I. SYARAT-SYARAT UMUM
A. KETENTUAN UMUM
1. Rencana Kerja Dan Pelaksanaan Pekerjaan
1. Selambat-lambatnya 14 (empat belas)hari kelender setelah dikeluarkannya surat
penunjukan/pelulusan sebagai pemenang pelelangan,pelaksanaan pekerjaan wajib
menyerahkan pengembangan/penyempurnaan rencana kerja, methode yang diusulkan
dan tata cara pelaksanaan serta organisasi proyek kepada konsultan pengawas untuk
mendapatkan persetujuan pemberi tugas.
2. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja yang telah disetujui
tersebut dan harus menyerahkan detail program kerja kepada Konsultan pengawas
yang menunjukan bilamana pekerjaan dilaksanakan, kapan material/peralatan import
akan sampai ditempat, yang secara keseluruhan harus di buatkan Time Schedulle dan
Procurenment Schedulle dalam bentuk balok ( Bart Cart) dilengkapi dengan Curva “ S “
dan jaringan kerja (Net WorkPlanning).
3. Apabila terjadi keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan atau keterlambatan waktu
mendatangkan material/ peralatan maka pelaksanaan pekerjaan harus membuat detail
program kerja baru sesuai permintaan pengawas lapangan, tanpa merubah jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan.
4. Pelaksana pekerjaan wajib meminta persetujuan tertulis terlebih dahuludari pemberi
tugas apabila ada penyimpangan-penyimpangan dari rencana kerja yang telah di
setujui.
3. Apabila dalam pemeriksaan tersebut tidak terdapat kekurangan– kekurangan dan telah
memenuhi syarat–syarat yang telah ditentukan, maka pemberi tugas akan menerima
penyerahan pekerjaan yang dinyatakan dalam berita acara serah terima pekerjaan.
Khusus untuk serah terima pertama pekerjaan, berita acaranya harus disertai gambar
sesuai pelaksanaan (As Built Drawing ).
4. Surat Perintah Mulai Kerja (Spmk)
1. Pemberi tugas harus sudah menerbitkan SPMK selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari sejak (SPMK) penandatanganan kontrak, setelah
2. Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan kontrak yang
akan dinyatakan kontraktor pelaksana dalam pernyataan dimulainya pekerjaan.
5. Persiapan Pelaksanaan Kontrak
1. Sebelum pelaksanaan kontrak pemberi tugas bersama-sama dengan kontraktor
pelaksana, unsur perencanaan, dan unsur konsultan pengawasan, menyusun rencana
pelaksanaan kontrak.
2. Pemberi tugas harus menyenyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterbitkannya SPMK.
3. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat adalah:
a. Organisasi kerja;
b. Tata cara pengaturan pekerjaan;
c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil;
e. Penyusunan rencana pemeriksaan lapangan;
f. Sosialisasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai rencana
kerja;
g. Penyusunan program mutu.
6. Program Mutu
A. Program mutu harus disusun oleh Kontraktor Pelaksana dan disepakati oleh Pemberi
Tugas dan dapat direvisi sesuai kebutuhan.
B. Program mutu minimal berisi:
a. Informasi pengadaan;
b. Organisasi proyek Pemberi Tugas dan Kontraktor Pelaksana;
c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. Prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. Prosedur instruksi kerja;
f. Pelaksana kerja.
7. Pekerjaan Tambah Dan Kurang
A. Pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang dihitung dengan harga satuan Upah dan
Bahan berdasarkan dokumen penawaran yang telah disepakati.
B. Apabila jenis harga satuannya tidak terdapat dalam lampiran dokumen, maka harga
satuan yang digunakan adalah harga satuan hasil kesepakatan bersama antara
pemberi tugas dan pelaksana pekerjaan.
C. Semua jenis pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang baru boleh dilaksanakan setelah
ada persetujuan tertulis dari pemberi tugas.
D. Atas dasar persetujuan tertulis dan pemberi tugas pelaksana pekerjaan dapat
mengajukan rencana biaya. Rencana biaya dimaksud di teliti oleh pengawas lapangan
bersama-sama dengan pelaksana pekerjaan untuk kemudian diajukan kepada pemberi
tugas guna mendapatkan persetujuan.
E. Pelaksanaan pembayaran biaya pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang akan di atur
dalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan.
8. Bahan / Material, Alat-Alat Dan Sarana Kerja
1. Yang di maksud dengan bahan/material, alat-alat dan sarana kerja adalah semua
peralatan yang di gunakan untuk melaksanakan pekerjaan demi tercapainya
d. Pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen) dan nilai harga yang
tercantum dalam kontrak awal.
2. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh pemberi tugas secara tertulis kepada
kontraktor pelaksana, ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap
mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
3. Hasil negosiasi dituangkan dalam berita acara sebagai dasar penyusunan amandemen
kontrak.
12. Pembayaran Untuk Perubahan
1. Apabila diminta oleh pemberi tugas, kontraktor pelaksana wajib mengajukan usulan
biaya untuk melaksanakan perintah perubahan.
2. Direksi teknis wajib menilai usulan biaya tersebut selambat-lambatnya dalam waktu 7
(tujuh) hari.
