Anda di halaman 1dari 57

1

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
2

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


(RKS)

I. SYARAT-SYARAT UMUM
A. KETENTUAN UMUM
1. Rencana Kerja Dan Pelaksanaan Pekerjaan
1. Selambat-lambatnya 14 (empat belas)hari kelender setelah dikeluarkannya surat
penunjukan/pelulusan sebagai pemenang pelelangan,pelaksanaan pekerjaan wajib
menyerahkan pengembangan/penyempurnaan rencana kerja, methode yang diusulkan
dan tata cara pelaksanaan serta organisasi proyek kepada konsultan pengawas untuk
mendapatkan persetujuan pemberi tugas.
2. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja yang telah disetujui
tersebut dan harus menyerahkan detail program kerja kepada Konsultan pengawas
yang menunjukan bilamana pekerjaan dilaksanakan, kapan material/peralatan import
akan sampai ditempat, yang secara keseluruhan harus di buatkan Time Schedulle dan
Procurenment Schedulle dalam bentuk balok ( Bart Cart) dilengkapi dengan Curva “ S “
dan jaringan kerja (Net WorkPlanning).
3. Apabila terjadi keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan atau keterlambatan waktu
mendatangkan material/ peralatan maka pelaksanaan pekerjaan harus membuat detail
program kerja baru sesuai permintaan pengawas lapangan, tanpa merubah jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan.
4. Pelaksana pekerjaan wajib meminta persetujuan tertulis terlebih dahuludari pemberi
tugas apabila ada penyimpangan-penyimpangan dari rencana kerja yang telah di
setujui.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
3

5. Pelaksana pekerjaan wajib mendengarkan dan mentaati semua teguran konsultan


pengawas/supervisi yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan baik secara lisan
maupun secara tulisan.
2. Jangka Waktu Pelaksanaan
1. Pelaksana pekerjaan harus dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jangka
waktu yang telah di tetapkan dalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan.
2. Apabila karena sesuatu hal dan di anggap perlu, pemberi tugas dapat memerintahkan
untuk menunda pelaksanaan pekerjaan baik sebagian maupun seluruh kegiatan dari
pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
3. Jika penundaan pelaksanaan pekerjaan dimaksud, menurut pendapat pelaksana
pekerjaan dapat menyampaikan masalahnya kepada konsultan pengawas untuk diteliti
dan hasil penelitiannya akan disampaikan kepada pemberi tugas untuk medapatkan
persetujuan. Pengajuan pendapat harus sudah disampaikan dalam waktu 14 (empat
belas) hari kalender terhitung sejak diterimanya surat perintah penundaan pelaksanaan
dari pemberi tugas.
3. Penyerahan Pekerjaan
1. Penyerahan pekerjaan, baik penyerahan pertama pekerjaan maupun penyerahan
kedua pekerjaan, oleh pelaksana pekerjaan harus dinyatakan secara tertulis dengan
menyebutkan tanggal penyerahan. Sebelum dilakukan penyerahan pekerjaan,
konsultan pengawas akan melakukan pemeriksaan serta evaluasi bersama – sama
pelaksanaan pekerjaan. hasil pemeriksaan tersebut dituangkan dalam berita acara
pemeriksaan pekerjaan.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ternyata terdapat kekurangan– kekurangan dan
telah memenuhi syarat–syarat yang telah ditentukan, maka pemberi tugas akan
menerima penyerahan pekerjaan yang dinyatakan dalam berita acara serah terima
pekerjaan.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
4

3. Apabila dalam pemeriksaan tersebut tidak terdapat kekurangan– kekurangan dan telah
memenuhi syarat–syarat yang telah ditentukan, maka pemberi tugas akan menerima
penyerahan pekerjaan yang dinyatakan dalam berita acara serah terima pekerjaan.
Khusus untuk serah terima pertama pekerjaan, berita acaranya harus disertai gambar
sesuai pelaksanaan (As Built Drawing ).
4. Surat Perintah Mulai Kerja (Spmk)
1. Pemberi tugas harus sudah menerbitkan SPMK selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari sejak (SPMK) penandatanganan kontrak, setelah
2. Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan kontrak yang
akan dinyatakan kontraktor pelaksana dalam pernyataan dimulainya pekerjaan.
5. Persiapan Pelaksanaan Kontrak
1. Sebelum pelaksanaan kontrak pemberi tugas bersama-sama dengan kontraktor
pelaksana, unsur perencanaan, dan unsur konsultan pengawasan, menyusun rencana
pelaksanaan kontrak.
2. Pemberi tugas harus menyenyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterbitkannya SPMK.
3. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat adalah:
a. Organisasi kerja;
b. Tata cara pengaturan pekerjaan;
c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil;
e. Penyusunan rencana pemeriksaan lapangan;
f. Sosialisasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai rencana
kerja;
g. Penyusunan program mutu.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
5

6. Program Mutu
A. Program mutu harus disusun oleh Kontraktor Pelaksana dan disepakati oleh Pemberi
Tugas dan dapat direvisi sesuai kebutuhan.
B. Program mutu minimal berisi:
a. Informasi pengadaan;
b. Organisasi proyek Pemberi Tugas dan Kontraktor Pelaksana;
c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. Prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. Prosedur instruksi kerja;
f. Pelaksana kerja.
7. Pekerjaan Tambah Dan Kurang
A. Pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang dihitung dengan harga satuan Upah dan
Bahan berdasarkan dokumen penawaran yang telah disepakati.
B. Apabila jenis harga satuannya tidak terdapat dalam lampiran dokumen, maka harga
satuan yang digunakan adalah harga satuan hasil kesepakatan bersama antara
pemberi tugas dan pelaksana pekerjaan.
C. Semua jenis pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang baru boleh dilaksanakan setelah
ada persetujuan tertulis dari pemberi tugas.
D. Atas dasar persetujuan tertulis dan pemberi tugas pelaksana pekerjaan dapat
mengajukan rencana biaya. Rencana biaya dimaksud di teliti oleh pengawas lapangan
bersama-sama dengan pelaksana pekerjaan untuk kemudian diajukan kepada pemberi
tugas guna mendapatkan persetujuan.
E. Pelaksanaan pembayaran biaya pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang akan di atur
dalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan.
8. Bahan / Material, Alat-Alat Dan Sarana Kerja
1. Yang di maksud dengan bahan/material, alat-alat dan sarana kerja adalah semua
peralatan yang di gunakan untuk melaksanakan pekerjaan demi tercapainya

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
6

kesempurnaan pekerjaan termasuk di dalamnya kendaraan yang digunakan untuk


mengangkut bahan/material dari atau keluar tapak proyek. Agar pelaksanaan pekerjaan
dapat berhasil dengan baik, pelaksana pekerjaan harus menyediakan bahan/material,
alat-alat dan sarana kerja secara cukup, meskipun tidak terlihat dalam gambar dan
spesifikasi.
2. Semua bahan/material, alat-alat dan sarana kerja yang telah masuk kelapangan/tapak
proyek tidak boleh dikeluarkan tanpa izin konsultan pengawas/pemberi tugas.
3. Pemberi tugas/konsultan pengawas tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan atau
kerusakan bahan/material, alat-alat dan sarana kerja yang berada di tapak proyek.
4. Semua bahan/material, alat-alat dan sarana kerja yang terpasang harus sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan di dalam spesifikasi dan gambar-gambar, harus dalam
keadaan baru, tidak cacat dan dari mutu terbaik, serta harus menunjukan merk, etiket
dari pabrik yang produksinya.
5. Detail-detail yang tidak di gambar atau di spesifikasikan, tetapi di anggap penting untuk
penyempurnaan pekerjaan, harus dilaksanakan sebagaimana umumnya dan harus
sudah termasuk dalam pekerjaan ini.
6. Jika alat-alat kerja rusak, sebelum dibawa keluar untuk perbaikan, pelaksanaan
pekerjaan harus mencarikan gantinya terlebih dahulu.
7. Sarana kerja yang berupa keet pelaksanaan pekerjaan dan kelengkapan disediakan
oleh pelaksana pekerjaan. Penempatan Keet pelaksanaan akan dikoordinasikan oleh
konsultan pengawas.
9. Pengamanan
1. Pengamanan atau halaman kerja, pekerjaan yang telah dilaksanakan dan bahan-
bahan, selama pekerjaan berlangsung menjadi tanggung jawab pelaksana pekerjaan.
2. Pelaksana pekerjaan wajib melindungi barang-barang milik pemberi tugas di dalam dan
di sekitar tapak proyek dari kehilangan, kerusakan, dan kebakaran.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
7

3. Tempat penyimpanan bahan-bahan maupun alat-alat kerja milik pelaksana pekerjaan


akan di tetapkan kemudian dalam waktu pelaksanaan.
4. Untuk masalah keamanan ini pelaksana pekerjaan diharuskan tunduk kepada segala
ketentuan yang berkaitan dengan masalah keamanan dan bekerja sama dengan aparat
keamanan.
10. Pemeriksaan Bersama
1. Pada tahap awal pelaksanaan kontrak, setelah penerbitan SPMK, direksi teknis
bersama-sama dengan panitia peneliti pelaksanaan kontrak dan kontraktor pelaksana
melaksanakan pemeriksaan lapangan bersama dengan melakukan pengukuran dan
pemeriksaan detail kondisi lapangan untuk setiap rencana mata pembayaran guna
menetapkan kuantitas awal.
2. Hasil pemeriksaan lapangan bersama dituangkan dalam berita acara. Apabila dalam
pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak maka harus dituangkan
dalam bentuk addendum kontrak.
3. Selanjutnya pemeriksaan lapangan bersama terhadap setiap mata pembayaran harus
dilakukan oleh direksi teknis dan kontraktor pelaksana selama periode pelaksanaan
kontrak untuk menetapkan kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan guna
pembayaran hasil pekerjaan.
11. Perubahan Kegiatan Pekerjaan
1. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan spesifikasi teknis dan gambar yang ditentukan dalam dokumen
kontrak, maka pemberi tugas bersama kontraktor pelaksana dapat melakukan
perubahan kontrak yang meliputi antara lain:
a. Menambah atau mengurangi kuantitas pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;
b. Menambah atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. Mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
lapangan.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
8

d. Pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen) dan nilai harga yang
tercantum dalam kontrak awal.
2. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh pemberi tugas secara tertulis kepada
kontraktor pelaksana, ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap
mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
3. Hasil negosiasi dituangkan dalam berita acara sebagai dasar penyusunan amandemen
kontrak.
12. Pembayaran Untuk Perubahan
1. Apabila diminta oleh pemberi tugas, kontraktor pelaksana wajib mengajukan usulan
biaya untuk melaksanakan perintah perubahan.
2. Direksi teknis wajib menilai usulan biaya tersebut selambat-lambatnya dalam waktu 7
(tujuh) hari.
3. Apabila pekerjaan dalam perintah perubahan harga satuannya terdapat dalam daftar
kuantitas dan harga, dan apabila menurut pendapat direksi pekerjaan bahwa kuantitas
pekerjaan tidak melebihi batas sesuai ketentuan Pasal 13.2. atau waktu pelaksanaan
tidak mengakibatkan perubahan harga, maka harga satuan yang tercantum dalam
daftar kuantitas dan harga digunakan sebagai dasar untuk menghitung biaya
perubahan.
4. Apabila harga satuan berubah atau pekerjaan dalam perintah perubahan tidak ada
harga satuannya dalam daftar kuantitas dan harga, jika dinilai wajar, maka usulan biaya
dan kontraktor pelaksana merupakan harga satuan baru untuk perubahan pekerjaan
yang bersangkutan.
5. Apabila usulan biaya dan kontraktor pelaksana dinilai tidak wajar, maka pemberi tugas
mengeluarkan perintah perubahan dengan mengubah harga kontrak berdasarkan
harga perkiraan pemberi tugas.
6. Apabila perintah perubahan sedemikian mendesak sehingga pembuatan usulan biaya
serta negosiasinya akan menunda pekerjaan, maka perintah perubahan tersebut harus

