton ringan (panel
lantai)dan Konsultan Pengawas.
b. Untuk keseluruhan pekerjaan, bahan tambahan yang digunakan harus
mampu secara konsisten menghasilkan komposisi dan kinerja yang sama dengan
yang dihasilkan oleh produk yang digunakan dalam menentukan komposisi beton
diawal penentuan campuran.

27. Ketentuan Teknik Pelaksanaan Pekerjaan Beton.


Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah pekerjaan-pekerjaan yang menunjang
terealisasinya pekerjaan struktur beton ringan (panel lantai)yaitu:
1. Persiapan;
2. Toleransi
3. Cetakan,pipa tertanam,dan siar pelaksanaan.
4. Penulangan beton ringan (panel lantai)
5. Pelindung betonringan (panel lantai)
6. Perawatanringan (panel lantai)
7. Evaluasi dan penerimaan mutu beton ringan (panel lantai) dan hasil pelaksanaan

28. Pekerjaan Persiapan.


1. Pengajuan rencana pelaksanaan.
Untuk mendapat persetujuan pelaksanaan suatu pekerjaan, Kontraktor
Pelaksana harus menyampaikan usulannya terlebih dahulu mencakup gambar-
gambar pelaksanaan, daftar personel, kelengkapan peralatan beserta kondisinya.
2. Keamanan Proyek
Kontraktor Pelaksana harus melengkapi Proyek dengan sistem pengamanan
yang semestinya, harus atas persetujuan Konsultan Pengawas. Penempatan
penangkal petir, pemakaian sabuk pengaman dsb, sesuai ketentuan ketenaga
kerjaan yang berlaku.
3. Penentuan titik–titik tetap (uitset)
Untuk pelaksanaan pekerjaan ini Kontraktor Pelaksana harus mendapat
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
4. Perlindungan cuaca.
Perlu dipersiapkan atas kemungkinan adanya gangguan cuaca, lingkungan
terhadap bahan, yang dapat mengganggu mutu betonringan(panel lantai).
C. ARSITEKTUR

C1. DINDING

PASAL 2. DINDING PASANGAN BATU BATA MERAH

5.1 UMUM :
1. Lingkup Pekerjaan :
-
Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material,
peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik
dan sempurna.
- Meliputi pemasangan bagian dinding dan bagian lain dari bangunan yang
dinyatakan dalam gambar menggunakan bahan pasangan Batu bata merah
atau setara.
- Termasuk dalam pekerjaan ini bagian dinding toilet dalam bangunan yang
didalam gambar dinyatakan sebagai dinding toilet cubicel.
2. Pekerjaan lain yang berhubungan :
 Pekerjaan Bagian Struktur
 Pekerjaan Plesteran

5.2 STANDARD :
1. Batu bata merah memenuhi NI-10
2. Semen Portland memenuhi NI-8.
3. Pasir memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2.
4. Air memenuhi PVBI-1982 Pasal 9.

5.3 MATERIAL :
1. Batu bata merah atau yang setara kualitas terbaik yang disetujui Konsultan
Pengawas. Batu bata ringan atau yang setara harus siku dan sama ukurannya.
2. Spesi menggunakan pasir,semen / setara yang diaduk secara benar hingga
menjadi homogen dan disetujui Konsultan Pengawas.
3. Pekerjaan plesteran menggunakan pasir,semen / atau yang setara dan disetujui
Konsultan Pengawas.
4. Pekerjaan acian menggunakan pasir,semen / atau yang setara dan disetujui
Konsultan Pengawas.

5.4 ALAT KERJA :


1. Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan dan juga
perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja pelaksananya.
2. Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

5.5 PERSIAPAN :
1. Spesi menggunakan pasir,pasang / atau yang setara dan disetujui Konsultan
Pengawas.
2. Pasangan Dinding biasa campuran 1 : 5 dengan bata merah atau yang setara.
3. Setiap bukaan / lubang pada dinding harus diberi pengaku berupa balok dan
kolom praktis.
4. Stek-stek untuk pasangan batu bata harus sudah disiapkan pada saat
pembuatan kolom dan balok.

5.6 PELAKSANAAN :
Pasangan Dinding Batu Bata Merah atau yang setara pada umumnya :
1. Pasangan dinding batu bata merah pada umumnya adalah pasangan batu bata
merah atau yang setara dengan perekat (spesi) menggunakan Prime Mortar PM-
100 / atau yang setara dan disetujui Konsultan Pengawas .
2. Seluruh pekerjaan pasangan harus dibuat lurus baik secara vertikal maupun
secara horisontal, sehingga menghasilkan bidang-bidang yang betul-betul rata.
3. Setiap luas pasangan dinding termasuk pasangan trasraamnya mencapai 12m²
sudah harus dipasang frame-frame yang berupa kolom-kolom beton praktis dan
balok-balok beton praktis dengan ukuran 15 x 15 cm, dengan tulangan pokok
4Ø10 dan beugel Ø8-15.
4. Setiap bukaan / lubang pada dinding harus diberi pengaku berupa balok dan
kolom praktis.
5. Stek-stek untuk pasangan batu bata harus sudah disiapkan pada saat
pembuatan kolom dan balok.
6. Tinggi pasangan termasuk pasangan trasraamnya untuk setiap hari pelaksanaan
tidak boleh melebihi 1 m.
7. Pasangan dinding yang telah mengering harus selalu dipelihara dengan disirami
air minimal 1 kali setiap 2 hari.

Pasangan Dinding Batu Bata Trasraam :


1. Pasangan dinding trasraam adalah pasangan batu bata merah atau yang setara
dengan perekat (spesi) menggunakan Prime Mortar PM-100 / atau yang setara
dan disetujui Konsultan Pengawas.. Dilaksanakan di atas sloof sampai ketinggian
30 cm dari permukaan lantai yang direncanakan. Khusus untuk daerah-daerah
basah (KM, WC, perletakan washtafel dll) dilaksanakan sampai ketinggian 200
cm dari permukaan lantai yang direncanakan.
2. Persyaratan lainnya mengenai dinding trasraam ini sepenuhnya mengacu pada
pasal pekerjaan pasangan dinding batu bata pada umumnya diatas.

C2. PINTU DAN JENDELA

PASAL 3. KUSEN, DAUN PINTU DAN DAUN JENDELA ALUMUNIUM

8.1 UMUM :
1. Lingkup Pekerjaan :
a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan
material, peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Meliputi fabrikasi dan instalasi seluruh kusen, daun pintu, dan daun
jendela yang dinyatakan dalam gambar menggunakan bahan alumunium.

2. Pekerjaan lain yang berhubungan :


a. Pekerjaan Kaca
b. Pekerjaan Penggantung dan Pengunci
c. Pekerjaan Sealant

8.2 MATERIAL :
1. Bahan yang dipakai untuk kosen alumunium maupun Daun pintu / jendela
aluminium spesifikasi sebagai berikut :
a. Kusen Alumunium 4” coklat DACON, atau setara
b. Slimar alumunium alloy 3 x 6 coklat DACON, atau setara
2. Kelengkapan sambungan :
a. Neoprene Gasket
b. Sealant eks. DOW CORNING DC 793 atau yang setara
c. Structural sealant eks DOW CORNING DC 795 atau yang setara

3. Angkur plat baja tebal 2 – 3 mm dengan dynabolt M8.

8.3 ALAT KERJA :


1. Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan yang diperlukan
untuk fabrikasi komponen dan juga perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja
pelaksananya.
2. Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini terutama yang dipergunakan
untuk menjalankan peralatan kerjanya.

8.4 PERSIAPAN :
1. SHOP DRAWING :
Sebelum pekerjaan kusen, pintu, dan jendela alumunium dilaksanakan,
Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan gambar-gambar pelaksanaan / shop
drawing kepada Konsultan Pengawas. Sebelum gambar shop drawing tersebut
disetujui oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor Pelaksana tidak diperkenankan
melaksanakan pekerjaan.
Shop drawing yang dibuat Kontraktor Pelaksana harus memenuhi :
a. Harus memperlihatkan dengan jelas dimensi, sistem konstruksi, hubungan
antar komponen, cara dan letak pengangkuran, penempatan hardware, dan
detail-detail pemasangan.
b. Harus berkesesuaian dengan gambar rencana dan spesifikasi bahan.
c. Harus memperlihatkan detail-detail pemasangan bahan pengisi pintu /
jendela serta gasket dan sealantnya.
d. Harus memperlihatkan metoda perkuatan pemasangan engsel dengan
menggunakan klos-klos kayu didalam kosen alumunium.

2. CONTOH BAHAN :
a. Kontraktor harus menyerahkan 3 set contoh semua bahan yang
memperlihatkan tekstur, finishing, dan warna.
b. Kontraktor juga menyerahkan seluruh contoh-contoh profil yang akan
dipergunakan dengan diberi keterangan mengenai jenis bahan, ketebalan,
dan penggunaan profil tersebut pada komponen kosen, daun pintu, dan
daun jendela.

3. MOCK UP (Standard Pengerjaan) :


a. Sebelum memulai pemasangan, kontraktor harus membuat contoh
pemasangan yang memperlihatkan dengan jelas pola pemasangannya.
b. Mock-up yang telah disetujui akan dijadikan standard minimal untuk
fabrikasi dan pemasangan Kosen Pintu dan Jendela Alumunium.

4. Rongga-rongga tempat pintu dan jendela yang akan dipasang sudah harus
dalam keadaan selesai / finish walaupun belum dalam kondisi finishing akhir.

5. Kontraktor pelaksana wajib meneliti gambar-gambar dan kesesuaian kondisi


lapangan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Apabila terjadi kekurang
rataan kondisi permukaan, kurang waterpass, ataupun ketidak sesuaian ukuran,
elevasi, ukuran lebar, dan posisi terhadap keseluruhan disain, maka Kontraktor
Pelaksana wajib memperbaikinya terlebih dahulu.
6. Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan
pabrik, lengkap dengan instruksi-instruksi pemasangannya.

7. Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi suport dan
perlindungan yang memadai untuk melindungi material dari perubahan bentuk
ataupun dari kerusakan.

8.5 PELAKSANAAN :
1. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh tukang-tukang dengan standart
pengerjaan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
2. Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah.
3. Semua detail pertemuan harus runcung (adu manis) halus dan rata bersih dari
goresan-goresan serta cacat-cacat yang mempengaruhi permukaan.
4. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan
persyaratan teknis yang benar.
5. Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam
galvanized.
6. Angkur dipasang setiap jarak 600 mm.
7. Sekeliling tepi kusen yang berbatasan dengan dinding harus diberi backer rod
dan sealant untuk kekedapan terhadap air dan suara.
8. Ketika pelaksanaan pekerjaan plesteran, pengecatan dinding dan bila kusen
telah terpasang maka kusen tersebut harus dilindungi agar kusen tetap
terjamin kebersihannya.
9. Tepi bawah ambang kusen yang berhubungan dengan eksterior harus
dilengkapi dengan flashing penahan air hujan.

PASAL 10. KUSEN DAN DAUN PINTU ALUMUIUM

10.1 UMUM :
1. Lingkup Pekerjaan :
a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material,
peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik
dan sempurna.
b. Meliputi fabrikasi dan instalasi seluruh kusen dan daun pintu yang
dinyatakan dalam gambar menggunakan bahan kusen alumunium dan daun
pintu kayu.

2. Pekerjaan lain yang berhubungan :


a. Pekerjaan Kaca
b. Pekerjaan Penggantung dan Pengunci

10.2 MATERIAL :
1. Bahan yang dipakai untuk kosen alumunium aluminium menggunakan
Alumunium 4” coklat DACON, atau setara
2. Kelengkapan sambungan alumunium :
a. Neoprene Gasket
b. Sealant eks. DOW CORNING DC 793 atau yang setara
c. Structural sealant eks DOW CORNING DC 795 atau yang setara
3. Angkur plat baja tebal 2 – 3 mm dengan dynabolt M8.

10.3 ALAT KERJA :


1. Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan yang diperlukan
untuk fabrikasi komponen dan juga perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja
pelaksananya.
2. Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini terutama yang dipergunakan
untuk menjalankan peralatan kerjanya.

10.4 PERSIAPAN :
1. SHOP DRAWING :
Sebelum pekerjaan kusen dan pintu dilaksanakan, Kontraktor Pelaksana harus
menyerahkan gambar-gambar pelaksanaan / shop drawing kepada Konsultan
Pengawas. Sebelum gambar shop drawing tersebut disetujui oleh Konsultan
Pengawas, Kontraktor Pelaksana tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan.
Shop drawing yang dibuat Kontraktor Pelaksana harus memenuhi :
a. Harus memperlihatkan dengan jelas dimensi, sistem konstruksi, hubungan
antar komponen, cara dan letak pengangkuran, penempatan hardware, dan
detail-detail pemasangan.
b. Harus berkesesuaian dengan gambar rencana dan spesifikasi bahan.
c. Harus memperlihatkan detail-detail pemasangan pintu serta gasketnya.
d. Harus memperlihatkan metoda perkuatan pemasangan engsel dengan
menggunakan klos-klos kayu didalam kosen alumunium.

2. CONTOH BAHAN :
a. Kontraktor harus menyerahkan 3 set contoh semua bahan yang
memperlihatkan tekstur, finishing, dan warna.
b. Kontraktor juga menyerahkan seluruh contoh-contoh profil yang akan
dipergunakan dengan diberi keterangan mengenai jenis bahan, ketebalan,
dan penggunaan profil tersebut pada komponen kusen, daun pintu, dan
daun jendela.

3. MOCK UP (Standard Pengerjaan) :


a. Sebelum memulai pemasangan, kontraktor harus membuat contoh
pemasangan yang memperlihatkan dengan jelas pola pemasangannya.
b. Mock-up yang telah disetujui akan dijadikan standard minimal untuk
fabrikasi dan pemasangan Kusen Alumunium dan Pintu Kayu.

4. Rongga-rongga tempat pintu dan jendela yang akan dipasang sudah harus
dalam keadaan selesai / finish walaupun belum dalam kondisi finishing akhir.

5. Kontraktor pelaksana wajib meneliti gambar-gambar dan kesesuaian kondisi


lapangan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Apabila terjadi kekurang
rataan kondisi permukaan, kurang waterpass, ataupun ketidak sesuaian ukuran,
elevasi, ukuran lebar, dan posisi terhadap keseluruhan disain, maka Kontraktor
Pelaksana wajib memperbaikinya terlebih dahulu.

6. Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan


pabrik, lengkap dengan instruksi-instruksi pemasangannya.

7. Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi suport dan
perlindungan yang memadai untuk melindungi material dari perubahan bentuk
ataupun dari kerusakan.

10.5 PELAKSANAAN :
1. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh tukang-tukang dengan standart
pengerjaan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
2. Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah.
3. Semua detail pertemuan harus runcung (adu manis) halus dan rata bersih dari
goresan-goresan serta cacat-cacat yang mempengaruhi permukaan.
4. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan
persyaratan teknis yang benar.
5. Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam
galvanized.
6. Angkur dipasang setiap jarak 600 mm.
7. Sekeliling tepi kusen yang berbatasan dengan dinding harus diberi backer rod
dan sealant untuk kekedapan terhadap air dan suara.
8. Ketika pelaksanaan pekerjaan plesteran, pengecatan dinding dan bila kusen
telah terpasang maka kusen tersebut harus dilindungi agar kusen tetap terjamin
kebersihannya.
9. Tepi bawah ambang kusen yang berhubungan dengan eksterior harus dilengkapi
dengan flashing penahan air hujan.

PASAL 11. PINTU DAN KACA

11.1 UMUM :
1. Lingkup Pekerjaan :
a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material,
peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik
dan sempurna.
b. Meliputi fabrikasi dan instalasi seluruh pintu & kaca yang dinyatakan dalam
gambar sebagai pintu dan kaca.

2. Pekerjaan lain yang berhubungan :


a. Pekerjaan Penggantung dan Pengunci

11.2 MATERIAL :
1. Bahan yang digunakan adalah kaca atau sesuai gambar rencana, eks Asahimas
atau yang setara.
2. Warna kaca bening/clear.
3. Tepian kaca harus di bevel halus.
4. Patch Fitting / Glass Fitting untuk Pintu frameless eks…, atau yang setara.

11.3 ALAT KERJA :


Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan yang diperlukan untuk
pemasangan komponen dan juga perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja
pelaksananya.

11.4 PERSIAPAN :
1. Shop Drawing :
Sebelum pekerjaan pintu dan kaca frameless dilaksanakan, Kontraktor Pelaksana
harus mengajukan dan menyerahkan gambar-gambar pelaksanaan / shop
drawing kepada Konsultan Pengawas. Sebelum gambar shop drawing tersebut
disetujui oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor Pelaksana tidak diperkenankan
melaksanakan pekerjaan.

