1.3 Tujuan
Tujuan daripada penulisan rekayasa ide ini adalah untuk menggali dan mempelajari lebih
mendalam lagi bagaimana kehidupan demokrasi Pancasila dan pembangunan demokrasi
Pancasila Indonesia mulai dari pada era orde lama sampai pada era reformasi yang saat ini
sedang kita alami. Sebab dengan hal ini kita akan mampu mengoreksi dimana kelemahan dari
demokrasi pada zaman dulu dan dibandinkan dengan demokrasi yangsaat ini sedang berjalan.
Dengan adanya rekaya ide yang penulis buat ini maka penulis mampu menjelaskan tentang
realitas dari pada demokrasi yang sesungguhnya dan apa pelajaran moral yang kita ambil
guna tidak mengulangi kesalahan yang sama yang pernah para pendahulu kita lakukan.
1.4 Manfaat
Untuk manfaat daripada penulisan rekayasa ide ini adalah bagi mahasiswa sebagai
penambah pengetahuan tentang kondisi demokrasi kita mulai dari orde lama samapai dengan
bagaimana demokrasi yang sedang berjalan saat ini. Bagi pembaca umum rekayasa ide ini
mampu menjadi penambah wawasan tentang perpolitikan. Bagi peneliti berikutnya yang
ingin menuliskan topik yang sama boleh menjadi bahan pertimbangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Demokrasi adalah kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi memiliki
arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya sebab dengan demokrasi hak masyarakat
untuk menetukan sendiri jalannya organisasi negara dijamin. Negara demokrasi adalah
negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau
dari sudut organisasi ia berarti suatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat
sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat. (MD,
(2000;19))
Pembangunan demokrasi di Indonesia saat ini telah melalui beberapa tahap. Mulai
dari masa revolusi, orde lama, demokrasi orde baru dan demokrasi reformasi atau yang
sekarang sedang dijalankan di negara kita ini. Salah satu ciri negara demokratis adalahrulr of
law adalah terselenggaranya kegiatan pemilihan umum yang bebas. Pemilihan umum
merupakan sarana politik untuk mewujudkan kehendak rakyat dalam hal memilih wakil-
wakil mereka di lembaga legislatif serta pemegang kekuasaan eksekutuf baik itu
presiden/wakil presiden maupun kepala daerah. Pemilihan umum bagi suatu negara
demokrasi berkedudukan sebagai srana untuk menyalurkan hak asasi politik rakyat.
Indonesia masuk kedalam transisi menuju demokrasi setelah rezim Soeharto diruntukhan
oleh gerakan “reformasi”. Perubahan politik telah terjadi secara drastis. Masyarakat Indonesia
menyebut era pasca-Soeharto adalah era reformasi, sebuah era yang jauh lebih demokratis
ketimbang masa sebelumnya. Pemilihan umum 1999, misalnya, telah berlangsung jauh lebih
demokratis ketimbang pemilihan umum pada masa orde baru, yang secara teoritis sebagai
permulaan intalasi demokrasi. Di era Reformasi yang penuh euforia, masyarakat Indonesia
tengah menikmati demokrasi, yang ditunjukkan dengan meluapnya kebebasan, multipartai
yang kompetitif, terbuka ruang-ruang publik, dan juga bangkitnya desentralisasi.
Namun demikian, perubahan yang terjadi masih bergerak pada level pola tata politik
dan pemerintahan secara kosmetikal, bukan pada struktur sosial-politik secara transformatif
menuju konsolidasi, seperti dilukiskan Larry Diamond. Sejarah mencatat lain, bahwa pola
demokrasi yang dibuahkan oleh transisi yang tidak sempurna adalah demokrasi yang rentan.
Struktur elite, misalnya tampak cerai berai tanpa diikat oleh sebuah visi bersama untuk
membangun masa depan Indonesia yang lebih baik. Elite lebih banyak saling bertarung
memperebutkan kekuasaan ketimbang meletakkan transformatif yang memperjuangkan
perubahan nasib rakyat.
B. Ide/ gagasan
1. Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada tingkat
terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok yang mengenai
kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara, oleh karena kebjakannya
tersebut menentukan bagaimana kehidupan rakyat. Demokrasi itu adalah bentuk
pemerintahan sesuatu persekutuan yang berpemerintahan sendiri dalam hal mana sebagian
besar warganya turut mengambil bagian, maka dalam persekutuan kaum ini, walaupun masih
sderhana, siri tersebut sudah ditemui.