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
9

dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana dan dan diberlakukan sebagai peristiwa


kompensasi sesuai Pasal 42.1.
7. Kontraktor pelaksana tidak berhak menerima pembayaran tambahan untuk biaya-biaya
yang sesungguhnya dapat dihindari melalui peringatan dini.
13. Perubahan Kuantitas Dan Harga
1. Harga satuan dalam daftar kuantitas dan harga digunakan untuk membayar prestasi
pekerjaan.
2. Apabila kuantitas mata pembayaran utama yang akan dilaksanakan berubah lebih dan
10% (sepuluh persen) dan kuantitas awal, maka harga satuan pembayaran utama
tersebut disesuaikan dengan negosiasi.
3. Apabila diperlukan mata pembayaran baru, maka kontraktor pelaksana harus
menyerahkan analisa harga satuannya kepada pemberi tugas. Penentuan harga
satuan mata pembayaran baru dilakukan dengan negosiasi berdasarkan analisa harga
satuan tersebut dan harga satuan dasar penawaran.
14. Amandemen Kontrak
1. Amandemen kontrak harus dibuat bila terjadi perubahan kontrak. Perubahan kontrak
dapat terjadi apabila:
a. Perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh para pihak
dalam kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam kontrak;
b. Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan pekerjaan;
c. Perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan dan perubahan
pelaksanaan pekerjaan.
d. Amandemen bisa dibuat apabila disetujui oleh para pihak yang membuat kontrak
tersebut.
2. Prosedur amandemen kontrak dilakukan sebagai berikut:

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
10

a. Pemberi tugas memberikan perintah tertulis kepada kontraktor pelaksana untuk


melaksanakan perubahan kontrak, atau kontraktor pelaksana mengusulkan
perubahan kontrak;
b. Kontraktor pelaksana harus memberikan tanggapan atas perintah perubahan dan
pemberi tugas dan mengusulkan perubahan harga (bila ada) selambat-lambatnya
dalam waktu 7 (tujuh) hari;
c. Atas usulan perubahan harga dilakukan negosiasi dan dibuat berita acara hasil
negosiasi;
d. Berdasarkan berita acara hasil negosiasi dibuat amandemen kontrak.
15. Laporan Hasil Pekerjaan
1. Buku harian diisi oleh kontraktor pelaksana dan diketahui oleh direksi teknis, mencatat
seluruh rencana dan realisasi aktivitas pekerjaan sebagai bahan laporan harian.
2. laporan harian dibuat oleh kontraktor pelaksana, diperiksa oleh direksi teknis, dan
disetujui oleh direksi pekerjaan.
3. Laporan harian berisi:
a. Tugas, penempatan dan jumlah tenaga kerja di lapangan;
b. Jenis dan kuantitas bahan di lapangan;
c. Jenis, jumlah dan kondisi peralatan di lapangan;
d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
e. Cuaca dan peristiwa alam lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan;
f. Catatan lain yang dianggap perlu.
4. Laporan mingguan dibuat oleh kontraktor pelaksana, terdiri dan rangkuman laporan
harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan mingguan serta catatan yang dianggap
perlu.
5. Laporan bulanan dibuat oleh kontraktor pelaksana, terdiri dan rangkuman laporan
mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan bulanan serta catatan yang
dianggap perlu.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
11

6. Untuk kelengkapan laporan, kontraktor pelaksana dan direksi teknis wajib membuat
foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan.

16. Cacat Mutu


1. Direksi teknis wajib memeriksa pekerjaan kontraktor pelaksana dan memberitahu
kontraktor pelaksana bila terdapat cacat mutu dalam pekerjaan. Direksi teknis dapat
memerintahkan kontraktor pelaksana untuk menguji hasil pekerjaan yang dianggap
terdapat cacat mutu.
2. Apabila direksi teknis memerintahkan kontraktor pelaksana untuk melaksanakan
pengujian dan temyata pengujian memperlihatkan adanya cacat mutu, maka biaya
pengujian dan perbaikan menjadi tanggungjawab kontraktor pelaksana. Apabila tidak
ditemukan cacat mutu, maka biaya pengujian dan perbaikan menjadi tanggungjawab
pemberi tugas.
3. Setiap kali pemberitahuan cacat mutu, kontraktor pelaksana harus segera memperbaiki
dalam waktu sesuai yang tercantum dalam surat pembenitahuan direksi teknis.
4. Direksi pekerjaan dapat meminta pihak ketiga untuk memperbaiki cacat mutu bila
kontraktor pelaksana tidak melaksanakannya dalam waktu masa perbaikan cacat mutu
sesuai yang tercantum dalam surat pemberitahuan direksi teknis dengan biaya
dibebankan kepada kontraktor pelaksana.
5. Cacat mutu harus diperbaiki sebelum penyerahan pertama pekeijaan dan selama masa
pemeliharaan. Penyerahan pertama pekerjaan dan masa pemeliharaàn dapat
diperpanjang sampai cacat mutu selesai diperbaiki.
17. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
1. Waktu pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang ditentukan dalam syarat-syarat
khusus kontrak dihitung sejak tanggal mulai kerja yang tercantum dalam SPMK.
2. Pemberi tugas harus menerbitkan SPMK selambat- lambatnya 14 (empat belas) hari
sejak tanggal penandatanganan kontrak.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
12

3. Mobilisasi harus mulai dilaksanakan selambat Iambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak diterbitkan SPMK, yaitu antara lain mendatangkan peralatan, kendaraan,
menyiapkan fasilitas kantor, rumah, bengkel, gudang, dan mendatangkan personil.
Mobilisasi peralatan dan personil dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan.
4. Pekerjaan dinyatakan selesai apabila kontraktor pelaksana telah melaksanakan
pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai ketentuan kontrak dan telah
dinyatakan dalam benita acara penyerahan pertama pekerjaan yang diterbitkan oleh
direksi pekerjaan.
5. Apabila kontraktor pelaksana berpendapat tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
jadwal karena keadaan diluar pengendaliannya dan kontraktor pelaksana telah
melaporkan kejadian tersebut kepada pemberi tugas, maka pemberi tugas melakukan
penjadwalan kembali pelaksanaan tugas kontraktor pelaksana dengan amandemen
kontrak.

18. Wakil Kontraktor Pelaksana


1. Kontraktor pelaksana wajib menunjuk personil sebagai wakilnya yang
bertanggungjawab atas pelaksanaan pekerjaan dan diberikan wewenang penuh untuk
bertindak atas nama kontraktor pelaksana, serta berdomisili di lokasi pekerjaan.
2. Apabila direksi pekerjaan menilai bahwa wakil kontraktor pelaksana tersebut pada
pasal 18.1. tidak memadai, maka direksi pekerjaan secara tertulis dapat meminta
kontraktor pelaksana untuk mengganti dengan personil lain yang kualifikasi,
kemampuan, dan pengalamannya melebihi wakil kontraktor pelaksana yang diganti
selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari dan wakil kontraktor pelaksana
yang akan diganti harus meninggalkan lapangan selambat-lambatnya dalam waktu 14
(empat belas) hari.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
13

19. Konsultan Pengawasan


Untuk melakukan konsultan pengawasan dan pemeriksaan atas semua pelaksanaan
pekerjaan di lapangan yang sedang atau telah dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana,
pemberi tugas diwakili oleh direksi teknis.
20. Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan
1. Apabila kontraktor pelaksana terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal, maka
pemberi tugas harus memberikan peringatan secara tertulis atau dikenakan ketentuan
sesuai pasal 21 tentang kontrak kritis.
2. Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan disebabkan oleh pemberi tugas. maka
dikenakan ketentuan sesuai pasal 42 tentang kompensasi.
3. Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan terjadi karena keadaan force majure,
maka pasal 20.1.dan pasal 21.2. tidak diberlakukan.
21. Kontrak Kritis
1. Kontrak dinyatakan knitis apabila:
a. Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0%— 70% dari kontrak), realisasi fisik
pelaksanaan terlambat lebih besar 15% dari rencana;
b. Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak), realisasi fisik
pelaksanaan terlambat lebih besar 10% dari rencana.
2. Penanganan kontrak kritis
a. Rapat pembuktian (show cause meeting/SCM)
b. Pada saat kontrak dinyatakan kritis direksi pekerjaan menerbitkan surat
peringatan kepada kontraktor pelaksana dan selanjutnya menyelenggarakan
SCM.
c. Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi teknis dan kontraktor pelaksana
membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh
kontraktor pelaksana dalam periode waktu tertentu (uji coba pertama) yang
dituangkan dalam berita acara SCM tingkat proyek.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
14

d. Apabila kontraktor pelaksana gagal pada uji coba pertama, maka harus
diselenggarakan SCM tingkat atasan Iangsung yang membahas dan
menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oieh kontraktor
pelaksana dalam periode waktu tertentu (uji coba kedua) yang dituangkan dalam
berita acara SCM tingkat atasan langsung.
e. Apabila kontraktor pelaksana gagal pada uji coba kedua, maka harus
diselenggarakan SCM tingkat atasan yang membahas dan menyepakati besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai oleh kontraktor pelaksana dalam periode
waktu tertentu (uji coba ketiga) yang dituangkan dalam berita acara SCM tingkat
atasan.
f. Pada setiap uji coba yang gagal, pemberi tugas harus menerbitkan surat
peringatan kepada kontraktor pelaksana atas keterlambatan realisasi fisik
pelaksanaan pekerjaan.
g. Apabila pada uji coba ketiga masih gagal, maka pemberi tugas dapat
menyelesaikan pêkerjaan melalui kesepakatan tiga pihak atau memutuskan
kontrak secara sepihak dengan mengesampingkan pasal 1266 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.
3. Kesepakatan tiga pihak
a. Kontraktor pelaksana masih bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan sesuai
ketentuan kontrak.
b. Pemberi tugas menetapkan pihak ketiga sebagai kontraktor pelaksana yang
akan menyelesaikan sisa pekerjaan atau atas usulan kontraktor pelaksana.
c. Pihak ketiga melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan harga satuan
kontrak. Dalam hal pihak ketiga mengusulkan harga satuan yang Iebih tinggi dan
harga satuan kontrak, maka selisih harga menjadi tanggungjawab kontraktor
pelaksana.
d. Pembayaran kepada pihak ketiga dapat dilakukan secara langsung.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
15

e. Kesepakatan tiga pihak dituangkan dalam berita acara dan menjadi dasar
pembuatan amandemen kontrak.

22. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan


1. Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh pemberi tugas atas
pertimbangan yang layak dan wajar, yaitu untuk:
a. Pekerjaan tambah;
b. Perubahan disain;
c. Keterlambatan yang disebabkan oleh pemberi tugas;
d. Masalah yang timbul di luar kendali kontraktor pelaksana;
e. Keadaan force majure.
2. Kontraktor pelaksana mengusulkan secara tertulis perpanjangan waktu pelaksanaan
dilengkapi alasan dan data kepada pemberi tugas. Pemberi tugas menugaskan panitia
peneliti pelaksanaan kontrak dan direksi teknis untuk meneliti dan mengevaluasi usulan
tersebut. Hasil penelitian dan evaluasi dituangkan dalam berita acara dilengkapi
dengan rekomendasi dapat atau tidaknya diberi perpanjangan waktu.
3. Berdasarkan berita acara hasil penelitian dan evaluasi perpanjangan waktu
pelaksanaan dan rekomendasi, maka Pemberi Tugas dapat menyetujui/tidak
menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan.
4. Apabila perpanjangan waktu pelaksanaan disetujui, maka harus dituangkan di dalam
amandemen kontrak.
5. Perhitungan penyesuaian harga sesuai dengan Pasal 34.1. didasarkan atas
amandemen kontrak Pasal 14.1.
23. Kerjasama Antara Kontraktor Pelaksana Dan Sub Kontraktor Pelaksana
1. Kontraktor pelaksana golongan non usaha kecil wajib bekerjasama dengan kontraktor
pelaksana golongan usaha kecil termasuk koperasi kecil, yaitu dengan
mensubkontrakkan sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan utama.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
16

2. Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan harus disetujui oleh pemberi tugas dan tetap
menjadi tanggungjawab kontraktor pelaksana.
3. Pemberi tugas mempunyai hak intervensi atas pelaksanaan sub kontrak meliputi
pelaksanaan pekerjaan dan pembayaran
24. Keadaan Kahar (Force Majure)
1. Yang dimaksud keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak
para pihak sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat
dipenuhi.
2. Yang digolongkan keadaan kahar adalah:
a. Peperangan;
b. Kerusuhan;
c. Revolusi;
d. Bencana alam: banjir, gempa bumi, badai, gunung meletus, tanah longsor, wabah
penyakit, dan angin topan;
e. Pemogokan;
f. Kebakaran;
g. Gangguan industri lainnya.
3. Keadaan kahar ini tidak termasuk hal-hal yang merugikan yang disebabkan oleh
perbuatan atau kelalaian para pihak.
4. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh karena terjadinya
keadaan kahar tidak dapat dikenai sanksi.
5. Tindakan yang diambil untuk mengatasi terjadinya keadaan kahar dan yang
menanggung kerugian akibat terjadinya keadaan kahar, ditentukan berdasar
kesepakatan dan para pihak.
6. Bila terjadi keadaan kahar, maka kontraktor pelaksana memberitahukan kepada
pemberi tugas selambat lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah
terjadinya keadaan kahar.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
17

7. Bila keadaan sudah pulih normal, maka secepat mungkin kontraktor pelaksana
memberitahukan kepada pemberi tugas bahwa keadaan telah kembali normal dan
kegiatan dapat dilanjutkan, dengan ketentuan:
a. Jangka waktu pelaksanaan yang ditetapkan dalam kontrak tetap mengikat. Apabila
harus diperpanjang, maka waktu perpanjangan sama dengan waktu selama tidak
dapat melaksanakan pekerjaan akibat keadaan kahar;
b. Selama tidak dapat melaksanakan pekerjaan akibat keadaan kahar, kontraktor
pelaksana berhak menerima pembayaran sebagaimana ditentukan dalam kontrak
dan mendapat penggantian biaya yang wajar sesuai yang telah dikeluarkan selama
jangka waktu tersebut untuk rnelaksanakan tindakan yang disepakati;
c. Bila sebagai akibat dan keadaan kahar kontraktor pelaksana tidak dapat
melaksanakan sebagian besar pekerjaan selama jangka waktu 60 (enam puluh)
hari, maka salah satu pihak dapat memutus kontrak dengan pemberitahuan tertulis
30 (tiga puluh) hari sebelumnya dan setelah itu kontraktor pelaksana berhak atas
sejumlah uang yang harus dibayar sesuai dengan ketentuan pemutusan kontrak
Pasal28.8.
25. Peringatan Dini
1. Kontraktor pelaksana wajib menyampaikan peringatan dini kepada direksi pekerjaan
melalui direksi teknik selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak terjadinya
peristiwa-peristiwa tertentu atau keadaan-keadaan yang dapat berakibat buruk
terhadap pekerjaan, kenaikan harga kontrak atau keterlambatan tanggal penyelesaian
pekerjaan. Direksi pekerjaan melalui direksi teknik dapat meminta kontraktor pelaksana
untuk membuat perkiraan akibat yang akan timbul terhadap pekerjaan, harga kontrak
dan tanggal penyelesaian pekerjaan. Perkiraan tersebut wajib diserahkan kontraktor
pelaksana sesegera mungkin.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
18

2. Kontraktor pelaksana wajib bekerja sama dengan direksi pekerjaan melalui direksi
teknik dalam menyusun dan membahas upaya-upaya untuk menghindari atau
mengurangi akibat dan kejadian atau keadaan tersebut.
3. Kontraktor pelaksana tidak berhak menenima pembayaran tambahan untuk biaya-biaya
yang sesungguhnya dapat dihindari melalui peringatan dini.
26. Rapat Pelaksanaan
1. Direksi pekerjaan, direksi teknik dan kontraktor pelaksana dapat meminta dilakukan
rapat pelaksanaan yang dihadiri semua pihak, untuk membahas pelaksanaan
pekerjaan dan memecahkan masalah yang timbul sehubungan dengan peringatan dini
Pasal 25.1.
2. Direksi teknik wajib membuat risalah rapat pelaksanaan Pasal 26.1. Tanggung jawab
masing-masing pihak atas tindakan yang harus diambil ditetapkan oleh direksi
pekerjaan secara tertulis.
27. Itikad Balk
1. Para pihak bertindak berdasarkan asas saling percaya yang disesuaikan dengan hak
dan kewajiban yang terdapat dalam kontrak.
2. Para pihak setuju untuk melaksanakan perjanjian dengan jujur tanpa menonjolkan
kepentingan masing-masing pihak. Bila selama kontrak salah satu pihak merasa
dirugikan, maka diupayakan tindakan yang terbaik untuk mengatasi keadaan tersebut.
28. Penghentian Dan Pemutusan Kontrak
1. Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai.
2. Penghentian kontrak dilakukan karena terjadinya hal-hal diluar kekuasaan (keadaan
kahar) kedua belah pihak sehingga para pihak tidak dapat melaksanakan kewajiban
yang ditentukan di dalam kontrak. Dalam hal kontrak dihentikan, maka pemberi tugas
wajib membayar kepada kontraktor pelaksana sesuai dengan kemajuan pelaksanaan
pekerjaan yang telah dicapai.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
19

3. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana kontraktor pelaksana cidera janji atau tidak
memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur di dalam kontrak.
Kepada kontraktor pelaksana dikenakan sanksi sesuai Pasal 28.5
4. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana para pihak terbukti melakukan kolusi,
kecurangan atau tindak korupsi baik dalam proses penunjukan maupun pelaksanaan
pekerjaan, dalam hal ini:
a. Kontraktor pelaksana dapat dikenakan sanksi yaitu:
 Jaminan pelaksanaan dicairkan dan disetorkan ke kas negara;
 Sisa uang muka harus dilunasi oleh Kontraktor Pelaksana;
 Pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.
5. Pemutusan kontrak oleh pemberi tugas. Sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari
setelah pemberi tugas menyampaikan pemberitahuan rencana pemutusan kontrak
secara tertulis kepada kontraktor pelaksana untuk kejadian tersebut di bawah ini,
pemberi tugas dapat memutuskan kontrak. Kejadian dimaksud adalah:
a. Kontraktor pelaksana tidak mulai melaksanakan pekerjaan berdasarkan kontrak
pada tanggal mulai kerja
b. Kontraktor pelaksana gagal pada uji coba ketiga dalam melaksanakan SCM
c. Kontraktor pelaksana tidak berhasil memperbaiki suatu kegagalan pelaksanaan
d. Kontraktor pelaksana tidak mampu lagi melaksanakan pekerjaan atau bangkrut;
e. Kontraktor pelaksana gagal mematuhi keputusan akhir penyelesaian perselisihari;
f. Kontraktor pelaksana menyampaikan pernyataan yang tidak benar kepada pemberi
tugas dan pernyataan tersebut berpengaruh besar pada hak, kewajiban, atau
kepentingan pemberi tugas;
g. Terjadi keadaan kahar dan kontraktor pelaksana tidak dapat melaksanakan
pekerjaan
6. Pemutusan kontrak oleh kontraktor pelaksana. Sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari
setelah kontraktor pelaksana menyampaikan pemberitahuan rencana pemutusan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
20

kontrak secara tertulis kepada pemberi tugas untuk kejadian tersebut di bawah ini,
kontraktor pelaksana dapat memutuskan kontrak.
Kejadian dimaksud adalah:
a. Sebagai akibat keadaan kahar, kontraktor pelaksana tidak dapat melaksanakan
pekerjaan.
b. Pemberi Tugas gagal mematuhi keputusan akhir penyelesaian perselisihan.
7. Prosedur pemutusan kontrak. Setelah salah satu pihak menyampaikan atau menerima
pemberitahuañ pemutusan kontrak, sebelum tanggal berlakunya pemutusan tersebut
kontraktor pelaksana harus:
a. Mengakhiri pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam
pemberitahuan pemutusan kontrak;
b. Mengalihkan hak dan menyerahkan semua hasil pelaksanaan pekerjaan.
Pengalihan hak dan penyerahan tersebut harus dilakukan dengan cara dan pada
waktu yang ditentukan oleh pemberi tugas;
c. Menyerahkan semua fasilitas yang dibiayai oleh pemberi tugas.
8. Dalam hal terjadi pemutusan kontrak sesuai dengan Pasal 28.5., pemberi tugas tetap
membayar hasil pekerjaan sampai dengan batas tanggal pemutusan, dan jika terjadi
pemutusan kontrak sesuai dengan Pasal 28.6., selain pembayaran tersebut di atas
pemberi tugas harus membayar pengeluaran langsung yang dikeluarkan oleh
kontraktor pelaksana sehubungan dengan pemutusan kontrak. Sejak tanggal
berlakunya pemutusan kontrak, kontraktor pelaksana tidak bertanggung jawab lagi atas
pelaksanaan kontrak.
29. Pemanfaatan Milik Kontraktor Pelaksana
Semua bahan, peralatan, instalasi, pekerjaan sementara, dan fasilitas milik kontraktor pelaksana,
dapat dimanfaatkan oleh pemberi tugas bila terjadi pemutusan kontrak oleh kontraktor
pelaksana.
30. Penyelesalan Perselisihan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
21