2. Shop drawing yang dibuat Kontraktor Pelaksana harus memenuhi :


a. Harus memperlihatkan dengan jelas dimensi, sistem konstruksi, hubungan
antar komponen, cara, letak, dan penempatan hardware, dan detail-detail
pemasangan.
b. Harus berkesesuaian dengan gambar rencana dan spesifikasi bahan.
c. Harus memperlihatkan detail-detail pemasangan bahan pengisi pintu.
d. Harus memperlihatkan metoda pemasangan engsel dan pengangkuran.

3. Contoh Bahan :
Kontraktor harus menyerahkan 3 set contoh semua bahan kaca dengan ukuran
10 x 10 cm yang memperlihatkan warna, ketebalan, dan finishing tepian kaca
untuk mendapatkan persetujuan penggunaan bahan dari Konsultan Pengawas.

4. Kontraktor pelaksana wajib meneliti gambar-gambar dan kesesuaian kondisi


lapangan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Apabila terjadi kekurang
rataan kondisi permukaan, kurang waterpass, ataupun ketidak sesuaian ukuran,
elevasi, ukuran lebar, dan posisi terhadap keseluruhan disain, maka Kontraktor
Pelaksana wajib memperbaikinya terlebih dahulu.

5. Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan


pabrik.

6. Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi suport dan
perlindungan yang memadai untuk melindungi material dari perubahan bentuk
ataupun dari kerusakan.

11.5 PELAKSANAAN :
1. Semua pekerjaan baru boleh dilaksanakan pada tahap kemajuan pekerjaan
pembangunan gedung keseluruhan telah mencapai kondisi tertentu yang tidak
akan membahayakan kaca yang akan dipasang.
2. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh tukang-tukang dengan standart
pengerjaan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3. Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah.
4. Semua detail pertemuan harus rata dan bersih.
5. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan
persyaratan teknis yang benar.
6. Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam
galvanized.
7. Pintu kaca yang terpasang harus disetel dengan tepat untuk memperoleh hasil
buka/tutup dan penguncian pintu yang halus dan tepat. Penyetelan harus
disertai oleh Konsultan Pengawas.

PASAL 12. KACA DAN CERMIN

12.1 UMUM :
1. Lingkup Pekerjaan :
a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material,
peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik
dan sempurna.
b. Meliputi fabrikasi dan instalasi seluruh kaca pintu dan jendela, serta cermin,
pada bagian bangunan yang dalam gambar rencana ditunjukkan
menggunakan bahan kaca dan atau cermin.

2. Pekerjaan lain yang berhubungan :


a. Pekerjaan Kusen, Pintu, dan Jendela Alumunium.

12.2 MATERIAL :
1. Bahan yang digunakan untuk kaca pintu dan jendela adalah kaca putih/polos
5mm (Asahimas) atau setara.
2. Kecuali untuk bidang kaca yang lebar dan panjangnya cukup besar, dipakai kaca
tebal 10 mm.
3. Warna kaca putih polos.
4. Cermin adalah clear float glass tebal 5 mm yang slah satu sisinya dilapisi dengan
bahan chemical deposited silver, Miralux eks Asahimas atau yang setara.

12.3 ALAT KERJA :


Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan yang diperlukan untuk
pemasangan komponen dan juga perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja
pelaksananya.

12.4 PERSIAPAN :
1. Contoh Bahan :
Kontraktor harus menyerahkan 3 set contoh semua bahan kaca dengan ukuran
10 x 10 cm yang memperlihatkan warna, ketebalan, dan akhiran tepi kaca dan
cermin, untuk memperoleh persetujuan penggunaan bahan dari Konsultan
Pengawas.

2. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, pelaksana harus selalu berkoordinasi dengan


pelaksanaan pekerjaan lain yang berkaitan seperti pekerjaan Kusen, Pintu dan
Jendela.
3. Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan
pabrik.
4. Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi suport dan
perlindungan yang memadai untuk melindungi material dari perubahan bentuk
ataupun dari kerusakan.

12.5 PELAKSANAAN :
1. Semua pekerjaan baru boleh dilaksanakan pada tahap kemajuan pekerjaan
pembangunan gedung keseluruhan telah mencapai kondisi tertentu yang tidak
akan membahayakan kaca yang akan dipasang.
2. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh tukang-tukang dengan standart
pengerjaan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3. Pemasangan kaca harus tepat, celah antara kaca dengan frame alumunium
harus di tutup dengan gasket. Khusus untuk sisi kaca luar bangunan harus diisi
dengan backer rod dan sealant. Tumpuan sisi bawah kaca harus diberi material
setting block. Untuk Kaca sambungan antara kaca dan ke konstruksi harus
ditutup sealant struktural.
4. Untuk frame kayu harus diberi lis kayu yang sesuai dengan tipe kosen atau pintu
/ jendelanya.
5. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan
persyaratan teknis yang benar.
6. Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam
galvanized.
7. Kaca yang sudah terpasang harus diberi penanda yang mudah dibersihkan
dengan ukuran cukup besar supaya mudah diketahui, dan untuk mencegah
kerusakan kaca dan kecelakaan kerja akibat terbentur kaca.
8. Sisi cermin yang tampak akibat pemotongan harus dihaluskan hingga
membentuk tembereng.

PASAL 13. PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

13.1 UMUM :
1. Lingkup Pekerjaan :
a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material,
peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan
pemasangan yang baik dan sempurna.
b. Meliputi instalasi seluruh peralatan penggantung dan pengunci pada pintu
dan jendela, serta pada bagian bangunan yang dalam gambar rencana
ditunjukkan menggunakan penggantung dan atau pengunci.

2. Pekerjaan lain yang berhubungan :


a. Pekerjaan Kusen, Pintu, dan Jendela Alumunium.
b. Pekerjaan Kusen, Pintu, dan Jendela Kayu.
c. Pekerjaan Kusen dan Pintu Besi

13.2 MATERIAL :
1. Pengunci :
1. Bila tidak disebutkan lain dalam gambar maka semua peralatan kunci
adalah dari Dacson, atau yang setara.
2. Masing-masing pengunci berbeda jenisnya sesuai jenis bahan Kusen, Pintu,
dan Jendelanya.
b. Handel Dan Pegangan Pintu :
1. Bila tidak disebutkan lain dalam gambar maka semua pekerjaan handel dan
pegangan pintu adalah dari merk Dacson, atau yang setara.
2. Masing-masing handel atau pegangan pintu berbeda jenisnya sesuai jenis
bahan Kosen, Pintu, dan Jendelanya.
c. Engsel :
1. Bila tidak disebutkan lain dalam gambar maka semua peralatan engsel
adalah dari bahan stainless steel merk Amex, atau yang setara.
2. Masing-masing engsel berbeda jenisnya dan kekuatannya sesuai besarnya
beban yang harus dipikul.

d. Door Closer / Floor Hinge :


Bila tidak disebutkan lain dalam gambar maka semua peralatan door closer /
floor hinge adalah dari merk Amex, atau yang setara.

e. Glass Fitting :
1. Bila tidak disebutkan lain dalam gambar maka semua Glass Fitting Untuk
Pintu Kaca Frameless adalah dari merk Dacon, atau yang setara.
2. Masing-masing pengunci berbeda jenisnya sesuai jenis bahan Kusen, Pintu,
dan Jendelanya.
f. ALAT KERJA :
Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan yang diperlukan
untuk pemasangan komponen dan juga perlengkapan kerja untuk keperluan
pekerja pelaksananya.

g. PERSIAPAN :
1. Contoh Bahan :
Kontraktor harus menyerahkan 3 set contoh semua bahan alat penggantung
dan pengunci kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan
penggunaan bahan dari Konsultan Pengawas.
2. Brosur :
Untuk keperluan Konsultan Pengawas, Kontraktor harus menyediakan
brosur bahan guna pemilihan jenis bahan yang dipakai.
3. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, pelaksana harus selalu berkoordinasi
dengan pelaksanaan pekerjaan lain yang berkaitan seperti pekerjaan Kusen,
Daun Pintu dan Daun Jendela, serta pekerjaan Kaca.
4. Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan
pabrik.
5. Penyimpanan bahan material ditempat yang bersih, aman, diberi
perlindungan yang memadai untuk melindungi material dari perubahan
bentuk ataupun dari kerusakan.

h. PELAKSANAAN :
1. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh tukang-tukang dengan standart
pengerjaan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
2. Pemasangan dan penyetelan harus tepat, tidak meninggalkan celah.
3. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan
persyaratan teknis yang benar.
4. Engsel untuk pintu dipasang sebanyak 3 buah untuk masing-masing daun
pintu, kecuali disebutkan lain dalam gambar. Engsel atas dan bawah
dipasang 28 cm dari ambang atas/bawah pintu, sedangkan engsel tengah
dipasang di tengah-tengah di antara kedua engsel tersebut.
5. Engsel untuk jendela dipasang sebanyak 2 buah untuk masing-masing daun
jendela kecuali disebutkan lain dalam gambar.
6. Handel pintu dan pengunci dipasang 90 cm (as) dari permukaan lantai
dibawahnya.
7. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.

i. PENGUJIAN :
Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar

C4. FINISHING

PASAL 14. PLESTERAN DAN BENANGAN

14.1 UMUM :
1. Lingkup Pekerjaan :
a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan
material, peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Meliputi pelaksanaan plesteran dan benangan bagian dinding dan bagian
lain dari bangunan, yang terdiri atas :
(1). Plesteran Dinding
Dilaksanakan pada seluruh permukaan pasangan batu bata/batako
yang tampak.

(2). Benangan
Dilaksanakan pada seluruh bagian bangunan yang harus dibenangi.
(3). Tali Air, dilaksanakan pada :
(a) setiap pertemuan plesteran dinding dan Kusen Almunium.
(b) setiap pertemuan plesteran dinding dengan kusen BESI.
(c) setiap pertemuan plesteran dinding dengan keramik.

2. Pekerjaan lain yang berhubungan denganPekerjaan Pasangan Batu Bata.

14.2 STANDARD :
Material memenuhi standar kuat tekan dan lentur

14.3 MATERIAL :
14.3.1 1. Plesteran menggunakan campuran 1 pc : 3 ps (trasram) dan 1pc : 5 ps.
14.3.2 2. Acian menggunakan campuran 1 pc : 3 ps.

14.4 ALAT KERJA :


1. Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan dan juga
perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja pelaksananya.
2. Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

14.5 PERSIAPAN :
1. Mortar untuk Acian trasraam menggunakan campuran 1 pc : 3 ps digunakan
dalam pekerjaan benangan.
2. Mortar untuk plesteran trasraam menggunakan campuran 1 pc : 3 ps digunakan
dalam pekerjaan benangan.
3. Mortar campuran 1 pc : 5 ps untuk plesteran pasangan batu bata/batako.
4. Sebelum plesteran dinding dilaksanakan, pekerjaan-pekerjaan yang tersebut
dibawah ini harus sudah selesai terlebih dahulu :
a. Siar-siar pasangan batu bata sudah merupakan alur hasil kerukan.
b. Seluruh jaringan perpipaan yang tertanam didalamnya telah terpasang
sempurna.
c. Pasangan telah mengering.
d. Konstruksi yang menauinginya telah terpasang.
e. Sebelum diplester permukaan pasangan batu bata/batako harus disiram air
hingga jenuh.

14.6 PELAKSANAAN :
14.6.1 Plesteran Pasangan Batu Bata :
1. Mortar plesteran harus dari campuran dengan perbandingan yang sama dengan
spesi pasangan dindingnya.
2. Plesteran harus menghasilkan bidang dinding yang benar-benar rata.
3. Plesteran campuran 1 pc : 3 ps dan 1pc : 5 ps.
4. Ketebalan plesteran rata-rata adalah 1½ cm
5. Sebelum plesteran dilaksanakan harus dibuatkan kepala-an plesteran dan
pelaksanaan selanjutnya menggunakan Jidar alumunium.
6. Untuk adukan kedap air harus ditambahkan dengan daily bond dengan
perbandingan 1 PC : 1 Daily Bond.

7. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang berhubungan
dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata dibawah permukaan tanah
sampai ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 150 cm dari permukaan
lantai toilet dan daerah basah lainnya, dipakai adukan plesteran 1 PC : 3 Ps.
8. Untuk dinding tertanam didalam tanah harus berapen dengan memakai spesi
kedap air.
9. Pasangan kepala-an plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan kerataan
bidang.
10. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu
bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7cm dan
dalamnya 0,5cm kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.
11. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar,
tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindungi dari terik matahari langsung dengan bahan-bahan
penutup yang bisa mencegah penguapan air secara cepat.
12. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran
harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan diterima oleh
Konsultan Pengawas. Seluruh biaya pembongkaran dan perbaikan kembali
menjadi tanggung jawab kontraktor pelaksana.
13. Selama 7 (tujuh) hari setelah selesainya pelaksanaan Acian, Kontraktor harus
selalu menyiram dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap
hari.
14. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran
berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

14.6.2 Benangan :
1. Seluruh akhiran dinding, kolom dan balok non ekspos yang tampak (siku bagian
luar) harus menghasilkan akhiran yang benar-benar siku, lurus dan rapi sehingga
menghasilkan akhiran dinding, kolom dan balok seperti yang dimaksud pada
gambar rancangan pelaksanaan.
2. Mortar campuran 1 pc : 2 ps untuk pekerjaan benangan ini adalah campuran
yang diaduk secara benar-benar homogen.
3. Pekerjaan benangan harus menghasilkan akhiran yang benar-benar siku dan
lurus.
4. Termasuk untuk nat-nat dinding dibuat dengan lebar sesuai gambar.

PASAL 15. PENUTUP LANTAI DAN DINDING KERAMIK

15.1 UMUM :
1. Lingkup Pekerjaan :
a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material,
peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik
dan sempurna.
b. Meliputi pemasangan ubin granito pada lantai bangunan yang dinyatakan
dalam gambar menggunakan finishing lantai granit alam.

15.2 MATERIAL :
1. Lantai keramik ukuran 40 x 40 cm sesuai gambar rencana.Keramik tangga 40 x
40cm dan Keramik KM/WC lantai 20 x 20 cm, dinding 20 x 25 cm polos polished.
Semua ukuran disesuaikan terhadap gambar dan disetujui Konsultan Pengawas.
2. Semen Portland jenis I
3. Pasir pasang.
4. Grout pengisi Nat Keramik berwarna eks AM, Lemkra, atau yang setara.

15.3 ALAT KERJA :


1. Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan dan juga
perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja pelaksananya.
2. Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

15.4 PERSIAPAN :
1. CONTOH BAHAN :
Guna persetujuan Konsultan Pengawas, Kontraktor harus menyerahkan contoh-
contoh semuai bahan yang akan dipakai ; bahan-bahan addtive untuk adukan,
dan bahan untuk tile grouts.
2. MOCK UP :
Sebelum memulai pemasangan, kontraktor harus membuat contoh pemasangan
yang memperlihatkan dengan jelas pola dan metoda pemasangan serta warna
groutingnya.
Mock-up yang telah disetujui akan dijadikan standard minimal untuk
pemasangan
3. BROSUR :
Untuk keperluan Direksi / Perencana, Kontraktor harus menyediakan brosur
bahan guna pemilihan jenis bahan yang dipakai.
4. Kontraktor pelaksana wajib meneliti gambar-gambar dan kesesuaian kondisi
lapangan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Apabila terjadi ketidak
sesuaian ukuran, elevasi, ukuran lebar, dan posisi terhadap keseluruhan disain,
maka Kontraktor Pelaksana wajib menuangkannya dalam shop drawing dan
melaporkannya kepada Konsultan Pengawas.
5. Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan
pabrik.
6. Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi perlindungan yang
memadai untuk melindungi material dari perubahan bentuk ataupun dari
kerusakan.
7. Ubin yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar berkesesuaian dengan ukuran,
bentuk dan warna yang ditentukan.
8. Kontraktor pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas untuk
kemudian diteruskan kepada pemberi tugas minimal 5 doos tiap jenis dan motif
ubin keramik yang dipakai. Ubin keramik dalam doos-doos tersebut harus dalam
keadaan baru dan mencantumkan dengan jelas identitas ubin keramik yang ada
didalamnya. Ubin-ubin keramik ini akan dipakai sebagai cadangan untuk
perawatan oleh pemberi tugas.
9. Kontraktor pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas untuk
kemudian diteruskan kepada pemberi tugas minimal 5 doos tiap jenis dan motif
ubin keramik yang dipakai. Ubin keramik dalam doos-doos tersebut harus dalam
keadaan baru dan mencantumkan dengan jelas identitas ubin keramik yang ada
didalamnya. Ubin-ubin keramik ini akan dipakai sebagai cadangan untuk
perawatan oleh pemberi tugas

15.5 PELAKSANAAN :
1. Bagian-bagian lantai yang terpaksa harus menggunakan lempeng ubin yang
tidak penuh, pemotongannya harus menggunakan mesin potong dan harus
menghasilkan tepian potongan yang lurus dan halus serta berprofil sama dengan
tepian yang tidak terpotong.
2. Spesi perekat terhadap lantai strukturnya menggunakan mortar campuran 1PC :
3Ps, kecuali untuk daerah basah digunakan campuran 1PC : 2Ps.
3. Sebelum pemasangan dimulai ubin harus dibasahi. Pakai benang untuk
menentukan lay out ubin yang telah ditentukan dan pasang sebaris ubin guna
jadi patokan untuk pemasangan selanjutnya.
4. Pelaksanaan pemasangan harus sedemikian rupa hingga :
a. Seluruh bagian di bawah ubin terisi penuh dengan mortar spesi hingga tidak
terdapat rongga udara terjebak di bawah ubin.
b. Menghasilkan bidang lantai yang benar-benar datar dan rata air, kecuali
untuk bagian-bagian lantai pada daerah basah yang dikehendaki miring
harus menghasilkan bidang miring sempurna yang dapat mengalirkan air
hingga kering ke lubang-lubang lantai ( avour ).
c. Nat antar ubin adalah seminimal mungkin dan menghasilkan garis nat yang
lurus sejajar garis dinding yang melingkupinya.
5. Setelah spesi pasangan mengering, siar antara (nat) harus diisi penuh dengan
adukan Grout pengisi nat dan dikeruk halus hingga menghasilkan permukaan nat
yang sama dengan garis tepian ubin.
6. Noda adukan Grout pengisi nat yang mengenai permukaan tegel harus segera
dibersihkan dengan lap basah dan dikeringkan seketika dengan lap kering.
7. Direksi berhak memerintahkan pembongkaran dan pembenahan kembali tanpa
biaya tambah bila persyaratan pada butir 4, 5, dan 6 di atas tidak dapat
dipenuhi.
8. Pada pemasangan di area yang luas, harus dilaksanakan secara kontinu. Dan
harus disediakan “guide line course” pada interval 2,0 m – 2,5 m. pemasangan
ubin lainnya berpedoman pada guide line ini.