3. Apabila pekerjaan dalam perintah perubahan harga satuannya terdapat dalam daftar
kuantitas dan harga, dan apabila menurut pendapat direksi pekerjaan bahwa kuantitas
pekerjaan tidak melebihi batas sesuai ketentuan Pasal 13.2. atau waktu pelaksanaan
tidak mengakibatkan perubahan harga, maka harga satuan yang tercantum dalam
daftar kuantitas dan harga digunakan sebagai dasar untuk menghitung biaya
perubahan.
4. Apabila harga satuan berubah atau pekerjaan dalam perintah perubahan tidak ada
harga satuannya dalam daftar kuantitas dan harga, jika dinilai wajar, maka usulan biaya
dan kontraktor pelaksana merupakan harga satuan baru untuk perubahan pekerjaan
yang bersangkutan.
5. Apabila usulan biaya dan kontraktor pelaksana dinilai tidak wajar, maka pemberi tugas
mengeluarkan perintah perubahan dengan mengubah harga kontrak berdasarkan
harga perkiraan pemberi tugas.
6. Apabila perintah perubahan sedemikian mendesak sehingga pembuatan usulan biaya
serta negosiasinya akan menunda pekerjaan, maka perintah perubahan tersebut harus
6. Untuk kelengkapan laporan, kontraktor pelaksana dan direksi teknis wajib membuat
foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan.
3. Mobilisasi harus mulai dilaksanakan selambat Iambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak diterbitkan SPMK, yaitu antara lain mendatangkan peralatan, kendaraan,
menyiapkan fasilitas kantor, rumah, bengkel, gudang, dan mendatangkan personil.
Mobilisasi peralatan dan personil dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan.
4. Pekerjaan dinyatakan selesai apabila kontraktor pelaksana telah melaksanakan
pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai ketentuan kontrak dan telah
dinyatakan dalam benita acara penyerahan pertama pekerjaan yang diterbitkan oleh
direksi pekerjaan.
5. Apabila kontraktor pelaksana berpendapat tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
jadwal karena keadaan diluar pengendaliannya dan kontraktor pelaksana telah
melaporkan kejadian tersebut kepada pemberi tugas, maka pemberi tugas melakukan
penjadwalan kembali pelaksanaan tugas kontraktor pelaksana dengan amandemen
kontrak.
d. Apabila kontraktor pelaksana gagal pada uji coba pertama, maka harus
diselenggarakan SCM tingkat atasan Iangsung yang membahas dan
menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oieh kontraktor
pelaksana dalam periode waktu tertentu (uji coba kedua) yang dituangkan dalam
berita acara SCM tingkat atasan langsung.
e. Apabila kontraktor pelaksana gagal pada uji coba kedua, maka harus
diselenggarakan SCM tingkat atasan yang membahas dan menyepakati besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai oleh kontraktor pelaksana dalam periode
waktu tertentu (uji coba ketiga) yang dituangkan dalam berita acara SCM tingkat
atasan.
f. Pada setiap uji coba yang gagal, pemberi tugas harus menerbitkan surat
peringatan kepada kontraktor pelaksana atas keterlambatan realisasi fisik
pelaksanaan pekerjaan.
g. Apabila pada uji coba ketiga masih gagal, maka pemberi tugas dapat
menyelesaikan pêkerjaan melalui kesepakatan tiga pihak atau memutuskan
kontrak secara sepihak dengan mengesampingkan pasal 1266 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.
3. Kesepakatan tiga pihak
a. Kontraktor pelaksana masih bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan sesuai
ketentuan kontrak.
b. Pemberi tugas menetapkan pihak ketiga sebagai kontraktor pelaksana yang
akan menyelesaikan sisa pekerjaan atau atas usulan kontraktor pelaksana.
c. Pihak ketiga melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan harga satuan
kontrak. Dalam hal pihak ketiga mengusulkan harga satuan yang Iebih tinggi dan
harga satuan kontrak, maka selisih harga menjadi tanggungjawab kontraktor
pelaksana.
d. Pembayaran kepada pihak ketiga dapat dilakukan secara langsung.
e. Kesepakatan tiga pihak dituangkan dalam berita acara dan menjadi dasar
pembuatan amandemen kontrak.
2. Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan harus disetujui oleh pemberi tugas dan tetap
menjadi tanggungjawab kontraktor pelaksana.
3. Pemberi tugas mempunyai hak intervensi atas pelaksanaan sub kontrak meliputi
pelaksanaan pekerjaan dan pembayaran
24. Keadaan Kahar (Force Majure)
1. Yang dimaksud keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak
para pihak sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat
dipenuhi.
2. Yang digolongkan keadaan kahar adalah:
a. Peperangan;
b. Kerusuhan;
c. Revolusi;
d. Bencana alam: banjir, gempa bumi, badai, gunung meletus, tanah longsor, wabah
penyakit, dan angin topan;
e. Pemogokan;
f. Kebakaran;
g. Gangguan industri lainnya.
3. Keadaan kahar ini tidak termasuk hal-hal yang merugikan yang disebabkan oleh
perbuatan atau kelalaian para pihak.
4. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh karena terjadinya
keadaan kahar tidak dapat dikenai sanksi.
