8.1.3.3. Pemeliharaan
Perusahaan melalui proyek berperan aktif dalam program pemeliharaan lingkungan
hidup melalui :
a) Program meminimalkan penggunaan plastik
b) Program hemat energi dan air
c) Program yang bekerjasama dengan dinas lingkungan hidup setempat5.2.
8.2. Pengelolaan Limbah B3
8.2.1. Klasifikasi B3
a) Mudah meledak (explosive)
b) Pengoksidasi (oxidizing)
c) Sangat mudah sekali menyala (extra flammable)
d) Sangat mudah menyala (highly flammable)
c) Mudah menyala (flammable)
1) Amat sangat beracun (extremely toxic)
g) Sangat beracun (highly toxic)
h) Beracun (moderately toxic)
i) Berbahaya (harmful)
j) Korosif (corrosive)
k) Bersifat iritasi (irritant)
l) Berbahaya bagi lingkung» (dangerous to the environment)
m) Karsinogenik (carcinogenic)
8.2.2. Tata laksanaan & Pengelolaan Bahan B3
a) Unit Bisnis yang melakukan kegiatan impor B3 yang terbatas digunakan dan atau
pertama kali impor, wajib mengikuti prosedur notifikasi oleh otoritas negara
pengekspor kepada instansi yang bertanggung jawab.
b) Unit Bisnis yang melakukan pengangkutan dan penyimpanan B3 wajib
menyertakan lembar data keselamatan bahan (Material Safety Data Sheer - MSDS)
c) Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi dengan
MSDS
d) Setiap tempat penyimpanan B3 wajib diberikan simbol dan label
e) Tempat penyimpanan B3 wajib memenuhi persyaratan :
f) Lokasi
g) Konstruksi bangunan
h) Pengelolaan tempat penyimpanan B3 wajib dilengkapi dengan sistem tanggap
darurat dan prosedur penanganan B3
i) B3 yang kadaluarsa dan atau tidak memenuhi spesifikasi dan atau bekas kemasan,
wajib dikelola sesuai dengan pengelolaan limbah B3 yang telah ditetapkan
8.2.3. Pembuangan Limbah Bahan B3
a) Proyek wajib menyediakan tempat penyimpanan limbah bahan B3 sesuai
ketentuan
b) Untuk pembuangan limbah Proyek wajib bekerjasama dengan perusahaan
pengelolaan limbah yang memiliki izin yang masih berlaku
c) Bila Proyek menggunakan bahan B3, maka wajib membuat neraca limbah B3 serta
menyimpan bukti penyerahan limbah B3 kepada pihak ke-3, sebagaimana terlampir.
8.3.1. Pengurangan Sampah Meliputi;
8.3.1.1. Pembatasan Timbulan Sampah
a) Menyusun rencana dan/atau program pembatasan timbulan sampah sebagai bagian
dari usaha dan/atau kegiatanya
b) Menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh
proses alam dan yang menimbulkan sampah sedikit mungkin
8.3.1.2. Pendauran Ulang Sampah/Pemanfaatan Kembali Sampah
a) Menyusun program pendauran ulang sampah sebagai bagian dari usaha dan/atau
kegiatannya
b) Menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang
c) Menarik kembali sampah dari pduk dan kemasan produk untuk
didaur ulang
8.3.2. Penanganan Sampah Meliputi;
8.3.2.1. Pemilahan Sampah Menjadi 5 Jenis Sampah
a) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan
berbahaya dan beracun
b) Sampah yang mudah terurai
c) Sampah yang dapat digunakan kembali
d) Sampah yang dapat didaur ulang
e) Sampah lainnya
f) Jumlah sarana sesuai jenis pengelompokan sampah dan diberi label/tanda sesuai
dengan lampiran
8.3.2.2. Pengumpulan Sampah harus memenuhi persyaratan;
a) Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5 jenis
sampah
b) Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan
c) Lokasinya mudah diakses
d) Tidak mencemari lingkungan
c) Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan
8.3.2.3. Pengangkutan Sampah
a) Menyediakan alat angkut sampah termasuk untuk sampah terpilah yang tidak
mencemari lingkungan
b) Melakukan kerjasama dengan pihak ke 2 yang tersetifikasi
8.3.2.4. Pemrosesan Akhir Sampah
a) Metode lahan urug saniter
b) Teknologi ramah lingkungan (incinerator). Sampah dilarang dibakar dilahan
terbuka
8.4. Pengendalian Lingkungan Kerja
8.4.1. Pengendalian Faktor Fisika
a) Merupakan upaya untuk menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal dari
bahan, proses, operasi, atau peralatan.