1. Penyelesaian perselisihan dapat melalui:


a. Di luar pengadilan, yaitu dengan cara musyawarah, mediasi, konsiliasi atau
arbitrase di Indonesia;
b. Pengadilan.
2. Penyelesaian perselisihan lebih lanjut diatur dalam syarat-syarat khusus kontrak.
3. Pengeluaran biaya untuk penyelesaian perselisihan ditanggung kedua belah pihak
sesuai keputusan akhir.
31. Bahasa Dan Hukum
Kontrak dibuat dalam bahasa Indonesia serta tunduk kepada peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia.
32. Perpajakan
1. Kontraktor pelaksana harus mengetahui, memahami dan patuh terhadap semua
peraturan perundang undangan tentang pajak yang berlaku di Indonesia dan sudah
diperhitungkan dalam penawaran.
2. Perubahan peraturan perundang-undangan tentang pajak yang terjadi setelah
pembukaan penawaran harus dilakukan penyesuaian.
33. Korespondensi
1. Komunikasi antara para pihak hanya berlaku bila dibuat secara tertulis.
2. Korespondensi dapat dikirim langsung, atau melalui pos, telex.
3. Alamat para pihak ditetapkan sebelum tanda tangan kontrak.
4. Korespondensi harus menggunakan bahasa Indonesia.
34. Penyesuaian Harga
Penyesuaian harga dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam syarat-
syarat khusus kontrak. Penyesuaian harga diberlakukan terhadap kontrak jangka panjang
lebih dan 12 (dua belas) bulan.
35. Denda Dan Ganti Rugi

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
22

1. Denda adalah sanksi finansial yang dikenakan kepada kontraktor pelaksana,


sedangkan ganti rugi adalah sanksi finansial yang dikenakan kepada pemberi tugas,
karena terjadinya cidera janji terhadap ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
2. Besarnya denda kepada kontraktor pelaksana atas keterlambatan penyelesaian
pekerjaan adalah 1 %o (per seribu) dan harga kontrak atau bagian kontrak untuk setiap
hari keterlambatan.
3. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh pemberi tugas atas keterlambatan pembayaran
adalah sebesar bunga terhadap nilai tagihari yang terlambat dibayar, berdasarkan
tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu menurut ketetapan bank indonesia, atau
dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam syarat-syarat khusus kontrak.
4. Tata cara pembayaran denda dan/atau ganti rugi sesuai ketentuan dalam syarat-syarat
khusus kontrak.
36. Serah Terima Pekerjaan
1. Pemberi tugas membentuk panitia penerima pekerjaan yang terdiri dan unsur atasan
langsung, proyek dan direksi teknis.
2. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen), kontraktor pelaksana mengajukan
permintaan secara tertulis kepada pemberi tugas untuk penyerahan pertama pekerjaan.
3. Pemberi tugas memerintahkan panitia penerima pekerjaan untuk melakukan penilaian
terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh kontraktor pelaksana selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat permintaan dan kontraktor
pelaksana. Apabila terdapat kekurangan dan/atau cacat hasil pekerjaan, kontraktor
pelaksana wajib menyelesaikanlmemperbaiki, kemudian panitia penerima pekerjaan
melakukan pemeriksaan kembali dan apabila sudah sesuai dengan ketentuan kontrak,
maka dibuat berita acara penyerahan pertama pekerjaan.
4. Setelah penyerahan pertama pekerjaan pemberi tugas membayar sebesar 100%
(seratus persen) dan nilai kontrak dan kontraktor pelaksana harus menyerahkan
jaminan pemeliharaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
23

5. Kontraktor pelaksana wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan


sehingga kondisi tetap berada seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan.
6. Setelah masa pemeliharaan berakhir kontraktor pelaksana mengajukan permintaan
secara tertulis kepada pemberi tugas untuk penyerahan akhir pekerjaan.
7. Pemberi tugas menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah kontraktor pelaksana
melaksanakan semua kèwajibannya selama masa pemeliharaan dengan baik, setelah
diperiksa oleh panitia penyerahan pekerjaan dan telah dibuat berita acara penyerahan
akhir pekerjaan.
8. Setelah penyerahan akhir pekerjaan pemberi tugas wajib mengembalikan jaminan
pemeliharaan dan jaminan pelaksanaan.
37. Gambar Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada direksi pekerjaan gambar
pelaksanaan (as built drawing) paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
penyerahan akhir pekerjaan.
2. Apabila kontraktor pelaksana terlambat menyerahkan gambar pelaksanaan, maka
pemberi tugas dapat menahan sejumlah uang sesuai ketentuan dalam syarat-syarat
khusus kontrak.
3. Apabila kontraktor pelaksana tidak menyerahkan gambar pelaksanaan, maka pemberi
tugas dapat memperhitungkan pembayaran kepada kontraktor pelaksana sesuai
dengan ketentuan dalam syarat-syarat khusus kontrak.
38. Kegagalan Bangunan
Kegagalan bangunan yang menjadi tanggungjawab kontraktor pelaksana ditentukan
terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan sesuai dengan umur konstruksi yang
direncanakan dan secara tegas dinyatakan dalam dokumen perencanaan paling lama 10
(sepuluh) tahun. Jangka waktu tertanggi atas kegagalan bangunan ditetapkan dalam
syarat-syarat khusus kontrak.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
24

B. KETENTUAN KHUSUS
39. Personil
1. Kontraktor pelaksana wajib menugaskan personil inti yang tercantum dalam daftar
personil inti atau menugaskan personil lainnya yang disetujui oleh direksi pekerjaan.
Direksi pekerjaan hanya akan menyetujui usulan penggantian personil inti apabila
kualifikasi, kemampuan, dan pengalamannya sama atau melebihi personil inti yang ada
dalam daftar personil inti.
2. Apabila direksi pekerjaan meminta kontraktor pelaksana untuk memberhentikan
personilnya dengan alasan atas permintaan tersebut, maka kontraktor pelaksana harus
menjamin bahwa personil tersebut sudah harus meninggalkán lapangan dalam waktu 7
(tujuh) hari dan harus diganti selambat lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari.
40. Penilaian Pekerjaan
1. Pemberi tugas harus melakukan penilaian atas hasil pekerjaan dalam masa
pelaksanaan pekerjaan.
2. Penilaian atas hasil pekerjaan dilakukan terhadap mutu dan kemajuan fisik pekerjaan.
41. Percepatan
1. Apabila Pemberi Tugas menginginkan agar kontraktor pelaksana menyelesaikan
pekerjaan sebelum rencana tanggal penyelesaian pekerjaan, maka direksi pekerjaan
akan meminta usulan biaya yang diperlukan oleh kontraktor pelaksana untuk
mempercepat penyelesaian pekerjaan. Bila pemberi tugas dapat menenima usulan
biaya tersebut, maka rencana tanggal penyelesaian pekerjaan dipercepat dan disahkan
bersama oleh direksi pekerjaan dan kontraktor pelaksana.
2. Apabila pemberi tugas menerima usulan biaya untuk percepatan pelaksanaan
pekerjaan, maka usulan biaya tersebut ditambahkan dalam harga kontrak dan
diperlakukan sebagai perintah perubahan untuk diproses menjadi amandemen kontrak.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
25

42. Kompensasi
1. Kompensasi dapat diberikan kepada kontraktor pelaksana bila dapat dibuktikan
merugikan kontraktor pelaksana dalam hal sebagai berikut:
a. Kontraktor pelaksana belum bisa masuk ke lokasi pekerjaan, karena pemberi tugas
tidak menyerahkan seluruh sebagian lapangan kepada kontraktor pelaksana;
b. Pemberi tugas tidak memberikan gambar, spesiftkasi, atau instruksi sesuai jadwal
yang telah ditetapkan;
c. Pemberi tugas memodifikasi atau mengubah jadwal yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan;
d. Pemberi tugas terlambat melakukan pembayaran seperti yang diatur dalam kontrak
kerjasama;
e. Pemberi tugas menginstruksikan untuk melakukan pengujian tambahan yang
setelah dilaksanakan pengujian ternyata tidak diketemukan kerusakan
kegagalan/penyimpangan pekerjaan;
f. Pemberi tugas menolak sub kontraktor pelaksana tanpa alasan yang wajar;
g. Kontraktor pelaksana lain, petugas pemerintah, petugas utilitas atau pemberi tugas
tidak bekerja sesuai waktu yang ditentukan, sehingga mengakibatkan keterlambatan
dan/atau biaya tambah bagi kontraktor pelaksana.
h. Dampak yang menimpa/membebani kontraktor pelaksana diakibatkan oleh
kejadian-kejadian yang menjadi resiko pemberi tugas.
i. Pemberi tugas menunda berita acara penyerahan pertama pekerjaan dan/atau
berita acara penyerahan akhir pekerjaan.
j. Pemberi Tugas memerintahkan penundaan pekerjaan.
k. Kompensasi lain sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-syarat khusus
kontrak.
2. Kontraktor pelaksana dapat meminta kompensasi biaya dan/atau waktu pelaksanaan.
43. Penangguhan Pembayaran

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
26

1. Apabila kontraktor pelaksana tidak melakukan kewajiban sesuai ketentuan dalam


kontrak, maka dikenakan sanksi penangguhan pembayaran setelah pemberi tugas
memberitahukan penangguhari pembayaran tersebut secara tertulis.
2. Pemberitahuan penangguhan pembayaran memuat rincian keterlambatan disertai
alasan-alasan yang jelas dan keharusan kontraktor pelaksana untuk memperbaiki dan
menyelésaikan pekerjaan dalam jangka waktu sesuai yang tercantum dalam surat
pemberitahuan penangguhan pembayaran.
44. Hari Kerja
1. Semua pekerja dibayar selama hari kerja dan datanya disimpan oleh kontraktor
pelaksana. Daftar pembayaran ditandatangani oleh masing-masing pekerja dan dapat
diperiksa oleh Pemberi Tugas.
2. Kontraktor pelaksana harus membayar upah hari kerja kepada tenaga kerjanya setelah
formulir upah ditandatangani.
3. Jam kerja dan waktu cuti untuk karyawan harus dilampirkan.
4. Kontraktor pelaksana harus memberitahukan kepada direksi teknis sebelum bekerja di
luar jam kerja.
45. Kerja Lembur
1. Waktu kerja yang di pergunakan untuk melaksanakan pekerjaan yaitu :
Hari Senin s/d Hari Sabtu, Pukul 07.00 – 17.00 wita dengan waktu istirahat pukul 12.00
– 01.00 wita.
2. Apabila ditinjau dari segi sipatnya, pekerjaan tersebut mutlak tidak dapat ditunda harus
dilemburkan baik pada hari libur, hari besar walaupun melampaui waktu kerja tersebut
diatas maka pelaksana pekerjaan harus segera mengajukan rencana kerja lembur
kepada konsultan pengawas di lengkapi dengan alasan-alasan untuk kemudian
setelah di teliti disampaikan kepada pemberi tugas guna mendapatkan persetujuan.
3. Apabila dipandang perlu pemberi tugas berhak menunda/menghentikan pelaksanaan
sebagian/seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan dalam waktu kerja. Dalam hal