5. Tindakan yang diambil untuk mengatasi terjadinya keadaan kahar dan yang
menanggung kerugian akibat terjadinya keadaan kahar, ditentukan berdasar
kesepakatan dan para pihak.
6. Bila terjadi keadaan kahar, maka kontraktor pelaksana memberitahukan kepada
pemberi tugas selambat lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah
terjadinya keadaan kahar.
7. Bila keadaan sudah pulih normal, maka secepat mungkin kontraktor pelaksana
memberitahukan kepada pemberi tugas bahwa keadaan telah kembali normal dan
kegiatan dapat dilanjutkan, dengan ketentuan:
a. Jangka waktu pelaksanaan yang ditetapkan dalam kontrak tetap mengikat. Apabila
harus diperpanjang, maka waktu perpanjangan sama dengan waktu selama tidak
dapat melaksanakan pekerjaan akibat keadaan kahar;
b. Selama tidak dapat melaksanakan pekerjaan akibat keadaan kahar, kontraktor
pelaksana berhak menerima pembayaran sebagaimana ditentukan dalam kontrak
dan mendapat penggantian biaya yang wajar sesuai yang telah dikeluarkan selama
jangka waktu tersebut untuk rnelaksanakan tindakan yang disepakati;
c. Bila sebagai akibat dan keadaan kahar kontraktor pelaksana tidak dapat
melaksanakan sebagian besar pekerjaan selama jangka waktu 60 (enam puluh)
hari, maka salah satu pihak dapat memutus kontrak dengan pemberitahuan tertulis
30 (tiga puluh) hari sebelumnya dan setelah itu kontraktor pelaksana berhak atas
sejumlah uang yang harus dibayar sesuai dengan ketentuan pemutusan kontrak
Pasal28.8.
25. Peringatan Dini
1. Kontraktor pelaksana wajib menyampaikan peringatan dini kepada direksi pekerjaan
melalui direksi teknik selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak terjadinya
peristiwa-peristiwa tertentu atau keadaan-keadaan yang dapat berakibat buruk
terhadap pekerjaan, kenaikan harga kontrak atau keterlambatan tanggal penyelesaian
pekerjaan. Direksi pekerjaan melalui direksi teknik dapat meminta kontraktor pelaksana
untuk membuat perkiraan akibat yang akan timbul terhadap pekerjaan, harga kontrak
dan tanggal penyelesaian pekerjaan. Perkiraan tersebut wajib diserahkan kontraktor
pelaksana sesegera mungkin.
2. Kontraktor pelaksana wajib bekerja sama dengan direksi pekerjaan melalui direksi
teknik dalam menyusun dan membahas upaya-upaya untuk menghindari atau
mengurangi akibat dan kejadian atau keadaan tersebut.
3. Kontraktor pelaksana tidak berhak menenima pembayaran tambahan untuk biaya-biaya
yang sesungguhnya dapat dihindari melalui peringatan dini.
26. Rapat Pelaksanaan
1. Direksi pekerjaan, direksi teknik dan kontraktor pelaksana dapat meminta dilakukan
rapat pelaksanaan yang dihadiri semua pihak, untuk membahas pelaksanaan
pekerjaan dan memecahkan masalah yang timbul sehubungan dengan peringatan dini
Pasal 25.1.
2. Direksi teknik wajib membuat risalah rapat pelaksanaan Pasal 26.1. Tanggung jawab
masing-masing pihak atas tindakan yang harus diambil ditetapkan oleh direksi
pekerjaan secara tertulis.
27. Itikad Balk
1. Para pihak bertindak berdasarkan asas saling percaya yang disesuaikan dengan hak
dan kewajiban yang terdapat dalam kontrak.
2. Para pihak setuju untuk melaksanakan perjanjian dengan jujur tanpa menonjolkan
kepentingan masing-masing pihak. Bila selama kontrak salah satu pihak merasa
dirugikan, maka diupayakan tindakan yang terbaik untuk mengatasi keadaan tersebut.
28. Penghentian Dan Pemutusan Kontrak
1. Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai.
2. Penghentian kontrak dilakukan karena terjadinya hal-hal diluar kekuasaan (keadaan
kahar) kedua belah pihak sehingga para pihak tidak dapat melaksanakan kewajiban
yang ditentukan di dalam kontrak. Dalam hal kontrak dihentikan, maka pemberi tugas
wajib membayar kepada kontraktor pelaksana sesuai dengan kemajuan pelaksanaan
pekerjaan yang telah dicapai.
3. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana kontraktor pelaksana cidera janji atau tidak
memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur di dalam kontrak.
Kepada kontraktor pelaksana dikenakan sanksi sesuai Pasal 28.5
4. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana para pihak terbukti melakukan kolusi,
kecurangan atau tindak korupsi baik dalam proses penunjukan maupun pelaksanaan
pekerjaan, dalam hal ini:
a. Kontraktor pelaksana dapat dikenakan sanksi yaitu:
Jaminan pelaksanaan dicairkan dan disetorkan ke kas negara;
Sisa uang muka harus dilunasi oleh Kontraktor Pelaksana;
Pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.
