Anda di halaman 1dari 112

EVALUASI PENERAPAN JADWAL RETENSI ARSIP DALAM

PROSES PENYUSUTAN ARSIP DI BADAN PERPUSTAKAAN


DAN KEARSIPAN PROVINSI SUMATERA BARAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi


Untuk meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam Bidang
Ilmu Perpustakaan dan Informasi

ADITIA NOVITRI

150723006

DEPARTEMEN STUDI IMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LEMBARAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Evaluasi Penerapan Jadwal Retensi Arsip Dalam Proses


Penyusutan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Kearsipan
Provinsi Sumatera Barat

Oleh : Aditia Novitri


NIM : 150723006

Pembimbing I : Ishak, S.S., M.Hum.

Tanda Tangan :

Tanggal :

Pembimbing II : Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd

Tanda Tangan :

Tanggal :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Evaluasi Penerapan Jadwal Retensi Arsip Dalam Proses


Penyusutan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan
Kearsipan Provinsi Sumatera Barat
Oleh : Aditia Novitri
NIM : 150723006

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Ketua : Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd.

Tanda Tangan :

Tanggal :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

Ketua : Dr. Budi Agustono, M.S.

Tanda Tangan :

Tanggal :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinalitas dan belum pernah disajikan sebagai suatu
tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada publikasi media
lain.
Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulisan
dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan
mencantumkan tanda kutip.

Medan, Januari 2017


Penulis,

Aditia Novitri
150723006

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Novitri, Aditia. 2017. Evaluasi Penerapan Jadwal Retensi Arsip dalam Proses
Penyusutan Arsip di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
Sumatera Barat. Medan: Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan
Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi


Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeksripsikan evaluasi
penerapan Jadwal Retensi Arsip (JRA) dalam proses penyusutan arsip di Badan
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Pengumpulan data
dilakukan melalui: (1) wawancara dengan informan yang dipilih secara purposive
sapling; (2) observasi; (3) studi kepustakaan melalui berbagai literatur dan dokumen
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa evaluasi penerapan JRA dalam proses
penyusutan arsip di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat
khususnya di Unit Pengolah Sekretariat dan Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In
Aktif memberikan manfaat yaitu memudahkan dalam proses penyusutan arsip dalam
melakukan pengkatagorian arsip, menentukan jangka waktu penyimpanan dan nasib
akhir arsip dan memenuhi kebutuhan organisasi di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip
In Aktif. Selain memberikan manfaat, dalam penerapan JRAnya sudah dikatakan
efektif dalam pengelolaan arsip menjadi lebih baik, terorganisir dan tertata dengan
rapi, tetapi dalam pelaksanannya masih terdapat beberapa kendala diantaranya, masih
terbatasnya sumber daya manusia khusus kearsipan yang berlatar pendidikan ilmu
kearsipan, tidak semua pegawai yang mengerti tentang penerapan JRA karena tidak
semua pegawai yang dibekali pendidikan kearsipan dari diklat, kurangnya sarana dan
prasarana tempat penyimpanan arsip dan kurangnya anggaran dalam proses
penyusutan arsip sehingga membuat lambanya penerapan JRA.

Kata Kunci: Jadwal Retensi Arsip (JRA), Proses Penyusutan Arsip

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi

berjudul “Evaluasi Penerapan Jadwal Retensi dalam Proses Penyusutan Arsip di

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat”. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat kelengkapan studi untuk menyelesaikan Program Sarjana

Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi pada Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, Penulis mendapatkan bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini pertama sekali

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ayah dan ibu yang telah

memberikan kasih sayang dan perhatian, doa, materil, motivasi dan dukungan

sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada abang yoppi, kak fela, adek Chasia dan Uda Jefri Akbar yang juga telah

ikut serta memberikan semangat kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat adanya bimbingan, arahan dan

bantuan dari berbagai pihak, sebagai rasa hormat, perkenakan Penulis menyampaikan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dengan ketulusan hati kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, MS. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibuk Dr. Irawaty, A. Kahar, M.Pd selaku ketua Departemen Studi Ilmu

Perpustakaan dan Informasi sekaligus dosen yang telah banyak memberikan

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


arahan dan masukan kepada Penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

3. Bapak Ishak, S.S., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan akademis kepada Penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak memberikan arahan dan masukan kepada Penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Zurni Zahara Samosir, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan pertanyaan-pertanyaan serta masukan untuk penulisan skripsi ini

agar lebih baik.

6. Ibu Hotlan Siahaan S.Sos., M.I.Kom selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan pertanyaan-pertanyaan serta masukan untuk penulisan skripsi ini

agar lebih baik.

7. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah lulus memberikan pengajaran

kepada Penulis selama Penulis menyelesaikan pendidikan.

8. Seluruh Staff Pegawai Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera

Barat, khususnya Ibu Syofrina Bahri, SS, Bapak Martinus, SE, Ibu Yeni

Fitria, SE, dan Ibu Dra. Arniati selaku informan, terima kasih waktunya yang

telah membantu dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan

Penulis.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9. Semua teman-teman angkatan 2015 di Departemen Ilmu Perpustakaan dan

Informasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan

masukan kepada Penulis.

10. Untuk sahabat-sahabat terbaik sekaligus teman seperjuangan dari awal masa

kuliah ekstensi Bang Bara, Hilda Syaf’aini Harefa, Sutan Dendy, Shinta

Nofita, Rinaldo Marajari, Elpin Zega, Purnama Juniari Butar-Butar, Ariska

Oktavia, Muhammad Fahmi, Suwardoyo dan Afdhal Islami selalu hadir dan

memberikan semangat, dukungan dan kasih sayang, terima kasih untuk

kebersamaan selama ini.

Akhir kata, Penulis juga menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan

dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu Penulis mengharapkan kritikan dan saran

yang membangun demi kesempurnaan penulisan ini. Penulis juga berharap skripsi

ini dapat berguna bagi pihak yang membutuhkannya, terima kasih.

Medan, Januari 2017

Penulis,

Aditia Novitri

Nim: 150723006

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................... 7


2.1 Konsep Arsip ....................................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Arsip .................................................................................. 7
2.1.2 Tujuan Arsip ....................................................................................... 8
2.1.3 Fungsi Arsip ........................................................................................ 9
2.1.4 Daur Hidup Arsip .............................................................................. 10
2.1.5 Penilaian Arsip (appraisal) .............................................................. 13
2.1.6 Sistem Kearsipan ............................................................................... 18
2.2 Penyusutan Arsip ........................................................................................ 18
2.2.1 Pengertian Penyusutan Arsip ............................................................. 18
2.2.2 Tujuan Penyusutan Arsip................................................................... 19
2.2.3 Proses Penyusutan Arsip ................................................................... 20
2.2.3.1 Pemindahan Arsip ................................................................. 21
2.2.3.2 Pemusnahan Arsip................................................................. 23
2.2.3.3 Penyerahan Arsip .................................................................. 24
2.3 Jadwal Retensi Arsip ........................................................................................... 24
2.3.1 Pengertian Jadwal Retensi Arsip ....................................................... 24
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Jadwal Retensi Arsip ........................................ 26
2.3.3 Fungsi Jadwal Retensi Arsip ............................................................ 27
2.3.4 Prosedur Penyusunan Jadwal Retensi Arsip ..................................... 29
2.4 Penentuan Jangka Simpan Arsip ................................................................. 30
2.5 Dasar Hukum Penyusutan Arsip .................................................................. 31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.6 Sistematika dan Proses Penerapan Jadwal Retensi Arsip ............................ 34

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 37


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................... 37
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 37
3.3 Informan Penelitian .................................................................................... 37
3.4 Data dan Sumber Data ................................................................................ 39
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 39
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................. 41
3.7 Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data .......................................... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 43


4.1 Sejarah Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat ..... 43
4.2 Gambaran Umum Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
Sumatera Barat ......................................................................................... 43
4.3 Sistem Kearsipan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
Sumatera Barat .......................................................................................... 44
4.4 Organisasi dan Tugas Kearsipan Badan Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Sumatera Barat .......................................................... 46
4.5 Analisis Data ............................................................................................ 49
4.5.1 Profil Informan ................................................................................. 49
4.5.2 Jadwal Retensi Arsip di Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Sumatera Barat ................................................................... 50
4.5.3 Proses Penyusutan Arsip di Badan Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Sumatera Barat ................................................. 56
4.5.4 Manfaat Penerapan Jadwal Retensi Arsip di Badan Perpustakaan
dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat ........................................... 63
4.5.5 Penerapan Jadwal Retensi Arsip di Badan Perpustakaan
dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat ........................................... 67
4.5.6 Kendala Penerapan Jadwal Retensi Arsip di Badan Perpustakaan
dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat ........................................... 70
4.6 Rangkuman Hasil Penelitian ..................................................................... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 79


5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 79
5.2 Saran .......................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 82


LAMPIRAN ............................................................................................................... 85

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Keterangan Informan .................................................................................. 39

Tabel 4.1 Profil Informan............................................................................................ 49

Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Penelitian ....................................................................... 75

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Siklus Hidup Arsip....................................................................... 10

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Unit Kearsipan Badan Perpustakaan dan


Kearsipan Provinsi Sumatera Barat ........................................................ 48

Gambar 4.2 Jadwal Retensi Arsip Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil dan
Pejabat Negara ........................................................................................ 51

Gambar 4.3 Bentuk Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat


Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat ................ 54

Gambar 4.4 Bentuk Jadwal Retensi Arsip di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip
In Aktif Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat .. 55

Gambar 4.5 Tempat Penyimpanan Arsip Aktif .......................................................... 58

Gambar 4.6 Tempat Penyimpanan Arsip In Aktif ...................................................... 59

Gambar 4.7 Berita Acara Pemindahan Arsip In Aktif ................................................ 60

Gambar 4.8 Tempat Penyimpanan Arsip Permanen ................................................... 61

Gambar 4.9 Daftar Pertelaan Usul Musnah Arsip ...................................................... 62

Gambar 4.10 Daftar Pencarian Usul Simpan Arsip .................................................... 62

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi Badan Perpustakaan dan Kearsipan


Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 .................................................... 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara .............................................................................. 86

Lampiran 3 Hasil Wawancara ..................................................................................... 88

Lampiran 4 balasan surat izin penelitian..................................................................... 99

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Arsip tercipta sebagai akibat dari proses kegiatan atau aktivitas yang

berlangsung di dalam suatu lembaga organisasi, baik lembaga organisasi swasta

maupun lembaga organisasi pemerintah. Umumnya pada setiap lembaga

organisasi, arsip akan tercipta terus-menerus sehingga harus dijaga keberadaanya

baik dari segi fisik maupun informasinya. Permasalahan yang sering kali dihadapi

oleh setiap lembaga organisasi adalah bertambahnya arsip secara bertahap dari

waktu ke waktu, sehingga setiap lembaga organisasi harus memerlukan

pengelolaan kearsipan yang baik. Pengelolaan kearsipan mempunyai peranan

yang sangat penting dalam suatu organisasi, meskipun pengelolaan kearsipan

sangat berperan penting, sampai saat ini masih banyak lembaga organisasi belum

melakukan pengelolaan kearsipan dengan baik.