15.6 PERLINDUNGAN DAN PEMBERSIHAN


1. Perlindungan.
a. Kontraktor harus melindungi ubin yang telah terpasang maupun adukan
merata harus mengganti, atas biaya sendiri setiap kerusakan yang terjadi.
Penyerahan pekerjaan dilakukan dalam keadaan bersih.
b. Setelah pemasangan, kontraktor harus melindungi ubin lantai yang telah
terpasang. Jika mungkin dengan mengunci area tersebut. Batas lalu lintas
diatasnya: hanya untuk yang penting saja.

2. Pembersihan
a. Secara prinsip, permukaan ubin dibersihkan dengan air, menggunakan
sikat, kain lap, dan sebagainya. Tetapi jika area-area yang tidak dibersihkan
dengan air, pembersihan memakai campuran air dengan hydrochloric acid
(HCL), perbandingan 30 : 1. Sebelum pembersihan dengan asam ini,
lindungi semua bagian yang memungkinkan akan berkarat atau rusak oleh
asam.
b. Setelah dibersihkan dengan asam ini, bersihkan area ini dengan air biasa,
sehingga tidak ada campuran asam yang tersisa.

PASAL 17. PEKERJAAN PENGECATAN

17.1 UMUM :
1. Lingkup Pekerjaan :
a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material,
peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik
dan sempurna.
b. Meliputi pengecatan seluruh bagian bangunan yang dinyatakan dalam
gambar menggunakan finishing cat.
c. Termasuk dalam pekerjaan ini pengecatan pada bagian dinding / balok/
kolom didalam bangunan yang finishingnya dinyatakan dalam gambar
menggunakan metal sheet alumunium / clading alumunium, wallpaper, dan
atau menggunakan pelapis dinding teakwood.
d. Pelapisan dengan waterproofing pada area kamar mandi / wc pada lantai-
lantai kamar mandi / wc atau toilet dan tempat cuci di lantai-lantai selain
lantai 1.
2. Pada prinsipnya pekerjaan pengecatan harus dilaksanakan dengan hati-hati.
Apabila dalam pelaksanaannya terjadi kecerobohan sehingga pengecatan
mengotori pekerjaan yang sebenarnya tidak harus terkena cat, maka menjadi
kewajiban Kontraktor untuk membersihkannya, atau bahkan menggantinya
apabila ternyata tidak dapat dibersihkan.

17.2 MATERIAL :
1. Cat emulsi Vinilex yang setara, untuk pengecatan bagian dinding dan plafond
ruang di dalam bangunan.
2. Cat emulsi weathershield eks Vinilex atau yang setara, untuk pengecatan bagian
dinding dan plafond di luar bangunan atau yang bersinggungan langsung
dengan cuaca/udara luar.
3. Cat synthetic enamel Vinilex atau yang setara, untuk pengecatan kayu dan atau
besi yang dinyatakan dalam gambar menggunakan cat kayu/besi.
4. Cat Zinc Chromate, untuk cat dasar bagian baja.
5. Waterproofing menggunakan Sika/Materguard atau yang setara.

17.3 ALAT KERJA :


1. Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan dan juga
perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja pelaksananya.
2. Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

17.4 PERSIAPAN :
1. CONTOH BAHAN :
a. Kontraktor Pelaksana harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan
jenis pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. Dan pada
bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formila cat,
jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar s/d lapisan akhir).
b. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Konsultan
Pengawas. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis dan
Konsultan Pengawas, Kontraktor Pelaksana melanjutkan dengan pembuatan
mock- up.
c. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas
untuk kemudian akan diteruskan kepada pemberi tugas minimal 5 galon
tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng- kaleng cat tersebut harus
tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas identitas cat yang ada
didalam nya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan, oleh
pemberi tugas.

2. MOCK UP (Standard Pengerjaan) :


a. Sebelum pengecatan yang dimulai, Kontraktor Pelaksana harus melakukan
Pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang
diperlukan, Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna,
texture material, dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai
sebagai mock-up ini akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
b. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Perencana, bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standard
minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.

3. BROSUR :
Untuk keperluan Konsultan Pengawas, Kontraktor Pelaksana harus menyediakan
brosur bahan guna pemilihan jenis dan warna bahan yang akan dipakai.

4. Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan


pabrik.

5. Penyimpanan bahan material ditempat yang aman dan diberi perlindungan yang
memadai untuk melindungi material dari kerusakan.
17.5 PELAKSANAAN :

17.5.1 Pengecatan Cat Emulsi.


1. Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding dan
plafond yang terletak di dalam gedung (interior) termasuk bagian dinding yang
didalam gambar dinyatakan menggunakan pelapis dinding, clading alumunium
metal sheet, dan wallpaper.
2. Pengecatan dilakukan setelah plesteran dinding benar-benar telah kering.
3. Sebelum pengecatan, terlebih dahulu bidang-bidang yang akan di cat
dibersihkan dari kotoran yang melekat serta dibuat rata dengan cara
menggosok dengan menggunakan kertas gosok.
4. Untuk pengecatan plafond, setelah seluruh permukaan telah benar-benar
bersih, dilanjutkan dengan memberi lapisan primer menggunakan alkali
resisting primer produk yang sama dengan cat yang dipakai sebanyak 1 kali
lapis atau sesuai petunjuk pemakaiannnya.
5. Setelah kering dilakukan pengecatan sebanyak 2-3 lapis atau sampai benar-
benar pekat dan rata sesuai standard pelaksanaan (mock-up) yang telah
dibuat.
6. Pengecatan setiap lapisnya, baru boleh dilakukan setelah lapis sebelumnya
telah mengering.
17.5.3 Pengecatan Cat Emulsi Acrylic.
1. Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding dan
plafond yang terletak di luar gedung (exterior). Dan pada bagian dinding lantai 4
yang dalam gambar dinyatakan menggunakan clading Alumunium.
2. Pengecatan dilakukan setelah plesteran dinding benar-benar telah kering.
3. Sebelum pengecatan, terlebih dahulu bidang-bidang yang akan di cat dibersihkan
dari kotoran yang melekat serta dibuat rata dengan cara menggosok dengan
menggunakan kertas gosok.
4. Untuk pengecatan plafond, setelah seluruh permukaan telah benar-benar bersih,
dilanjutkan dengan memberi lapisan primer menggunakan alkali resisting primer
produk yang sama dengan cat yang dipakai sebanyak 1 kali lapis atau sesuai
petunjuk pemakaiannnya.
5. Setelah kering dilakukan pengecatan sebanyak 2-3 lapis atau sampai benar-benar
pekat dan rata sesuai standard pelaksanaan (mock-up) yang telah dibuat.
6. Pengecatan setiap lapisnya, baru boleh dilakukan setelah lapis sebelumnya telah
mengering.

17.5.4 Pengecatan Cat Kayu Melamine


1. Permukaan yang akan difinish harus benar-benar rata .
2. Permukaan kayu diampelas dengan ampelas No. 180 searah serat kayu.
3. Permukaan yang telah diampelas dilapis dengan Wood Filler dengan kuas atau
digosok dengan kain bal secara merata.
4. Setelah Wood Filler kering, permukaan diampelas halus dengan ampelas No. 240
searah serat kayu.
5. Setelah diampelas halus permukaan kayu diberi lapisan Wood stain dengan kuas,
bal atau semprot dan dibiarkan sampai mengering dengan dianginkan.
6. Setelah Wood Stain kering, permukaan kayu dilap dengan kain kering sampai
bubuk warna yang berlebih benar-benar bersih.
7. Permukaan yang telah bersih tersebut diberi melamine sanding sealer sebagai
cat dasar dengan cara disemprotkan secara menyilang dan dibiarkan sampai
kering.
8. Sesudah 1 jam permukaan tersebut diampelas dengan ampelas No. 400 searah
serat kayu.
9. Setelah diampelas halus, maka di atas melamine sanding sealer tersebut
disemprotkancat akhir melamine lack dan dibiarkan mengering sampai terbentuk
permukaan yang rata dan mengkilap.
17.5.5 Pengecatan Cat Besi Zinc Chromate
1. Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan konstruksi dan
kolom-kolom besi.
2. Sebelum pekerjaan pengecatan konstruksi rangka baja dengan menie Zink
Cromate seluruh permukaan harus dibersihkan dari karat, minyak dan noda-noda
lainnya.
3. Pengecatan dengan Zinc Chromate pada prinsipnya harus dilaksanakan di bawah
sebelum konstruksi rangka terpasang.
4. Pengecatan dengan Zinc Chromate minimal 80 mikron.
5. Perbaikan pada bagian-bagian cat yang cacat akibat erection harus dilakukan
kembali hingga seluruh permukaan konstruksi tertutup cat.

17.5.6 Waterproofing
1. Untuk Waterproofing jenis coating :
a. Teknik pelaksanaan dengan melapiskan (coating) pada permukaan lantai
dan dinding yang sudah dibasahi dengan air hingga setinggi 2 m dari
permukaan lantai.
b. Pelapisan minimal dengan 4 kali lapis dilaksanakan sesuai petunjuk
produsen waterproofing.
c. Pemasangan water proofing pada lantai KM/WC atau daerah basah lainya
terpasang sebelum pemasangan finishing, pemasangan thermal insulation
dan acian beton ( finishing ).
2. Pada pemasangan instalasi water proofing harus dengan pengawasan Direksi
untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan
dalam gambar, spesifikasi dan peraturan yang berlaku.
3. Bila dijumpai bagian-bagian yang tidak sesuai / tidak memenuhi persyaratan
teknis Kontraktor wajib membongkar, memperbaiki / mengganti kembali sampai
dinyatakan memenuhi syarat oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
4. Untuk Waterproofing jenis Waterproofing jenis Liquid Membrane system
exposedharus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Teknik pelaksanaan diperkuat dengan fiberglass CSM pada permukaan lantai.
b. Tahan Panas suhu permukaan 160 derajat C.
c. Non Toxic, tahan gores.

PASAL 18. PELAPIS DINDING

18.1 PELAPIS DINDING KERAMIK

18.1.1 Umum :
1. Lingkup Pekerjaan :
a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material,
peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik
dan sempurna.
b. Meliputi pemasangan lempeng keramik pada dinding bangunan yang
dinyatakan dalam gambar menggunakan pelapis keramik atau plint keramik
dan pada dinding KM/WC yang didalam gambar dinyatakan sebagai toilet
cubicel.

18.1.2 Material :
1. Lempeng Keramik single firing kualitas mutu 1 milia atau yang setara. Ukuran 20
x 25 cm atau sesuai gambar rencana untuk pelapis dinding.
2. Semen Portland Tipe I eks. Semen Gresik atau yang setara.
3. Pasir pasang adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar terletak
antara 0,075 – 1,25 mm yang lazim dipasaran disebut pasir pasang.
4. Grout pengisi Nat Keramik berwarna eks AM, Lemkra, atau yang setara.

18.1.3 Alat Kerja :


1. Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan dan juga
perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja pelaksananya.
2. Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

18.1.4 Persiapan :
1. CONTOH BAHAN :
Guna persetujuan direksi/ perencana, Kontraktor harus menyerahkan contoh-
contoh semuai bahan yang akan dipakai ; lempeng keramik, bahan-bahan
addtive untuk adukan, dan bahan untuk tile grouts.
2. MOCK UP :
Sebelum memulai pemasangan, kontraktor harus membuat contoh pemasangan
yang memperlihatkan dengan jelas pola pemasangan, warna groutingnya.
Mock-up yang telah disetujui akan dijadikan standard minimal untuk
pemasangan keramik
3. BROSUR :
Untuk keperluan Direksi / Perencana, Kontraktor harus menyediakan brosur
bahan guna pemilihan jenis bahan yang dipakai.
4. Kontraktor pelaksana wajib meneliti gambar-gambar dan kesesuaian kondisi
lapangan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Apabila terjadi ketidak
sesuaian ukuran, elevasi, ukuran lebar, dan posisi terhadap keseluruhan disain,
maka Kontraktor Pelaksana wajib menuangkannya dalam shop drawing dan
melaporkannya kepada Konsultan Pengawas.
5. Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan
pabrik.
6. Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi perlindungan yang
memadai untuk melindungi material dari perubahan bentuk ataupun dari
kerusakan.
7. Tile yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar berkesesuaian dengan ukuran,
bentuk dan warna yang ditentukan.

18.1.5 Pelaksanaan :
1. Pelapis dinding keramik dilaksanakan pada seluruh daerah basah yang ditunjuk
didalam gambar rancangan pelaksanaan dan daerah lain sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar rencana, dengan menggunakan keramik
Kwalitas/mutu 1 ukuran sesuai gambar. Tipe dan warnanya ditentukan kemudian
dalam rapat Konsultan Pengawas/ Direksi.
2. Sebelum pemasangan dimulai, plesteran dasar dan lempeng keramik harus
dibasahi. Pakai benang untuk menetukan lay out ubin, yang telah ditentukan dan
pasang sebaris ubin guna jadi patokan untuk pemasangan selanjutnya.
3. Kecuali ditentukan lain, pemasangan ubin harus dimulai dari bawah dan
dilanjutkan kebagian atas.
4. Spesi perekat menggunakan campuran 1 Pc : 3 Ps dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut :
a. Dinding yang telah siap dilapisi keramik dibasahi dengan air hingga jenuh.
b. Spesi perekat diplesterkan secara rata dan datar setebal + 1½ cm,
c. Sebelum mengering, plesteran spesi perekat dikeruk dengan senky gergaji
ke arah horisontal.
d. Keramik dipasang secara rapi dalam susunan tegak sesuai gambar
rancangan pelaksanaan dengan jarak (nat) 3 mm.
5. Tiap hari pemasangan, tidak diperkenankan memasang tile dengan ketinggian
lebih dari ketentuan berikut :
a. 1,2 – 1,5 m untuk tile tinggi 60 mm
b. 0,7 m – 0,9 m, untuk tile tinggi 90- 120 mm.
c. Max 1,8 m, untuk semi porceilen tile.
6. Setelah spesi perekat mengering, nat-nat antara tile diisi dengan adukan Grout
pengisi Nat, dan noda-noda yang diakibatkannya pada permukaan tile harus
langsung dibersihkan dengan lap basah dan lap kering hingga benar-benar
bersih.