5. Pemutusan kontrak oleh pemberi tugas. Sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari
setelah pemberi tugas menyampaikan pemberitahuan rencana pemutusan kontrak
secara tertulis kepada kontraktor pelaksana untuk kejadian tersebut di bawah ini,
pemberi tugas dapat memutuskan kontrak. Kejadian dimaksud adalah:
a. Kontraktor pelaksana tidak mulai melaksanakan pekerjaan berdasarkan kontrak
pada tanggal mulai kerja
b. Kontraktor pelaksana gagal pada uji coba ketiga dalam melaksanakan SCM
c. Kontraktor pelaksana tidak berhasil memperbaiki suatu kegagalan pelaksanaan
d. Kontraktor pelaksana tidak mampu lagi melaksanakan pekerjaan atau bangkrut;
e. Kontraktor pelaksana gagal mematuhi keputusan akhir penyelesaian perselisihari;
f. Kontraktor pelaksana menyampaikan pernyataan yang tidak benar kepada pemberi
tugas dan pernyataan tersebut berpengaruh besar pada hak, kewajiban, atau
kepentingan pemberi tugas;
g. Terjadi keadaan kahar dan kontraktor pelaksana tidak dapat melaksanakan
pekerjaan
6. Pemutusan kontrak oleh kontraktor pelaksana. Sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari
setelah kontraktor pelaksana menyampaikan pemberitahuan rencana pemutusan
kontrak secara tertulis kepada pemberi tugas untuk kejadian tersebut di bawah ini,
kontraktor pelaksana dapat memutuskan kontrak.
Kejadian dimaksud adalah:
a. Sebagai akibat keadaan kahar, kontraktor pelaksana tidak dapat melaksanakan
pekerjaan.
b. Pemberi Tugas gagal mematuhi keputusan akhir penyelesaian perselisihan.
7. Prosedur pemutusan kontrak. Setelah salah satu pihak menyampaikan atau menerima
pemberitahuañ pemutusan kontrak, sebelum tanggal berlakunya pemutusan tersebut
kontraktor pelaksana harus:
a. Mengakhiri pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam
pemberitahuan pemutusan kontrak;
b. Mengalihkan hak dan menyerahkan semua hasil pelaksanaan pekerjaan.
Pengalihan hak dan penyerahan tersebut harus dilakukan dengan cara dan pada
waktu yang ditentukan oleh pemberi tugas;
c. Menyerahkan semua fasilitas yang dibiayai oleh pemberi tugas.
8. Dalam hal terjadi pemutusan kontrak sesuai dengan Pasal 28.5., pemberi tugas tetap
membayar hasil pekerjaan sampai dengan batas tanggal pemutusan, dan jika terjadi
pemutusan kontrak sesuai dengan Pasal 28.6., selain pembayaran tersebut di atas
pemberi tugas harus membayar pengeluaran langsung yang dikeluarkan oleh
kontraktor pelaksana sehubungan dengan pemutusan kontrak. Sejak tanggal
berlakunya pemutusan kontrak, kontraktor pelaksana tidak bertanggung jawab lagi atas
pelaksanaan kontrak.
29. Pemanfaatan Milik Kontraktor Pelaksana
Semua bahan, peralatan, instalasi, pekerjaan sementara, dan fasilitas milik kontraktor pelaksana,
dapat dimanfaatkan oleh pemberi tugas bila terjadi pemutusan kontrak oleh kontraktor
pelaksana.
30. Penyelesalan Perselisihan
B. KETENTUAN KHUSUS
39. Personil
1. Kontraktor pelaksana wajib menugaskan personil inti yang tercantum dalam daftar
personil inti atau menugaskan personil lainnya yang disetujui oleh direksi pekerjaan.
Direksi pekerjaan hanya akan menyetujui usulan penggantian personil inti apabila
kualifikasi, kemampuan, dan pengalamannya sama atau melebihi personil inti yang ada
dalam daftar personil inti.
2. Apabila direksi pekerjaan meminta kontraktor pelaksana untuk memberhentikan
personilnya dengan alasan atas permintaan tersebut, maka kontraktor pelaksana harus
menjamin bahwa personil tersebut sudah harus meninggalkán lapangan dalam waktu 7
(tujuh) hari dan harus diganti selambat lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari.
40. Penilaian Pekerjaan
1. Pemberi tugas harus melakukan penilaian atas hasil pekerjaan dalam masa
pelaksanaan pekerjaan.
2. Penilaian atas hasil pekerjaan dilakukan terhadap mutu dan kemajuan fisik pekerjaan.
41. Percepatan
1. Apabila Pemberi Tugas menginginkan agar kontraktor pelaksana menyelesaikan
pekerjaan sebelum rencana tanggal penyelesaian pekerjaan, maka direksi pekerjaan
akan meminta usulan biaya yang diperlukan oleh kontraktor pelaksana untuk
mempercepat penyelesaian pekerjaan. Bila pemberi tugas dapat menenima usulan
biaya tersebut, maka rencana tanggal penyelesaian pekerjaan dipercepat dan disahkan
bersama oleh direksi pekerjaan dan kontraktor pelaksana.