Bahkan masih banyak yang beranggapan bahwa pekerjaan bidang

kearsipan kurang menarik, sehingga petugas kearsipan dilaksanakan oleh orang-

orang yang tidak sesuai dengan latar belakang bidang ilmunya dan

kemampuannya. Jika ditinjau lebih dalam pekerjaan kearsipan ini membutuhkan

petugas yang profesional dibidang arsip sehingga arsiparis mengetahui tentang

seluk beluk sistem kearsipan sampai pengelolaan kearsipan. Pada dasarnya

pengelolaan kearsipan merupakan kegiatan penyelamatan arsip yang meliputi

penyimpanan, perawatan, pemeliharaan, pengamanan, penyusutan, dan

pemusnahan arsip, dari segala kegiatan tersebut penyusutan arsip merupakan salah

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


satu sarana penting untuk mengatasi masalah bertumpuknya arsip yang tidak

bernilai guna.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2012 sebagai

pelaksanaan UU RI No. 43 Tahun 2009 tentang kearsipan, dalam pasal 53 ayat 3

dijelaskan dalam rangka melaksanakan penyusutan dan penyelamatan arsip dalam

pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, perguruan tinggi

swasta, perusahaan swasta, organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan

harus memiliki Jadwal Retensi Arsip (JRA). Arsip yang benar-benar sudah tidak

bernilai guna dapat disusutkan berdasarkan daftar JRA melalui prosedur dan tata

cara yang jelas dan sah. Hanya arsip yang masih bernilai guna saja perlu disimpan

dan dirawat sebaik-baiknya. Peningkatan jumlah arsip, baik yang diciptakan

maupun yang diterima, akan menimbulkan berbagai problema bila tidak

diimbangi dengan penyusutan dan pemusnahan. Untuk dapat melakukan

penyusutan dan pemusnahan diperlukan adanya JRA.

Badan Perpustakaan dan Kearsipan (BPA) Provinsi Sumatera Barat

merupakan Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Badan yang berada dibawah

dan bertanggungjawab kepada Gurbernur Sumatera Barat melalui Sekretaris

Daerah, oleh karena itu BPA Provinsi Sumatera Barat disamping mempunyai

tugas pokok dan fungsi melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

daerah bidang perpustakaan dan kearsipan juga merumuskan kebijakan teknis,

penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum, pembinaan dan

fasilitasi lingkup Provinsi dan Kabupaten atau Kota, pelaksanaan kesekretariatan

Badan, dan pelaksanaan tugas di bidang tata kelola penyelenggaraan perpustakaan

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan kearsipan dalam upaya mewujudkan kepemerintahan yang baik “Good

Governance”, serta menyelenggarakan urusan perpustakaan dan kearsipan daerah.

BPA Provinsi Sumatera Barat juga merupakan lembaga kearsipan berbentuk

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melaksanakan tugas pemerintah

dibidang kearsipan pemerintah daerah provinsi yang berkedudukan di Kota

Provinsi Sumatera Barat.

BPA Provinsi Sumatera Barat bukan hanya sebagai sebuah organisasi

kearsipan bagi lingkungannya sendiri yang membina pengelolaan kearsipan di

unit kerja lingkungan BPA, melainkan sebagai lembaga kearsipan yang membina

pengelolaan kearsipan dan melakukan penilaian serta peninjauan kelapangan

terhadap arsip-arsip yang berada di SKPD yang berjumlah 48 SKPD di bawah

naungan Kantor Gurbernur Provinsi Sumatera Barat yang memiliki jalinan kerja

sama berupa kerja sama dalam proses pengelolaan kearsipan sampai proses

penyusunan JRA, sehingga diperoleh 2 pengkatagorian arsip yaitu arsip aktif dan

arsip inaktif dimana arsip inaktif inilah yang pada akhirnya di serahkan ke BPA

Provinsi Sumatera Barat.

Sesuai dengan Peraturan Gurbernur Provinsi Sumatera Barat no 79 tahun

2005 tentang wajib serah arsip daerah, arsip inaktif ini harus diserahkan kepada

BPA yang berfungsi sebagai pusat arsip untuk diadakan penyusutan guna

menghindari penumpukan arsip di lingkungan BPA maupun SKPD. Dalam proses

penyelenggaraan aktifitas kegiatan kearsipan, BPA Provinsi Sumatera Barat

menciptakan arsip yang jumlahnya tidak sedikit, dimana volume peningkatan

arsip akan bertambah setiap harinya seiring kompleksitas kegiatan yang

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dilaksanakan. Masalah yang akan muncul diantaranya adalah penumpukan arsip,

kesulitan dalam proses temu kembali, serta melacak keberadaan arsip. Oleh

karena itu, untuk mencapai efektifitas kinerja, efisiensi dana, serta proses temu

kembali maka diperlukan adanya proses penyusutan arsip.

Kewajiban BPA Provinsi Sumatera dalam melaksanakan penyusutan dan

penyelamatan arsip di setiap SKPD dan BPA Provinsi Sumatera Barat merupakan

sebagai bahan bukti penyelenggaraan instansi BPA Provinsi Sumatera Barat.

Namun, dalam melakukan kegiatan proses penyusutan arsip suatu organisasi harus

menilai kembali nilai kegunaan arsipnya dalam menentukan kelompok arsip yang

harus disimpan dalam jangka waktu tertentu, arsip yang disimpan secara

permanen dan arsip yang harus dimusnahkan. Tujuan penyusutan arsip akan

tercapai jika organisasi memiliki program dan rencana pengurangan arsip yang

memiliki daftar jangka simpan arsip untuk menetapkan simpan permanen dan

musnahnya arsip. Program ini merupakan suatu pedoman yang disebut dengan

JRA.

JRA merupakan suatu pedoman yang amat penting dalam manajemen

kearsipan di BPA Provinsi Sumatera Barat, karena dapat memberi sumbangan

nyata pada upaya peningkatan efisiensi operasional instansi BPA Provinsi

Sumatera Barat dan memberi proteksi terhadap arsip yang memuat informasi

bernilai guna tinggi agar dapat dilestarikan . Maka JRA sesuai dengan ketentuan

Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 1979 tentang penyusutan arsip sangat

diperlukan sebagai pedoman penyusutan arsip di instansi BPA Provinsi Sumatera

Barat. JRA juga merupakan pedoman kerja petugas arsip atau arsiparis di BPA

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Provinsi Sumatera Barat dalam penyusutan arsip-arsip yang secara minimal harus

mencakup jenis arsip, jangka simpan arsip dan keterangan nasib akhir arsip.

Berdasarkan pengamatan peneliti, dalam melakukan proses evaluasi

penerapan JRA oleh BPA Provinsi Sumatera Barat saat ini pelaksanaan penerapan

JRA di BPA Provinsi Sumatera Barat masih terdapat beberapa kendala

diantaranya pada saat melakukan proses penerapan JRA masih terbatasnya

Sumber Daya Manusia (SDM) khusus bidang kearsipan, selain itu kurangnya

pengetahuan SDM yang tersebar di berbagai unit kerja akan JRA karena tidak

berlatar pendidikan ilmu kearsipan dan kurangnya sarana dan prasarana serta

anggaran dalam pelaksanaan kegiatan penyusutan arsip membuat lambanya

penerapan JRA.

Berdasarkan uraian, maka peneliti mengangkat judul tentang “Evaluasi

Penerapan Jadwal Retensi Arsip dalam Proses Penyusutan Arsip di Badan

Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat”.

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah evaluasi penerapan Jadwal Retensi Arsip

dalam Proses Penyusutan Arsip di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi

Sumatera Barat?

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan evaluasi penerapan Jadwal Retensi Arsip dalam Proses

Penyusutan Arsip di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini, antara lain bagi:

1. Peneliti agar dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan dalam

menggunakan Jadwal Retensi Arsip.

2. Bagi Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat

diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pengelola arsip di

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dalam

melaksanakan penyelamatan arsip, penyusutan arsip, dan menerapkan

Jadwal Retensi Arsip.

3. Bagi peneliti lain, agar bisa dijadikan referensi serta menambah

wawasan mengenai penerapan Jadwal Retensi Arsip dalam proses

penyusutan arsip pada instansi pemerintahan maupun instansi swasta.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian pada penelitian ini dibatasi oleh proses

penyusunan Jadwal Retensi Arsip, proses penyusutan arsip, proses penerapan

Jadwal Retensi Arsip, dan di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi

Sumatera Barat.

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Arsip

2.1.1 Pengertian Arsip

Arsip di dalam Undang – Undang Nomor 43 tahun 2009 Pasal 1 Ayat 2

Tentang Kearsipan menyebutkan bahwa arsip merupakan rekaman kegiatan atau

peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga

negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik,

organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Menurut Barthos (2005, 2) arsip dapat dikatakan sebagai suatu badan

(agency) yang melakukan segala kegiatan pencataan, penanganan, penyimpanan

dan pemeliharaan surat-surat atau warkat-warkat yang mempunyai arti penting

baik ke dalam maupun ke luar, baik yang menyangkut soal-soal pemerintahan

maupun non-pemerintahan, dengan menerapkan kebijaksanaan dalam sistem

tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan sedangkan menurut Amsyah (2003,

2) yang dimaksud dengan arsip adalah semua arsip yang berada di kantor

pemerintah, swasta, atau organisasi kemasyarakatan, karena masih dipergunakan

secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, dan kegiatan administrasi

lainya.

Dari pengertian arsip tersebut dapat dipahami bahwa arsip adalah naskah-

naskah yang berisikan keterangan atau informasi penting yang dihasilkan oleh

suatu instansi pemerintah dan non pemerintah baik dalam bentuk informasi tulisan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


maupun dalam bentuk informasi terekam yang mempunyai arti dan tujuan

tertentu, sebagai bahan informasi, komunikasi dan kegiatan administrasi

organisasi.