18.2 Perlindungan Dan Pembersihan


Perlindungan.
1. Kontraktor harus melindungi lempeng keramik yang telah terpasang dan harus
mengganti atas biaya sendiri setiap kerusakan yang terjadi. Penyerahan
pekerjaan dilakukan dalam keadaan bersih.
2. Setelah pemasangan, kontraktor harus melindungi lempeng keramik yang telah
terpasang. Jika mungkin dengan mengunci area tersebut dan membatasi keluar
masuk ruangan hanya untuk yang penting saja.
Pembersihan
Secara prinsip, permukaan tile dibersihkan dengan air, menggunakan sikat, kain lap,
dan sebagainya. Tetapi jika area-area yang tidak dibersihkan dengan air,
pembersihan memakai campuran air dengan hydrochloric acid (HCL), perbandingan
30 : 1. Sebelum pembersihan dengan asam ini, lindungi semua bagian yang
memungkinkan akan berkarat atau rusak oleh asam.
Setelah dibersihkan dengan asam ini, bersihkan area ini dengan air biasa, sehingga
tidak ada campuran asam yang tersisa.

C5. SANITAIR

PASAL 19. SANITAIR

19.1 UMUM :
19.1.1.1.1.1.1 Lingkup Pekerjaan :
a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material,
peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang
baik dan sempurna.
b. Meliputi pelaksanaan pengadaan dan pemasangan Klosed, Urinoir, Divider
Urinoir, Washtafel, Kran air, Shower, Floor Drain, Clean Out, Metal Sink,
serta perlengkapan-perlengkapan sanitair lainnya.
c. Pekerjaan lain yang berhubungan :
Pekerjaan Mekanikal.

19.2 MATERIAL :
1. Closed menggunakan Closed duduk eks INA/TOHO setara.
2.Kran air menggunakan kran T23 - B13 eks INA/TOHO setara.
3. Urinoir menggunakan eks INA/TOHO setara.
4. Wastafel menggunakan eks INA/TOHO setara.
5. Sink Metal eks ROYAL setara.
6. Floor drain dan clean out eks ONDA atau setara.

19.3 ALAT KERJA :


. Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan dan juga
perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja pelaksananya.
2. Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

19.4 PERSIAPAN :
1. CONTOH BAHAN :
Guna persetujuan Konsultan Pengawas, Kontraktor harus menyerahkan contoh-
contoh semuai bahan yang akan dipakai.
2. BROSUR :
Untuk keperluan Konsultan Pengawas, Kontraktor harus menyediakan brosur
bahan guna pemilihan jenis bahan yang dipakai.
3. Kontraktor pelaksana wajib meneliti gambar-gambar dan kesesuaian kondisi
lapangan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Apabila terjadi ketidak
sesuaian ukuran, elevasi, ukuran lebar, dan posisi terhadap keseluruhan disain,
maka Kontraktor Pelaksana wajib menuangkannya dalam shop drawing dan
melaporkannya kepada Konsultan Pengawas.
4. Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan
pabrik.
5. Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi perlindungan yang
memadai untuk melindungi material dari perubahan bentuk ataupun dari
kerusakan.

19.5 PELAKSANAAN :

19.5.1 Pekerjaan Washtafel


1. Washtafel yang digunakan adalah tipe warna putih eks INA/TOHO atau setara
lengkap dengan accesorisnya seperti tercantum dalam brosurnya.
2. Wastafel dan perlengkapan yang boleh dipasang harus dalam keadaan baru
tanpa cacat dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas
3. Kontruksi pemasangan harus disesuaikan petunjuk pemasangan dari
produsennya dalam brosur.
4. Hasil akhir pemasangan harus baik, rapi, waterpass dan bersih dari semua
kotoran dan noda. Penyambungan instalasi plumbingnya tidak boleh ada
kebocoran.

19.5.2 Pekerjaan Urinoir dan Divider Urinoir.


1. Urinoir berikut kelengkapanya yang digunakan adalah tipewarna putih produk
INA/TOHO atau yang setara, dengan fitting standard san divider urinoir
menggunakan warna putih eks INA/TOHO atau setara.
2. Urinoir dan divider beserta perlengkapan yang boleh dipasang harus dalam
keadaan baru tanpa cacat dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3. Pemasangan Urinoir pada tembok menggunakan baut ficher dengan ukuran
yang cukup untuk menahan beban seberat 20 kg tiap baut.
4. Pemasangan unit Urinoir harus sesuai letak dan ketinggian pemasangannya
dengan gambar rencana. Semua celah-celahnya yang mungkin ada antara
dinding dengan urinal harus ditutup dengan semen berwarna sama dengan
urinal. Sambumgan instalasi plumbingnya harus baik tidak ada kebocoran-
kebocoran air.
19.5.3 Pekerjaan Klosed.
1. Klosed duduk dengan segala kelengkapannya yang dipakai adalah eks
INA/TOHO warna putih dengan fitting standard.
2. Klosed dan perlengkapan yang boleh dipasang harus dalam keadaan baru tanpa
cacat dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas
3. Pemasangan, letak dan ketinggian sesuai gambar, dan waterpass. Semua noda-
noda harus dibersihkan, sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada
kebocoran.

19.5.4 Pekerjaan Kran Air.


1. Semua kran yang dipakai adalah eks INA/TOHO atau setara dengan chromed
finish.
2. Ukuran disesuaikan keperluan masing-masing sesuai gambar plumbing dan
brosur alat-alat sanitair. Keran keran tembok dipakai yang berleher panjang dan
mempunyai ring kedudukan yang harus dipasang menempel pada dinding.
Keran-keran yang dipasang dihalaman harus mempunyai ulir sink dan dapat
disambung dengan pipa leher angsa ( extension )
3. Stop kran digunakan eks INA/TOHO atau yang setara, dengan putaran segitiga,
diameter dan penempatan sesuai gambar untuk itu.
4. Keran-keran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku,
penempatannya harus sesuai dengan gambar-gambar untuk itu.

19.5.5 Floor Drain Dan Clean Out.


1. Floor drain dan clean out menggunakan eks INA/TOHO atau yang setara tipe
bulat ukuran 3”. Floor drain dilengkapi dengan siphon.
2. Floor drain dipasang ditempat-ditempat sesuai gambar untuk itu.
3. Floor drain dan perlengkapan yang boleh dipasang harus dalam keadaan baru
tanpa cacat dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai harus
dilobangi dengan rapi, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan ukuran
sesuai ukuran floor drain tersebut.
5. Pasangan floor drain dan clean out harus rapi, waterpass, diberihkan dari noda-
noda semen dan tidak ada kebocoran.

19.56 Pekerjaan Metal Sink


1. Metal sink menggunakan produk Royal atau setara, bahan dasar stainless steel,
jenis satu lubang dan dua lubang sesuai gambar rencana untuk dapat dipasang
dengan kran khusus untuk itu.
2. Metal sink dan perlengkapan yang boleh dipasang harus dalam keadaan baru
tanpa cacat dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3. Ketinggian pemasangan harus dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana,
waterpass dan bebas dari kebocoran-kebocoran air.

19.5.7. PENGUJIAN.
1. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.
2. Kontraktor wajib memperbaiki/ mengulang/ mengganti bila ada kerusakan yang
terjadi selam masa pelaksanaan dan masa garansi. Atas biaya Kontraktor
Pelaksana, selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.

D. MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL


PASAL 20.
MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

Lingkup Pekerjaan
Adapun Lingkup pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal meliputi :
20.1. 1. Pekerjaan Penyediaan Distribusi Daya Listrik, antara lain :
a. Penyambungan daya PLN.
b. Penyediaan Panel-panel utama maupun panel-panel pembagi
c. Penarikan Kabel-kabel feeder.
d. Pekerjaan Instalasi Listrik Penerangan dan Tenaga
e. Pemasangan titik lampu dan outlet – outlet penerangan (saklar) dan
tenaga (stop kontak) seperti yang tercantum pada gambar perencanaan.
2. Pekerjaan Air Bersih
a. Pengadaan dan pemasangan Water Reservoir, instalasi pipa air bersih
lengkap dengan asesorisnya (fitting, katup dan lain-lain) dari jaringan pipa
distribusi air bersih eksisting sampai dengan unit alat plambing, sesuai
dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
b. Pembersihan pipa ( flushing ) menggunakan aliran air yang bertekanan
dengan pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
c. Supply peralatan termasuk accessories yang berkaitan dengan peralatan
tersebut.
d. Pemasangan peralatan pada tempat yang telah ditentukan beserta
perpipaan yang mengikutinya sesuai dengan gambar dan spesifikasinya
teknis yang telah ditentukan.
e. Pemasangan pipa distribusi, supply dan peturasan dalam shaft gedung
seperti yang tercantum pada gambar perencanaan.
f. Pengujian kebocoran instalasi air bersih dengan pengujian tekanan
hidrolik yang dilakukan secara bertahap (bagian per bagian), kemudian
dilanjutkan secara keseluruhan setelah jaringan pipa terpasang semuanya,
sehingga sistem tersebut dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
perencanaan.
g. Instalasi pipa air bersih lain yang belum tercantum didalam spesifikasi ini
tetapi ada di gambar perencanaan.
3. Pekerjaan Instalasi Air Buangan (Kotoran dan Bekas)
a. Pengadaan dan pemasangan instalasi pemipaan air buangan lengkap
dengan peralatannya mulai dari unit alat saniter (kloset, peturasan, clean
out, bak cuci tangan, floor drain, dan lain-lain) sampai ke unit pengolah
limbah (IPAL).
b. Pengadaan dan pemasangan instalasi pemipaan penghawaan lengkap
dengan peralatannya seperti yang tercantum pada gambar perencanaan.
c. Pengadaan dan pemasangan IPAL Bio Filter lengkap dengan
peralatannya seperti yang tercantum pada gambar perencanaan.
d. Pemasangan instalasi perpipaan air buangan dan penghawaan dari pipa
pembuangan dalam shaft ke Jaringan IPAL Bio Filter.
e. Pemasangan pipa air buangan dan penghawaan dalam shaft gedung
seperti yang tercantum pada gambar perencanaan.
f. Supply peralatan termasuk accessories yang kaitan dengan peralatan
tersebut.
g. Pemasangan peralatan pada tempat yang telah ditentukan beserta
perpipaan yang mengikutinya sesuai dengan gambar dan spesifikasinya
teknis yang telah ditentukan.
h. Pemasangan instalasi pipa air buangan dari titik pembuangan tiap lantai
dalam gedung ke pipa pembuangan dalam shaft seperti yang tercantum
pada gambar perencanaan.
i. Pengujian kebocoran instalasi air buangan yang dilakukan bagian per
bagian, kemudian dilanjutkan secara keseluruhan setelah jaringan pipa
terpasang semuanya, sehingga sistem tersebut dapat bekerja dengan baik
sesuai dengan perencanaan.
j. Instalasi pipa air kotoran lain yang belum tercantum didalam spesifikasi
ini tetapi ada di gambar perencanaan.
4. Pekerjaan Instalasi Air Hujan
a. Pengadaan dan pemasangan instalasi pemipaan air hujan lengkap
dengan peralatannya sampai ke bak penampung air hujan.
5. Pekerjaan Sistem Telephone
a. Pengadaan dan pemasangan PABX lengkap dengan peralatannya seperti
yang tercantum pada gambar perencanaan.
b. Pemasangan Panel – panel Terminal Telepon mulai dari MDF dan
terminal Boks Telepon Lantai sesuai dengan gambar perencanaan.
c. Pemasangan kabel instalasi telepon dalam gedung sesuai gambar
perencanaan.
d. Pemasangan outlet dan material bantu telepon seperti yang tercantum
pada gambar perencanaan.
e. Instalasi lain yang belum tercantum didalam spesifikasi ini tetapi ada di
gambar perencanaan.

6. Pekerjaan Tata Udara.


a. Pengadaan dan Pemasangan Unit AC baik outdoor maupun indoor
berikut material bantunya sesuai dengan gambar perencanaan.
b. Pemasangan panel- panel AC beserta material bantunya sesuai dengan
gambar perencanaan.
c. Pemasangan Instalasi Pemipaan AC dan drainage sesuai dengan
gambar perencanaan.
d. Pemasangan kabel instalasi ( power ) dari PP-AC ke masing-masing unit
AC sesuai dengan gambar perencanaan.
e. Instalasi lain yang belum tercantum didalam spesifikasi ini tetapi ada di
gambar perencanaan.
7. Pekerjaan Instalasi Penangkal Petir dan Pentanahan.
a. Pengadaan dan pemasangan peralatan Petir seperti yang tercantum pada
gambar perencanaan.
b. Pemasangan instalasi kabel down conductor dari head penangkal petir ke
grounding system seperti yang tercantum dalam gambar perencanaan.
c. Instalasi lain yang belum tercantum didalam spesifikasi ini tetapi ada di
gambar perencanaan.
8. Pekerjaan Kabel Tray
a. Pengadaan dan pemasangan Kabel Tray, termasuk support seperti yang
tercantum pada gambar perencanaan.
9. Pekerjaan lain yang menunjang seluruh pekerjaan diatas, meskipun tidak secara
spesifik tertulis pada dokumen ini.

20.2 Standardisasi dan Aturan Yang Harus Diikuti


. Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor yang harus mengikuti segala aturan dan
standard yang berlaku dan dilengkapi dengan segala peralatan untuk kesempurnaan operasi,
kemudahan pengaturan dan perawatan, keamanan operasi sistem sesuai dengan salah satu atau
lebih dari peraturan – peraturan yang tertulis dibawah ini.
1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987 & 2000
2. Standard Konnstruksi / Normalisasi PLN
3. Peraturan-peraturan PLN/Jawatan Keselamatan Kerja Setempat.
4. ISO, International Standardization Organization
5. JIS, Japanes Industrial Standard
6. NEMA, National Electric Manufactures Associaton
7. PPI, Pedoman Plambing Indonesia
8. SII, Standard Industri Indonesia
9. SNI, Standar Nasional Indonesia
10. Peraturan PDAM tentang Instalasi Air Minum
11. Peraturan Depnaker tentang Keselamatan tenaga kerja
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
13. Peraturan dari Pemerintah Daerah
14. Semua Peralatan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah disesuaikan untuk tegangan kerja 220 /
380 Volt, 50 Hz
15. Data teknis dari produk dibidang Peralatan Tata Suara, Telepon dan Fire Alarm yang dibuat oleh
pabrik–pabrik di berbagai Negara.
16. Seluruh pekerjaan instalasi telepon harus dilaksanakan mengikuti standar dan peraturan dari PT.
TELKOM.

Kontraktor diwajibkan menaati dan mengikuti tata cara pelaksanaan sesuai dengan yang tertulis
pada peraturan- peraturan tersebut dan disesuaikan dengan bahan, unit mesin atau peralatan yang
dipasangnya.

Bila terjadi kesimpang-siuran dalam hal standard yang harus diikuti, kontraktor harus melapor pada
Konsultan Pengawas untuk mendapat kejelasan tentang hal tersebut.
Bila konsultan Pengawas tidak dapat memutuskan hal tersebut maka pengambil keputusan akan
diserahkan kepada Instansi / Badan yang berwenang (local Authority Having Jurisdiction).
Penentuan standard yang setara :

1. Dalam penentuan dan persetujuan untuk standard yang diikuti atau standard yang disebut oleh
material, peralatan, unit mesin dan lainya, kontraktor harus dapat menunjukkan dan
menyerahkan copy dari standard yang dianut / disebut oleh material, peralatan, unit mesin dan
lainnya untuk diperiksa dan diteliti oleh konsultan pengawas sebelum dikeluarkan persetujuan.
17. Apabila standard yang diikuti ternyata memberikan persyaratan yang lebih ringan atau lebih
rendah maka standard tersebut dinyatakan sebagai standard yang tidak setaraf dengan standard
yang ditentukan oleh persyaratan teknis ini.
18. Segala sesuatu yang diperlukan untuk pembuktian dan pemeriksaan ini menjadi tanggung jawab
kontraktor yang bersangkutan.
19. Apabila perlu pengujian oleh lembaga lain diluar proyek, kontraktor harus menyelesaikan segala
sesuatu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil dari lembaga penguji tersebut dalam waktu
secepatnya sehingga tidak menghambat jadwal pelaksanaan proyek.