2. Apabila pemberi tugas menerima usulan biaya untuk percepatan pelaksanaan
pekerjaan, maka usulan biaya tersebut ditambahkan dalam harga kontrak dan
diperlakukan sebagai perintah perubahan untuk diproses menjadi amandemen kontrak.
42. Kompensasi
1. Kompensasi dapat diberikan kepada kontraktor pelaksana bila dapat dibuktikan
merugikan kontraktor pelaksana dalam hal sebagai berikut:
a. Kontraktor pelaksana belum bisa masuk ke lokasi pekerjaan, karena pemberi tugas
tidak menyerahkan seluruh sebagian lapangan kepada kontraktor pelaksana;
b. Pemberi tugas tidak memberikan gambar, spesiftkasi, atau instruksi sesuai jadwal
yang telah ditetapkan;
c. Pemberi tugas memodifikasi atau mengubah jadwal yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan;
d. Pemberi tugas terlambat melakukan pembayaran seperti yang diatur dalam kontrak
kerjasama;
e. Pemberi tugas menginstruksikan untuk melakukan pengujian tambahan yang
setelah dilaksanakan pengujian ternyata tidak diketemukan kerusakan
kegagalan/penyimpangan pekerjaan;
f. Pemberi tugas menolak sub kontraktor pelaksana tanpa alasan yang wajar;
g. Kontraktor pelaksana lain, petugas pemerintah, petugas utilitas atau pemberi tugas
tidak bekerja sesuai waktu yang ditentukan, sehingga mengakibatkan keterlambatan
dan/atau biaya tambah bagi kontraktor pelaksana.
h. Dampak yang menimpa/membebani kontraktor pelaksana diakibatkan oleh
kejadian-kejadian yang menjadi resiko pemberi tugas.
i. Pemberi tugas menunda berita acara penyerahan pertama pekerjaan dan/atau
berita acara penyerahan akhir pekerjaan.
j. Pemberi Tugas memerintahkan penundaan pekerjaan.
k. Kompensasi lain sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-syarat khusus
kontrak.
2. Kontraktor pelaksana dapat meminta kompensasi biaya dan/atau waktu pelaksanaan.
43. Penangguhan Pembayaran
demikian, maka pelaksana pekerjaan wajib melanjutkannya yang tertunda di luar waktu
kerja atau hari libur/besar dengan biaya atas beban pelaksana pekerjaan sepenuhnya.
4. Pekerjaan yang dilemburkan harus di dampingi oleh konsultan pengawas dan biaya
lembur konsultan pengawas menjadi tanggungan pelaksana pekerjaan. Besarnya biaya
lembur akan di tentukan kemudian atas dasar kesepakatan bersama antara konsultan
pengawas dan pelaksana pekerjaan atas dasar kehadiran dan keterlibatan personil
konsultan dengan acuan Billing Rate yang berlaku.
5. Apabila konsultan pengawas beranggapan bahwa pekerjaan yang di lemburkan tidak
perlu di awasi secara fisik, maka pelaksana pekerjaan wajib memberikan laporan
tertulis mengenai pekerjaan yang perlu di lemburkan dan jumlah waktu yang di
perlukan
6. Ketentuan lainnya yang di anggap perlu berkaitan dengan kerja lembur akan di
tentukan kemudian sesuai dengan situasi dan kondisi kegiatan pelaksanaan pekerjaan
46. Pengambilalihan
Pemberi Tugas akan mengambil alih lokasi dan hasil pekerjaan dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari setelah diterbitkan berita acara serah terima akhir pekerjaan.
SYARAT-SYARAT TEKNIS
LINGKUP PEKERJAAN
PASAL I
PEKERJAAN PENDAHULUAN/PERSIAPAN
pengadaannya.Sedangkan untuk tenaga ahli didatangkan secara khusus dari luar proyek (bukan
penduduk setempat.
1.4 Papan Nama Proyek dan Papan Peringatan
papan nama poyek yang penempatannya diawal proyek, selain itu dibuatkan dua papan
peringatan. Bahan yang dipergunakan dalam pembuatan papan nama proyek dan papan
peringatan adalah papan kayu ukuran 2/20 dan balok 5/7. Pada pembuatan papan nama
digunakan pondasi untuk menopang tiang papan nama, berikut adalah bentuk galian dan
pasangan batu kali pondasi umpak :
2. Tugu patok dasar dibuat dari beton bertulang, berpenampang 20 x 20 cm2, tertancap
kuat ke dalam tanah sedalam 1 m dengan bagian yang muncul di atas muka tanah
secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya.
3. Tugu dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi tanda yang jelas dan dijaga
keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari pengawas untuk membongkarnya.
4. Papan untuk bouwplank adalah kayu meranti ukuran 3/20 diserut halus bagian atas,
dipasang 100 cm dari tepi bangunan.
5. Papan bouwplank dipasang pada patok yang kuat, tertancap di tanah sehingga tidak
bisa digerak-gerakkan atau dirubah.
6. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu sama yang lain, kecuali
dikehendaki lain oleh konsultan.
7. Setelah selesai pemasangan papan ukur, Kontraktor harus melaporkan kepada
pengawas untuk dimintakan persetujuannya, serta harus menjaga dan memelihara
keutuhan serta ketetapan letak papan patok ukur sampai tidak diperlukan lagi dan
dibongkar atas persetujuan pengawas.
8. Kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran persiapan
bouwplank/setting out pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian dan benchmarks
yang diberikan Pengawas secara tertulis, serta bertanggung jawab atas level, posisi,
dimensi serta kelurusan seluruh bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan, tenaga
kerja yang perlu untuk itu.
9. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan dalam hal
tersebut di atas, merupakan tanggung jawab Kontraktor serta wajib memperbaiki
kesalahan tersebut dan akibat-akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut disebabkan
referensi tertulis dari pengawas.
10. Pengecekan setting-out atau lainnya oleh pengawas atau wakilnya tidak
menyebabkan tanggung jawab Kontraktor menjadi berkurang. Kontraktor wajib
melindungi semua bench-marks dan lain-lain hal yang perlu pada setting out
pekerjaan ini.
11. Sebelum memulai pekerjaan galian Kontraktor harus memastikan peil-peil dari
halaman dengan baik, seteliti mungkin sesuai dengan titik-titik yang ditentukan di
dalam gambar kerja.
12. Bila ditemukan hal-hal yang meragukan dari peil-peil tersebut, maka Kontraktor harus
berkonsultasi dan memberikan laporan tertulis kepada pengawas.
C. Alat, Perlengkapan Pekerjaan Dan Tenaga Lapangan
1. Kontraktor dan bagian-bagian lainnya yang
mengerjakan pekerjaan pelaksanaan dalam proyek ini, harus menyeidakan alat-alat
dan pekerjaannya sesuai dengan bidangnya masing-masing, seperti:
Alat pemotong, penduga, dan alat bantu
Topi pengaman dan sepatu lapangan
2. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk
penerangan pekerjaan, harus diadakan oleh Kontraktor termasuk pemasangan
sementara kabel-kabel, meteran, upah dan tagihan serta pembersihannya kembali
pada waktu pekerjaan selesai adalah beban Kontraktor.
3. Air untuk keperluan pekerjaan harus
diadakan dan bila memungkinkan didapatkan dari sumber air yang sudah ada dilokasi
pekerjaan tersebut. Kontraktor harus memasang sementara pipa-pipa dan lain-lain
pekerjaan untuk mengalirkan air dan mencabutnya kembali pada waktu pekerjaan
selesai. Biaya untuk pekerjaan pengadaan air sementara adalah beban Kontraktor.
4. Kontraktor tidak diperbolehkan
menyambung dan menghisap air dari saluran induk dan sebagainya tanpa terlebih
dahulu mendapatkan izin tertulis dari Pemilik Proyek atau Pengawas.
5. Disamping itu juga harus menyediakan
buku-buku laporan (harian, mingguan), buku petunjuk alat-alat yang akan dipakai,
PASAL II
PEKERJAAN PEMBONGKARAN
1. Pekerjaan Pembongkaran.
Pengkerjaan Pembongkaran meliputi pembongkaran Lantai Keramik Km/ Wc Existing,
Pergantian Daun Pintu Ruangan, dan sebagaimana yang diinstruksikan oleh konsultan
pengawas dan sesuai gambar rencana.
PASAL III
PEKERJAAN BETON,
1. Ketentuan umum
a. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan atau syarat-syarat
pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan
teknis ini. Segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan struktur beton harus sesuai
dengan standar-standar yang berlaku, yaitu:
1) Tata-cara perencanaan struktur beton untuk bangunan Gedung (SNI 03 – 2847 -
2002).
2) Peraturan Umum Beton Indonesia (PUBI, 1982),
3) Standard Industri Indonesia (SII),
4) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983.
6) Tidak boleh menggunakan air yang terdapat dikali dalam kawasan. Penggunaan air
kali tersebut harus mendapat ijin tertulis dari konsultan pengawas maupun dari
pengelola STAIN Kendari dan telah memenuhi syarat-syarat teknis air yang dapat
digunakan dalam pekerjaan ini.
c. Besi Beton
1) Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syara-syarat :
- Peraturan beton Insonesia ( NI 2 – 1971)
- Bebas dari kotoran-kotoran, laposan minyak-minyak, karat dan tidak cacat
(retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
- Dari jenis baja dengan mutu U24
- Mempunyai penampang yang sama rata.
- Ukuran disesuaiakan dengan gambar-gambar
2) Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan di atas,
harus mendapat persetujuan Perencana / Pengawas
3) Besi beton harus disupply dari satu sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan
untuk mencampur adukan bermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk
pekerjaan konstruksi.
4) Kontraktor wajib mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai
dengan petunjuk-petunjuk dari Pengawas, serta menyertakan data teknis dari pabrik
pembuat baja tulangan. Batang percobaan diambil dibawah kesaksian CM.
5) Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang
perlu oleh Pengawas Semua biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor.
6) Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar atau mendapat
persetujuan Pengawas. Untuk hal itu sebelumnya kontraktor harus membuat
gambar pembengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan kepada
Pengawas untuk mendapat persetujuannya.
7) Hubungan antara besi beton satu dengan yang lainnya harus menggunakan kawat
beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton dan bebas dari
lantai kerja atau papan acuan.