2.1.2 Tujuan Arsip

Tujuan kearsipan merupakan kegiatan untuk menjamin keselamatan bahan

pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan

penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan

pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan pemerintahan (Barthos, 2005, 12).

Menurut Widjaja (1993, 103) memiliki beberapa tujuan arsip sebagai berikut: 1)

menyampaikan surat dengan aman dan mudah selama diperlukan; 2) menyiapkan

surat saat diperlukan; 3) mengumpulkan bahan-bahan yang mempunyai sangkut-

paut dengan suatu masalah yang diperlukan sebagai pelengkap.

Agar tujuan kearsipan tersebut dapat terlaksana dengan baik diperlukan

berbagai usaha. Berikut adalah usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan

kearsipan menurut Yatimah (2009, 184) yaitu: a) menyempurnakan

penyelenggaraan kearsipan dengan sebaik-baiknya; b) berusaha melengkapi

peralatan atau sarana yang diperlukan; c) menyiapkan tenaga-tenaga dalam bidang

kearsipan yang mempunyai keahlian dan kemampuan para petugas bidang

kearsipan melalui pendidikan dan pelatihan berupa penataran atau kursus; dan d)

memberikan imbalan dan penghargaan kepada para petugas kearsipan.

Dapat diuraikan tujuan arsip secara umum untuk mempermudah temu

kembali arsip atau surat yang berada dalam suatu lembaga pemerintah atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


instansi yang menyimpan berbagai arsip, yang dikelompokkan menurut tata

penyimpanan di lembaga atau instansi masing-masing.

2.1.3 Fungsi Arsip

Amsyah (2003, 2) arsip dibedakan menurut fungsinya menjadi dua

golongan , yaitu arsip dinamis dan arsip statis. Arsip dinamis dipergunakan secara

langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan

kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara langsung untuk administrasi

negara. Arsip statis merupakan arsip yang tidak dipergunakan secara langsung

untuk perencanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya,

maupun untuk penyelenggaraan sehari-hari administrasi negara.

Widjaja (1993, 101-102) menurut fungsinya, arsip dapat dibedakan

menjadi dua bagian, yaitu arsip dinamis dan arsip statis:

Pertama arsip dinamis adalah arsip yang masih dipergunakan


secara langsung dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan
kegiatan pada umumnya atau dalam penyelenggaraan pelayanan
ketatausahaan. Berdasarkan nilai yang senantiasa berubah yang
dipakai sebagai kriteria untuk arsip dinamis, sebenarnya arsip
dinamis dapat dirinci lagi menjadi arsip aktif, arsip semi aktif dan
arsip inaktif: (a) arsip aktif, yatu arsip yang masih dipergunakan
terus-menerus bagi kelangsungan pekerjaan dilingkungan unit
pengolah dari suatu organisasi atau kantor; (b) arsip semi aktif,
yaitu arsip yang frekuensi penggunaanya sudah mulai menurun;
(c) arsip inaktif, arsip yang tidak lagi dipergunakan secara terus-
menerus, atau frekuensi penggunanya sudah jarang atau hanya
dipergunakan sebagai referensi saja. Kedua arsip statis adalah
arsip yang tidak dipergunakan secara langsung dalam
perencanaan, penyelenggaraan kegiatan maupun untuk
penyelenggaraan pelayanan ketatausahaan dalam rangka
penyelenggaraan kehidupan kebangsaan ataupun untuk
penyelenggaraan sehari-hari administrasi negara. Arsip ini tidak
lagi berada pada organisasi atau kantor pencipta arsip tersebut
akan tetapi berada di Arsip Nasional Republik Indonesia
(ARNAS).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari uraian diatas, dapat dinyatakan arsip menurut fungsinya dibagi

menjadi dua bagian, yaitu arsip dinamis dan arsip statis. Perbedaan dari dua jenis

arsip ini terletak dari frekuensi penggunaan, serta tempat penyimpanan kedua

arsip tergantung bagaimana instansi yang menanganinya.

2.1.4 Daur Hidup Arsip

Untuk dapat melaksanakan manajemen arsip yang baik, kita juga perlu

memahami bagaimana arsip mengalami tahap dari penciptaan sampai

pemusnahan, tahap-tahap ini disebut daur hidup arsip.

Gambar 2.1
Model Siklus Hidup Arsip

Sumber: (Widodo 2009)

Konsep daur hidup arsip selanjutnya menurut Martono (1994, 10-13) dapat

dikelompokkan dalam tiga fase besar yaitu tahap penciptaan, tahap penggunaan

dan pemeliharaan, serta tahap istirahat dan penyusutan.

a. Tahap penciptaan (record creation)

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tahap penciptaan merupakan tahap awal dari sebuah rekod. Rekod

diciptakan oleh sebuah organisasi ataupun diterima sebagai akibat dari

kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan fungsinya. Rekod

yang tercipta tersebut mengandung berbagai data dan informasi. Data dan

informasi ini merupakan cerminan dari kegiatan yang dilakukan oleh

organisasi (Martono, 1994, 10). Dapat dikatakan bahwa rekod merupakan

hasil rekaman kegiatan yang telah dilakukan oleh sebuah organisasi dalam

berbagai bentuk.

b. Tahap penggunaan dan pemeliharaan (use and maintenance)

Pada tahap kedua ini rekod sudah mulai aktif digunakan untuk berbagai

keperluan Pada tahap penggunaan dan pemeliharaan meliputi pengelolaan

surat, sistem penataan dan penyimpanan berkas untuk penyediaan sarana

temu kembali rekod, program dan pemeliharaan rekod vital. Setelah tahap

penciptaan, agar rekod yang tercipta dapat ditemukan kembali bila

diperlukan, maka pada tahap berikutnya organisasi perlu mengembangkan

sistem tertentu. Artinya, jenis rekod baik surat-menyurat atau dokumen

lainya, harus dirancang suatu susunan yang sistematis atau penataan ke

dalam kelompok atau klasifikasi tertentu agar dapat dengan mudah dicari

bila suatu saat diperlukan. Pemeliharaan dan program rekod vital juga,

dirancang untuk mengeliminir rekod yang dianggap vital bagi organisasi

dengan segala metode perlindunganya, sehingga bila terjadi bencana

dalam organisasi rekod yang bersangkutan sudah dapat tempat

penyimpanan yang aman. Program yang telah dikembangkan ini, harus

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dipelihara agar konsisten dan mudah menjadi bahan rujukan kegiatan

selanjutnya.

c. Tahap istirahat dan penyusutan (retirement and disposal)

Elemen yang terakhir dari tahap manajemen rekod adalah penyusutan yang

meliputi kegiatan survei rekod, penilaian rekod, jadwal retensi arsip,

pemindahan arsip inaktif ke pusat rekod, pemusnahan rekod yang tidak

bernilai guna dan penyerahan arsip statis ke Arsip Nasional. Tahap

penyusutan merupakan tahap akhir dari daur hidup rekod. Rekod dan arsip

yang tercipta, pada suatu saat akan mengalami masa di mana arsip tersebut

akan istirahat, artinya arsip tidak lagi digunakan dalam kegiatan

operasional sehari-hari. Umumnya jenis arsip seperti ini, sangat besar dan

banyak dalam organisasi karena tidak pernah dilakukan survei terhadap

rekodnya. Namun tidak semua arsip dapat disusutkan, karena dari

banyaknya arsip yang tercipta terdapat arsip yang mempunyai nilai

berkelanjutan yang harus dipertahankan oleh sebuah organisasi an oleh

karena itu sebuah organisasi harus melakukan penilaian (Martono, 1994,

19), maka pada tahap ini dilakukan survey arsip dan dinilai berdasarkan

nilai guna arsip yang bersangkutan. Nilai guna ini berdasarkan atas

kepentingan organisasi, bila rekod masih memiliki kegunaan yang

berkelanjutan maka arsip tersebut dipertahankan keberadaanya. Hasi akhir

dari kegiatan survey dan penilaian rekod berdasarkan kepentingan dan

tujuan organisasi kemudian dikembangkan jadwal retensi arsip. Jadwal ini

memuat keterangan isi series berkas rekod yang tercipta dengan jangka

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


waktu simpan baik aktif maupun inaktif dan keterangan musnah atau

transfer ke pusat arsip atau sebagai arsip permanen.

2.1.5 Penilaian arsip (appraisal)

Appraisal atau penilaian merupakan proses evaluasi aktual atau potensial

kuisisi, untuk menentukan arsip memiliki nilai guna penelitian jangka panjang,

untuk menjamin kebutuhan preservasi oleh lembaga kearsipan. Appraisal juga

merupakan proses evaluasi kegiatan bisnis untuk menentukan rekod/arsip yang

mana akan dipertahankan dan berapa lama akan disimpan, untuk memenuhi

kegiatan bisnis, pertanggung jawaban organisasi dan harapan masyarakat karena

nilai guna berkelanjutan.

Untuk menentukan nilai guna rekod/arsip diberikan Surat Edaran Kepala

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) SE/02/1983 tentang pedoman umum

untuk menentukan Nilai Guna Arsip. Dalam surat edaran ini diberikan arahan

bahwa penentuan nilai guna arsip merupakan faktor yang sangat menentukan

dalam kegiatan penyusutan dan mutlak perlu dilakukan dala tata kearsipan.

Penentuan nilai guna merupakan kegiatan untuk memilah arsip kedalam kategori;

pertama, arsip yang bernilai guna permanen harus terus disimpan; dan kedua,

arsip yang bernilai sementara yang dapat dimusnahkan segera atau dikemudian

hari. Kegunaan arsip sangat bergantung kepada kepentingan dan fungsi

penggunaanya. Nilai guna arsip yaitu didasarkan pada kegunaanya bagi

kepentingan pengguna arsip. Ditinjau dari kepentingan pengguna arsip, nilai guna

arsip dapat dibedakan menjadi nilai guna primer dan nilai guna sekunder.

1. Nilai Guna Arsip Primer

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nilai guna primer adalah nilai arsip didasarkan pada kegunaan arsip bagi

kepentingan lembaga/instansi pencipta arsip. Penentuan nilai guna primer

tidak hanya didasarkan kegunaanya dalam menunjang pelaksanaan

kegiatan-kegiatan yang berlangsung, tetapi juga kegunaanya bagi

lembaga/instansi pencipta arsip tersebut di waktu yang akan datang. Nilai

guna primer meliputi:

a. Nilai Guna Administratif : yaitu dokumen/arsip yang isinya merupakan

perwujudan kebijaksanaan, pengaturan dan tindakan pejabat

berdasarkan wewenang dan tanggung jawab karena jabatanya dalam

rangka mencapai tujuan organisasi. Di dalam nilai guna administratif

ini sudah tercakup pula nilai guna organisasi dan manajamen.