b) Merupakan upaya untuk mengganti bahan, proses, operasi atau peralatan dari yang
berbahaya menjadi tidak berbah ya.
c) Merupakan upaya memisahkan sumber bahaya dan Tenaga Kerja dengan
memasang sistem pengaman pada alat, mesin, dan/atau area kerja.
d) Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya
e) Merupakan upaya penggunaan alat pelindung diri yang berfungsi untuk
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari sumber bahaya.
8.4.2. Pengendalian Faktor Kimia atau B3
a) Menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari Tempat Kerja
b) Mengganti bahan kimia dengan bahan kimia Lain yang tidak mempunyai potensi
bahaya atau potensi bahaya yang lebih rendah
c) Memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber potensi bahaya kimia
d) Tempat Penyimpanan Limbah B3 yang didesain aman dari kebocoran langsung ke
air dan tanah, terhindar dari kontaminasi langsung air hujan dan sinar matahari,
memilki saluran drainase dan bak penampung, dilengkapi APAR
c) Membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia melalui pengaturan waktu kerja
f) Setiap kemasan B3 diberikan simbol dan label, serta dilengkapi dengan lembar data
keselamatan bahan (MSDS)
g) Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai
h) Pengangkutan B3 wajib menggunakan sarana pengangkutan yang laik operasi serta
pelaksanaanya sesuai dengan tata cara pengangkutan yang diatur dalam perundangan
dan dilakukan oleh instansi yang berwenang/berlisensi.
Waiib memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan limbah B3
8.4.3. Pengendalian Faktor Biologi
a) Menghilangkan dan/atau menghindari sumber bahaya binatang dari tempat kerja
b) Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber bahaya faktor biologi
c) Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
d) Memasang rambu-rambu yang sesuai
e) Memberikan vaksinasi/desinfektan apabila memungkinkan
8.4.4. Pengendalian Faktor Ergonomi
a) Melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik.
b) Mengatur waktu kerja dan waktu istirahat
c) Memodifikasi tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain tempat Kerja, dan peralatan
kerja.
a) Melakukan pekerjaan dengan sikap tubun dalam posist netral atau baik.
b) Mengatur waktu kerja dan waktu istirahat
c) Memodifikasi tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain tempat Kerja, dan peralatan
kerja.
d) Menggunakan alat bantu
8.4.5. Pengendalian Faktor Psikologi
a) Melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi tenaga kerja
b) Mengadakan program kebugaran & konseling bagi Tenaga Kerja
c) Mengadakan komunikasi organisasional secara memadai
d) Memberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk memberikan masukan dalam
proses pengambilan keputusan
c) Mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang kembali
pekerjaan yang ada
8.4.6. Pengendalian Faktor Flora dan Fauna
a) Berkoordinasi dengan dinas kehutanan, polisi hutan, pawang hutan, dil saat
melakukan pembebasan lahan hutan untuk mempertahankan kehidupan flora dan
fauna di area tersebut
b) Melakukan konservasi In Situ; konsep pelindungan jenis yang berdasarkan habitat
dan ckosistem ini diperlukan sumber daya genetik untuk mempertahankan kondisi
alamiahnya schingga sifat fenotife dan genotifenya mempertahankan varietas mumi
c) Melakukan konservasi Eks Situ; melindungi spesies hewan dan tumbuhan yang
keberadaanya sudah cukup langka dengan cara membawa dari habitatnya yang tidak
aman untuk disimpan di tempat yang sepenuhnya diawasi ol/ manusia
8.4.7. Penerapan Higiene dan Sanitasi Pada Bangunan Tempat Kerja