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
27

demikian, maka pelaksana pekerjaan wajib melanjutkannya yang tertunda di luar waktu
kerja atau hari libur/besar dengan biaya atas beban pelaksana pekerjaan sepenuhnya.
4. Pekerjaan yang dilemburkan harus di dampingi oleh konsultan pengawas dan biaya
lembur konsultan pengawas menjadi tanggungan pelaksana pekerjaan. Besarnya biaya
lembur akan di tentukan kemudian atas dasar kesepakatan bersama antara konsultan
pengawas dan pelaksana pekerjaan atas dasar kehadiran dan keterlibatan personil
konsultan dengan acuan Billing Rate yang berlaku.
5. Apabila konsultan pengawas beranggapan bahwa pekerjaan yang di lemburkan tidak
perlu di awasi secara fisik, maka pelaksana pekerjaan wajib memberikan laporan
tertulis mengenai pekerjaan yang perlu di lemburkan dan jumlah waktu yang di
perlukan
6. Ketentuan lainnya yang di anggap perlu berkaitan dengan kerja lembur akan di
tentukan kemudian sesuai dengan situasi dan kondisi kegiatan pelaksanaan pekerjaan
46. Pengambilalihan
Pemberi Tugas akan mengambil alih lokasi dan hasil pekerjaan dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari setelah diterbitkan berita acara serah terima akhir pekerjaan.

47. Penyesuaian Biaya


1. Harga kontrak dapat berubah akibat adanya penyesuaian biaya.
2. Penyesuaian biaya harus mengikuti peraturan yang berlaku, termasuk mata uang yang
dipakai untuk penyesuaian biaya sesuai dengan kesepakatan para pihak-pihak yang
bersangkutan.
48. Penundaan Atas Perintah Pemberi Tugas
1. Pemberi tugas dapat memerintahkan kontraktor pelaksana untuk menunda dimulainya
pelaksanaan pekerjaan atau memperlambat kemajuan suatu kegiatan pekerjaan.
2. Jika perintah perubahan sedemikian mendesak sehingga pembuatan usulan biaya
serta pembahasannya akan menunda pekerjaan, maka perintah perubahan tersebut

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
28

harus dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana dan perintah perubahan diberlakukan


sebagai peristiwa kompensasi.
49. Instruksi
1. Kontraktor pelaksana wajib melaksanakan semua instruksi direksi pekerjaan yang
berkaitan dengan kontrak.
2. Semua instruksi harus dilakukan secara tertulis.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
29

SYARAT-SYARAT TEKNIS
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksud dalam dokumen kontrak adalah :


Satuan Kerja : DINAS PERUMAHAN KAWASAN PEMUKIMAN, DAN
PERTANAHAN KOTA KENDARI
Kegiatan : PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG - BANGUNAN
GEDUNG TEMPAT KERJABANGUNAN GEDUNG KANTOR
Nama Pekerjaan : PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP
II
Lokasi : KOTA KENDARI
Tahun Anggaran : 2021

Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi :


A. PEKERJAAN PENDAHULUAN/PERSIAPAN
B. PEKERJAAN ARSITEKTUR
D. PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
30

PASAL I

PEKERJAAN PENDAHULUAN/PERSIAPAN

Pekerjaan pendahuluan/persiapan meliputi :


a. Mobilisasi Alat, Bahan Dan Tenaga
Mobilisasi adalah pekerjaan untuk menyiapkan sumber daya yang akan digunakan di lapangan,
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan. Sumber daya yang harus dipersiapkan berupa
tenaga kerja, alat dan bahan.
1.1 Mobilisasi Alat
Alat berat maupun ringan yang akan digunakan harus sudah dipersiapkan di lapangan sebelum
pelaksanaan pekerjaan dimulai. Untuk lebih efisien, terlebih dahulu harus dibuat daftar kebutuhan
alat yang diperlukan selama pelaksanaan proyek serta jadwal pelaksanaannya. Pengadaan alat
didasarkan atas tingkat kebutuhan alat dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Peralatan
tersebut dapat berupa barang investasi kontraktor maupun peralatan yang diperoleh dari hasil
sewa.
1.2 Mobilisasi Bahan
Persiapan bahan dilaksanakan menurut jadwal kebutuhannya. Bahan-bahan yang akan
digunakan disiapkan terlebih dahulu (untuk bahan yang perlu dilakukan pengujian, minimal
didatangkan satu minggu sebelum bahan dipakai) dan ditempatkan sesuai dengan tingkat
ketahanannya terhadap cuaca. Bahan yang tidak tahan terhadap cuaca dapat diletakkan di lokasi
dekat proyek berlangsung asalkan tidak mengganggu kegiatan lalu lintas maupun kegiatan
lainnya.
1.3 Mobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja harus dipersiapkan lebih awal sebelum pekerjaan dimulai. Dalam pelaksanaan
pekerjaan di lapangan, kontraktor harus menyiapkan tenaga kerja menurut tingkat kebutuhan dari
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Sebagian tenaga kerja untuk suatu proyek biasanya
merupakan penduduk setempat, sehingga tidak membuhkan biaya tambahan untuk

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
31

pengadaannya.Sedangkan untuk tenaga ahli didatangkan secara khusus dari luar proyek (bukan
penduduk setempat.
1.4 Papan Nama Proyek dan Papan Peringatan
papan nama poyek yang penempatannya diawal proyek, selain itu dibuatkan dua papan
peringatan. Bahan yang dipergunakan dalam pembuatan papan nama proyek dan papan
peringatan adalah papan kayu ukuran 2/20 dan balok 5/7. Pada pembuatan papan nama
digunakan pondasi untuk menopang tiang papan nama, berikut adalah bentuk galian dan
pasangan batu kali pondasi umpak :

B. Pengukuran & Pemasangan Bouwplank


1. Letak tugu patok dasar ditentukan oleh pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
32

2. Tugu patok dasar dibuat dari beton bertulang, berpenampang 20 x 20 cm2, tertancap
kuat ke dalam tanah sedalam 1 m dengan bagian yang muncul di atas muka tanah
secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya.
3. Tugu dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi tanda yang jelas dan dijaga
keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari pengawas untuk membongkarnya.
4. Papan untuk bouwplank adalah kayu meranti ukuran 3/20 diserut halus bagian atas,
dipasang 100 cm dari tepi bangunan.
5. Papan bouwplank dipasang pada patok yang kuat, tertancap di tanah sehingga tidak
bisa digerak-gerakkan atau dirubah.
6. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu sama yang lain, kecuali
dikehendaki lain oleh konsultan.
7. Setelah selesai pemasangan papan ukur, Kontraktor harus melaporkan kepada
pengawas untuk dimintakan persetujuannya, serta harus menjaga dan memelihara
keutuhan serta ketetapan letak papan patok ukur sampai tidak diperlukan lagi dan
dibongkar atas persetujuan pengawas.
8. Kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran persiapan
bouwplank/setting out pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian dan benchmarks
yang diberikan Pengawas secara tertulis, serta bertanggung jawab atas level, posisi,
dimensi serta kelurusan seluruh bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan, tenaga
kerja yang perlu untuk itu.
9. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan dalam hal
tersebut di atas, merupakan tanggung jawab Kontraktor serta wajib memperbaiki
kesalahan tersebut dan akibat-akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut disebabkan
referensi tertulis dari pengawas.
10. Pengecekan setting-out atau lainnya oleh pengawas atau wakilnya tidak
menyebabkan tanggung jawab Kontraktor menjadi berkurang. Kontraktor wajib

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
33

melindungi semua bench-marks dan lain-lain hal yang perlu pada setting out
pekerjaan ini.
11. Sebelum memulai pekerjaan galian Kontraktor harus memastikan peil-peil dari
halaman dengan baik, seteliti mungkin sesuai dengan titik-titik yang ditentukan di
dalam gambar kerja.
12. Bila ditemukan hal-hal yang meragukan dari peil-peil tersebut, maka Kontraktor harus
berkonsultasi dan memberikan laporan tertulis kepada pengawas.
C. Alat, Perlengkapan Pekerjaan Dan Tenaga Lapangan
1. Kontraktor dan bagian-bagian lainnya yang
mengerjakan pekerjaan pelaksanaan dalam proyek ini, harus menyeidakan alat-alat
dan pekerjaannya sesuai dengan bidangnya masing-masing, seperti:
 Alat pemotong, penduga, dan alat bantu
 Topi pengaman dan sepatu lapangan
2. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk
penerangan pekerjaan, harus diadakan oleh Kontraktor termasuk pemasangan
sementara kabel-kabel, meteran, upah dan tagihan serta pembersihannya kembali
pada waktu pekerjaan selesai adalah beban Kontraktor.
3. Air untuk keperluan pekerjaan harus
diadakan dan bila memungkinkan didapatkan dari sumber air yang sudah ada dilokasi
pekerjaan tersebut. Kontraktor harus memasang sementara pipa-pipa dan lain-lain
pekerjaan untuk mengalirkan air dan mencabutnya kembali pada waktu pekerjaan
selesai. Biaya untuk pekerjaan pengadaan air sementara adalah beban Kontraktor.
4. Kontraktor tidak diperbolehkan
menyambung dan menghisap air dari saluran induk dan sebagainya tanpa terlebih
dahulu mendapatkan izin tertulis dari Pemilik Proyek atau Pengawas.
5. Disamping itu juga harus menyediakan
buku-buku laporan (harian, mingguan), buku petunjuk alat-alat yang akan dipakai,

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
34

rencana kerja dan menempatkan tenaga-tenaga lapangan yang bertanggung jawab


penuh untuk memutuskan segala sesuatunya di lapangan dan bertindak atas nama
kontraktor.