8) Sebelum beton dicor, besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karet lepas,
kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua besi beton harus dipasang
pada posisi yang tepat.
9) Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau yang semacam
itu, harus mendapat persetujuan Perencana / Pengawas.
10) Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitasnya tidak sesuai
dengan spesifikasi (RKS) diatas, harus segera dikeluarkan dari site setelah menerima
instruksi tertulis dari Pengawas dalam waktu 2 x 24 jam
PASAL IV
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI KERAMIK
h.) Keramik harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar maksimum 3 mm
setiap perpotongan, siar harus membentuk garis lurus. Siar-siar keramik diisi
dengan bahan pengisi siar sehingga membentuk setengah lingkaran seperti yang
disebutkan dalam persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan kemudian.
i.) Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan
gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
PASAL V
PEKERJAAN DINDING BATU BATA DAN PLESTERAN
bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton 6 mm
jarak 75 cm, yang terlebih dahulu di tanam dengan baik pada bagian pekerjaan
beton dan bagian yang di tanam dalam pasangan batubata sekurang-kurangnya 30
cm kecuali ditentukan lain atas persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK).
m) Pekerjaan dapat dimulai hanya bila alignment horisontal atau vertikal dari pondasi
mempunyai kesalahan tidak melebihi dari 2,5 cm bila dijumlahkan, bila lebih cara
memperbaiki permukaan pondasi harus diajukan untuk mendapatkan persetujuan
dari MK.
n) Tiap unit harus dipotong dengan tepat dan rapih, bila dipergunakan lubang untuk
saluran-saluran plumbing, elektrikal dan lain-lain lubang ini nantinya harus ditutup
kembali dengan rapih.
o) Pada daerah pengecoran adukan pasangan batubata harus disusun berselang-
selang dari bawah ke atas hingga tidak membentuk satu garis vertikal.
p) Tebal dinding. Hasil akhir pasangan dinding bata dengan ketebalan 15 cm, rata dan
tidak bergelombang, dengan sudut-sudut yang membentuk siku
q) Pasangan bata harus dilaksanakan dengan toleransi deviasi bidang pada arah
diagonal dinding seluas 9 m2 tidak lebih dari 0,5 cm (sebelum diaci/diplester).
r) Toleransi terhadap as dinding adalah kurang lebih 1 cm (sebelum diaci/diplester).
2) Persyaratan Bahan
Untuk bahan plesteran dan acian menggunakan Portland Cement, dengan persyaratan
bahan sbb :
a) Plesteran dinding
- Semen harus memenuhi NI-8.
- Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14, PUBI 1982.
- Air harus memenuhi NI-3 Pasal 10.
b) Acian
- Semen harus memenuhi NI-8.
- Air harus memenuhi NI-3 Pasal 10.
3) Syarat-syarat Pelaksanaan
a) Untuk Persiapan pelaksanaan plesteran adalah : bersihkan permukaan dari kotoran,
debu, minyak, lemak, lilin, cat dan partikel lain yang merugikan yang menempel
pada dinding yang akan di plester.
b) Pencampuran direkomendasikan menggunakan mesin mixing. Apabila tidak ada,
pencampuran bisa dilakukan dengan cara manual. Tambahkan air secara bertahap
dan aduk sampai rata selama 3 atau 4 menit. Pencampuran yang benar sangat
penting untuk mendapatkan hasil yang baik.
c) Untuk plesteran dinding trasraam dengan adukan 1 Pc : 2 Psr
d) Untuk Plesteran dinding selain trasraam dengan adukan 1 Pc : 5 Psr
e) Untuk plesteran beton dengan adukan 1 Pc : 3 Psr
f) Untuk Persiapan pelaksanaan Acian adalah : bersihkan permukaan dari kotoran,
debu, minyak, lemak, lilin, cat dan partikel lain yang merugikan yang menempel
pada dinding plester yang akan diaci.
n) Untuk bidang pasangan dinding dan beton bertulang yang akan difinish dengan cat
dipakai plesteran halus (acian) diatas permukaan plesterannya.
o) Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan memakai spesi
kedap air.
p) Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya diberi
alur-alur garis horisontal atau di ketrek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih
baik terhadap bahan finishingnya, kecuali untuk yang menerima cat.
q) Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping plywood setebal 9mm untuk patokan kerataan bidang.
r) Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom yang
dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Tebal
plesteran minimum 15 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam
untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian
pekerjaan yang diijinkan oleh MK.
s) Ketebalan setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam
satu bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,4 cm dalamnya
0,4 cm, kecuali bila ada petunjuk lain didalam gambar.
t) Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau cembung
bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi, Kontraktor
berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
u) Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak
terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering
dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang
bisa mencegah penguapan air secara cepat.