(kantor/direksi kit)
a) Halaman harus bersih, tertata rapi, rata dan tidak becek
b) Saluran air harus tertutup dan terbuat dan bahan yang cukup kuat serta air buangan
harus mengalir dan tidak boleh tergenang
c) Dinding dan langit-langit kuat dan kokoh strukturya
d) Lantai terbuat dari bahan yang keras, tahan air dan tahan bahan kimia yang
merusak
e) Atap mampu memberikan perlindungan dári panas dan hujan
f)Fasilitas toilet lengkap (jamban,air bersih cukup,tempat sampah,sabun)
g) Jumlah toilet harus sesuai kebutuhan pekerja (Itoilet untuk 15 orang)
h) Toilet bersih, tidak menimbulkan bau dan tidak ada serangga didalamnya
i) Tempat sampah dan peralatan kebersihan harus disediakan pada setiap tempat kerja
j) Tempat sampah terpisah dan dilabelkan untuk sampah organik, non organik B3
k) Tempat sampah dilengkapi penutup dan terbuat dari bahan kedap air
dipindahkan ke tempat penampungan sementara
m) Secara periodik setiap hari atau jika tempat penampungan sementara telah penuh,
limbah diangkut oleh dinas kebersihan atau instansi lain yang tersertifikasi.
8.4.8. Penerapan 5 R
a) Ringkas dapat dilakukan dengan cara menyingkirkan barang-barang, atau berkas
yang tidak diperlukan dan memisahkan berkas atau barang yang sering digunakan dan
yang jarang digunakan
b) Rapi dapat dilakukan dengan mengatur barang/material pada tempat yang telah
disiapkan agar mudah diakses dan lebih efcktif, berikan identitas untuk memudahkan
dalam mengakses.
c) Resik dapat dilakukan dengan membersihkan seluruh area dengan kerja dengan
konsisten setiap selesai melakukan tahap kegiatan/pekerjaan agar bersih.
d) Rawat dapa, dilakukan dengan kondisi area kerja yang sudah rapih dan resik
harus terus dijaga konsistensinya.
e) Rajin dapat dilakukan dengan semua konsep yang telah diterapkan ini harus tetap
dijaga, untuk membantu agar penerapan SR ini dapat terus dijaga.
8.4.9. Penanganan Keluhan Lingkungan
a) Semua keluhan lingkungan yang diterima oleh proyek/unit bisnis/kantor pusat
akibat dampak kegiatan proyek/pekerjaan harus ditindak lanjuti
b) Penanganan keluhan lingkungan mengacu kepada prosedur nomor 2-000-60-04-10
tentang prosedur pengendalian ketidak sesuaian produk, tindakan korektif,
pencegahan dan penanganan keluhan pelanggan.
9.Rekapitulasi Prosedur SOP tentang pencegahan dan penanganan Covid -19.
Prosedur tersebut dibuat dengan tujuan untuk pencegahan dan penanganan
Covid -19 bagi para pegawai, pekerja, pelanggan, rekanan, mitra bisnis dan
stakeholder selama masa pandemic Covid -19, didalam peraturan atau SOP tersebut
mengacu kepada :
Pedoman Pencegahan & Pengendalian COVID-19, NOMOR
HK.01.07/MENKES/328 & 413/2020
Pedoman Umum Menghadapi Pandemi COVID-19, Kemendagri RI
Pedoman Tatalaksana COVID-19 Edisi 3, PDPI, PERKI, PAPDI,
PERDATIN, IDAI
Keputusan Menteri Kesehatan RI, No HK.01.07/MENKES/328/2020, tentang
panduan pencegahan dan pengendalian COVID-19 di perkantoran dan industri
Keputusan Menteri Kesehatan RI, No HK.01.07/MENKES/567 1/2021,
tentang manjemen klinis tatalaksana COVID-19 di Pelayanan Kesehatan
Didalam Standar Operasi Prosedur tersebut terdapat beberapa ketentuan umum yang
harus dipatuhi dan harus dijalankan adalah sebagai berikut :
9.1. Protokol Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
9.1.1. Perusahaan / proyek wajib membentuk satgas pencegahan Covid 19 yang
merupakan bagian dari unit keselamatan konstruksi dengan ketentuan sebagai berikut;
9.1.1.1. Perusahaan menetapkan Organisasi Penanganan Covid-19 dengan
membentuk tim Task Force Corona Virus Disease 2019. (Dilihat pada lampiran 1).