20.3 Gambar – Gambar


2. Gambar–gambar desain dan persyaratan – persyaratan ini merupakan suatu kesatuan
yang melengkapi dan sama mengikatnya.
20. Gambar–gambar system ini menunjukan secara umum tata letak dari peralatannya,
sedangkan instalasinya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang
ada dan mempertimbangkan juga kemudahan dalam perawatan dan maintance jika perlatan
tersebut sudah dioperasikan.
21. Gambar instalasi menunjukan secara teknis pekerjaan instalasi yang harus dilaksanakan
dimana dicantumkan ukuran dan bahan serta keterangan lain yang diperlukan.
22. Gambar–gambar Arsitektur dan Struktur Sipil, harus dipakai Referensi untuk pelaksanaan
maupun detail finishing dari instalasi.
23. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tetapi tidak ditunjukan dalam gambar
atau sebaliknya harus dipasang atas beban kontraktor, seperti halnya pekerjaan lain yang
disebut oleh spesifikasi dan ditunjukan dalam gambar.
24. Kontraktor pelaksana diwajibkan memeriksa gambar terhadap kemungkinan adanya
kesalahan atau ketidakcocokan dalam hal yang berhubungan dengan fabrikasi maupun
pelaksanaan pemasangan. Hal tersebut harus dibuat List Daftar Kesalahan / Ketidakcocokan
dan diajukan sebelum pemasukan penawaran. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan, maka
kontraktor dianggap sudah memahami system secara keseluruhan. Bila dikemudian hari
diadakan penyesuaian oleh Pemberi Tugas yang mengakibatkan perubahandalam
pelaksanaan, maka menjadi kewajiban ubnutuk melaksanakannya tanpa adanya biaya
tambahan.
25. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan gambar kerja dan detail
kepada Pemilik / Pengawas untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu.
26. Gambar kerja harus termasuk catalog / literature data dari Pabrikan, data ukuran dimensi,
data pembuatan dan nama serta alamat dari perusahaan yang memberi pelayanan
pemeliharaan dan mempunyai suku cadang yang ready stock.
27. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar – gambar instalasi terpasang dengan disertai
dengan buku cara pengoperasian dan instruksi perawatan, serta harus diserahkan kepada
Pemilik / Pengawas.
28. Untuk pekerjaan Sistem Distribusi Listrik dan pekerjaan lainnya yang sifatnya memelukan
persetujuan dari instansi terkait, Kontraktor wajib menyiapkan gambar system dan instalasi
yang diperlukan untuk diperiksa dan disahkan oleh Instansi terkait sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
29. Data dari setiap system harus menunjukan pemasangan yang lengkap dari seluruh koordinasi
komponen untuk peninjauan keseluruhan system yang sebenarnya, penyerahan yang
sebagian-sebagian tidak akan diperhatikan. Gambar Shop Drawing harus dibuat sebanyak 3 (
tiga ) set.
30. Hal-hal yang menyangkut perubahan gambar pelaksanaan di lapangan baik ukuran /
konstruksi kontraktor wajib mengajukan pertanyaan dan alternative penyelesaian atau Shop
Drawing yang dikehendaki untuk mendapat persetujuan dari Pemilik / Pengawas dan
dilakukan setidaknya 2 ( dua ) minggu sebelum pelaksanaan sehingga tidak berakibat pada
kesalahan dalam pelaksanaan.
31. Kontraktor wajib wajib membuat gambar instalasi terpasang ( As Built Drawing ) dan
kelengkapan yang harus disertai kepada direksi pada saat penyerahan pertama dalam bentu
Soft Copy ( CD / Cad Drawing ) dan Hard Copy masing-masing rangkap 3 ( tiga ) dijilid dan
dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi.

20.4 Bahan dan Contoh


1. Bahan / material / peralatan yang digunakan dan dipasang pada pekerjaan harus dalam
keadaan baru dan tanpa cacat.
2. Semua bahan yang dipergunakan diusahakan produksi dalam negeri, sejauh mana masih
memenuhi persyaratan teknis dan standard yang ditentukan.
3. Kelambatan pekerjaan dan segala akibatnya, yang terjadi akibat keterlambatan pengajuan
maupun pengajuan ulang menjadi tanggung jawab dan beban kontraktor.
4. Kesalahan pemilihan ukuran dan kapasitas equipment menjadi tanggung jawab kontraktor.

20.5 Jaminan dan Garansi


1. Jaminan atas material / bahan peralatan dan unit mesin.
a. Material yang diserahkan oleh kontraktor harus bebas dari kerusakan baik atas
kesalahan pabrik, kerusakan akibat kesalahan bahan, kerusakan akibat kesalahan
dalam pengiriman mapun kerusakan selama jangka waktu menunggu serah terima
dilapangan.
b. Kontraktor harus menjamin atas segala hasil pekerjaannya untuk paling sedikit 1
( satu ) tahun kalender terhitung sejak penyerahan pertama meliputi :
- Kerusakan atas kesalahan pabrik
- Kerusakan atas kesalahan pemasangan dan pengerjaan
- Kerusakan atas kesalahan pengiriman
- Kerusakan atau penggantian spare part yang rusak
- Kerusakan atas kesalahan pengujian / trial-run
2. Jaminan atas hasil pekerjaan dan masa pemeliharaan.
Kontraktor harus menjamin atas hasil pekerjaan dengan membuat surat jaminan secara tertulis
dengan uraian sebagai berikut :
a. Cara pelaksanaan dan pekerjaan dilakukan sesuai prosedur dan manual dari QMS
(Quality Management System)
b. Instalasi yang diserahkan dapat bekerja dengan baik tanpa mengurai atau
menghilangkan bahan – bahan atau peralatan – peralatan yang seharusnya disediakan
walaupun tidak disesuaikan secara nyata dalam buku ini atau tidak dinyatakan secara
tegas dalam gambar–gambar yang menyertai buku ini.
c. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor.
d. Masa pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan instalasi ditetapkan selama 6 (enam)
bulan setelah barang diserahkan kepada Pemilik / Pengawas, meliputi :
- Performance system secara keseluruhan.
- Pelatihan secara Cuma – Cuma terhadap Pemilik Gedung
(Tenaga Teknik) terkait Cara Pengoperasian Peralatan dan Maintenance Praktis
sehingga menjadi operator yang terampil.
e. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi yang rusak atau berfungsi
kurang baik maka Pemborong harus segera memperbaiki atau mengganti peralatan
tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik.
f. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor diwajibkan mengatasi segala kerusakan
yang akan terjadi tanpa adanya biaya tambahan biaya.
g. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah dilaksanakan masih
merupakan tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
h. Apabila selama masa pemeliharaan Kontraktor tidak melaksanakan teguran dari Pemilik
/ Pengawas atas perbaikan / penggantian / penyetelan yang diperlukan, maka pihak
Pemilik / Pengawas berhak menyerahkan perihal tersebut kepada pihak lain atas biaya
Kontraktor pelaksana.
3. Klaim atau tuntutan.
a. Untuk segala macam pengadaan barang dan cara pemasangannya, PEMBERI TUGAS
harus bebas dari segala tuntutan / klaim atas hak – hak khusus seperti hak patent,
lisensi dan sebagainya.
b. Bila ada hal – hal seperti tersebut diatas, kontraktor wajib mengurus dalam arti
menyelesaikan segala sesuatu perijinan / biaya / lisensi yang berhubungan dengan hal
tersebut diatas beban biaya ditanggung kontraktor.
4. Untuk pekerjaan / pengadaan barang Kontraktor harus dapat menunjukkan .
a. Sertifikat Keaslian Barang (Original)
b. Sertifikat Mutu dan Kualitas Barang (Quality)
c. Sertifikat Keamanan (Safety Inspector)
d. Sertifikat Welding Inspector
e. Garansi service dan sparepart serta Surat Dukungan dari Agen Tunggal di Indonesia
(Bermeterai cukup)
Hal – hal yang berkaitan tersebut diatas harus disertakan bukti data (1 kopi dilampiri Data
Asli)

20.6 Kelengkapan Yang Harus Diserahkan


Harus diserahkan sebelum dimulai pekerjaan, sebagai berikut :
1. Selambat – lambatnya 2 ( dua ) minggu sebelum dimulai pelaksanaan dalam arti
pemesanan barang atau pembuatan barang / instalasi atau pemasangan, kontraktor harus
menyerahkan barang-barang yang diuraikan, antara lain :
a. Katalog, Data teknis dan test Report untuk persetujuan material.
b. Instalasi Instruction (Buku Petunjuk manual Pengoperasian) untuk persetujuan
terhadap cara - cara pemasangan.
c. Shop drawing untuk persetujuan terhadap rencana instalasi dan cara - cara
pemasangan yang akan dilakukan / dikerjakan / dilaksanakan.
d. Contoh – contoh bahan dan barang - barang untuk persetujuan terhadap bahan dan
barang-barang yang diperoleh / didapat secara lokal seperti misalnya armature lampu,
tabung lampu, starter, saklar, kabel, pipa, pompa dan lain sebagainya sesuai dengan
ketentuan dari Konsultan Pengawas.Yang selanjutnya kepada Pemilik / Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan.

2. Apabila tidak diperoleh persetujuan oleh suatu dan lain hal, maka kontraktor harus segera
mengganti barang-barang tersebut dan diserahkan kepada Pemilik / Konsultan Pengawas
untuk mendapat persetujuan.
20.7 Sistem Koordinasi
1. Kontraktor elektrikal harus mengkoordinasikan pekerjaannya dengan pekerjaan Kontraktor
lain ( Struktur& Arsitektur ) untuk menghindari pekerjaan pembongkaran / pekerjaan ulang
dan gangguan yang dapat memperlambat jalannya pekerjaan.

2. Untuk memudahkan komunikasi teknis, kontraktor harus menempatkan seorang atau lebih
pemimpin lapangan perpengalaman, dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, serta mewakili kontraktor, menerima perintah dan petunjuk Direksi /
Pengawas lapangan dan segera melaksanakannya bila diperlukan.
3. Kontraktor diwajibkan membuat laporan berkala (harian / mingguan) yang memberikan
gambaran tentang kegiatan proyek. Misalnya :
a. Jadwal waktu pelaksanaan
b. Kegiatan pelaksanaan
c. Prestasi kegiatan fisik
d. Catatan perintah / petunjuk Direksi / pengawas lapangan yang disampaikan secara
lisan maupun tertulis.
e. Dan kegiatan pekerjaan yang dianggap perlu.
4. Kontraktor juga harus membuat dokumentasi pekerjaan yang berupa foto-foto pelaksanaan
pekerjaan, dibuat berwarna, minimal ukuran postcard dan disusun dalam album. Foto-foto
yang menggambarkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan hendaknya dibuat berdasarkan
petunjuk dari Direksi dan minimal dilakukan sebanyak 4 (empat) kali setiap peristiwa
selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan.
5. Kontraktor harus menempatkan seorang Penanggung jawab Pelaksanaan (Mekanikal &
Elektrikal) yang ahli dan berpengalaman dan yang bertanggung jawab penuh dalam
menerima segala instruksi yang akan diberikan serta harus selalu berada di Site Proyek.
6. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan ini menghalangi pekerjaan lain, maka sesuai
akibatnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

20.8 Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


1. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan dalam rangka
pemasangan Instalasi ini maupun pengembaliannya seperti keadaaan semula adalah
termasuk tanggung jawab pekerjaan Pemborong Instalasi ini.

2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat ijin tertulis dari Direksi /
Pengawas.
3. Pengelasan, Pengeboran dan sebagainya pada Konstruksi Bangunan hanya dapat
dilaksanakan setelah memperoleh ijin / persetujuan tertulis dari Direksi / Pengawas.

20.9 Proteksi
1. Semua bahan dan peralatan sebelum dan sesudah pemasangan harus dilakukan proteksi
yang baik terhadap cuaca dan harus diusahakan agar selalu dalam keadaan bersih.
2. Semua ujung-ujung pipa konduit dan bagian-bagian peralatan yang tidak dihubungkan
harus diberi pelindung, disumbat, atau ditutup dengan baik untuk mencegah masuknya
kotoran.

20.1 Pengecatan
0 Semua peralatan dan bahan yang dicat, yang menjadi lecet karena pengangkutan /
pengapalan atau pemasangan harus segera diperbaiki dan dicat dengan warna aslinya
sehingga nampak seperti baru kembali.

20.1 Penjagaan
1
1. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus selama
berlangsungnya pekerjaan atas bahan peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang disimpan
di tempat kerja (gudang lapangan).
2. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang tersebut diatas,
menjadi tanggung jawab pemborong.

20.1 Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan


2
1. Pemborong harus selalu menjaga keadaan ruang kerja mereka dalam keadaan bersih dan
baik selama tahap konstruksi.
2. Semua sampah dan bahan yang tidak berguna lagi harus diangkut ke luar site.
3. Pada saat penyelesaian pekerjaan, Pemborong harus memeriksa seluruh pekerjaan,
meninggalkannya dalam keadaan rapih, bersih dan siap pakai.
4. Selama Pelaksanaan Pekerjaan berlangsung, Kantor, Gudang, los kerja dan tempat
pekerjaan sekitar bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih.
5. Penimbunan / penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang maupun di
luar (halaman), harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan
dan tidak mengganggu pekerjaan dari bagian lain.
6. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh Direksi pada
waktu pelaksanaan.
7. Guna semua keamanan pekerjaan, peralatan dan bahan / material di proyek, Kontraktor
harus menempatkan petugas keamanan secukupnya disekitar proyek.
8. Penjagaan keamanan termasuk juga penanggulangan terhadap bahaya kebakaran yang
mungkin terjadi.
9. Kontraktor harus memperhatikan hubungan dengan lingkungan proyek, antara lain tidak
akan menyebabkan gangguan lalu lintas umum, tidak akan mengganggu ketenangan
penduduk / masyarakat disekitarnya dan tidak akan mengganggu pekerjaan dari Rekanan
lain.
10. Selama peralatan dan material disimpan di lapangan, kontraktor harus:
a. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua peralatan dan material yang ada di
site.
b. Memisahkan material yang mudah terbakar dengan material yang tidak mudah
terbakar.
c. Menyediakan alat pemadam api ringan minimal 2 x 5 kg pada Direksi Kit dan Gudang
Penyimpanan.

20.1 Perbaikan dan Pembersihan


3 Kontraktor harus melakukan dan menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan perbaikan dan
pembersihan, antara lain :
1. Perbaikan kembali akibat adanya pembobokan.
2. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.
3. Melaksanakan pembersihan lapangan dan lain-lainya serta tempat pembuangannya akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

20.1 Asuransi
4
Kontraktor harus mengasuransikan secara total semua peralatan dan material mulai dari
pabrik pembuatnya, pengiriman ke lapangan, selama di gudang penyimpanan, sampai
peralatan tersebut terpasang. Kontraktor juga harus mengasuransikan seluruh tenaga yang
melaksanakan pekerjaan di lapangan.

20.15 Penyimpangan di Lapangan


.
1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan kondisi
lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Direksi / Pengawas.
2. Kontraktor harus menyerahkan gambar setiap perubahan yang ada kepada pihak
Konsultan Pengawas.
3. Perubahan material dan lainnya harus diajukan kontraktor kepada Direksi / Pengawas
secara tertulis dan akibat tersebut ( pekerjaan tambah/kurang ) harus disetujui oleh
Direksi / Pengawas secara tertulis.
20.16 Pengujian di Pabrik
Semua peralatan harus melalui pengujian di pabrik sebelum dikirim serta kontraktor harus
menyerahkan sertifikat pengujiannya kepada Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas sebanyak
3 (tiga) rangkap.

20.1 Kecelakaan dan Peti PPPK


7
1. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka
Kontraktor diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban atau
para korban, serta melaporkan kejadian tersebut kepada Instansi dan Departemen yang
bersangkutan / berwenang (dalam hal ini Polisi dan Departemen Tenaga Kerja) dan
mempertanggung jawabkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan pertama harus
selalu ada di tempat pekerjaan.

20.1 Testing & Comissioning


8
1. Sebelum Testing & Comissioning dilaksanakan, Kontraktor wajib mengajukan terlebih
dahulu Program ( Jadwal ) Testing & Comissioning.
2. Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang dianggap perlu dan /
atau yang dimintai oleh pihak Pemilik / Pengawas untuk mengetahui apakah keseluruhan
instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan yang
diminta.
3. Jika diperlukan Testing & Comissioning harus dilakukan oleh Tenaga Ahli yang ditunjuk
oleh Pabrikan perangkat tersebut atau oleh tenaga ahli yang pernah mendapat pendidikan
dan sertfikat khusus untuk maksud tersebut.
4. Peralatan, material dan cara bekerjanya peralatan yang mengalami kerusakan / cacat /
salah harus diganti / diperbaiki dan testing comissioning diulangi untuk operasi
sesungguhnya secara tepat dari seluruh sistem.
5. Semua bahan, perlengkapan dan instalasi lain yang diperlukan untuk mengadakan Testing
dan Comisioning tersebut merupakan tanggung jawab Kotraktor.