Seperti yang diterapkan saat ini adalah demokrasi pancasila. Demorasi pancasila seprti yang
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang berarti menegakkan kembali asas-asas
negara hukum dimana kepastian hukum dirasakan oleh segenap warga negara, di mana hak-
hak asasi manusia baik dalam aspek kolektif, maupun dalam aspek perseorangan dijamin, dan
di mana penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan secara institusional. Dalam rangka ini
perlu diusahakan spaya lembaga-lembaga dan tta kerja Orde Baru dilepaskan dari ikatan-
ikatan pribadi dan lebih diperlembagakan.
2. Pancasila dalam jiwa pemimpin
Pada saat Orde Baru (Orba) Kekuasaan telah menjadikan Pancasila sebagai alatlegitimasi
kekuasaan. Tafsir dan moralitas sosial banyak diambil alih elite dalam
kerangkapolitis.Pemerintah Orba betul-betul melakukan dominasi dan hegemoni atas
pemaknaanPancasila, sehingga kebaikan Pancasila hanya dilihat dari sisi substansialnya,
mirip rumah kaca yang sangat indah dari luar.Tidak heran, meski gencar indoktrinasi P4 dan
melahirkanbanyak orang cerdas dan penatar P4, tapi sikap dan moralitasnya tidak
mencerminkan Pancasila sejati. Realitas tersebut kemudian melahirkan politik "balas
dendam", khususnya saat Orde Baru tumbang. Kemudian muncul euforia perlawanan atas
berbagai hal yangberbau Orba, termasuk mereka yang selama kejayaan Orba
menikmati begitu banyak keistimewaan. Pancasila kini tidak lagi menarik
diperbincangkan. Lebih parah lagi, sebagiankalangan ingin menggantinya dengan ideologi
baru karena itu dianggap sudah tidak sesuaidengan zaman.
Sejarah panjang Pancasila dan perspektif masa depan tidak akan berhenti dariserbuan
godaan, apalagi berkorelasi dengan penguatan demokrasi dan etika moral
kemanusiaan, segalanya masih perlu bukti riil. Pancasila disadari akan melahirkan
kebersamaan dalam pluralitas. Namun Pancasila juga memungkinkan peluang bagi penguasa
untuk melakukan dominasi dan hegemoni sebagaimana di era orba. Pada aspek lain, serbuan
ideologi neo-liberalisme yang bertumpu pada pasar makin menggoyahkan nilai-nilai
kehidupan yangselama ini dianggap sebagai nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Kecenderungan kuat "pasar" menjadikan orang bersifat konsumtif, segalanya
diukurberdasarkan materi dan kapital berubah menjadi dewa. Karakteristik tersebut mengikis
habis nilai-nilai Pancasila yang sarat dengan nilai- nilai sosial dan kemanusiaan.
Bagaimana pun kuatnya pengaruh dari luar maupun dari dalam, Pancasila sesungguhnyadapat
diandalkan dalam menghadapi berbagai tantangan.
3. Pancasila vc korupsi
Dalam keberadaan reformasi ini sepertinya Pancasila sudah ”mati” dengan banyak bukti
tindakan korupsi para penyelenggara negara. Korupsi jelas anti Pancasila yang kemudian kita
tidak mampu lagi menunjukkan ”kesaktian” Pancasila.
Dengan Korupsi, Ketuhanan Yang Maha Esa jelas sudah dilanggar karena para
pelakusudah mengingkari perintah Tuhan mereka yaiu Tidak Boleh Mencuri.Dalam Korupsi,
maka Kemanusiaan yang adil dan beradab jelas telah dilanggar karena manusia korupsi
ataukoruptor hanya memikir diri sendiri dan kelompoknya dan melanggar hak keadilan
manusialain.
Dalam Korupsi, maka Persatuan Indonesia juga terganggu karena terlibatnya
parapolitisi dalam korupsi mengakibatkan ”perseteruan” salaing menjatuhkan dan
salingmelindungi pelaku korupsi.Dalam Korupsi, maka Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmatkebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan sangat terbukti telah dilanggar
karenaalasan demokrasi maka keputusan politik dalam pemberantasan korupsi lebih
mendasar padabesarnya kekuatan dalam parlemen bukan berdasarkan sebuah kebijaksanaan
untuk bangsadan negara.Dalam Korupsi, maka Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
jelas hanyamimpi belaka karena alokasi anggaran untuk kesejateraan rakyat banyak diambil
oleh merekayang tidak berhak yaitu politisi dan birokrasi.