D. Kantor Kontraktor, Gudang Dan Lods Kerja


1. Kontraktor diwajibkan membuat bangunan sementara guna kepentingan kontraktor
sendiri (sebagai kantor Proyek lengkap dengan perabotnya, dan los/barak Pekerja),
yang lokasinya akan ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.
2. Bentuk dan ukuran disesuaiakan Kantor Proyek, Gudang dan Los Pekerjaan
disesuaikan dengan kebutuhannya, dilengkapi ruang toilet dan tidak mengabaikan
keamanan dan kebersihan dan bahaya kebakaran, serta memperhatikan lokasi yang
tersedia sehingga tidak mengganggu kelancaran.
3. Selesai proyek, seluruh bangunan sementara (bangunan saja) menjadi milik
kontraktor, dan kontraktor wajib membongkar serta memindahkan bongkaran
bangunan sementara tersebut setelah mendapat instruksi dari Konsultan Pengawas.
4. Kontraktor diwajibkan merawat peralatan seperti Pompa dan lain sebagainya milik
Pemilik Proyek (bila ada) serta menanggung biaya perawatan peralatan selama
berlangsungnya pekerjaan.
E. Penyimpanan Bahan Dan Material
1. Kontraktor wajib membuat gudang sementara tempat penimbunan material seperti
pasir, koral, besi beton dan lain-lain. Material harus terlindung dengan baik.
Gudang dilengkapi dengan pintu serta kunci secukupnya. Gudang semen,
lantainya dibuat bebas dari kelembaban udara minimal 30 cm diatas permukaan
lantai plesteran. Gudang dibongkar setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
35

2. Kontraktor diwajibkan untuk menempatkan barang-barang dan material pelaksanaan


baik diluar (terbuka) ataupun didalam gudang-gudang sesuai dengan sifat-sifat
barang dan material tersebut dengan persetujuan Konsultan Pengawas, sehingga
akan menjamin keamanannya dan terhindar dari kerusakan-kerusakan yang
diakibatkan oleh cara penyimpanan yang salah.
3. Khusus untuk simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus dibuatkan kotak simpan
dengan pagar dari papan, sehingga masing-masing bahan tidak tercampur dengan
lainnya.
4. Barang-barang dan material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan langsung
pada pekerjaan yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk disimpan didalam site.
F. Pembersihan Halaman
1. Kontraktor diwajibkan menjaga keleluasaan halaman dengan menempatkan barang-
barang dan material sedemikian rupa sehingga :
2. Memudahkan pekerjaan
3. Menjaga kebersihan sampah-sampah, kotoran-kotoran bangunan (puing-puing), air
yang menggenang
4. Tidak menyumbat saluran-saluran air.
G. Fasilitas Lapangan
Seluruh fasilitas di lapangan pada saat kegiatan disediakan oleh kontraktor :
1. Air minum atau air bersih yang dapat diminum, untuk kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan dan semua petugas-petugas yang ada di Proyek
2. Alat-alat pemadam kebakaran ringan
3. Alat-alat PPPK
4. Air kerja, dan lain-lain yang menunjang kelancaran pekerjaan.
H. Direksi Keet
1. Kantor Direksi Lapangan merupakan bangunan sementara harus disediakan saat
dimulai pekerjaan yaitu setelah adanya Serah Terima Lapangan.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
36

Kantor Direksi bersifat bangunan sementara, sedangkan perlengkapannya bersifat sewa,


digunakan sampai dengan selesainya pembangunan. Seluruh biaya perawatan dan
operasionalnya menjadi tanggungan Kontraktor sampai dengan Serah Terima Pertama
Pekerjaan. Segera setelah Serah Terima Pertama Pekerjaan, fasilitas ini harus dibongkar dan
diangkut keluar.

PASAL II
PEKERJAAN PEMBONGKARAN

1. Pekerjaan Pembongkaran.
Pengkerjaan Pembongkaran meliputi pembongkaran Lantai Keramik Km/ Wc Existing,
Pergantian Daun Pintu Ruangan, dan sebagaimana yang diinstruksikan oleh konsultan
pengawas dan sesuai gambar rencana.

PASAL III
PEKERJAAN BETON,
1. Ketentuan umum
a. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan atau syarat-syarat
pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan
teknis ini. Segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan struktur beton harus sesuai
dengan standar-standar yang berlaku, yaitu:
1) Tata-cara perencanaan struktur beton untuk bangunan Gedung (SNI 03 – 2847 -
2002).
2) Peraturan Umum Beton Indonesia (PUBI, 1982),
3) Standard Industri Indonesia (SII),
4) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
37

5) Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung ( SNI 03 –


1726 - 2002),
6) American Society of Testing Material (ASTM),
7) Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung ( SNI 03 – 1729 –
2002 ).
b. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan presisi tinggi,
sebagaimana tercantum di dalam persyaratan teknis ini, gambar-gambar rencana, dan
atau instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh pengawas.
c. Semua material yang digunakan di dalam pekerjaan ini harus merupakan material yang
kualitasnya teruji dan atau dapat dibuktikan memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
d. Kontraktor wajib melakukan pengujian beton yang akan digunakan di dalam pekerjaan
ini.
e. Seluruh material yang oleh pengawas dinyatakan tidak memenuhi syarat harus segera
dikeluarkan dari lokasi proyek dan tidak diperkenankan digunakan kembali.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh pekerjaan
beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana.
b. Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana, termasuk di
dalamnya pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatanbantu yang berhubungan
dengan pekerjaan tersebut.
c. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan (reinforcement) dan
bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton.
d. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan
perawatan beton dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan beton.
3. Pengukuran
a. Ukuran-ukuran dan ukuran tinggi telah ditetapkan dalam gambar-gambar.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
38

b. Jika terdapat perbedaan ukuran antar gambar-gambar utama dengan gambar-gambar


perincian, maka yang mengikat adalah ukuran-ukuran pada gambar utama, Namun
demikian hal-hal tersebut harus dilaporkan segera kepada Direksi Lapangan.
c. Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru selama pelaksanaan pekerjaan
adalah menjadi tanggung jawab dan resiko Kontraktor sepenuhnya.
d. Ketidakcocokan yang mungkin ada mengenai perbedaan-perbedaan antara gambar dan
kenyataan harus segera dilaporkan kepada Direksi Lapangan, untuk diproses secara
terulis.
4. Bahan-bahan
a. Semen
Semen yang digunakan diprioritaskan menggunakan Semen Portland Tipe I dengan
merek Semen Tonasa dan merupakan hasil produksi dalam negeri satu merek. Prioritas
penggunaan Semen Tonasa tersebut diartikan bahwa semen merek lain dapat
digunakan jika terjadi kelangkaan semen tonasa dipasaran atau terdapat hal lain yang
dianggap bahwa Semen Tonasa tidak dapat digunakan. Penggunaan semen merek lain
harus setara kualitas, mutu dengan semen tonasa dan mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas. Pilihan penggunaan Semen Tonasa berdasarkan perhitungan
anggaran biaya bangunan gedung menggunakan standar harga Semen Tonasa.
Semen disimpan sedemikian rupa hingga mencegah terjadinya kerusakan bahan atau
pengotoran oleh bahan lain. Penyimpanan semen harus dilakukan di dalam gudang
tertutup, sehingga semen terhindar dari basah atau kemungkinan lembab, terjamin tidak
tercampur dengan bahan lain. Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan urutan
kedatangan semen tersebut di lokasi pekerjaan.
b. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini:
1) Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80 tentang
"Mutu dan Cara Uji Agregat Beton". Bila tidak tercakup di dalam SII 0052-80, maka

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
39

agregat tersebut harus memenuhi ketentuan ASTM C23 "Specification/or Concrete


Aggregates".
2) Atas persetujuan pengawas, agregat yang tidak memenuhi persyaratan butir (a),
dapat digunakan asal disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian khusus dan atau
pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan beton yang kekuatan,
keawetan, dan ketahanannya memenuhi syarat.
3) Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus tidak
melebihi syarat - syarat berikut:
- seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.
- sepertiga dari tebal pelat.
- 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau berkas batang tulangan.
4) Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika menurut penilaian tenaga ahli,
kemudahan pekerjaan, dan metoda konsolidasi beton adalah sedemikian hingga
dijamin tidak akan terjadi sarang kerikil atau rongga.
b. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan berikut ini:
1) Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi mutunya
menurut tujuan pemakaiannya.
2) Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya, yang
dapat dilihat secara visual.
3) Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/ liter.
4) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-
asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. Kandungan clorida (Cl)
tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai S03) tidak lebih dari 100 ppm.
5) Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling, maka
penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak lebih dari 10%.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
40

6) Tidak boleh menggunakan air yang terdapat dikali dalam kawasan. Penggunaan air
kali tersebut harus mendapat ijin tertulis dari konsultan pengawas maupun dari
pengelola STAIN Kendari dan telah memenuhi syarat-syarat teknis air yang dapat
digunakan dalam pekerjaan ini.
c. Besi Beton
1) Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syara-syarat :
- Peraturan beton Insonesia ( NI 2 – 1971)
- Bebas dari kotoran-kotoran, laposan minyak-minyak, karat dan tidak cacat
(retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
- Dari jenis baja dengan mutu U24
- Mempunyai penampang yang sama rata.
- Ukuran disesuaiakan dengan gambar-gambar
2) Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan di atas,
harus mendapat persetujuan Perencana / Pengawas
3) Besi beton harus disupply dari satu sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan
untuk mencampur adukan bermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk
pekerjaan konstruksi.
4) Kontraktor wajib mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai
dengan petunjuk-petunjuk dari Pengawas, serta menyertakan data teknis dari pabrik
pembuat baja tulangan. Batang percobaan diambil dibawah kesaksian CM.
5) Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang
perlu oleh Pengawas Semua biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor.
6) Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar atau mendapat
persetujuan Pengawas. Untuk hal itu sebelumnya kontraktor harus membuat
gambar pembengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan kepada
Pengawas untuk mendapat persetujuannya.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
41

7) Hubungan antara besi beton satu dengan yang lainnya harus menggunakan kawat
beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton dan bebas dari
lantai kerja atau papan acuan.
8) Sebelum beton dicor, besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karet lepas,
kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua besi beton harus dipasang
pada posisi yang tepat.
9) Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau yang semacam
itu, harus mendapat persetujuan Perencana / Pengawas.
10) Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitasnya tidak sesuai
dengan spesifikasi (RKS) diatas, harus segera dikeluarkan dari site setelah menerima
instruksi tertulis dari Pengawas dalam waktu 2 x 24 jam

PASAL IV
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI KERAMIK

A. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI KERAMIK


1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang
baik.
Pekerjaan lantai keramik ini meliputi hanya pada bagian area lantai Kamar mandi/WC
gambar atau sesuai petunjuk Pengawas.
2) Persyaratan Bahan
a.) Keramik Lantai :
- Jenis : Keramik ex. Kia/ Roman (Un Polished)
- Warna / texture : Putih Berserat/ Anti selip
- Ukuran : 20 x 20 cm