20.1 Masa Pemeliharaan


9
1. Semua pekerjaan elektrikal termasuk bahan dan peralatan harus dipelihara Pemborong
selama masa pemeliharaan, sejak penyerahan pertama dari pekerjaan.
2. Selama masa pemeliharaan tersebut semua peralatan dan pekerjaan yang tidak baik harus
secepatnya diganti atau diperbaiki oleh Pemborong atas biaya Pemborong.
3. Selama masa pemeliharaan ini kontraktor pelaksana pekerjaan instalasi ini diwajibkan
untuk mengatasi segala kerusakan – kerusakan dari pada instalasi yang dipasangnya
tanpa ada tambahan biaya .
4. Selama masa pemeliharaan tersebut kontraktor pekerjaan instalasi ini masih harus
menyediakan tenaga – tenaga yang diperlukan . Dalam masa pemeliharaan kontraktor
masih bertanggung jawab penuh terhadap seluruh instalasi yang dilaksanakan.
5. Pekerjaan baru dapat diterima setelah dilengkapi dengan bukti – bukti hasil pemeriksaan
baik (goed keuring) yang ditanda tangani bersama oleh instalatie yang melaksanakan
pekerjaan tersebut juga Konsultan Pengawas serta pelu disyaratkan juga oleh jawatan
keselamatan kerja.
6. Jika dalam masa pemeliharaan tersebut, kontraktor pekerjaan instalsi ini tidak
melaksanakan teguran–teguran atau perbaikan–perbaikan terhadap kekurangan selama
masa pemeliharaan, maka konsultan Konsultan Pengawas berhak menyerahkan pekerjaan
perbaikan / kekurangan tersebut kepada pihak lain atas biaya kontraktor pekerjaan
instalasi tersebut.
7. Selama masa pemeliharaan pekerjaan, kontraktor harus medidik / melatih karyawan /
petugas dari pemilik sehingga mengenai sisten instalsi dan dapat menjalankan serta
melaksanakan pemeliharaannya.
8. Pemeriksaan routine selama masa pemeliharaan ini, pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan
dan pemeriksaan routine dilaksanakan tidak kurang dari 2 (Dua) minggu sekali.
20.20 Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan & As Build Drawing
.
1. Sebelum melakukan serah terima pekerjaan instalasi, kontraktor harus membuat dan
menyerahkan dokumen secara detail dan lengkap. Petunjuk Pengoperasian dan
Perawatan (Operation & Manual / ‘OM’) dalam format bahasa Indonesia dan gambar
terlaksana (As Build Drawing), terdiri dari 1 (satu) set asli dan 3 (tiga) set copy dokumen
tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas sebelum
tanggal serah terima pekerjaan instalasi.
2. Operation & Manual setidaknya harus berisi sebagai berikut :
a. Tulisan pada cover :
 Judul dokumen
 Nama Proyek dan Paket Pekerjaan
 Nama dan alamat kontraktor.

b. Pada lembar pertama halaman dalam harus tertulis sama dengan tulisan pada cover
tetapi ditambahkan Nama ‘contact person’ dan nomor telepon yang mudah
dihubungi pada saat emergency.
c. Daftar Isi
d. Penjelasan ringkas instalasi
e. Daftar peralatan lengkap peralatan instalasi yang dipasang
f. Petunjuk pemakaian secara detail
g. Petunjuk perawatan dan pelacakan kerusakan secara detail untuk seluruh instalasi,
termasuk rekomendasi skedul periode perawatan
h. Hasil test and commissioning
i. Daftar peralatan lengkap dengan alamat, nomor telepon dan contact person
supliernya.
j. Data data teknis peralatan dalam ukuran maksimum A-3 misalnya, gambar dan
wiring diagram, kurva karakteristik / performance dari peralatan dll.
k. Daftar gambar ‘as build drawing’.
3. Operation & Manual harus dibuat pada format kertas A-4 kecuali jika berupa gambar bisa
ukuran lain, mudah dibaca, susunan halaman dukumen harus konsisten terhadap urutan
daftar isi. Operation & Manual yang telah disetujui harus dijilid dengan ‘hard cover’
dengan kualitas warna, tulisan dan tinta copy yang baik untuk disimpan dalam jangka
panjang.
4. Untuk gambar terlaksana harus termasuk gambar gambar diagram. Gambar yang
berukuran diatas A-3 harus diserahkan dalam bentuk 3 (tiga) copy ukuran A-3 dan 1
(satu) set asli sesuai ukuran. Untuk ukuran besar harus digulung didalam tabung gambar
dan dilengkapi dengan label gambar.
5. Digital file sebanyak 2 copy pada Compact Disk, dokumen yang berupa foto lengkap
dengan negative film / digital file nya harus termasuk yang harus disertakan pada
Operation & Manual.

20.2 Penyerahan, Pemeliharaan, Pelatihan dan Jaminan


1
Penyerahan, Pemeliharaan, Jaminan dan Pelatihan harus dilakukan sebagaian dari rangkaian
penyelesaian pekerjaan.
1. Petunjuk Operasi, Pemeliharaan dan Pendidikan.

a. Pada saat penyerahan pekerjaan, Kontraktor harusMenyerahkan gambar-gambar jadi


(as build drawing), dalam bentuk gambar cetak sebanyak 3 (tiga) set dan dalam
bentuk soft copy (dalam media Compack Disk / Cad Drawing) sebanyak 1 (satu) set
kepada Pemberi Tugas dan kepada Konsultan Pengawas 2 (dua) set gambar jadi, bila
gambar dan data-data tersebut belum lengkap diserahkan maka pekerjaan Kontraktor
belum bisa diprestasikan 100 %.
b. Training
 Kontraktor harus memberikan training (teori dan praktek) mengenai cara
pengoperasian dan perawatan peralatan kepada minimal 3 orang petugas teknik
yang ditunjuk oleh pemilik sampai cakap menjalankan tugasnya.
 Kontraktor harus mengajukan rencana training tersebut terlebih dahulu kepada
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas dan mengajukan rencana pendidikan /
training ini kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya
2 (dua) minggu sebelum waktu pelaksanaan.
 Kontraktor harus bertanggung jawab atas segala biaya yang diperlukan untuk
training tersebut.
c. Gambar Terpasang, Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan serta Katalog Suku Cadang
 Kontraktor harus menyerahkan gambar terpasang kepada Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas sbg berikut :
- 1 (satu) set Kertas Kalkir dan 5 (lima) set Cetak Biru, ukuran A1
- 1 (satu) set soft copy
 Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan
perawatan peralatan yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemberi Tugas
dan Pengawas.
 Kontraktor harus pula memberikan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan
perawatan peralatan yang terpasang yang dibuat dalam bahasa Indonesia
kepada Pemilik, dan sebuah singkatan dari buku petunjuk harus dipasang dalam
suatu kaca berbingkai dan ditempatkan pada dinding dalam ruang mesin utama
atau tempat lain yang ditunjuk Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.
 Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku catalog suku cadang dari
peralatan yang dipasang kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
d. Pemeliharaan dan Garansi:
 Kontraktor harus menggaransi semua peralatan dan instalasi yang dipasang
selama 1 (satu) tahun setelah serah terima pertama.
 Kontraktor harus bertanggung jawab atas seluruh peralatan yang rusak selama
masa garansi, termasuk penyediaan suku cadang. Segala biaya penggantian
perawatan selama masa garansi merupakan tanggung jawab Kontraktor.
 Memberikan garansi terhadap seluruh peralatan yang disupply dan juga terhadap
sistem, minimal selama 1 (satu) tahun sejak serah terima kedua.
 Pemilik dibebaskan dari segala bentuk pembayaran atas segala kerusakan untuk
selama 1 (satu) tahun sesudah serah terima.
 Kontraktor harus bertanggung jawab untuk tetap dapat melakukan garansi
dengan memperhitungkan kedalam harga satuan sebagai resiko keterlambatan
dalam menyelesaikan pembangunan.
 Kontraktor wajib mengganti atas biaya sendiri setiap kelompok barang-barang
atau sistem yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi, akibat kesalahan
pabrik atau pengerjaan yang salah selama jangka waktu 180 (seratus delepan
puluh) hari setelah proyek ini diserahkan terimakan.
 Kontraktor wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap hari kerja selama
masa perawatan untuk mengoperasikan / merawat peralatan dan mendatangkan
1 (satu) orang supervisor sekali seminggu untuk melakukan pemeriksaaan selama
masa pemeliharaan.
 Apabila terjadi gangguan dan atau kerusakan selama masa garansi, maka
selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam Pemborong harus dapat
mendatangkan tenaga ahlinya untuk mengatasi gangguan tersebut setelah
mendapatkan laporan / konfirmasi dari pemilik proyek.
2. Perijinan.
a. Semua ijin-ijin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin diperlukan untuk
melaksanakan instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor atas tanggungan dan biaya
Kontraktor.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang dipatenkan serta
kemungkinan tututan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini. Untuk hal
ini Kontraktor wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai hal tersebut diatas.
c. Kontraktor harus menyerahkan semua perijinan atau keterangan resmi yang diperoleh
mengenai instalasi proyek ini kepada Pemberi Tugas /Konsultan Manajemen Konstruksi
atau pihak ditunjuk, sebelum penyerahan dilakukan.
d. Kontraktor harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Pemberi Tugas / Konsultan
Pengawas setiap akan memulai suatu tahapan pekerjaan, demikian pula bila akan
melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja (kerja lembur).
e. Kontraktor harus mendapatkan ijin-ijin yang berhubungan dengan pajak,
pemerintahan setempat, badan yang berwenang terhadap instalasi yang dikerjakan.
Dalam hal ini, semua biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan permintaan ijin
tersebut.

21.10 Sistem Pentanahan


1. Sistem pentanahan menggunakan “Elektroda” dengan ground rod 5/8” dan kawat BC
yang ditanam sedalam minimal 6 (enam) meter hingga dicapai tahanan pentanahan
maksimal 1 Ohm. Apabila tidak tercapai keadaan 1 Ohm, maka harus diusahakan
dengan memparalelkan beberapa ground rod hingga tercapai keadaan yang diinginkan.
2. Bila perlu elektroda pentanahan untuk badan peralatan dan panel harus dipisahkan
penanamannya sejauh minimum 3 meter satu dengan yang lain.
3. Saluran pentanahan dari elektroda pentanahan sampai kebadan harus dilindungi
dengan pipa PVC High Impact ( HI ) 20 mm.
4. Saluran ini tidak boleh ada sambungan hanya diperbolehkan pada terminal yang
disediakan dengan menggunakan sambungan mur baut dan sepatu kabel yang sesuai.
5. Penampang kawat pentanahan dari masing-masing panel dapat dilihat pada gambar
masing-masing panel.
6. Titik pentanahan panel ini harus dipisahkan dengan system pentanahan penangkal petir
dan peralatan lain ( peralatan kontrol, MCFA, PABX, dll ) minimal sejauh 10 meter.

21.11 Kabel Instalasi


. 1. Persyaratan teknis ini berlaku untuk :
a. Kabel daya
b. Instalasi penerangan
c. Instalasi tenaga
2. Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang menghubungkan antara panel
satu dengan panel yang lainnya termasuk peralatan bantu dibutuhkannya.
3. Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel–kabel menghubungkan
antara panel–panel penerangan dengan fixture penerangan. Dalam instalasi
penerangan ini harus termasuk juga peralatan–peralatan bantu instalasi seperti conduit,
sparing, doos penyambung, doos pemasangan dan lain–lain yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan instalasi penerangan.

4. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga adalah kabel yang menghubungkan panel–
panel daya dengan beban–beban stop kontak, peralatan tata udara (exhaust fan, air
conditioning) pompa–pompa listrik (pompa air bersih, pompa kebakaran, pompa
hydrant, pompa jockey, pompa bahan bakar) lift, dan lain–lainnya sesuai dengan
gambar perencanaan. Dalam instalasi daya ini harus sudah termasuk outlet daya,
condut, sparing, doos penyambung, doos pemasang, dan peralatan–peralatan bantu
lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan instalasi daya.
5. Kabel–kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard yang berlaku. Ukuran
kabel untuk instalasi listrik TR yang digunakan minimal harus sesuai dengan gambar
Perencanaan. Kabel listrik yang digunakan harus mempunyai rated voltage sebesar 600
volt / 1000 volt dan sudah direkomendasi oleh LMK ex. Supreme, Kabelindo,
Kabelmetal atau setara. Kabel instalasi harus mengikuti ketentuan sbb :
a. Inti kabel terbuat dari bahan tembaga
b. Diisolasi PVC High Impact ( HI )
c. Ukuran minimum 2.5 mm2 kecuali untuk kabel control
6. Kabel–kabel yang digunakan adalah kabel yang sesuai dengan fungsi dan lokasi
pemasangannya seperti table dibawah ini.

Pemakaian Jenis Kabel


Instalasi penerangan didalam bangunan NYM
Instalasi penerangan diluar bangunan NYM, NYY
Instalasi kabel daya didalam bangunan NYY, NYFGbY
Instalasi kabel daya diluar bangunan NYY, NYFGbY
7. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan cable mark yang jelas dan
tidak mudah hilang untuk mengidentifikasi arah beban.
8. Setiap kabel daya ujungnya harus diberi end cup marking colour, untuk mengidentifikasi
warna phasa. Warna tanda harus tidak boleh berubah atau pudar karena temperatur
kabel.
9. Ketentuan pemberian tanda harus mengacu pada SNI 04-0225-2000 pasal 7.2.
10. Setiap tarikan kabel / sirkit harus tidak diperbolehkan adanya sambungan kecuali untuk
kabel instalasi penerangan.
11. Warna kabel yang mengikat (harus ada) adalah biru (untuk netral) dan kuning / hijau
(untuk ground). Bila warna tersebut tidak ada maka pada ujung-ujung kabel harus
diberi isolasi dengan warna yang bersesuaian seperti butir di atas.
12. Kabel NYY digunakan untuk instalasi dari masing-masing panel utama ke panel - panel
Pembagi Lantai (PP) dengan dimensi sesuai gambar perencanaan.
13. Kabel NYM dalam pipa PVC HI diameter 20 mm digunakan untuk instalasi dari panel ke
beban penerangan atau peralatan / kotak kontak.
14. Pipa PVC HI yang dipergunakan ex. STAR, atau setara yang sudah direkomendasi oleh
LMK, bila diperlukan kontraktor harus dapat menunjukkan bukti rekomendasi tersebut.
15. Pasangan kabel dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100 cm harus diberi klem.
16. Klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis atau allumunium, pemasangan pada
tembok harus menggunakan vicher dan sekrup, pemasangan dengan menggunakan
paku tidak dibenarkan.Untuk kabel berpenampang 6 mm2 atau lebih harus dilengkapi
dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
17. Pemasangan sepatu kabel untuk kabel berukuran 70mm2 atau lebih harus
menggunakan hydraulic press kemudian di solder dengan timah pateri.
18. Sepatu kabel yang dipergunakan harus sesuai dengan besarnya kabel dan harus yang
berkualitas baik.
19. Penyambungan kabel ke terminal panel / peralatan di semua bangunan adalah
tanggung jawab kontraktor.
20. Sambungan harus dilaksanakan dengan baik, cukup kuat / erat sesuai dengan model
terminal peralatan yang terpasang.
21. Kabel harus dalam keadaaan baru, tanpa cacat dan bila perlu harus ada surat
keterangan dari distributor / pabrik.
22. Pada setiap jarak maksimum 25 meter dan setiap belokan sepanjang jalur penanaman
kabel harus di pasang patok beton dengan tulisan ‘TR’.
23. Penanaman galian kabel, pelaksanaannya sebagai berikut :
a. Minimum 0,80 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-jalan yang dilewati
kendaraan .
b. Minimum 0,60 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-jalan yang tidak
dilewati kendaraan (pedestrian) dan diberi pelindung pipa galvanized dengan
penampang minimum 2,5 kali penampang kabel.
24. Semua kabel yang dipasang menembus dinding harus dipasang sleeve pipa galvanized
minimum 2,5 kali penampang kabel.
25. Semua kabel penerangan harus dipasang didalam PVC conduit, diluar dinding dan atau
didalam dinding / dak.
26. Penyambungan kabel kotak kontak atau kabel penerangan harus dilakukan didalam
kotak sambung. Kotak sambung harus terbuat dari bahan yang sama dengan conduit
dipasang tutup dengan skrup. Tutup kotak dengan cara clip tidak diijinkan. Setiap
sambungan harus memakai alat penyambung berupa las dop dengan warna yang sama
dengan kabelnya.
27. Penyusunan kabel didalam rak harus secara rapi dan tidak saling menyilang.
28. Pada tempat persilangan dengan kabel tanah telekomunikasi, kabel tanah harus
dilindungi pada bagian atasnya dengan pipa belah, plat atau pipa dari bahan bangunan
yang tidak dapat terbakar.
a. Jika kabel tanah menyilang di atas kabel tanah telekomunikasi dengan jarak lebih
kecil dari 0,3 meter maka pada bagian yang menghadap ke kabel tanah
telekomunikasi dipasang alat / pipa dari bahan bangunan yang tidak dapat
terbakar.
Perlindungan ini harus menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari kedua sisi
persilangan.
b. Pelindung kabel tanah tersebut baik pada kabel tanah tersebut maupun pada kabel
tanah telekomunikasi harus menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari kedua
ujung tempat persilangan dan pendekatan itu.
c. Kabel tanah telekomunikasi yang diletakkan di dalam jalur kabel dianggap telah
terlindung.
29. Seluruh bahan metal tidak bertegangan (rak kabel, panel dll) harus ditanahkan secara
sempurna, pada sambungan rak kabel dimana sambungan tersebut tidak menggunakan
las maka kedua bagian rak harus ‘jumper’ dengan konduktor tembaga minimal
berpenampang 2,5mm2.
30. Untuk galian kabel yang melalui jalur kabel existing/lama harus dikerjakan dengan extra
hati-hati. Bila terjadi kerusakan pada kabel existing karena terkena peralatan gali
(pacul, ganco, dsb), kontraktor harus mengganti kabel tersebut tanpa adanya tambahan
biaya, termasuk biaya perawatan pekerja yang mengalamai kecelakaan hingga sembuh
benar.
31. Tidak diperkenankan melakukan penyambungan di tengah-tengah perjalanan kecuali
apabila panjang kabel / saluran melebihi standard panjang yang telah ditentukan oleh
pabrik, atau kecuali memang ada pekerjaan penyambungan kabel.
32. Apabila terpaksa dilakukan penyambungan karena saluran lebih panjang dari standar
panjang pabrik maka sistem/cara penyambungan harus dibicarakan dengan pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.
33. Pengurusan Ijin Instalasi Listrik kepada Instansi yang berwenang ( PLN ) merupakan
Pekerjaan dan Tanggung Jawab dari Kontraktor dan bersertifikat dari Konsuil.
34. Untuk pengabelan instalasi tenaga ( Kabel Utama ) :
a. Pemasangan kabel harus memenuhi persyaratan dari pabrik kabel dan persyaratan
umum yang berlaku.
b. Semua penarikan kabel harus menggunakan sistem roll untuk memudahkan
pekerjaan dan kabel tidak rusak karena tekukan dan puntiran.

c.Sebelum penarikan kabel dimulai, pemborong harus menunjukkan kepada


konsultan Pengawas alat roll tersebut roll tersebut serta alat – alat lainnya.
35. Kontraktor wajib mengembalikan galian tanah dalam keadaan semula dengan seluruh
biaya menjadi kewajiban kontraktor.
36. Semua penyambungan kabel pada kotak sambung menggunakan sambungan puntir
dengan lasdop tidak boleh menggunakan isolasi. Standart lasdop ex., 3M atau setara.