Untuk proyek tim satgas dibentuk oleh pejabat pembuat komitmen pekerjaan
konstruksi yang berjumlah paling sedikit 5 orang, terdiri dari satu ketua dan empat
anggota.
9.1.1.2. Satgas Covid 19 kantor pusat berkoordinasi dengan satgas Covid 19
Kementrian
PUPR, Kementerian BUMN/Kementerian terkait dan tim satgas proyek berkoordinasi
dengan kantor pusat dan daerah setempat.
9.1.1.3. Satgas Covid 19 melakukan pemantauan dan pengendalian penyebaran covid
19 serta melaporkan setiap ada kasus dicurigai Covid 19 untuk dilakukan pemantauan
oleh petugas kesehatan
9.1.1.4. Satgas pencegahan Covid 19 memiliki tugas, tanggung jawab dan
kewenangan untuk melakukan;
a) Melakukan identifikasi potensi bahaya Covid-19 di kantor pusat atau lokasi
pekerjaan konstruksi yang mencakup;
al) Identifikasi potensi risiko lokani kantor pasat/proyek, termasik: lokai barak.
pekerja/tempat tinggal, kantor lapangan, bengel, dan gudang terhadap pusat sebaran
Covid 19 di dacrabs yang bersanglutan
a2) Tindak lanjut terhadap penyelenggarsan jasa konstraisi
b) Sosialicari
c) Pembelajaran (edukasi) permaham
Covid 19, materi yang dapat diberikan;
b1) Penyebab Covid 19 dan cara pencegahannya
b2) Mengenali gejala awal penyakit dan tindalcan yang harus dilakakan
gejala timbul
b3) Praktek perilaku hidup bersih dan schat (phibs) seperti menc»
yang benar dengan sibun, erika batuk dan bersin
b4) Metode edukasi bisa melalu pamflet, banner, majalah, media visual yang dipasang
di area strategis tempat orang berkumpul
d) Promosi teknik
e) Berkoordinasi dengan satgas penanggalangan Covid 19 kantor pasat
Kementrian PUPR/Kementerian terkait melakakan identifikasi potensial bahaya
Covid 19 di lokasi kerja
f) Pemeriksaan keschatan terkait potensi terinfeksi Covid 19 kepada sem pekerja dan
tamu proyek
g) Pemberian vitamin dan nutrisi tambah guna peningicatan imunitas pekerja
h) Pengadaan fasilitas keschatan di lokasi pekerjaan
i) Melaporkcan kepada kantor pusat/ppk dalam hal telah ditemakan pekerja yang
positif dan atau berstatus pasien dalam permantauan dan merekcomendasikcan
dilakukan penghentian kegiatan sementara.