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
42

b.) Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan


ASTM, Peraturan Keramik Indonesia (NI-19), PVBB 1970 dan PVBI 1982.
c.) Bahan-bahan yang dipakai sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.
d.) Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan persyaratan teknis operatif
dari pabrik sebagai informasi bagi Pengawas.
e.) Material lain yang tidak terdapat pada daftar tersebut tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian / penggantian pekerjaan dalam bagian ini harus berkualitas terbaik
dari jenisnya dan harus disetujui Pengawas.
3) Syartat-syarat Pelaksanaan
a.) Pada permukaan lantai, keramik dapat langsung diletakkan dengan menggunakan
perekat Spesi dengan adukan 1 Pc : 5 Psr, dengan memperhatikan aturan sehingga
mendapatkan ketebalan lantai seperti tertera pada gambar.
b.) Keramik yang telah dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik warna, motif
tiap keramik harus sama tidak boleh rusak, gompal atau cacat lainnya.
c.) Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus untuk itu sesuai
petunjuk pabrik.
d.) Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu harus direndam air sampai
jenuh.
e.) Pola keramik harus memperhatikan ukuran atau letak sesuai yang tertera dalam
gambar.
f.) Awal pemasangan keramik pada lantai mengikuti gambar rencana dan apabila ada
perbedaan gambar dan lapangan dibicarakan terlebih dahulu dengan Pengawas
sebelum pekerjaan pemasangan dimulai.
g.) Bidang lantai keramik harus benar-benar rata garis-garis, sisa harus benar-benar
lurus. Siar arah horizontal pada lantai yang berbeda ketinggian peil lantainya harus
merupakan satu garis lurus.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
43

h.) Keramik harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar maksimum 3 mm
setiap perpotongan, siar harus membentuk garis lurus. Siar-siar keramik diisi
dengan bahan pengisi siar sehingga membentuk setengah lingkaran seperti yang
disebutkan dalam persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan kemudian.
i.) Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan
gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

PASAL V
PEKERJAAN DINDING BATU BATA DAN PLESTERAN

A. PEKERJAAN DINDING BATA


1) Lingkup Pekerjaan
a) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang baik.
b) Pekerjaan pasangan Bata ini sesuai detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai petunjuk Pengawasan.
2) Persyaratan Bahan
a) Batu bata harus memenuhi NI – 10
b) Batu bata harus berukuran sama (50x100x200 mm) dan mempunyai kualitas kelas
1 (ex lokal), harus terbakar matang dan tidak retak / pecah,
c) Semen Portland harus memenuhi NI – 8
d) Pasir harus memenuhi NI – 3
e) Air harus memenuhi PUBI – 1982 Pasal 9
3) Syarat-syarat Pelaksanaan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
44

a) Bahan-bahan yang dipergunakan sebelum dipasang, terlebih dahulu harus


diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi Pengawas untuk mendapatkan
persetujuannya
b) Semua pasangan bata mulai dari sloof sampai dengan +30 cm diatas permukaan
lantai 0.00 dan dinding sekeliling toilet dan daerah-daerah basah sampai +150 cm di
atas permukaan lantai 0.00 menggunakan campuran adukan 1 Pc : 2 Psr
c) Semua  dinding dari  pasangan  bata/bata merah, dengan campuran 1 PC : 5 pasir
pasang, kecuali pasangan bata/bata merah semen raam
d) Steger tempat berpijak tidak boleh menembus tembok.
e) Untuk semua dinding diluar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof
sampai ketinggian +30 cm di atas permukan lantai dasar, dinding di daerah basah
sampai ketinggian +150 cm dari permukaan lantai serta semua dinding yang
menggunakan simbol / aduk trasraam / kedap air digunakan adukan 1 Pc : 2 Psr.
f) Sebelum digunakan batubata harus direndam dalam bak air hingga jenuh hingga
buihnya habis.
g) Setelah batubata terpasang dengan adukan, nad/siar-siar harus dikerok sedalam 1
cm dan di bersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram dengan air.
h) Pasangan dinding batubata sebelum di plester harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
i) Pemasangan dinding batubata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maximum 24
lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
j) Bidang dinding 0,5 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 tambahkan kolom dan
balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12x12 cm, dengan tulangan pokok dia
12 mm, begel dia 8 mm jarak 20 cm.
k) Pembuatan lubang pada pemasangan untuk perancah / steiger sama sekali tidak
dibenarkan.
l) Pembuatan lubang pada pasangan batubata yang berhubungan dengan setiap

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
45

bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton 6 mm
jarak 75 cm, yang terlebih dahulu di tanam dengan baik pada bagian pekerjaan
beton dan bagian yang di tanam dalam pasangan batubata sekurang-kurangnya 30
cm kecuali ditentukan lain atas persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK).
m) Pekerjaan dapat dimulai hanya bila alignment horisontal atau vertikal dari pondasi
mempunyai kesalahan tidak melebihi dari 2,5 cm bila dijumlahkan, bila lebih cara
memperbaiki permukaan pondasi harus diajukan untuk mendapatkan persetujuan
dari MK.
n) Tiap unit harus dipotong dengan tepat dan rapih, bila dipergunakan lubang untuk
saluran-saluran plumbing, elektrikal dan lain-lain lubang ini nantinya harus ditutup
kembali dengan rapih.
o) Pada daerah pengecoran adukan pasangan batubata harus disusun berselang-
selang dari bawah ke atas hingga tidak membentuk satu garis vertikal.
p) Tebal dinding. Hasil akhir pasangan dinding bata dengan ketebalan 15 cm, rata dan
tidak bergelombang, dengan sudut-sudut yang membentuk siku
q) Pasangan bata harus  dilaksanakan  dengan toleransi  deviasi bidang pada  arah
diagonal dinding seluas 9 m2 tidak lebih dari  0,5  cm (sebelum diaci/diplester).
r) Toleransi  terhadap as dinding adalah kurang lebih 1 cm (sebelum diaci/diplester).

B. PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN


1) Lingkup Pekerjaan.
a) Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan, termasuk alat-alat bantu dan alat-alat angkut yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik.
b) Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dindng bagian dalam dan
luar serta seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
46

2) Persyaratan Bahan
Untuk bahan plesteran dan acian menggunakan Portland Cement, dengan persyaratan
bahan sbb :
a) Plesteran dinding
- Semen harus memenuhi NI-8.
- Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14, PUBI 1982.
- Air harus memenuhi NI-3 Pasal 10.
b) Acian
- Semen harus memenuhi NI-8.
- Air harus memenuhi NI-3 Pasal 10.

3) Syarat-syarat Pelaksanaan
a) Untuk Persiapan pelaksanaan plesteran adalah : bersihkan permukaan dari kotoran,
debu, minyak, lemak, lilin, cat dan partikel lain yang merugikan yang menempel
pada dinding yang akan di plester.
b) Pencampuran direkomendasikan menggunakan mesin mixing. Apabila tidak ada,
pencampuran bisa dilakukan dengan cara manual. Tambahkan air secara bertahap
dan aduk sampai rata selama 3 atau 4 menit. Pencampuran yang benar sangat
penting untuk mendapatkan hasil yang baik.
c) Untuk plesteran dinding trasraam dengan adukan 1 Pc : 2 Psr
d) Untuk Plesteran dinding selain trasraam dengan adukan 1 Pc : 5 Psr
e) Untuk plesteran beton dengan adukan 1 Pc : 3 Psr
f) Untuk Persiapan pelaksanaan Acian adalah : bersihkan permukaan dari kotoran,
debu, minyak, lemak, lilin, cat dan partikel lain yang merugikan yang menempel
pada dinding plester yang akan diaci.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
47

g) Pencampuran direkomendasikan menggunakan mesin mixing. Apabila tidak ada,


pencampuran bisa dilakukan dengan cara manual. Tambahkan air secara bertahap
dan aduk sampai rata selama 3 atau 4 menit.
h) Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan
sesuai dengan petunjuk dan persetujuan MK sesuai uraian dan syarat pekerjaan
ini.
i) Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau
pasangan dinding celcon blok dan bata telah disetujui oleh MK sesuai uraian dan
syarat pekerjaan yang tertulis dalam RKS ini.
j) Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam gambar
Arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai ukuran
tebal / peil dan bentuk profilnya.
k) Yang harus diperhatikan sebelum memulai pekerjaan plesteran/acian:
- Kualitas pasangan yang akan diplester harus dalam keadaan baik, spesi harus
penuh dan tidak ada celah.
- Dilatasi telah disiapkan dan sambungan antara bata dan beton telah
direkatkan.
- Pasangan dinding dan beton harus dalam keadaan bersih dan siap di plester.
- Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering. Diusahakan agar
jarak waktu pencampuran aduk tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi
30 menit.
l) Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
Instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
m) Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa
bekisting dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu dan semua lubang-lubang
bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup adukan plester.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
48

n) Untuk bidang pasangan dinding dan beton bertulang yang akan difinish dengan cat
dipakai plesteran halus (acian) diatas permukaan plesterannya.
o) Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan memakai spesi
kedap air.
p) Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya diberi
alur-alur garis horisontal atau di ketrek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih
baik terhadap bahan finishingnya, kecuali untuk yang menerima cat.
q) Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping plywood setebal 9mm untuk patokan kerataan bidang.
r) Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom yang
dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Tebal
plesteran minimum 15 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam
untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian
pekerjaan yang diijinkan oleh MK.
s) Ketebalan setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam
satu bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,4 cm dalamnya
0,4 cm, kecuali bila ada petunjuk lain didalam gambar.
t) Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau cembung
bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi, Kontraktor
berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
u) Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak
terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering
dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang
bisa mencegah penguapan air secara cepat.
v) Jika terjadi keretakan akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus
dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan diterima oleh MK dengan biaya
atas tanggungan Kontraktor. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
49

Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sampai sekurang-kurangnya 2 kali


setiap hari.
w) Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran
berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

PASAL VI
PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP PLAFOND

1) Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan langit-langit Kalsiboard dan konstruksi rangkanya, penyediaan
tempat serta pemasangan plafond Kalsiboard dan penggantungnya pada tempat-tempat yang
ditentukan gambar kerja
2) Persyaratan Bahan
Bahan yang dipakai
- Dalam Ruangan : Plafond Kalsiboaard Board
- Tebal : 3 mm
- Teras/ Luar Bangunan : Plafond Kalsiboard Board
- Tebal : 3 mm
- Rangka : Hollow Galvalum MB 2x4 cm
- Modul rangka : sesuai gambar kerja
- Ukuran rangka : sesuai gambar kerja