21.12 Soket & Outlet


1. Saklar dan kotak-kotak.
a. Socket Outlet
Outlet daya dan plug yang digunakan produksi ex. BROCO,Panasonic atau
setara dan memenuhi standard SII, PLN atau standart lain yang berlaku dan diakui
di Indonesia.
b. Outlet daya dan plug harus mempunyai spesifikasi minimal sebagai berikut :
 Rated Voltage : 250 volt
 Rated Cutled : 10 A, 13A, 16A
 Type pemasangan : recessed
 Switches / Saklar
Saklar yang digunakan ex. BROCO,Panasonic atau setara dan sesuai dengan
standard PLN atau SII atau standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia.
Saklar harus mempunyai spesifikasi :
 Rated Voltage : 250 volt
 Rated Current : minimal 6 / 10 A
 Type : recessed
2. Persyaratan pemasangan saklar dan stop kontak :
a. Saklar dipasang setinggi 150 cm dari lantai dengan pasangan terpendam (In-Bow)
rata dengan permukaan plesteran dinding atau didalam partisi dengan konstruksi
tersendiri / khusus.
b. Kotak kontak yand dipergunakan adalah jenis in-bow / pasangan menempel dinding
dengan menggunakan In-Bow doos yang terbuat dari bahan yang sama.
Pemasangan kotak kontak pada doosnya menggunakan sekrup.
c. Kotak kontak 1 phase dipasang setinggi 30 cm dari lantai / sesuai permintaan user
(disesuaikan dengan alat) dengan pasangan terpendam (In-Bouw) rata degnan
permukaan plester dinding atau didalam partisi dengan konstruksi khusus sesuai
petunjuk dari Pengawas.
d. Kotak kontak 1 phase Khusus untuk CCTV, Posisi Atas dipasang setinggi 210 cm dari
lantai / sesuai permintaan user (disesuaikan dengan alat) dengan pasangan
terpendam (In-Bouw) atau outbouw sesuai kebutuhan, rata dengan permukaan
plester dinding atau didalam partisi dengan konstruksi khusus sesuai petunjuk dari
Pengawas.
e. Semua pemasangan out-bouw doos dan kotak kontak 3 phase pada dinding harus
menggunakan vischer dan sekrup, pemasangan pada kayu/meja harus
menggunakan sekrup. Penggunaan paku pada pekerjaan ini sangat dilarang.
f. Untuk kotak kontak yang dipasang untuk daerah basah harus memakai type tertutup
(Water Proof Type).
g. Kotak kontak 1 phase harus mempunyai terminal pentanahan (P + N + PE)
tegangan 250 V.

21.1 Testing & Comissioning


3 1. Petunjuk Umum
a. Prosedur Pengujian
Kontraktor harus mengajukan rencana dan prosedur pengujian kepada Pemberi
Tugas dan Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan. Metode pengetesan
dan pengujian harus mengikuti standar teknis yang berlaku.
b. Alat pengujian
Kontraktor harus menyediakan semua alat ukur yang diperlukan untuk pengetesan
dan pengujian. Alat-alat tersebut harus sudah dikalibrasi oleh institusi yang
berwenang.
c. Pencatatan
Kontraktor harus melakukan pencatatan yang baik terhadap pengetesan dan
pengujian. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengetesan dan pengujian kepada
Konsultan Pengawas.
d. Biaya
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap semua biaya dan fasilitas yang
diperlukan untuk pengetesan dan pengujian.
e. Saksi
Semua pengetesan dan pengujian yang dilakukan oleh kontraktor harus disaksikan
oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas
f. Tenaga Ahli
Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli yang kapabel untuk melakukan
pengetesan dan pengujian.
g. Pengujian Ulang
Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, kontraktor harus memperbaiki bagian-
bagian yang rusak dan kekurangan-kekurangan yang ada, kemudian melakukan
pengujian berhasil dengan baik.
2. Pemborong harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan 2 (dua)
minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan jadwal dan cara
pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya pengujian
ditanggung oleh Pemborong.
3. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan
sistem kepada Pengawas.
4. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
5. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi
baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor
diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standar uji masing-masing yang telah
ditetapkan dalam peraturan / Spesifikasi Peralatan.
6. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan yang
ditunjuk Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas
persetujuan bersama.
7. Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna yang
diketahui pada saat Pemeriksaan / Pengujian harus segera diganti dengan yang baru /
disempurnakan sampai berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang ada.
8. Kabel TR yang akan dipasang harus mempunyai sertifikat lulus uji dari PLN yang
terutama untuk menjamin bahan isolasi kabel sudah memenuhi persyaratan.
9. Sebelum melaksanakan Pengujian Kontraktor harus merencanakan Jadwal Pemeriksaan
& Pengujian untuk mendapatkan persetujuan dari pengawas. Macam pemeriksaan dan
pengujian :
a. Pemeriksaan Visual.
Apabila terjadi kerusakan fisik atau tidak berfungsinya sistem harus diperbaiki oleh
pemborong sampai berfungsi sebagai mana mestinya. Seluruh biaya perbaikan
menjadi tanggunan kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah
atau biaya tambah.
b. Pemeriksaan Sambungan Listrik Maupun Mekanis.
Seluruh Sistem dan Pekerjaan Instalasi harus diperiksa, diteliti dan diuji dengan baik
sebelum diserahkan dan pelaksanaannya harus menyertakan Konsultan Pengawas
dan bila perlu dengan petugas dari Instansi terkait yang berwenang.
c. Pengukuran Tahanan Isolasi dan Tahanan Pentahanan.
Setiap saluran kabel harus ditest Tahanan Isolasinya dengan menggunakan alat
MEGGER 10.000 volt untuk kabel Tegangan Menengah dan MEGGER 1.000 volt
untuk kabel Tegangan Rendah. Pengujian dengan Meger Test harus tetap
dilaksanakan dengan nilai tahanan isolasi minimum PUIL 1987 & 2000 tentang Nilai
Resistans Isolasi Minimum.
d. Pengujian Dalam Keadaan Berbeban 3 x 24 jam.
Dimana seluruh instalasi yang baru dipasang difungsikan untuk mengecek nyala
lampu. Pada pengetesan nyala ini sekaligus akan diperiksa mutu instalasi yaitu
mengecek berfungsinya komponen-komponen, susut tegangan yang terjadi
( maksimal 5% ), kemungkinan hubung singkat pada tiang atau panel dll.
10. Bila dalam Pengujian berbeban ternyata tidak disediakan Sumber Daya Listrik,maka
Kontraktor harus menyediakan Sumber Daya Listrik sendiri berupa Genset 3 phase
dengan Kapasitas yang memadai.
11. Semua biaya yang diperlukan untuk Pengujian ini menjadi tanggung jawab pihak
Kontraktor.
12. Kontraktor diharuskan membuat Jadwal dan Prosedur Pelaksanaan / Test yang akan
dilakukan.
13. Semua Peralatan Test harus dalam keadaan baik dan memenuhi Standart Persyaratan
Test yang ditentukan. Peralatan Test tersebut harus disediakan oleh Kontraktor.
14. Hasil Test harus dicatat dan ditanda tangani bersama oleh Kontraktor, pengawas dan
pemilik proyek. Hasil Test ini baru dianggap sah/baik apabila telah disetujui / disahkan
oleh Instansi yang berwenang PLN / Konsuil.
15. Setelah semua instalasi selesai dipasang dan aliran listrik telah dimasukan, maka
jaringan instalasi harus dites terhadap group – group yang dipasang apakah telah sesuai
dengan gambar.
16. Setelah jaringan dibebani dengan beban penuh, maka perlu diadakan balancing beban
terhadap masing – masing fase.
17. Pengetesan dilakukan antara masing-masing inti kabelnya dengan mantel pelindungnya
phasa-phasa, phasa-netral, phasa ground dan netral ground.
18. Semua bahan – bahan peralatan dan perbaikan, atas kerusakan yang timbul sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pemborong.
19. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain – lain
20. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas dan Pemilik.

PASAL22 INSTALASI PLAMBING

22.1. Instalasi Air Bersih


1. Umum
Spesifikasi ini merupakan uraian dari pekerjaan sistem instalasi air bersih.
2. Lingkup pekerjaan
Pemasangan pipa distribusi dari Tandon lengkap dengan sambungan-sambungan dan
perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan dengan gambar dan spesifikasi teknis yang
telah ditentukan.
3. Uraian Pekerjaan
a. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor, meliputi pengadaan, pemasangan dan
pengujian secara sempurna dan terpadu sehingga merupakan sistem supply air bersih
yang berfungsi dengan baik.
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan air bersih beserta
perlengkapannya harus sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis yang telah
ditentukan..
c. Prosedur pekerjaan pemasangan pipa instalasi air bersih harus seijin / disaksikan oleh
Direksi / Pengawas.
d. Persyaratan pemipaan air bersih, meliputi :
 Bahan pipa yang dipakai untuk instalasi air bersih adalah pipa PPR-PN 10,
disamping itu semua fitting, elbow harus terbuat dari bahan yang sama dengan
pipa air bersih.
 Pipa dipasang lurus, dan untuk pipa tegak lurus benar-benar vertikal. Jalur pipa
sesuai dengan gambar rencana. Pelaksanaan pemasangan nya harus
menyesuaikan kondisi lapangan dan kontraktor harus membuat shop drawing
dengan persetujuan Direksi Lapangan.
 Perubahan arah pipa harus dilaksanakan dengan fitting pembantu (elbow), begitu
pula dengan percabangan harus dengan tee atau cross-tee sesuai kebutuhan,
pembengkokan pipa tidak diperkenankan.
 Sambungan pipa pada umumnya dipergunakan sambungan ulir (screwed),
penyambungan dengan ulir ini terlebih dahulu harus dilapisi red lead cement,
memakai pintalan atau pita merupakan sambunan yang kedap udara maupun
kedap air. Ulir harus dibersihkan dari jerami-jerami bekas pembuatan ulir.
 Pemasangan instalasi pipa tidak diijinkan menembus kolom, balok atau struktur
utama tanpa ada persetujuan dari Direksi / Pengawas.
 Selama pemasangan instalasi pipa berjalan kontraktor harus menutup ujung pipa
yang terbuka guna mencegah masuknya kotoran.
4. Sistem Instalasi Air Bersih
Instalasi pemipaan lengkap dengan perlengkapannya harus mampu menyalurkan air
bersih dengan laju aliran yang cukup dengan kecepatan aliran tidak lebih dari 2 m/s.
5. Penyangga Pipa
Semua pipa harus ditumpu pada setiap jarak 2,5 m kecuali untuk hal-hal khusus.
Penyangga pipa dibuat dari besi siku dengan ukuran yang sesuai dengan berat beban
yang harus dipikul dan jumlah deret pipa yang ada. Ukuran – ukuran bolt yang dipakai
disesuaikan dengan ukuran pipa.
6. Sambungan pipa
Semua sambungan menggunakan ulir untuk pipa dengan ukuran 1/2” – 1 1/2”, untuk
sambungan flends untuk diatas 2” dan harus diberi gaskeet dari jenis coprosed asbetos
yang berpenguat kawat sedangkan untuk sambungan ulir harus diberi bahan anti bocor
( seal tape ). Untuk air bersih harus menggunakan seal tape dari bahan yang tidak
membahayakan kesehatan. Fleus dan fitting yang digunakan dari class 10 kg.
7. Material / Bahan Yang Dipakai
a. Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan / barang yang disebut dalam
lingkup pekerjaan kepada Direksi / Pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan
sebelum dipasang. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, minimal brosur
spesifikasi teknis harus ditunjukkan dan disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan.
b. Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan bahan / material serta peralatan
kerja (gudang) agar rapi aman dan memudahkan pemeriksaan.
c. Jika bahan / material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalanan umum,
Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta mengganggu lalu lintas.
d. Pengawas / Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau menolak
peralatan yang tidak memenuhi syarat.
e. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus segera mengeluarkan
atau memindahkan peralatan tersebut, kerusakan akibat penggunaan peralatan kerja
tersebut harus diperbaiki kembali atas beban biaya Kontraktor.
f. Pipa PPR-PN 10 beserta perlengkapannya produksi ex. Wavin, SD, Vinilon atau setara
dengan diameter sesuai gambar.
g. Valve-valve produksi onda atau setara.
h. Material yang dipakai harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan.

22.2. Instalasi Air Buangan ( Bekas, Kotoran & Penghawaan )


1. Umum
Spesifikasi ini merupakan spesifiksasi teknis mengenai pekerjaan instalasi air
bekas, kotoran dan penghawaan.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Saluran pembuangan dari kloset , bak cuci kamar mandi, wastafel dan
dapur menuju ke IPAL Bio Filter.
b. Saluran penghawaan instalasi pembuangan seperti dalam gambar
perencanaan.
3. Uraian Pekerjaan
a. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor, meliputi pengadaan,
pemasangan dan pengujian secara sempurna dan terpadu, sehingga
merupakan sistim saluran air bekas, kotoran dan penghawaan berfungsi
dengan baik.
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem saluran air bekas, kotoran
dan penghawaan beserta perlengkapannya harus sesuai dengan gambar
rencana.
c. Prosedur pekerjaan pemasangan saluran air bekas dan kotor harus seijin /
disaksikan Direksi Lapangan.
4. Material / Bahan Yang Dipakai
a. Pipa PVC Class AW dengan diameter sesuai gambar rencana, produksi ex.
Wavin, Maspion, Rucika atau setara dengan persetujuan Direksi Lapangan.
b. Fitting-fitting untuk penyambungan terbuat dari bahan dan produksi yang
sama.
c. Floor drain dari bahan stainless steel, produksi ex. ONDA atau setara
dengan persetujuan Direksi Lapangan.

22.3. Cara Pemasangan


1. U m u m
a. Kontraktor harus memasang semua peralatan dan instalasi plambing
sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis ini.
b. Gambar perencanaan hanya menjelaskan jalur dan penempatan secara
umum. Semua detail dan perletakan yang sebenarnya harus dibuat dalam
bentuk gambar kerja oleh Kontraktor dan diserahkan kepada Konsultan
Pengawas untuk disetujui.
c. Pemasangan Pipa :
- Pipa harus dipasang dengan jarak yang cukup terhadap balok,
kusen jendela, rangka langit-langit dan lainnya sehingga terdapat
ruang atas yang cukup untuk pemeliharaan pipa, fitting serta
peralatan lainnya.
- Bila tidak diperoleh ruangan yang cukup untuk pipa tersebut,
Kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi, untuk mendapat penyelesaian.
- Ketinggian langit-langit, dimensi balok, kolom, shaft dan lain-lain
dicantumkan secara jelas pada gambar perencanaan.
- Sistem sambungan harus dilengkapi dengan peralatan yang
berfungsi untuk mengatasi gerakan-gerakan thermal dan/ atau
gerakan-gerakan akibat aliran fluida
pada tempat-tempat tertentu dengan sistem sambungan swing,
flexible
expansion loop dan lainnya.
- Pemipaan untuk peralatan/ mesin harus ditopang secara terpisah
sehingga tidak membebani unit mesin/ peralatan tersebut, dan jika
diperlukan harus disertai peredam getaran.