9.1.2. Fasilitas keschatan harus tersedia di kantor pusat: atam lolcasi pekerjaan
konstruksi dengan ketentuan;
9.1.2.1. Menyediakan klinik keschatan yang dilengkapi tabung oksigen, pengukur sahi
bedan (thermoscan), pen gukur tekcanan darah, obat-obatan dan petugas medis
5.1.2.2. Memiliki kerjasama operasional perlindungan keschatan dan pencegahan
Covid
19 dengan rumab sakit atau pusat kesehatan masyarakcat ter dekcat untuk tindakan
kahar (emergency)
9.1.2.3. Menyediakan fasilitas tambahan antara lain
a) Sarana pencuci tangan
a1.Menyediakan lebih banyak sarana cuci tangan (sabun dan air mengalir
a2. Memberikan petunjuk lokasi sarana cuci tangan
a3. Memasang poster edukasi cara cuci tangan yang benar
b) Menyediakan hand sanitizer dengan konsentrasi alkohol 70% di tempat tempat
yang diperlukan (pintu masuk, ruang rapat, pintu lift,dil)
c) Menyediakan tisu, masker di kantor dan lokasi konstruksi bagi selun pekerja dan
tamu
9.1.2.4. Menyediakan ruangan tersendiri untuk pekerja yang ditemukan bergejala
Covid 19 saat dilakukan pemeriksaan suhu
9.1.2.5. Menyediakan tempat karantina/isolasi mandiri dengan merujuk pada protokol
yang diatur kementrian keschatan
9.1.2.6. Memberikan informasi dan fasilitasi pelaksanaan vaksinasi Covid 19, vitamin
nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas pekerja
9.2. Protokol Pengaturan Tempat Kerja
9.2.1. Pengaturan Tempat Kerja di Kantor
9.2.1.1. Ruang kerja / ruang rapat
a) Melakukan pembatasan jarak tempat duduk antar pegawai minimal 1 meter
b) Setiap ruang rapat harus diberi tanda peringatan jumlah maksimal orang
yang berada di dalamnya
c) Menyediakan hand sanitizer/hand rub
d) Menyediakan tisu alkohol untuk setiap alat minum/makan di ruang rapat
e) Mewajibkan penggunaan masker untuk seluruh pegawai di ruang kerja/rapat
f) Melakukan kegiatan pembersihan dan disinfeksi secara rutin
g) Pengurangan sebagian kapasitas dari jumlah kursi di setiap ruang rapat/kerja
9.4.1.4.
Air minum yang digunakan harus memenuhi persyaratan standar air minum sesuai
permenkers No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan
memenuhi syarat seperti tidak berbau, tidak berwama dan tidak berasa.
9.4.1.5. Jika air minum berasal dari air isi ulang harus dapat dipastikan bahwa depot
air minum memiliki izin usaha yang mensyaratkan sertifikat laik hygiene dan sanitasi
sesuai Permenkes No.43 Tahun 2014.
9.4.2. Persyaratan Kesehatan Tukang Masak dan Penyaji Makanan/Minuman
9.4.2.1. Telah mendapatkan pelatihan tentang kebersihan dan kesehatan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan makan bagi tenaga kerja.
9.4.2.2. Melakukan pemeriksaan kesehatan badan yang dilengkapi dengan hasil
rontgen paru-paru. Serta melakukan pemeriksaan keschatan secara berkala 2 kali
setiap tahun.
9.4.2.3. Tidak boleh melayani makanan selama menderita suatu penyakit sampai
dinyatakan sehat kembali oleh dokter yang dapat dibuktikan dengan surat keterangan
schat.
9.4.2.4. Tidak boleh melayani makanan bagi petugas keschatan yang memiliki riwayat
bepergian dari zona merah dan kuning pandemic Covid-19 dalam 14 hari
terakhir.
9.4.2.5. Mewajibkan penggunaan APD bagi petugas tukang masak dan penyaji sesuai
ketentuan pada Bagian 5.3 Pedoman ini.
9.4.3. Penyajian Makanan dan Snack
9.4.3.1. Selama masa pandemi Covid-19, penyajian makanan dan snack sangat
disarankan dengan menggunakan kemasan atau kotak makanan, tidak menggunakan
peralatan makan yang dipakai secara bergantian.
9.4.3.2. Apabila kondisi kantin atau ruang makan tidak memungkinkan untuk
diterapkannya physical distancing, penyajian makanan dapat dilakukan dengan
mengantarkannya ke meja kerja masing masing pegawai.
9.5 Protokol Rapat
9.5.1. Rapat Teleconference
9.5.1.1. Kegiatan rapat secara teleconference dapat dilakukan dengan menggunakan
aplikasi avcon yang telah direkomendasi oleh Departemen POB.
9.5.1.2. Dalam penggunaan aplikasi teleconference tidak diperkenankan untuk
menyebarkan atau memberikan informasi mengenai password, username dan data diri
lainnya kepada pihak lain yang tidak diundang atau tanpa seyin pemimpin rapat.
9.5.1.3. Jika diperlukan, rapat teleconference dapat direkam (record) untuk kebutuhan
administratif internal.