v) Jika terjadi keretakan akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus
dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan diterima oleh MK dengan biaya
atas tanggungan Kontraktor. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai
PASAL VI
PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP PLAFOND
1) Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan langit-langit Kalsiboard dan konstruksi rangkanya, penyediaan
tempat serta pemasangan plafond Kalsiboard dan penggantungnya pada tempat-tempat yang
ditentukan gambar kerja
2) Persyaratan Bahan
Bahan yang dipakai
- Dalam Ruangan : Plafond Kalsiboaard Board
- Tebal : 3 mm
- Teras/ Luar Bangunan : Plafond Kalsiboard Board
- Tebal : 3 mm
- Rangka : Hollow Galvalum MB 2x4 cm
- Modul rangka : sesuai gambar kerja
- Ukuran rangka : sesuai gambar kerja
3) Syarat-syarat Pelaksanaan
PASAL VII
PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA, PENGGANTUNG
2) Persyaratan Bahan
Daun Pintu : - Pintu Panil Jati
Model : sesuai gambar kerja
3) Syarat-syarat Pelaksanaan
a) Cara-cara pengerjaan harus memakai cara yang benar dan alat yang benar.
b) Teknik penyambungan kayu dengan kayu harus diusahakan dengan purus dan
diperkuat dengan lem kayu (rackol putih).
C. PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG
1) Lingkup Pekerjaan
PASAL VIII
PEKERJAAN FINISHING
A. PEKERJAAN CAT
1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. Meliputi pengecatan dinding/ beton bagian
luar dan dalam serta seluruh detail yang ditunjukan/disebutkan dalam gambar. Definisi
pekerjaan cat adalah semua pelapisan permukaan pada berbagai material untuk
maksud-maksud perlindungan/ pemberian warna, pemberian texture dan memberi
kemungkinan untuk dicuci dari material tersebut.
Perincian dari pekerjaan cat ini meliputi jenis-jenis berikut:
- Pekerjaan pengecatan dasar atau primer dan pendempulan.
- Pekerjaan cat dinding
- Pekerjaan cat langit-langit
2) Persyaratan Bahan
a) Persyaratan Standar/Mutu bahan
- Pengecatan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan NI-3 dan NI-4 atau
sesuai dengan spesifikasi dari pabrik cat yang digunakan.
- Standar dari bahan prosedur pengecatan ditentukan pabrik pembuat cat dan
Kontraktor tidak dibenarkan merubah standar dengan jalan mencampur dan
mencairkan yang tidak sesuai dengan instruksi pabrik atau tanpa ijin dari
Direksi/Pengawas.
b) Pengiriman dan Penyimpanan Bahan
- Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
cacat. berapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak aslinya yang masih
tersegel dan erlabel pabriknya.
- Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih, sesuai dengan jenisnya.
- Kontraktor bertanggung-jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan dan pelaksanaan.
c) Bahan Yang Digunakan
- Untuk cat Tembok digunakan cat merk METROLIGHTatau setara
- Untuk cat Besi Hollow, kusen kayu &listplank kayu digunakan jenis cat
merkavian/setara
3) Syarat-syarat Pelaksanaan
Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukan kepada Direksi/Pengawas beserta
ketentuan/persyaratan/jaminan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang
tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan. Jika dipandang perlu diadakan
penukaran/penggantian bahan pengganti harus disetujui Direksi/Pengawas berdasarkan
contoh yang diajukan Kontraktor. Pekerjaan pengecatan jangan dilakukan di daerah
terbuka dalam keadaan cuaca lembab dan hujan atau keadaan angin berdebu yang
akan mengurangi kualitas pengecatan.
a) Setiap pekerjaan yang akan dimulai pada suatu bidang harus mendapat
persetujuan dari Direksi/Pengawas.
b) Sebelum memulai pelaksanaan pengecatan, Kontraktor wajib melakukan
percobaan untuk disetujui Direksi/Pengawas.
c) Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada
kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelainan /perbedaan tersebut
diselesaikan. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dan lain-lainnya,
maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi Pengawas. Kontraktor
Lindungi pekerjaan ini dan juga pekerjaan atau material lain yang dekat dengan
pekerjaan ini dengan cara menutup/melindungi bagian tersebut selama pekerjaan
pengecatan berlangsung. Kontraktor bertanggung jawab memperbaiki atau mengganti
material yang rusak akibat pekerjaan pengecatan tersebut.
B. PEMBERSIHAN AKHIR
1) Pembersihan Kembali Lokasi Proyek
Setelah semua pekerjaan selesai,lokasi proyek dibersihkan dan dirapikan kembali.
Pekerjaan pembersihan meliputi pembersihan seluruh lokasi lapangan dan bekas galian,
material, bekas bongkaran konstruksi dan semua sisa-sisa kotoran pekerjaan.
2) Demobilisasi
Demobilisasi adalah pengembalian alat-alat yang disewa atau dimiliki sendiri dari lokasi
pekerjaan kecuali peralatan yang masih dipergunakan selama masa
pemeliharaan.Dalam hal ini pengeluaran peralatan dari lokasi pekerjaan harus dengan
sepengetahuan dan seijin direksi.Pengembalian peralatan dapat dilakukan secara
bersama-sama atau bertahap.
3) Catatan
Apabila ada kekurangan atau rencana kerja yang tidak tercantum dalam RKS ini,
diharapkan kontraktor untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada konsultan pengawas
atau pemilik pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan dalam melaksanakan pekerjaan.
Kendari, Oktober2021
Konsultan Perencana
CV. GRAHA CIPTA KONSULINDO
DAMSYA, ST
Direktur