Masa berlakunya nilai administratif arsip bergantung dari tujuan dan

kegunaan masing-masing arsip. Arsip tidak lagi memiliki nilai

administratif apabila :

1) Arsip telah selesai peranya dalam menunjang pelaksanaan

kegiatan administratif.

2) Tujuan utama arsip telah terpenuhi.

3) Transaksi masing-masing arsip telah diselesaikan.

4) Arsip disimpan hanya untuk melindungi kesalahan

administrative.

5) Arsip tersedia ditempat lain.

Berlakunya masa arsip berbeda-beda, ada yang memiliki masa yang

panjang, ada pula yang pendek, untuk berkas transaksi biasanya

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


memiliki jangka simpan yang lebih lama. Sedangkan arsip hasil

kegiatan ketatausahaan umumnya memiliki jangka simpan yang lebih

pendek. Dengan demikian untuk menetapkan jangka simpan suatu

arsip harus memperhitungkan nilai guna lainya.

b. Nilai Guna Keuangan : yaitu arsip yang memperlihatkan bagaimana

uang diperoleh, dibagikan, diawasi dan dibelanjakan. Dengan kata lain

arsip-arsip yang mengandung informasi tentang bahan-bahan

pembuktian dibidang keuangan. Arsip yang berisikan kebijaksanaan

dibidang keuangan dengan arsip yang berisikan mengenai transaksi

keuangan hendaknya dipisahkan. Arsip yang memuat kebijaksanaan

dibidang keuangan pada umumnya mempunyai jangka waktu

penyimpanan atau retensi lebih panjang.

c. Nilai Guna Hukum : yaitu arsip yang memuat kepastian hukum, yaitu

kepastian tentang hak dan kewajiban atau sebagai alat bukti atau

sarana hukum lainya yang otentik. Arsip-arsip yang mempunyai nilai

guna hukum antara lain adalah arsip-arsip yang berisikan keputusan

atau ketetapan, perjanjian, bahan-bahan bukti peradilan dan

sebagainya. Jangka waktu penyimpanan arsip-arsip yang bernilai guna

hukum tergantung pada hal atau urusan yang diperiksa. Kegunaanya

akan berakhir apabila urusanya telah selasai, telah kadaluarsa atau oleh

karena ketentuan peraturan perundangan. Nilai hukum akan berakhir

apabila:

1) Tindakan-tindakan hukum telah dilengkapi atau diselesaikan

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2) Arsip telah menyelesaikan tujuan utamanya

3) Jika hak-hak organisasi telah dilindungi

4) Jika hak-hak individu yang terlibat telah dilindungi

5) Arsip berada ditempat lain

Jika nilai hukum telah terpenuhi tidak berarti kegunaan arsip telah

selesai. Kemungkinan arsip tersebut masih memiliki niali lainya.

d. Nilai Guna Ilmiah : yaitu arsip yang isinya mengandung bahan

informasi yang dapat dipergunakan sebagai obyek penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan. Apabila data tersebut tidak

dimanfaatkan secara langsung atau hasil penelitian tidak diterbitkan,

maka arsip-arsip ini mempunyai jangka waktu penyimpanan atau

retensi yang panjang.

2. Nilai Guna Sekunder

Nilai guna sekunder adalah nilai arsip yang didasarkan pada kegunaan

arsip bagi kepentingan lembaga/instansi lain dan kepentingan umum di

luar lembaga/instansi pencipta arsip dan kegunaanya sebagai bahan bukti

dan bahan pertanggungjawaban nasional. Yang termasuk nilai guna

sekunder meliputi:

a. Nilai Guna Kebuktian : yaitu arsip tersebut mengandung fakta dan

keterangan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang

bagaimana lembaga/instansi itu diciptakan, dikembangkan, diatur,

fungsi dan kegiatan yang dilaksanakan serta hasil dari kegiatanya

tersebut. Arsip semacam ini diperlukan pemerintah karena dapat

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


digunakan sebagai panduan untuk menyelesaikan masalah-masalah

yang serupa.

b. Nilai Guna Informasional : yaitu ditentukan oleh isi atau informasi

yang terkandung dalam arsip itu bagi kegunaan berbagai kepentingan

penelitian dan kesejahteraan tanpa dikaitkan dengan lembaga/instansi

penciptanya, yaitu informasi mengenai orang, tempat, benda,

fenomena, masalah dan sejenisnya.

c. Nilai Guna Sejarah : yaitu arsip-arsip yang isinya mengadung bahan

informasi tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa dalam

proses perkembangan penyelenggaraan sebuah lembaga/instansi.

Berdasarkan penilaian arsip tersebut akan menghasilkan dua kategori, yaitu :

a. Arsip penting dan tidak penting.

b. Dapat ditentukan pula apakah sekelompok arsip disimpan permanen atau

sementara dalam arti arsip tersebut dapat dimusnahkan.

Arsip penting : yang dimaksud dengan arsip penting ialah arsip-arsip yang

diperlukan untuk membantu kelancaran pekerjaan suatu organisasi serta

diperlukan untuk kelangsungan hidup organisasi dengan segala usahanya dan jika

arsip-arsip itu hilang akan mempengaruhi jalanya suatu organisasi. Pada

umumnya arsip-arsip ini mempunyai nilai ilmiah dan nilai organisasi.

Arsip tidak penting : ialah arsip-arsip yang tidak memiliki nilai guna lagi

jika urusanya telah selesai, sehingga tak memerlukan pengolahan lagi dan apabila

hilangpun tidak mempengaruhi jalanya organisasi.

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.6 Sistem Kearsipan

Menurut Quible yang disitir oleh Sukoco (2006, 96) ada tiga sistem

penyimpanan dokumen yang dapat diaplikasikan oleh suatu organisasi, yakni :

a. Sistem penyimpanan terpusat (sentralisasi), dimana dalam sistem sentralisasi,

semua dokumen disimpan di pusat penyimpanan, unit bawahan yang ingin

menggunakan dokumen dapat menghubungi pusat penyimpanan arsip untuk

dapat menggunakan dokumen sesuai dengan keperluan.

b. Sistem penyimpanan desentralisasi, dimana dalam sistem desentralisasi,

pengelolaan dan penyimpanan dokumen diserahkan kepada masing-masing

unit.

c. Sistem penyimpanan kombinasi, dimana dalam sistem kombinasi masing-

masing bagian atau unit, menyimpan dokumennya sendiri, dibawah kontrol

sistem terpusat. Pada sistem penyimpanan kombinasi, tanggungjawab sistem

berada di pundak manajer dokumen atau petugas yang secara operasional

bertanggungjawab atas pengelolaan dan pengarsipan dokumen dalam sebuah

organisasi.

2.2 Penyusutan Arsip

2.2.1 Pengertian Penyusutan Arsip

Menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan bahwa

penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara

pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip

yang tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis kepada lembaga

kearsipan. Peraturan tentang Penyusutan Arsip ditetapkan dengan Peraturan

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pemerintah No. 28 Tahun 2012 sebagai pelaksanaan UU No. 43 Tahun 2009

tentang Kearsipan.

Menurut Sedarmayanti (2008, 202) bahwa tidak semua arsip memiliki

nilai guna yang abadi, maka tidak semua berkas harus disimpan terus menerus,

melainkan ada sebagian arsip yang perlu dipindahkan, bahkan dimusnahkan.

Menurut Arsip Nasional Indonesia, penyusutan arsip merupakan kegiatan

pengurangan arsip dengan jalan pemindahan arsip inaktif di Unit Pengolah ke

Unit Kearsipan, memusnahkan arsip sesuai dengan ketentuan berlaku,

menyerahkan arsip statis kepada Arsip Nasional Republik Indonesia.

Menurut Barthos (2005, 101) yang dimaksud dengan penyusutan arsip

adalah kegiatan pengurangan arsip dengan cara: a) memindahkan arsip inaktif dari

Unit Pengolah ke Unit Kearsipan dalam lingkungan lembaga-lembaga Negara

atau Badan-Badan Pemerintahan masing-masing; b) memusnahkan arsip sesuai

dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku; c) menyerahkan arsip statis oleh Unit

Kearsipan kepada Arsip Nasional.

Dapat dipahami bahwa penyusutan arsip merupakan upaya untuk

mengurangi jumlah arsip yang tercipta dengan melakukan pengolahan ke Unit

Kearsipan, pemusnahan arsip yang tidak bernilai guna dan penyerahan arsip statis

ke Arsip Nasional.

2.2.2 Tujuan Penyusutan Arsip

Menurut R.S. Dipobharoto M.A. yang disitir oleh Widjaja (1993, 180-181)

tujuan penyusutan arsip adalah: (1) agar file aktif dapat dipergunakan dengan

baik, lancar, tidak terkecoh oleh adanya records yang kurang diperlukan; (2) agar

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


file aktif bisa lebih mudah dikontrol secara efisien serta lancar dalam filing dan

findingnya; (3) agar tempat file aktif selalu longgar untuk menempatkan

bertambahnya record baru; (4) menghemat tempat, biaya, alat, karena record yang

kurang berguna ditempatkan dan tidak menganggu ruang tempat kerja; (5) agar

segera bisa ditentukan nasib record selanjutnya disimpan sebagai arsip, atau

dikirimkan ke Arsip Nasional.

Menurut Martono (1994, 39-40) secara keseluruhan tujuan penyusutan

arsip adalah: a) mendapatkan pengehematan dan efisiensi; b) pendayagunaan arsip

dinamis (aktif dan inaktif); c) memudahkan pengawasan dan pemeliharaan

terhadap arsip yang masih diperlukan dan bernilai tinggi; d) penyelamatan bahan

bukti kegiatan organisasi. Menurut Sedarmayanti (2008, 128) menjelaskan tujuan

penyusutan arsip adalah untuk: 1) mendayagunakan arsip dinamis sebagai berkas

kerja maupun sebagai referensi; 2) menghemat ruangan, peralatan dan

perlengkapan; 3) mempercepat penemuan kembali arsip; 4) menyelamatkan bahan

bukti pertanggungjawaban pemerintah.

Dapat dinyatakan bahwa semua tujuan di atas akan tercapai apabila setiap

lembaga atau organisasi mempunyai program dan rencana pengurangan arsip yang

tepat. Program yang dimaksud berupa penetapan jangka waktu simpan permanen

dan pemusnahan.