9.5.2. Rapat dengan tatap muka
9.5.2.I. Apabila tidak memungkinkan melaksanakan rapat dengan melalui
teleconference, rapat dapat dilakukan secara tatap muka dengan terlebih dahulu
mengajukan jadual rapat kepada petugas pengelola rang rapat.
Untuk tamu ekstemal yang akan melakukan rapat secara tatap muka, diwajibkan
menunjukkan sertifikat vaksinasi dan RT antigen yang belaku.
9.5.2.2. Tidak diperbolehkan melakukan interaksi dengan jarak kurang dari 1,5 meter.
9.5.2.3. Tidak diperbolehkan berbagi penggunnan alat minum/makan
9.5.2.4. Tidak diperbolehkan berbagi air minum/makanan ringan (snack).
9.5.2.5. Membersihkan tangan dengan menggunakan hand sanitizer/ tisu alkohol yang
telah disediakan sebelum mengambil air minum atau makanan.
9.5.2.6. Peserta rapat wajib menggunakan APD, sesuni ketentuan pada lampiran
Pedoman ini.
9.5.2.7. Pelaksanaan rapat tatap muka dilakukan sesingkat mungkin dan diusahakan
dapat selesai dalam waktu dua jam.
9.6. Protokol Kunjungan ke Site/Lokasi Proyek
9.6.1. Kegiatan survei lapangan harus pemenuhi ketentuan;
9.6.1.1. Pelaksanaan aktivitas kunjungan ke site/lokasi proyek mematuhi protokol
kesehatan dengan tanpa mengurangi efektifitas pelaksanaan
9.6.1.2. Menggunakan alat pelindung diri pribadi sesuai kebutuhan di lapangan (helm,
rompi, sarung tangan, kacamata pelindung, masker sesuai ketentuan dan sepatu
keselamatan)
9.6.1.3. Memperhatikan ketentuan jaga jarak fisik (physical distancing)
9.6.1.4. Memiliki surat keterangan bebas covid 19 / Hasil non reaktif RT Antigen atau
surat lain/dokumen yang dibutuhkan sebelum melakukan kunjungan ke site/lokasi
proyek sesuai peraturan daerah yang berlaku
9.6.2. Kegiatan pengawasan pekerjaan konstruksi
9.6.2.1. Pelaksanaan aktivitas pengawasan pekerjaan konstruksi mematuhi protokol
kesehatan dengan tanpa mengurangi efektifitas pelaksanaan.
9.6.2.2. Menggunakan alat pelindung diri pribadi sesuai kebutuhan di lapangan (helm,
rompi, sarung tangan, kacamata pelindung, masker sesuai ketentuan dan sepatu
keselamatan)
9.6.2.3. Memperhatikan ketentuan jaga jarak fisik (physical distancing).
9.6.2.4. Pelaksanaan pengawasan dapat memanfaatkan ketersediaan teknologi visual
real time (drone, cctv, dil) dengan tetap memperhatikan kaidah pengawasan di lokasi
pekerjaan konstruksi
5.6.2.5. Dalam melaksanakan pelaporan, dapat disediakan alat perekam visual secara
real time untuk pengawasan di tempat kerja
10. Rekapitulasi tentang Prosedur SOP Izin Kerja.
Didalam peraturan ataupun Prosedur SOP Izin Kerja tersebut terdapat tujuan
untuk bagaimana tata cara dalam pengajuan dan pemberian izin kerja, serta prosedur
tersebut juga mengacu kepada peraturan sebagai berikut :
ISO 45001 Klausul 6.1.2 Identifikasi bahaya dan penilaian resiko & peluang
Sistem Manajemen K3 (Sesuai PP No.50 tahun 2012) tentang Keamanan
Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3 diatur Sistem dan Pengawasan
Per. 09/MEN/2016, Tentang K3 dalam Bekerja Pada Ketinggian
SE.01/MEN/PPK/2012, Tentang Syarat K3 di Ruang Terbatas
Peraturan Menteri PUPR No. 10 Tahun 2021
Didalam Standar Operasi Prosedur Izin Kerja tersebut terdapat beberapa
ketentuan umum yang harus dipatuhi dan harus dijalankan adalah sebagai berikut :
10.1.1.Izin kerja harus telah dibuat, disahkan dan diverifikasi.