PASAL 26
PEKERJAAN INSTALASI PENANGKAL PETIR

26.1. Lingkup Pekerjaan


1. Bagian ini melupiti penyediaan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan dari
system penangkal petir yang lengkap sesuai spesifikasi ini, serta pengurusan izin dari badan
yang berwenang jawatan keselamatan kerja.
2. Pengadaan dan pemasangan Protector Head (Air Terminal), konduktor dan system
pentanahan dari instalasi penangkal petir.

26.2. Referensi
Pekerjaan harus dilakukan mengikuti standart dan peraturan yang berlaku dari Jawatan
Keselamatan Kerja atau standart yang dikeluarkan dari pabrik.

26.3. ContohBahan dan Material


Kontraktor harus menyerahkan contoh dari bahan–bahan yang akan dipergunakan/ dipasang,
yaitu minimal pengahantar dan elektroda pentanahan yang dimintakan dalam persyaratan.

26.4. Pemeriksaan
- Sistem penangkal petir akan diperiksa oleh Direksi untuk memastikan dipenuhinya
spesifikasi ini.
- Semua bagian dari instalasi ini harus diperiksa oleh Direksi terlebih dahulu sebelum
tertutup atau tersembunyi. Setiap bagian yang tidak sesuai dengan syarat – syarat
spesifikasi dan gambar – gambar harus segera diganti, tanpa memintan tambahan pada
pemilik proyek.

26.5. Surat Ijin


1. Kontraktor harus mempunyai surat ijin untuk pemasangan petir ini.
2. Kontraktor harus sudah berpengalaman didalam pemasangan penangkal petir ini,
dibuktikan dengan memberikan daftar proyek – proyek yang sudah pernah dikerjakan.

26.6. Bahan dan Peralatan


Ketent
1. Material yang digunakan dalam sistem penangkal petir dalam keadaan baik dan sesuai
dengan yang dimasudkan serta disetujui oleh Direksi.
2. Daftar material, katalog dan shop drawing harus diserahkan kepada Direksi sebelum
dilakukan pasangan. Material atau alat – alat yang tidak sesuai dengan spesifikasi ini akan
ditolak.

3. Sistim penangkal petir yang dipakai adalah Sistem non radio aktif.
4. Komponen-komponen yang dipakai adalah sebagai berikut :
a. Head Electroda ( Viking, Kurn atau sejenis )
b. Penghantar
 Menghubungkan head petir dengan electroda pentanahan.
 Penangkal ini harus menjamin dapat mentransfer dengan aman energi kilat dari
“air terminal” ke tanah.
c. Sistem Pentanahan
 Teminal pentanahan, terletak didalam bak kontrol ukuran seperti tercantum pada
gambar detail. Bak kontrol diperlukan unutk pengujian pentanahan tanah secara
berkala.
 Electroda pentanahan, terbuat dari Copper Rod digalvanisir dengan diameter tidak
kurang dari 1” dan panjang 6 m dan harus dimasukkan kedalam tanah secara
vertikal (sesuai dengan gambar). Tahanan pentanahan maksimum 1 ohm.

5. Daftar Material
a. Untuk semua material yang ditawarkan, pemborong wajib mengisi dafatar meterial
yang menyebutkan merk, Type, kelas lengkap dengan brosur/ kotalog yang terlampir.
b. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen – komponen yang berupa
barang – barang produksi.
c. Apabila ada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk
tertentu atau kelas mutu ( quality performance ) dari material atau komponen tertentu
terutama untuk material–material listrik utama, maka pemborong wajib melakukan
didalam penawarannya meterial yang dalam taraf mutu/ pabrik yang disebutkan itu.
d. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa meterial yang disebutkan pada
tabel material tidak dapat diadakan oleh pemborong, yang diakibatkan oleh sesuatu
alasan yang kuat dan dapat diterima Pemilik, Direksi lapangan dan perencana, maka
dapat dipikirkan penggantian merk / type dengan suatu sangki tertentu kepada
pemborong :
-
NO Item Merk

1 Spitzen ( Air Mineral ) VIKING V6


2 Penghantar ( NYY70 mm² )
3 Conduit EGA,Clipsal,Teso,ARK, Marshall,Tuflek

26.7 Pemasangan / Pelaksanaan


. - Cara-cara pemasangan penangkal petir sistim ini harus sesuai dengan petunjuk –petunjuk
dan spsifikasi pabrik :
1. Protector Head harus dipasang pada ujung batang peninggi yang kuat, dimana terminal
harus dapat dilepas dari batang peninggi bila diperlukan untuk pemeriksaan.
2. Batang penangkal dipasang pada f bangunan dengan memakai baut angker atau klem.
Pemasangan harus cukup kuat untuk menahan gaya mekanis pada saat timbulnya
sambaran petir.
3. Pemegang konduktor / klem harus terbuat dari bahan yang sama dengan konduktor
untuk mencegah terjadinya elektrolisa jika terkena air.
4. Sambungan – sambungan :
a. Sambungan yang diperlukan haruslah menjamin kotak yang baik dan tidak mudah
terlepas.
b. Sambungan sedapat mungkin mengurangi kerugian – kerugian tipis akibat adanya
sambungan.
5. Pelindung mekanis :
Down conduktor harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dengan pipa PVC type AW
seperti pada gambar.

26.8 Testing & Comissioning


. 1. Petunjuk Umum
a. Prosedur Pengujian
Kontraktor harus mengajukan rencana dan prosedur pengujian kepad Pemberi Tugas
dan Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan. Metode pengetesan dan
pengujian harus mengikuti standar teknis yang berlaku.
b. Alat pengujian
Kontraktor harus menyediakan semua alat ukur yang diperlukan untuk pengetesan dan
pengujian. Alat-alat tersebut harus sudah dikalibrasi oleh institusi yang berwenang.
c. Pencatatan
Kontraktor harus melakukan pencatatan yang baik terhadap pengetesan dan
pengujian. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengetesan dan pengujian kepada
Konsultan Pengawas.
d. Biaya
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap semua biaya dan fasilitas yang
diperlukan untuk pengetesan dan pengujian.
e. Saksi
Semua pengetesan dan pengujian yang dilakukan oleh kontraktor harus disaksikan
oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas
f. Tenaga Ahli
Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli yang kapabel untuk melakukan pengetesan
dan pengujian.
g. Pengujian Ulang
Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, kontraktor harus memperbaiki bagian-
bagian yang rusak dan kekurangan-kekurangan yang ada, kemudian melakukan
pengujian berhasil dengan baik.

2. Pekerjaanakan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat diterima
oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
3. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
a. Komponen internal penangkal petir.
b. Grounding resistant test pengukuran pentanahan yang mempergunakan metode
standar.
c. Seluruh pengujian kabel instalasi harus mengacu pada ketentuan pada PUIL terbitan
terakhir.

4. Kontraktor yang melakukan pekerjaan instalasi harus melakukan semua testing dan
pengukuran – pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa / mengetahui apakah
seluruh instalasi telah dapat berfungsi / bekerja dengan baik dan memenuhi persyaratan.
31.1 PENDIDIKAN DAN LATIHAN
Sebelum penyerahan kedua, Kontraktor harus telah mengadakan semacam pendidikan dan
latihan selama periode tertentu kepada 3 (tiga) orang calon operator, yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas (Customer). Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus lengkap
dengan 5 (lima) set operating, maintenance and repair manual books, serta sampai
mendapatkan certificate resmi yang dikeluarkan oleh Manufacturer. Segala sesuatunya atas
biaya Kontraktor.

PASAL 32LAIN-LAIN

1. Bagian-bagian yang termasuk dalam pekerjaan ini, yang secara teknis tidak dapat dipisahkan /
diabaikan / dihilangkan, tetapi belum disebutkan dalam bestek/gambar, tetap harus dilaksanakan
Kontraktor tanpa biaya tambahan hingga sistem yang dilaksanakan tersebut berfungsi dengan baik.
2. Hal - hal lain yang menyangkut pelaksanaan lapangan tetapi belum disebutkan dalam peraturan ini,
akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi/Pengawas lapangan.
3. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau disebutkan dalam
Spesifikasi ini, haru disediakan oleh Kontrator, sehingga Instalasi dapat bekerja dengan baik dan
dapat dipertanggung jawabkan tanpa tambahan biaya.
4. Kontraktor harus memintakan Ijin-ijin yang mungkin diperlukan untuk menjalankan Instalasi yang
dinyatakan dalam Spesifikasi ini atas tanggungan sendiri kepada Instansi berwenang yang terkait
dengan pekerjaan ini (PLN, DEPNAKER).

DAFTAR SIMAK SPESIFIKASI TEKNIS


A. URAIAN TEKNIS UMUM LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan adalah Pembangunan KANTOR RUMAH
TINGGAL DAN GUDANG: Pekerjaan Struktur, Pekerjaan
Finishing, serta mekanikal – Elektrikal.

B. PERSIAPAN PEKERJAAN DI URAIAN PEKERJAAN


LAPANGAN Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus benar- benar
memahami kondisi / pelaksanaan pekerjaan dan
harus sudah memperhitungkan segala permasalahan
yang dihadapi.
Kontraktor harus memperhatikan secara khusus mengenai
pengaturan lokasi di tempat bekerja, penempatan
material, pengamanan dan kelangsungan operasi
selama pekerjaan berlangsung.
Kontraktor harus mempelajari dengan seksama seluruh
bagian gambar , persyaratan teknis dan agenda
agenda dalam dokumen lelang, guna penyesuaian
dengan kondisi lapangan sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik dan benar.

C. PEKERJAAN UTAMA
C.1 PEKERJAAN STRUKTUR I. PEKERJAAN PERSIAPAN
I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Kontraktor harus melakukan pengukuran kembali site
pekerjaan meliputi batas areal maupun terhadap
bangunan existing, untuk memastikan kesesuaian
antara gambar rencana dan site yang ada.
2. Kontraktor harus mengadakan pengukuran untuk
membuat tanda tetap sebagai dasar jarak ukuran
ruangan dabn bagian – bagian yang lain.
II. PEKERJAAN BETON II. PEKERJAAN BETON
 Portland Cement (PC) jenis / type I
 Pasir beton / cor hitam produk local
 Koral yang digunakan mempunyai gradasi 2-3
produk local.
 Mutu beton yang digunakan adalah mutu beton
tinggi K. 250 beton Ready mix, untuk struktur
utama,
 Besi tulangan polos yang dipakai adalah baja mutu
fy = 240 Mpa (U-24) (besi polos) dengan tegangan
leleh minimum 2.400 kg/cm2 merk Hynil/KS/JTS
 Besi tulangan yang dipakai adalah baja mutu fy’ =
320 Mpa (U-32) (Besi ulir) dengan tegangan leleh
minimum 3.200 kg/cm2 merk Hynil/KS/JTS.
 Kawat pengikat tulangan (kawat Bendrat) terbuat
dari baja lunak.
Beton Non Struktur :
 Portland Cement (PC) produk Semen Padang.
 Pasir beton/cor Hitam produk local.
 Koral yang digunakan mempunyai gradasi 2-3 cm
produksi ETIKA.
 Mutu beton K. 225
 Besi tulangan polos yang dipakai adalah baja mutu
fy = 250 Mpa (U-24) (besi polos) dengan tegangan
leleh minimum 2.400 kg/cm2 merk Hynil/KS/JTS
 Kawat pengikat tulangan (kawat bendrat) terbuat
dari baja lunak.
III. PEKERJAAN ATAP III. PEKERJAAN ATAP
 Konstruksi Baja dan reng Usuk Metal galvalum
 ATAP eks. Metalroof
C.2. PEKERJAAN FINISHING I. PEKERJAAN PERSIAPAN
I. PEKERJAAN PERSIAPAN  Kontraktor harus melakukan pengukuran kembali
site pekerjaan meliputi batas areal maupun terhadap
bangunan existing, untuk memastikan kesesuaian
Dokumen Pengadaan 97
antara gambar rencana dan site yang ada.
 Kontraktor harus mengadakan pengukuran untuk
membuat tanda tetap sebagai dasar jarak ukuran
ruangan dan bagian yang lain.Sebelum
PekerjaanPembersihan;Pengukuran/Bouwplank;Pem
agaran; Pembongkaraandan Pengadaan air/listrik
kerja, kontraktor harusmembuat surat
pemberitahuan kepada KonsultanPengawas dan PPK.
II. PEKERJAAN TANAH II. PEKERJAAN TANAH
 Kontraktor harus melakukan pengukuran kembali
untuk pekerjaan galian dan urugan, untuk
memastikan kesesuaian antara gambar rencana dan
site yang ada, Tanah urug di padatkan (grade
densite compact stanper 95%) .
III. PEKERJAAN PASANGAN & III. PEKERJAAN PASANGAN & PLESTERAN
PLESTERAN  Spesi pasir semen
 Acian Semen + milk
 Pasangan Trasram dan Dinding campuran 1 : 3
dengan bata ringan / setara
 Pasangan Dinding biasa campuran 1 : 5 dengan bata
ringan /setara
 Keramik ukuran 40 x 40 cm sesuai gambar rencana.
Keramik tangga 10 x 20 cm dan Keramik KM/WC
lantai 20 x 20 cm, dinding 20 x 25 cm ex. Roman/
setara Plesteran Trasram campuran 1 : 3
 Plesteran Dinding Biasa campuran 1 : 5

IV. PEKERJAAN PARTISI, KUSEN PINTU PARTISI KUSEN PINTU & JENDELA
& JENDELA  Kusen Alumunium 4” Coklat setara eks Dacon
atau setara
 Slimar alumunium alloy 3 x 6 Silver eks Dacon
atau setara
 Engsel pintu 4” (Amex)
 Engsel jendela 3” (Amex)
 Kunci tanam (Amex)
 Hak angin (Amex)
 Selot dan Handle pintu (Amex)
 Kaca rayban/polos 5mm (Asahimas)
 Rangka partisi setara jayaboard
 Gypsumboard 9mm setara jayaboard
V. PEKERJAAN PLAFOND V. PEKERJAAN PLAFOND
 Rangka Plafond setara knop
 Plafond Gypsumboard 9mm sekualitas Knop
 Plafond Calsiboard 4 mm sekualitas Knop
VI. PEKERJAAN PENGECATAN VI. PEKERJAAN PENGECATAN
 Plamur
 Cat interior (Vinilex)
 Cat eksterior (Vinilex)
 Cat daun pintu (Avian stara)
 Waterproofing Coating dan Liquid Membrane
(SIKA/MASTERGUARD)
VII. PEKERJAAN SANITAIR VII. PEKERJAAN SANITAIR
 Closet duduk (INA/TOHO)
 Urinoir (INA/TOHO)
 Wastafel (INA/TOHO)
 Kran WC/Wastafel (INA/TOHO)
 Jet Shower (INA/TOHO)
 Avoer lantai Stainless (TOHO,ONDA)
 Bio Septictank (TOYO,BIOPRO)
VIII. PEKERJAAN INSTALASI VIII. PEKERJAAN INSTALASI PLUMBING
PLUMBING  Pipa Air bersih PPR-PN 10
 Pipa air kotor / bekas PVC AW
 Accesoris/Fitting pipa PPR-PN 10
 Accesoris/Fitting pipa PVC AW
 Pompa air bersih (SimitZu setara)

X. PEKERJAAN INSTALASI X. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK


LISTRIK  Box panel induk
 Box panel bagi penerangan
 Box panel bagi AC ( Harger setara)
 Box Panel pompa air dan hydrant
 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) (MERLIN
GERIN)
 MCB (Miniature Circuit Breaker) (ABB)
 Kabel NYA/NYM/NYY/NYFGBY 0.6/1KV (Eterna)
 Konduit (star)
 Armature lampu (SAKA, Philips)
 Komponen Lampu TL (Phillips)
 Ballast Lampu (Phillips)
 Exhaust Fan (Panasonic, KDK)
 Stop kontak (BROCO/Panasonic)
 Stop kontak AC (Broco, Panasonic)
 Saklar tunggal/ganda (BROCO, Panasonic)
 Uji Material dan Konsuil dari yang berwenang

XIV. PEKERJAAN INSTALASI XIV. PEKERJAAN INSTALASI PENANGKAL PETIR


PENANGKAL PETIR  Head Penangkal Petir non Radio aktif dengan radius
20 m
disertai pengujian oleh Depnaker serta jaminan
instalasinya

Anda mungkin juga menyukai