2.2.3 Proses Penyusutan Arsip

Penyusutan arsip merupakan salah satu saranan penting untuk mengatasi

masalah bertumpuknya arsip yang tidak berguna lagi. Arsip-arsip yang tidak

berguna lagi itu perlu dimusnahkan untuk memberi kemungkinan bagi tersedianya

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tempat penyimpanan dan pemeliharaan yang lebih baik terhadap arsip-arsip yang

mempunyai nilai guna. Menurut Munadi (2013) Untuk memusnahkan arsip yang

tidak bernilaiguna tidak dapat dilakukan dengan sembarang, tetapi pemusnahan

harus melalui mekanisme yang sesuai dengan ketentuan berlaku, adapun langkah-

langkah proses penyusutan arsip dengan cara: (1) pemindahan arsip; (2)

pemusnahan arsip; (3) penyerahan arsip.

Menurut Barthos (2005, 101) kegiatan penyusutan atau pengurangan arsip

dengan cara: a) memindahkan arsip inaktif dari Unit Pengolah ke Unit Kearsipan

dalam lingkungan lembaga Negara; b) memusnahkan arsip sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku; c) menyerahkan arsip statis oleh Unit

Kearsipan kepada Arsip Nasional.

Jadi pada dasarnya penyusutan arsip harus mencakup tiga kegiatan, yaitu

pemindahan, pemusnahan, dan penyerahan (Laksmi, dkk, 2007, 234).

2.2.3.1 Pemindahan arsip

Kegiatan penyusutan arsip yang pertama adalah pemindahan arsip, yaitu

pemindahan arsip dari unit pengolah ke unit kearsipan (record center)

berdasarkan JRA secara teratur dan tetap, pelaksanaanya diatur oleh masing-

masing lembaga negara dan badan pemerintahan yang bersangkutan (Laksmi,

dkk, 2007, 234). Tujuan pemindahan arsip dari unit pengolah ke unit kearsipan

adalah agar arsip dinamis yang frekuensi penggunaannya masih sering digunakan

dalam rangka pelaksanaan kegiatan operasional sehari-hari (dinamis aktif) mudah

ditemukan kembali bila diperlukan, sedangkan arsip yang frekuensi

penggunaanya sudah menurun (arsip dinamis inaktif), mungkin hanya satu kali

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


digunakan, dapat diselamatkan dengan mudah, dengan cara memindahkanya ke

pusat arsip sehingga dapat didayagunakan sebagai referensi atau berbagai

kepentingan. Sasaran lain hendak dituju adalah kedua jenis arsip tersebut tidak

bercampur baur menjadi satu sehingga dapat menyulitkan temu kembali arsipnya.

Menurut Wursanto (1991, 217-218) proses pemindahan arsip dari unit

pengolah ke pusat penyimpanan arsip salah satu prosedurnya adalah dilakukan

penyiangan arsip, dimana ukuran untuk menentukan arsip-arsip yang telah

mencapai masa inaktif apabila frekuensi penggunaannya kurang dari 20 % dan

dapat dimasukkan ke dalam kelompok arsip inaktif dengan memindahkan arsip-

arsip tersebut ke pusat penyimpanan arsip. Persentase tersebut diperoleh dengan

menggunakan rumus yaitu jumlah arsip yang disimpan dibagi dengan jumlah

permintaan arsip dikali dengan 100 %, sedangkan menurut Hadiwardoyo (2002,

3) kriteria arsip dalam proses pemindahan arsip yaitu dengan menghitung

frekuensi penggunaan arsip, misalnya International on Archives (ICA) melihat

bahwa berkas yang sama digunakan kurang dari enam kali dalam satu tahun dapat

dianggap sebagai arsip inaktif sementara Association for Records Manager and

Archivist (ARMA) menentukan kriteria bahwa berkas yang sama digunakan

kurang dari sepuluh kali harus dianggap sebagai arsip semi aktif dan bila kurang

dari delapan kali harus dianggap sebagai arsip inaktif.

Menurut Martono (1994, 61), prosedur pemindahan arsip inaktif ke pusat

arsip dilakukan debagai berikut :

1. Arsip yang akan dipindahkan dicatat pada daftar pertelaan. Pendaftaran

atas dasar berkas. Hal-hal yang perlu didaftar sekurang-kurangnya tentang:

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


nama unit kerja yang memindahkan, judul berkas, tanggal, bulan dan

tahun berkas, bentuk fisik arsip, jumlah yang dinyatakan dengan meter

kubik.

2. Arsip yang dipindahkan harus mendapat persetujuan dari pimpinan unit

kerja.

3. Pemindahan dilaksanakan dengan membuat berita acara pemindahan arsip.

2.2.3.2 Pemusnahan arsip

Kegiatan penyusutan arsip yang kedua adalah pemusnahan arsip, yaitu

menghancurkan bentuk fisik arsip sehingga informasi yang terdapat didalamnya

tak bisa dikenal lagi, yang dapat dimusnahkan adalah arsip yang tidak mempunyai

nilai guna dan telah melampaui jangka simpan (berdasarkan Jadwal Retensi

Arsip). Untuk arsip jangka simpan 10 tahun atau lebih, ditetapkan oleh pimpinan

lembaga negara setelah mendapatkan persetujuan dari ANRI atau Kantor Arsip

Daerah.

Menurut Martono (1994, 62), pemusnahan arsip dilaksanakan dengan

memperhatikan hal-hal berikut:

1. Arsip yang akan dimusnahkan dibuatkan daftarnya.

2. Bagi arsip pemerintah, pemusnahan dapat dilakukan setelah mendapat

persetujuan dari ANRI. Arsip keuangan sebelum dimintakan persetujuan

dari ANRI, terlebih dahulu dimintakan pertimbangan Badan Pemeriksaan

Keuangan. Adapun arsip kepegawaian terlebih dahulu dimintakan

pertimbangan Badan Administrasi Kepegawaian Negara. Pemusnahan

arsip kepegawaian badan pemerintah yang berbentuk BUMN atau badan-

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


badan usaha lainya yang tata kepegawaianya diatur berdasarkan peraturan

perundangan sendiri tidak memelukan pertimbangan BAKN.

3. Usul pemusnahan dilakukan oleh pimpinan organisasi.

4. Pemusnahan dilakukan harus benar-benar hancur sehingga bentuk dan

isinya tidak dikenal lagi.

2.2.3.3 Penyerahan arsip

Kegiatan penyusutan arsip yang ketiga adalah penyerahan arsip, yaitu

menyerahkan arsip bernilai sekunder/bernilai guna sebagai bahan

pertanggungjawaban nasional tetapi sudah tidak diperlukan untuk

penyelenggaraan administrasi sehari-hari kepada Arsip Nasional Indonesia

(Laksmi, dkk, 2007, 234).

Menurut Martono (1994, 62) prosedur penyerahan arsip dapat dilakukan

melalui prosedur sebagai berikut :

1. Melalui pimpinan instansi disampaikan usulan penyerahan arsip dengan

melampirkan daftar arsip yang akan diserahkan.

2. Jika telah mendapatkan persetujuan Arsip Nasional, penyerahan dapat

dilakukan dengan membuat berita acara penyerahan arsip.

3. Arsip yang diserahkan dalam keadaan teratur disertai dengan sarana

pengendalianya.

2.3 Jadwal Retensi Arsip

2.3.1 Pengertian Jadwal Retensi Arsip

Menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan bahwa

Jadwal Retensi Arsip adalah daftar yang berisi sekurang-kurangnya jangka waktu

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penyimpanan atau retensi, jenis arsip dan keterangan yang berisi rekomendasi

tentang penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali, atau

dipermanenkan yang dipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan

penyelamatan arsip.

Menurut Fischer (2006, 26) menyatakan bahwa Jadwal Retensi Arsip

adalah komponen penting dari semua program manajemen arsip, karena

mengidentifikasi arsip untuk dikelola serta berapa lama arsip harus dipertahankan

dan Jadwal Retensi Arsip juga merupakan alat utama yang membantu organisasi

dalam pengelolaan arsipnya karena memberikan alasan di balik kebijakan retensi

serta arahan dan bimbingan tentang persyaratan pencatatan lain dan kondisi.

Menurut Widjaja (1993, 120-121) menjelaskan bahwa Jadwal Retensi

Arsip adalah suatu daftar yang memuat kebijaksanaan seberapa jauh sekelompok

arsip disimpan atau dimusnahkan. Dengan demikian Jadwal Retensi Arsip adalah

suatu daftar yang menunjukkan: a) lamanya masing-masing arsip disimpan pada

file aktif (unit pengolah) sebelum dipindahkan ke file inaktif (pusat penyimpanan

arsip); b) jangka waktu lamanya penyimpanan masing-masing atau sekelompok

arsip sebelum dimusnahkan ataupun dipindahkan ke Arsip Nasional Republik

Indonesia.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diuraikan bahwa Jadwal Retensi

Arsip mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: suatu daftar yang berisi jangka

simpan arsip, serta nasib akhir apakah suatu arsip musnah atau disimpan

permanen.

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.2 Tujuan dan Manfaat Jadwal Retensi Arsip

Menurut Widjaja (1993, 121) JRA mempunyai tujuan untuk: a) penyisihan

arsip-arsip dengan tepat bagi arsip-arsip yang tidak memiliki jangka waktu simpan

lama; b) penyusutan sementara arsip-arsip yang tidak diperlukan lagi bagi

kepentingan administrasi; c) pemilihan arsip-arsip yang bernilai permanen,

sedangkan menurut Rusadi (2014, 9-10) Penyusunan JRA mempunyai dua tujuan

yaitu pertama, dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan organisasi, dan yang

kedua adalah untuk memenuhi persyaratan hukum.

Menurut Arsip Nasional Republik Indonesia (2002, 26) tujuan disusunnya

JRA adalah mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi, menjamin keselamatan

bahan pertanggungjawaban dan mewujudkan konsistensi dalam penyusutan

sedangkan menurut Penn (1994, 117) Jadwal Retensi Arsip memberikan manfaat

antara lain: a) pengurangan arsip, menghemat waktu dalam penelusuran arsip; b)

menghindari masalah hukum; c) melakukan efisiensi dalam menetapkan arsip

yang sangat penting; d) menghemat tempat, dengan memindahkan arsip yang

tidak digunakan saat ini; dan e) mengidentifikasi arsip yang memiliki nilai

permanen.