10.1.2. Pekerja yang melaksanakan pekerjaan menerima ijin dan menandatanganinya,
pada keadaaan/kasus lain pelaksana menerima dan menandatangani ijin.
10.1.3. Salinan ijin harus berada pada tempat kerja, bila pekerjaan tidak dilengkapi
ijin kerja, HSE berhak memberhentikan pekerjaan.
10.1.4. Ijin harus sesuai untuk periode waktu tertentu (contoh: dari waktu pengeluaran
sampai akhir shift)
10.1.5. Jika pekerjaan tidak dimulai, atau berhenti karena keadaan, kontrol, atau
prosedur yang diperlukan tidak tentu atau tetap, ijin harus dibatalkan dan ijin baru
dikeluarkan, setelah evaluasi ulang sebelum pekerjaan dimulai.
10.1.6. Jika pekerjaan berhenti atau ditunda untuk alasan lain, cara lain yang tepat
atau sesuai harus di beritahukan,dan ijin untuk melanjutkan pekerjaan harus didapat.
10.1.7. Bila pekerjaan diperpanjang melebihi periode yang di tetapkan, pekerjaan
harus dihentikan sementara setelah evaluasi ulang, ijin tetap diperpanjang atau ijin
baru dikeluarkan.
10.1.8. Pada saat pekerjaan selesai, atau akhir hari kerja, ijin harus dikembalikan
kepada pemberi ijin, dinilai untuk mengindikasi status pekerjaan, dan di tandatangani
oleh pelaksana atau personil
10.2. Tanggung Jawab Pemberi Wewenang Ijin Kerja (PM/SOM, SQM/HSE
Koordinator)
10.2.1. Memastikan (jin telah disi dengan jelas dan leng/ s dan telah disetujui.
10.2.2. Memastikan bahwa peralatan atau area telah disiapkan dengan melakukan
pemeriksaan tempat kerja sebelum mengeluarkan jjin.
10.2.3. Memeriksa tempat kerja sebelum memulai pekerjaan.
10.2.4. Menunjukkan dengan jelas pada ijin bahwa tempat kerja telah diperiksa dan
telah siap untuk melakukan pekerjaan.
10.2.5. Pekerjaan ruang terbatas atau pekerjaan panas fin pekerjaan dikeluarkan
setelah dilakukan pengetesan keadaan udara untuk menentukan konsentrasi oksigen
dan atau gas yang mudah terbakar/gas berbahaya/beracun.
10.2.6. Memastikan bahwa penerima jin mengerti hal-hal yang berhubungan dengan
üin dan kendaan-keadaan yang tidak lazim yang berhubungan dengan pekerjaan.
10.2.7. Menghentikan pekerjaan jika terjadi keadaan yang dapat membahayakan
keselamatan keria.
10.2.8. Memberikan keterangan tentang perkembangan pekerjaan pada petugas
penolong bantuan.
10.2.9. Memeriksa kebersihan tempat pada penyelesaian pekerjaan.
10.2.10. Menerima salinan ijin yang telah lengkap yang diperlukan sebagai file untuk
manajemen
10.3.1. Memeriksa tempat kerja dalam kondisi aman sebelum memulai pekerjaan.
10.3.2. Melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan ijin.
10.3.3. Mengikuti semua ketentuan yang tertera pada ijin.
10.3.4. Menjaga/memastikan salinan ijin berada pada tempat kerja.
10.3.5. Memberitahukan perubahan kondisi pada tempt kerja kepada personil yang
mengeluarkan ijin.
10.3.6. Jika diperlukan, memperpanjang ijin atau memint jin baru.
10.3.7. Menandatangani dan mengembalikan ijin pada pemberi ijin pada akhir
pekerjaan atau berakhirnya hari atau waktu kerja dengan pernyataan bahwa pekerjaan
telah selesai (lengkap, tidak lengkap).
10.3.8. Membersihkan kembali area atau tempat kerja