3) Syarat-syarat Pelaksanaan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
50

a) Sebelum melaksanakan pekerjaan,  Kontraktor diwajibkan  untuk meneliti gambar-


gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil), termasuk  mempelajari
bentuk,  pola lay-out/ penempatan, cara  pemasangan,  mekanisme  dan detail-detail
sesuai gambar.
b) Kontraktor wajib membuat shop drawing sesuai  ukuran / bentuk / mekanisme kerja
yang disesuaikan gambar rencana dan telah disesuaikan  keadaan  dilapangan, shop
drawing  harus mendapat persetujuan Direksi Pengawas.
c) Bilamana diinginkan, Kontraktor wajib  membuat  mock-up sebelum pekerjaan dimulai
dan dipasang.
d) Bahan-bahan yang akan dipasang harus dalam keadaan baik dan sudah disetujui oleh
Pengawas.
e) Sebelum pemasangan kalsi board rangka yang terpasang harus sudah di waterpass,
pemasangan kalsi board dilakukan dengan scrup gypsum. Lubang-lubang bekas paku
dan sambungan antar unit plafond harus ditutup dengan menggunakan plester dan
compound kemudian setelah kering diratakan menggunakan amplas.
f) Setelah terpasang permukaan langit-langit harus rata waterpass dan tidak bergelombang
(toleransi kecembungan maksimal 2 mm untuk jarak 2 mm).
g) Penyelesaian akhir menggunakan cat dengan cara sesuai rekomendasi pabrik untuk cat
yang berlaku hasil akhir berupa bidang rata tanpa naat.
h) Lembar yang retak dan rusak setelah dipasang harus diganti.
i) Semua rangka harus terpasang siku,  rata pada permukaan bawahnya dan sesuai peil
dalam gambar dan datar (tidak melebihi batas  toleransi kemiringin yang diizinkan  dari
masing-masing bahan yang digunakan)
j) Perhatikan semua sambungan dengan  material lain,  sudut-sudut pertemuan  dengan
bidang lain. Bilamana tidak  ada  kejelasan   dalam gambar,  Kontraktor wajib
menanyakan  hal  ini kepada Direksi Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
51

k) Setelah pemasangan, Kontraktor wajib  memberikan perlindungan terhadap benturan-


benturan,  benda-benda  lain  dan  kerusakan  akibat kelalaian  pekerjaan,  semua
kerusakan   yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor.

PASAL VII
PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA, PENGGANTUNG

A. PEKERJAAN KUSEN KAYU


Kusen Existing dipertahankan.
B. PEKERJAAN PINTU
1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembuatan daun pintu meliputi penyediaan tenaga kerja, alat-alat ayng
diperlukan untuk semua pekerjaan pembuatan termasuk persyaratan yang sesuai terhadap
masing masing material, kayu kls I.

2) Persyaratan Bahan
Daun Pintu : - Pintu Panil Jati
Model : sesuai gambar kerja
3) Syarat-syarat Pelaksanaan
a) Cara-cara pengerjaan harus memakai cara yang benar dan alat yang benar.
b) Teknik penyambungan kayu dengan kayu harus diusahakan dengan purus dan
diperkuat dengan lem kayu (rackol putih).
C. PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG
1) Lingkup Pekerjaan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
52

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan dan


pintu/jendela dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat
dicapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
Pemasangan alat pengunci dan penggantung dilakukan pada seluruh pintu dan
perbaikan jendela existing seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.
2) Persyaratan Bahan
a) Sebelum dipasang kontraktor harus mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pengawas.
b) Semua peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam spesifikasi ini. Apabila terjadi perubahan atau penggantian peralatan akibat
pemilikkan merk, kontraktor harus melaporkan hal tersebut kepada Direksi
Pengawas untuk mendapat persetujuan.
3) Syarat-syarat Pelaksanaan
a) Bahan-bahan yang dipergunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus
ditunjukkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pengawas.
b) Pekerjaan pemasangan dan penyetelan alat-alat pengunci dan penggantung harus
dilaksanakan oleh orang yang ahli dalam bidangnya.
c) Engsel atas dipasang + 20 cm (as) dari permukaan atas pintu.
d) Engsel bawah dipasang + 20 cm (as) dari permukaan bawah pintu.
e) Engsel tengah dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
f) Handle dipasang 100 cm dari permukaan lantai.
g) Pemasangan lockcase, handle dan backplate serta door closer harus rapi, lurus dan
sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Apabila
hal tersebut tidak tercapai, Kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.
h) Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
53

PASAL VIII
PEKERJAAN FINISHING

A. PEKERJAAN CAT
1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan,  peralatan dan alat-alat
bantu lainnya  yang diperlukan  dalam  pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil
pekerjaan  yang bermutu baik dan sempurna. Meliputi pengecatan dinding/ beton bagian
luar dan  dalam serta seluruh detail yang ditunjukan/disebutkan dalam gambar. Definisi
pekerjaan cat adalah semua pelapisan permukaan   pada berbagai material   untuk
maksud-maksud perlindungan/ pemberian   warna, pemberian texture  dan memberi
kemungkinan untuk dicuci dari material tersebut.
Perincian  dari  pekerjaan  cat  ini  meliputi jenis-jenis berikut:
- Pekerjaan pengecatan dasar atau primer  dan pendempulan.
- Pekerjaan cat dinding
- Pekerjaan cat langit-langit
2) Persyaratan Bahan
a) Persyaratan Standar/Mutu bahan
- Pengecatan seluruh pekerjaan   harus sesuai  dengan  NI-3 dan NI-4 atau
sesuai dengan spesifikasi  dari pabrik  cat  yang digunakan.
- Standar dari bahan prosedur  pengecatan ditentukan pabrik pembuat cat dan
Kontraktor tidak dibenarkan merubah standar dengan jalan mencampur dan
mencairkan yang  tidak sesuai dengan instruksi pabrik atau  tanpa ijin dari
Direksi/Pengawas.
b) Pengiriman dan Penyimpanan Bahan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
54

- Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan  dalam keadaan utuh dan tidak
cacat. berapa  bahan  tertentu  harus  masih  di dalam kotak aslinya yang masih
tersegel dan erlabel pabriknya.
- Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung  dan  tertutup,  kering, tidak
lembab dan bersih, sesuai dengan jenisnya.
- Kontraktor bertanggung-jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan dan pelaksanaan.
c) Bahan Yang Digunakan
- Untuk cat Tembok digunakan cat merk METROLIGHTatau setara
- Untuk cat Besi Hollow, kusen kayu &listplank kayu digunakan jenis cat
merkavian/setara
3) Syarat-syarat Pelaksanaan
Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukan  kepada Direksi/Pengawas beserta
ketentuan/persyaratan/jaminan  pabrik   untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang
tidak disetujui harus diganti tanpa biaya  tambahan. Jika  dipandang perlu  diadakan
penukaran/penggantian bahan pengganti harus disetujui Direksi/Pengawas  berdasarkan
contoh yang diajukan Kontraktor. Pekerjaan  pengecatan jangan  dilakukan  di daerah
terbuka dalam keadaan cuaca  lembab dan  hujan atau keadaan angin berdebu  yang
akan mengurangi kualitas pengecatan.
a) Setiap  pekerjaan  yang akan  dimulai  pada suatu  bidang  harus mendapat
persetujuan dari Direksi/Pengawas.
b) Sebelum  memulai  pelaksanaan   pengecatan, Kontraktor wajib melakukan
percobaan  untuk disetujui Direksi/Pengawas.
c) Kontraktor tidak dibenarkan memulai  pekerjaan  di  suatu tempat bila  ada
kelainan/perbedaan  di tempat itu sebelum  kelainan /perbedaan tersebut
diselesaikan. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar  dan lain-lainnya,
maka  Kontraktor harus segera  melaporkan kepada Direksi Pengawas. Kontraktor

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
55

wajib memperbaiki/mengulangi mengganti kerusakan yang terjadi selama masa


pelaksanaan dan masa garansi, atas beban biaya Kontraktor.
4) Gambar Detail Pelaksanaan :
Bila  diperlukan, Kontraktor harus  membuat gambar kerja pelaksanaan pengecatan
(untuk bagian-bagian yang dianggap perlu)
5) Cara Pelaksanaan :
Lakukan pengecatan dengan data terbaik yang umum  dilakukan kecuali spesifikasi lain.
Urutan pengecatan,  penggunaan   lapisan-lapisan  dasar dan tebal  lapisan penutup
minimal sama dengan syarat yang dikeluarkan pabrik. Pengecatan harus rata, tidak
bertumpuk,  tidak bercucuran atau ada  bekas-bekas  yang menunjukan tanda-tanda
sapuan,semprotan dan roller. Sapukan semua dasar dengan cat dasar  dan kuas,
penyemprotan hanya diijinkan dilakukan bila disetujui Direksi/Pengawas.
6) Pengecatan Kembali :
Dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang menutupi, atau lepas.
Pengulangan pengecatan dilakukan sebagaimana ditunjukan  oleh Direksi/Pengawas,
serta  harus mengikuti  petunjuk  dan spesifikasi  yang dikeluarkan pabrik yang
bersangkutan.
Pembersihan  permukaan, pekerjaan  termasuk penggunaan  biaya,  pengupasan cat
teksture, pencucian dengan air, maupun  pembersihan  dengan  kain   kering, harus
mendapat persetujuan. Kerapihan pekerjaan cat ini dituntut  untuk tidak  mengotori dan
mengganggu  pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain  yang sudah
terpasang. Pekerjaan  yang   tidak sempurna diulang dan diperbaiki atas  tanggungan
Kontraktor.
7) Syarat Pengamanan Pekerjaan
Agar daerah-daerah yang sedang dicat ditutup  dari pekerjaan-pekerjaan  lain, maupun
kegiatan lain  dan juga  daerah  tersebut terlindung  dari debu dan kotoran  lainnya
sampai cat daerah tersebut kering.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
56

Lindungi  pekerjaan ini dan juga  pekerjaan atau material lain yang dekat dengan
pekerjaan  ini dengan cara menutup/melindungi  bagian tersebut selama pekerjaan
pengecatan berlangsung. Kontraktor  bertanggung  jawab memperbaiki   atau mengganti
material yang rusak akibat pekerjaan pengecatan tersebut.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II
57

B. PEMBERSIHAN AKHIR
1) Pembersihan Kembali Lokasi Proyek
Setelah semua pekerjaan selesai,lokasi proyek dibersihkan dan dirapikan kembali.
Pekerjaan pembersihan meliputi pembersihan seluruh lokasi lapangan dan bekas galian,
material, bekas bongkaran konstruksi dan semua sisa-sisa kotoran pekerjaan.
2) Demobilisasi
Demobilisasi adalah pengembalian alat-alat yang disewa atau dimiliki sendiri dari lokasi
pekerjaan kecuali peralatan yang masih dipergunakan selama masa
pemeliharaan.Dalam hal ini pengeluaran peralatan dari lokasi pekerjaan harus dengan
sepengetahuan dan seijin direksi.Pengembalian peralatan dapat dilakukan secara
bersama-sama atau bertahap.
3) Catatan
Apabila ada kekurangan atau rencana kerja yang tidak tercantum dalam RKS ini,
diharapkan kontraktor untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada konsultan pengawas
atau pemilik pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan dalam melaksanakan pekerjaan.

Kendari, Oktober2021

Konsultan Perencana
CV. GRAHA CIPTA KONSULINDO

DAMSYA, ST
Direktur

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PEMAKAMAN TAHAP II

Anda mungkin juga menyukai