Menurut Myler (2006, 54) JRA memberikan manfaat yaitu: a) kontrol

meningkatkan dan standarisasi; b) memastikan akses yang cepat dan dapat

diperbaiki; c) meningkatkan kemampuan manajemen dalam pengambilan

keputusan; d) memelihara budaya pemenuhan perusahaan; e) menunjukan

akuntabilitas perusahaan; f) menurunkan kewajiban perwakilan; g)

mempersingkat dan mengoptimalkan proses bisnis.

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Peraturan yang dijadikan dasar dalam penyusunan JRA, yaitu Peraturan

Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979 Pasal 4 ayat 3: Lembaga-lembaga Negara atau

badan-badan pemerintahan masing-masing wajib memiliki jadwal retensi arsip

berupa daftar berisi sekurang-kurangnya jenis arsip beserta jadwal

penyimpanannya sesuai dengan nilai kegunaannya dan dipakai sebagai pedoman

penyusutan. Sedangkan untuk perusahaan atau lembaga atau organisasi swasta

kewajiban membuat jadwal retensi arsip terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1997 Pasal 1 ayat 3: Jadwal retensi adalah jangka waktu penyimpanan

dokumen perusahaan yang disusun dalam suatu daftar sesuai dengan jenis dan

nilai kegunaannya sebagai pedoman pemusnahan dokumen perusahaan.

Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa, kewajiban memiliki JRA

adalah merupakan persyaratan hukum baik instansi pemerintahan maupun swasta,

karena baik penyusutan maupun pemusnahan keduanya mengandung akibat

hukum tertentu.

2.3.3 Fungsi Jadwal Retensi Arsip

Menurut Hadiwardoyo (2002, 4) dari aspek kebutuhan pengembangan

budaya kerja, JRA memiliki dua fungsi, yaitu sebagai subsistem manajemen

peningkatan efisiensi operasional instansi dan pelestarian bukti pertanggung

jawaban nasional serta pelestarian informasi pertumbuhan budaya bangsa. Adanya

JRA, menjadikan petugas arsip atau arsiparis di instansi yang bersangkutan dapat

secara langsung melakukan penyusutan arsip, secara sistematis berdasarkan

pedoman yang sah. Dengan demikian peningkatan kecepatan akumulasi arsip

dapat diimbangi dengan kelancaran peyusutan, sehingga hanya arsip yang bemilai

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


guna sajalah yang disimpan. Menurut Cisco (2008, 4) menyatakan bahwa JRA

terbaru dapat melindungi kepentingan organisasi dan para pemangku kepentingan

dengan memastikan bahwa arsip bisnis resmi disimpan selama mereka dibutuhkan

untuk memenuhi kebutuhan hukum, peraturan, dan operasional dan menyediakan

"pelabuhan yang aman" untuk membuang informasi usang.

Dengan adanya peningkatan jumlah arsip maka permasalahan yang timbul

bukan hanya menyangkut ruang penyimpanan arsip tetapi juga menimbulkan

pemborosan, khususnya untuk biaya penggunaan peralatan, sumber daya

manusia/tenaga kerja, pemeliharaan dan perawatannya serta kesulitan dalam hal

proses temu kembali, karena akan terjadi pencampuran antara arsip yang masih

diperlukan dan yang tidak, dan ini berarti penghematan dan efisiensi tidak

terpenuhi (Sulistyo-Basuki, 2003, 309).

JRA pada prinsipnya tidak berlaku surut artinya hanya untuk arsip yang

tercipta sejak terbit surat Keputusan berlakunya JRA. Sementara itu, sebagai

lembaga yang tumbuh berkelanjutan setiap instansi akan memiliki arsip yang

tercipta sejak sebelum berlakunya JRA. Baik arsip yang tercipta sebelum

berlakunya JRA maupun setelah berlakunya JRA yang semuanya perlu

disusutkan. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dapat dinyatakan:

1. Arsip yang tercipta setelah berlakunya JRA disusutkan berdasarkan JRA

Arsip instansi yang bersangkutan.

2. Arsip yang tercipta sebelum berlakunya JRA disusutkan sesuai dengan

Surat Edaran Kepala ANRI Nomor 01/SE/1981.

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. JRA yang ada dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusutan dan

penyusunan Daftar Pertelaan Arsip yang akan disusutkan/dimusnahkan.

4. Penyusutan arsip berdasarkan JRA dapat dilakukan secara sistematis oleh

instansi masing-masing, kecuali arsip tersebut dinyatakan dinilai kembali

atau berjangka simpan 10 tahun/lebih.

5. Pemusnahan arsip sebelum terbit JRA dapat dilakukan hanya setelah

memperoleh persetujuan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia,

setelah mendengar pertimbangan pimpinan instansi yang berkepentingan.

2.3.4 Prosedur Penyusunan Jadwal Retensi Arsip

Menurut Mustari (2009, 4.2-4.7) menjelaskan untuk menyusun JRA yang

tepat sehingga dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan

penyusutan arsip terdiri dari tahapan-tahapan yaitu:

Pertama pembentukan tim; kedua survey, menurut Mustari (2009,


4.3-4.4), survei dapat dilakukan menjadi 2 bagian, yaitu: (1)
survei organisasi, survei organisasi merupakan survei
pendahuluan yang dilakukan untuk memahami seluk beluk
organisasi yang akan membuat JRA; 2) survei arsip, survei
organisasi merupakan survei yang bersifat makro sehingga perlu
dilengkapi dengan survei yang lebih bersifat mikro, yaitu survei
terhadap fisik arsip atau jenis arsip. Ketiga metode pendataan,
keputusan tentang informasi yang harus dikumpulkan ditentukan
oleh tujuan pendataan arsip. Jika tujuan pendataan arsip sudah
dilakukan secara jelas, dirumuskan secara tepat, langkah
berikutnya yang harus dikembangkan adalah membuat formulir
pendataan yang berisi sejumlah data yang harus dikumpulkan
untuk masing-masing series. Menurut Betty R. Ricks (dalam
Mustari, 2009, 4.7) Pendataan arsip dapat dilakukan dengan
metode: (1) survei dengan pengiriman kuisioner; (2) survei
lapangan; (3) kombinasi survei kuisioner-lapangan.

Menurut Rusidi (2014, 1) menyusun JRA bukan pekerjaan yang sederhana

dan mudah karena harus melewati beberapa tahapan dan melibatkan berbagai

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pihak yang terkait. Tahapan penyusunan JRA dimaksud sebagai berikut: (1)

pembentukan tim, yang keanggotaannya berasal dari instansi-instansi terkait yaitu

lembaga kearsipan daerah, instansi pencipta arsip, biro atau bagian hukum,

instansi yang mempunyai fungsi dibidang pengawasan, dan pejabat fungsional

arsiparis; (2) survei, kegiatan survei dalam rangka penyusunan JRA meliputi dua

macam yaitu survei organisasi dan survei arsip; (3) rekapitulasi data; (4)

pembahasan tim; (5) pengesahan.

Dari uraian diatas, dapat diuraikan bahwa dalam prosedur penyusunan

JRA terdiri dari 3 tahapan yaitu pembentukan tim, survei organisasi dan arsip, dan

metode pendataan arsip.

2.4 Penentuan Jangka Simpan Arsip

Penentuan jangka simpan arsip, merupakan bagian terpenting dalam

penyusutan arsip, pada prinsipnya harus mempertimbangkan dua hal yaitu nilai

guna arsip dan pertanggung jawaban hukum dalam penyelenggaraan kehidupan

kenegaraan. Penentuan nilai guna arsip merupakan faktor yang sangat

menentukan dalam kegiatan penyusutan arsip dan perlu dilaksanakan dalam tata

kearsipan. Penentuan nilai guna merupakan kegiatan untuk memilah arsip-arsip ke

dalam dua kategori : 1) arsip yang bernilaiguna permanen yang harus disimpan; 2)

arsip yang bernilaiguna sementara yang dapat dimusnahkan dengan segera

dikemudian hari.

Kegunaan arsip dapat berubah sesuai dengan kepentingan penggunaan dan

fungsi penggunaannya. Perubahan ini mempengaruhi pada perubahan nilai arsip

serta masa atau jangka waktu penyimpanannya. Penilaian arsip tidak dapat

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dilakukan secara mekanis, melainkan diperlukan kemampuan penalaran dan

keahlian untuk menyerap dan menangkap berbagai kegunaan arsip dan fungsi

arsip dalam berbagai kegunaan arsip dan fungsi arsip dalam berbagai kepentingan

penggunaannya baik diwaktu sekarang maupun dimasa datang (Pedoman Tata

Kearsipan LIPI, 2002).

Dari aspek nilai guna, sesuai dengan Surat Edaran Kepala ANRI Nomor

02/SE/1983, dapat dibedakan antara nilai guna primer dan nilai guna sekunder.

Semua arsip yang bernilai guna sekunder tersebut dalam prinsipnya adalah arsip

bernilai guna permanen, artinya harus dilestarikan keberadaannya. Untuk arsip

bernilai guna permanen, dapat disimpan secara terus menerus di lembaga pencipta

(creating agency) apabila sudah tidak diperlukan lagi wajib diserahkan kepada

Arsip Nasional Republik Indonesia sebagai arsip statis.

2.5 Dasar Hukum Penyusutan Arsip

Menurut Hadiwardoyo (2002, 4) bahwasanya setiap upaya penyusutan

arsip harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Negara

Republik Indonesia. Dari aspek hukum terdapat tiga hal yang harus

dipertimbangkan, yaitu:

1. Ketentuan yang mengatur bidang kearsipan. Dalam hal ini dapat

disebutkan antara lain: Undang-undang No. 7 tahun 1971, Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan Pasal 47

Ayat 2 : Penyusutan arsip yang dilaksanakan oleh lembaga Negara,

pemerintah daerah, perguruan tinggi negeri, serta BUMN atau BUMD

dilaksanakan berdasarkan Jadwal Retensi Arsip dengan memperhatikan

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kepentingan pencipta arsip serta kepentingan masyarakat, bangsa dan

Negara. Surat Edaran Kepala Arsip Nasional RI No. 01/SE/1981 dan No.

02/SE/1983. Meskipun demikian dokumen untuk pengertian arsip

perusahaan, juga perlu diperhatikan Undang-undang No. 8 Tahun 1997.

2. Ketentuan yang mengatur bidang operasional instansi/perusahaan/lembaga

pencipta arsip (creating agency) setiap naskah dinas sebagai unsur pokok

arsip, pada prinsipnya adalah konfidensial. Artinya harus mengikuti

ketentuan hukum yang mengatur keberadaan dan cara kerja

instansi/perusahaan/lembaga pencipta arsipnya. Beberapa produk hukum

tertentu yang menyangkut ketentuan bagaimana suatu naskah dinas itu

harus dikelola untuk menjamin akuntabilitas kegiatannya.

3. Ketentuan hukum yang mengatur ketentuan-ketentuan lain, namun

mengingat cara instansi/perusahaan memperlakukan arsipnya. Dalam hal

ini dapat disebutkan antara lain Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

(KUHD), Hukum Pidana, Hukum Perdata, ISO 9000, dan kontrak-kontrak

kerja yang menyangkut hal-hal khusus. Pengertian khusus dihubungkan

dengan teknologi tinggi, operasi inteligen, dan lain-lain.

Penyusutan arsip harus dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang

berlaku. Artinya penyusutan arsip bukanlah hanya sesuatu masalah yang

mendesak, melainkan sebuah kewajiban konstitusional yang harus dilaksanakan

dengan tanggung jawab hukum yang jelas. Harus ada prosedur standar

operasional dalam pelaksanaannya sehingga setiap ketentuan dapat diukur dan

dituntut pertanggungjawabannya.

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Manajemen arsip pada prinsipnya adalah manajemen naskah dinas dan

bentuk konfidential. Artinya informasi didalamnya hanya boleh diketahui atau

dilihat oleh orang yang memerlukan dan berhak. Karena itu harus ada ketentuan

hukum yang mengatur keterbukaan informasi, sehingga keberadaan Jadwal

Retensi Arsip, pada dasarnya hanya merupakan pedoman kerja bagi para petugas

arsip/arsiparis yang secara fungsional menjadi bagian dari struktur organisasi

pencipta arsipnya. Adanya Jadwal Retensi Arsip, maka petugas arsip/arsiparis di

instansi yang bersangkutan dapat secara langsung melakukan penyusutan arsip

secara sistematis berdasarkan pedoman yang sah. Dengan demikian peningkatan,

kecepatan akumulasi arsip dapat diimbangi dengan kelancaran penyusutan,

sehingga hanya arsip yang masih bernilai guna sajalah yang disimpan. Hal ini

akan bermuara untuk penemuan arsip. Hal penting dari manajamen arsip yang

baik adalah bahwa unit kearsipan menjadi bagian fungsional manajemen instansi

dalam rangka meningkatkan efisiensi operasional.

Penyusutan arsip, dalam perspektif ilmu pengetahuan adalah fungsi

pelestarian arsip yang bernilai guna sekunder bagi kehidupan kebangsaan. Dengan

adanya pedoman penyusutan arsip sejak awal telah dapat dipantau dan dilakukan

langkah penyelamatan bukti pertanggung jawaban nasional dan bukti prestasi

intelektual berupa nilai budaya bangsa yang terekam dalam bentuk arsip. Bukti

pertanggung jawaban dan prestasi budaya tersebut bukan saja bermanfaat bagi

kepentingan penelitian sosial, budaya dan sejarah dalam rangka pembentukan

kesadaran jati diri bangsa, melainkan yang terpenting justru memberikan

dukungan data atau informasi dalam perumusan kebijaksanaan sosial.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.6 Sistematika dan Proses Penetapan Jadwal Retensi Arsip

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979,

suatu JRA setidak-tidaknya harus berisi informasi tentang tiga hal, yaitu jenis

arsip, jangka simpan dan keterangan. Berdasarkan ketentuan tersebut untuk

penentuan model JRA terbuka luas, sesuai kebutuhan instansi asing-masing.

Artinya dapat dilakukan pembuatan lebih rinci, misalnya menyangkut jangka

simpan aktif, inaktif dan lain-lain. Berdasarkan pengalaman teoritis dan praktek di

lapangan, sebuah JRA sangat tepat bila disusun dalam format yang jelas, yaitu

untuk menentukan jangka simpan arsip harus dilihat dari aspek fungsi dan untuk

menentukan nasib akhir harus dilihat dari aspek substansi informasi. Jenis arsip

merupakan susunan arsip dan sebuah seri kegiatan (Record Series), sementara

jangka simpan dibedakan antara, arsip aktif dengan inaktif. Pada kolom

ditempatkan disposisi mengenai nasib akhir bagi setiap seri arsip.

Menurut Diers (1992, 6) menyatakan kebijakan retensi biasanya berasal

dari tiga sumber yaitu: a) undang-undang pemerintah dan arahan badan pengawas;

b) persyaratan hukum diamanatkan oleh penasihat perusahaan; dan c) operasi

organisasi perlu. JRA pada prinsipnya adalah produk hukum untuk menjamin

bahwa penyusutan arsip dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku,

dengan demikian juga merupakan jaminan akuntabilitas kegiatan atau perusahaan

dan sekaligus perlindungan hukum bagi setiap petugas arsip atau arsiparis yang

melakukan penyusutan arsip di instansi atau perusahaanya masing-masing

(Hadiwardoyo, 2002, 6).

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keberadaan JRA sesuai dengan Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor

34 Tahun 1979, merupakan keharusan bagi setiap instansi Pemerintah atau

Perusahaan Negara. Kehadiran UU Nomor 8 Tahun 1997 tidak merubah esensi

penyusutan arsip, dan bahkan menjadikan penyusutan sebagai komitmen nasional

karena setiap perusahaan wajib menyerahkan arsip statis yang bernilai

pertanggungjawaban nasional ke Badan Arsip. Dengan demikian, diperlukan

kerjasama yang baik dengan Badan Arsip agar penyusutan arsip secara sistematis

dilaksanakan dengan baik oleh setiap instansi atau perusahaan.

Oleh karena itu, JRA adalah sebuah produk hukum, sebuah keputusan

pucuk pimpinan instansi (Menteri, Kepala LPND, Direksi Perusahaan), untuk

menjamin bahwa penyusutan arsip di instansinya telah dilakukan sesuai dengan

kebutuhan hukum yang berlaku. Dengan demikian juga merupakan jaminan

akuntabilitas kegiatan instansi atau perusahaan dan sekaligus perlindungan hukum

bagi petugas arsip atau arsiparis yang melakukan penyusutan arsip di masing-

masing instansi atau perusahaan.

Sedangkan akhir dari JRA ada dua, yakni memusnahkan atau

menyerahkan arsip statis ke Arsip Nasional Republik Indonesia. Berdasarkan

pertimbangkan tersebut, maka diperlukan kesepakatan ANRI dengan perancang

JRA, mengingat tiga hal : (ANRI, 1980)

1. Aspek Efisiensi : Dengan adanya JRA yang telah disetujui ANRI, berarti

suatu instansi dapat melakukan penyusutan arsipnya sendiri sesuai

ketentuan JRA.

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Aspek Akuntabilitas : Dengan bekerjasama dengan ANRI memungkinkan

setiap instansi melestarikan arsip statis yang dianggap mewakili

akuntabilitas perannya secara nasional.

3. Aspek Budaya : Dengan adanya peran ANRI dalam perumusan JRA,

berarti setiap instansi dapat menyelamatkan arsip bukti

pertanggungjawaban nasional dan bukti keberadaan/sejarah instansinya

secara otomatis sejak arsip masih aktif.

Secara hukum proses penentuan JRA diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 34 Tahun 1979. Secara umum, dapat dikatakan sebagai berikut :

1. Pembuatan JRA adalah kewajiban dan hak sepenuhnya bagi pencipta

arsip.

2. Perumusan rancangan JRA instansi disusun oleh suatu Tim yang dibentuk

oleh pimpinan instansi atau perusahaan.

3. Arsip Nasional Republik Indonesia dapat ditempatkan sebagai konsultan

atau narasumber perumusan JRA instansi atau perusahaan.

4. Rancangan JRA harus diajukan kepada Kepala Arsip Nasional Republik

Indonesia (ANRI) untuk memperoleh persetujuan. Dalam hal mengenai

arsip Keuangan perlu dipertimbangkan pendapatnya Ketua BPK, dan

Ketua BKN untuk arsip kepegawaian, serta Menteri Dalam Negeri untuk

Arsip Pemerintahan Daerah.

5. Pimpinan instansi atau Direksi Perusahaan menetapkan Keputusan

berlakunya JRA dilingkungan instansinya setelah memperoleh persetujuan

kepala ANRI.

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya, seperti wawancara, observasi, tes maupun

dokumentasi (Arikunto, 2002, 136) sedangkan menurut Subagyo (2006, 2)

“metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali

pemecahan terhadap segala permasalahan”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif ialah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati (Bodgan dan Taylor yang disitir oleh Basrowi dan Suwandi, 2008, 21)

sedangkan tujuan dari penelitian kualitatif menurut Sulistyo-Basuki (2010, 78)

ialah bertujuan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal

menurut pandangan manusia yang diteliti.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan

Provinsi Sumatera Barat yang beralamat di Jl. Pramuka V. No.2 Khatib Sulaiman

Padang, Sumatera Barat. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus

2016.

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama

dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Dalam penelitian kualitatif

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tidak digunakan istilah populasi. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti

adalah purposive sample.

Purposive sample adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2009, 85). Selanjutnya Arikunto (2010, 183) pemilihan

sampel secara purposive pada penelitian ini akan berpedoman pada syarat-syarat

yang harus dipenuhi sebagai berikut :

a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau

karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.

b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang

paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key

subjects).

c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi

pendahuluan.

Seperti yang telah disebutkan bahwa pemilihan informan merupakan hal

yang sangat utama sehingga harus dilakukan secara cermat, karena penelitian ini

mengkaji tentang penerapan JRA di BPA Provinsi Sumatera Barat maka peneliti

memutuskan informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yang merupakan

pengelola arsip di BPA Provinsi Sumatera Barat, yaitu 2 orang Bidang

Sekretariat, dan 2 orang Bidang Pengelolaan Arsip In Aktif.

Keterangan dari informan mengenai penerapan Jadwal Retensi Arsip

dalam proses penyusutan arsip di BPA Provinsi Sumatera Barat menjadi analisis

dalam penilitian ini. Untuk memudahkan analisis data, informan tersebut diberi

nomor kode informan mulai dari I1 hingga I4 :

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.1
Keterangan Informan

Informan Kode Informan

Bidang Sekretariat I1, I2

Bidang Pengelolaan Arsip In Aktif I3, I4

3.4 Data dan Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Hasil penelitian

didapatkan melalui dua sumber data, yaitu:

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara

yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi

dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.

Sumber data primer pada penelitian ini penulis peroleh dari informan di

BPA Provinsi Sumatera Barat adalah pegawai yang bekerja pada Bidang

Sekretariat, Bidang Pengelolaan Arsip In Aktif.

2. Data Sekunder adalah merupakan data tambahan atau data pelengkap yang

sifatnya untuk melengkapai data yang sudah ada, seperti: buku-buku

referensi tentang arsip, jurnal dan sebagainya. Data sekunder juga

bersumber pada dokumen, dan studi literatur.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengupulan data dala peneliti ini melalui:

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1) Wawancara

Wawancara adalah proses interaksi yang dilakukan antara dua orang atau

lebih dimana kedua pihak yang terlibat (pewawancara atau interviewer dan

terwawancara atau interviewee) memiliki hak yang sama dalam bertanya dan

menjawab. Keduanya boleh saling memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman (guide) wawancara”. (Afrizal 2014, 27).

Maka untuk mengetahui data utama yaitu dengan mewawancarai informan

agar memperoleh data yang akurat dan relevan. Cara yang dilakukan dalam teknik

wawancara ini adalah wawancara terstuktur dengan mengajukan pertanyaan yang

terstuktur kepada informan untuk mendapatkan data mengenai permasalahan yang

sedang diteliti. Pedoman wawancara harus dibuat agar peneliti tetap fokus dan

tidak menyimpang dari masalah yang akan dipertanyakan dengan susunan teori

yang terkait.

2) Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian di BPA

Provinsi Sumatera Barat yaitu tentang penerapan Jadwal Retensi Arsip dalam

proses penyusutan arsip.

3) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data melalui berbagai literatur

dan dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian.

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6 Teknik Analisis Data

Data yang sudah diperoleh dari hasil wawancara berupa jawaban dari

informan akan disortir terlebih dahulu dengan cara membandingkan jawaban dari

informan satu dengan jawaban informan yang lainya untuk mempermudah dalam

analisis data. Analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari beberapa alur

kegiatan antara lain adalah:

1) Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses memfokuskan dan mengabstraksikan data

menjadi informasi yang bermakna. Menurut Bungin (2007, 70) “reduksi data

dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data secara kasar yang timbul

dalam catatan-catatan tertulis dilapangan”.

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.

Peneliti menganalisis hasil wawancara yang telah diungkapkan oleh informan

dengan berpedoman menggunakan beberapa sumber informasi seperti buku,

jurnal dan sebagainya.

2) Penyajian Data

Untuk mempermudah pemahaman terhadap informasi yang besar

jumlahnya, maka dalam penyajian data akan dilakukan penyederhanaan informasi

dengan cara berbentuk teks naratif, tabel dan sebagainya.

3) Verifikasi Data

Tahapan selanjutnya adalah verifikasi dari kegiatan sebelumnya dan

dilanjutkan ke penarikan kesimpulan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


proses menginterprestasi data-data yang telah dikumpulkan dengan metode

wawancara serta observasi sambil melakukan pencocokan terhadap kesimpulan

yang akan dibuat.

3.7 Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini, maka penulis

menggunakan metode triangulasi, yaitu teknik yang dilakukan dengan meminta

penjelasan lebih lanjut kepada informan. Adapun teknik triangulasi yang

digunakan adalah:

1. Triangulasi Data

Menggunakan berbagai sumber data seperti hasil wawancara, hasil

observasi dan dokumen pada Padan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi

Sumatera Barat.

2. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data

yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori

telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data

tersebut.

3. Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode

wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara

dilakukan.

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat adalah sebuah

instansi Pembina Perpustakaan dan Kearsipan. Dibentuk berdasarkan Peraturan

Daerah (Perda) Provinsi Sumatera Barat Nomor 3 Tahun 2008 pada 21 Juli 2008

tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat.

Peraturan Daerah tersebut keluar menindaklanjuti Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota

dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah.

Keberadaan dari Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera

Barat tidak dapat dilepaskan dari Lembaga Perpustakaan dan Lembaga Kearsipan

yang ada di Sumatera Barat. Sebelumnya, lembaga ini merupakan dua lembaga

yang disatukan menjadi satu akibat dikeluarkannya Peraturan Daerah yang

tersebut diatas yaitu Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 dan

Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 2007.

4.2 Gambaran Umum Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi


Sumatera Barat

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat (BPA)

Provinsi Sumatera Barat dibentuk sesuai dengan Peraturan Derah Provinsi

Sumatera Barat Nomor 3 Tahun 2008 pada tanggal 21 Juli 2008 tentang

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat,

dimana sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 dijelaskan

bahwa BPA Provinsi Sumatera Barat merupakan unsur penunjang Pemerintah

Daerah di bidang Perpustakaan dan Kearsipan, dalam pelaksanaan fungsi dan

tugasnya berada dibawah dan tanggungjawab Gurbernur melalui Sekretaris

Daerah.

BPA Provinsi Sumatera Barat dipimpin oleh seorang Kepala Badan dan

Kantor Badan Kearsipan Derah Provinsi Sumatera Barat dipimpin oleh seorang

Kepala Badan saat dikeluarkannya peraturan tersebut maka kedua lembaga

tersebut digabung menjadi satu dengan nama lembaga Badan Perpustakaan dan

Kearsipan Provinsi Sumatera Barat yang saat ini dikepalai oleh Bapak Drs. Alwis.

Saat ini BPA Provinsi Sumatera Barat untuk administrasi perkantoran dan

kearsipan berada di Jl. Pramuka V. Nomor 2 Khatib Sulaiman Padang.

4.3 Sistem Kearsipan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi


Sumatera Barat

Kearsipan mempunyai peranan sebagai sumber informasi dan sebagai alat

pengawasan yang sangat diperlukan dalam setiap organisasi dalam rangka

kegiatan perencanaan, penganalisaan, pengembangan, perumusan kebijaksanaan,

pengambilan keputusan, pembuatan laporan, pertanggungjawaban, penilaian dan

pengendalian setepat-tepatnya. Setiap kegiatan tersebut, baik dalam organisasi

pemerintahan maupun swasta selalu ada kaitannya dengan masalah arsip. Arsip

mempunyai peranan penting dalam proses penyajian informasi bagi pimpinan

untuk membuat keputusan dan merumuskan kebijakan, oleh sebab itu untuk dapat

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menyajikan informasi yang lengkap, cepat dan benar haruslah ada sistem dan

prosedur kerja yang baik di bidang kearsipan.

Setiap organisasi, baik organisasi pemerintahan dan organisasi swasta

harus menyelenggarakan sistem kearsipan yang baik, dengan demikian sistem

kearsipan mempunyai sejumlah komponen yang saling berinteraksi untuk

mencapai tujuan, dapat dikatakan bahwa kearsipan merupakan suatu sistem

informasi manajemen. Komponen sistem kearsipan meliputi pengolahan data dan

fakta menjadi informasi manajemen, metoda dan evaluasi. Keseluruhan

komponen itu saling berinteraksi dan berhubungan bersama-sama untuk mencapai

tujuan.

Untuk mencapai tujuan tersebut setiap organisasi harus mampu

menjalankan suatu sistem kearsipan yang baik. Sistem kearsipan terdiri dari 3

sistem, sesuai dengan teori menurut Guible yang disitir oleh Sukoco (2006, 96)

mengatakan bahwa ada tiga sistem kearsipan yang dapat diaplikasikan oleh suatu

organisasi yakni: a) sistem penyimpanan terpusat (sentralisasi); b) Sistem

penyimpanan desentralisasi; dan c) sistem penyimpanan kombinasi sentralisasi

dan desentralisasi dimana setiap sistem kearsipan tersebut memilik kelebihan dan

kekurangannya masing-masing.

Sistem kearsipan di BPA Provinsi Sumatera Barat adalah menggunakan

sistem sentralisasi yaitu penyelenggaraan atau penanganan arsip dilakukan dengan

cara dipusatkan kesatu unit di Unit Pengolah Sekretariat Provinsi Sumatera Barat

yang khusus menangani tentang arsip. Sistem ini disebut juga dengan sistem satu

pintu atau one door / gate policy. Dengan sistem sentralisasi ini akan lebih mudah

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam pengendalian dan penelusuran arsip, karena pencatatan penelusurannya,

dan pengiriman arsip dilakukan secara terpusat.

Penerapan sistem kearsipan sentralisasi di Unit Pengolah Sekretariat BPA

Provinsi Sumatera Barat, dalam bidang kebijakan yang mencakup kewenangan,

mengenai :

a. Penerimaan surat masuk dan pengiriman surat keluar melalui satu unit

kerja secara terpusat (sentral) di Unit Pengolah Sekretariat BPA Provinsi

Sumatera Barat.

b. Klasifikasi dan tata cara penyimpanan arsip pemerintahan Provinsi

Sumatera Barat.

c. Pemindahan arsip aktif menjadi arsip in aktif.

d. Penyusunan daftar Jadwal Retensi Arsip BPA Provinsi Sumatera Barat.

4.4 Organisasi dan Tugas Kearsipan Badan Perpustakaan dan Kearsipan


Provinsi Sumatera Barat

Sesuai dengan kebutuhan organisasi penyelenggara kearsipan di

lingkungan BPA Provinsi Sumatera Barat terdiri dari dua (2) Unit Kearsipan,

masing-masing adalah :

1. Unit Kearsipan I

Unit Kearsipan I adalah Unit Kearsipan tingkat pusat yang berada di BPA

Provinsi Sumatera Barat terdiri dari Bidang Pengelolaan Arsip In Aktif,

Bidang Pengelolaan Arsip Statis dan Bidang Pemeliharaan dan Pelestarian

Arsip yang merupakan Unit Kearsipan Pusat untuk seluruh Unit Kerja di

lingkungan BPA Provinsi Sumatera Barat dan 48 SKPD. Adapun tugas-

tugasnya yaitu :

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Membina pengelolaan kearsipan di Unit Pengolah BPA Provinsi

Sumatera Barat dan 48 SKPD.

b. Mengelola, menyimpan, dan memelihara arsip in aktif dan arsip statis

di lingkungan BPA Provinsi Sumatera Barat dan 48 SKPD.

c. Pembuatan JRA untuk arsip in aktif dari 48 SKPD.

d. Melaksanakan pemusnahan arsip in aktif dari lingkungan BPA

Provinsi Sumatera Barat dan arsip in aktif 48 SKPD yang sudah habis

masa retensinya dengan mempedomani JRA.

e. Penyerahan arsip statis ke ANRI.

f. Melaksanakan pemeliharaan dan pelestarian arsip di lingkungan BPA

Provinsi Sumatera Barat dan 48 SKPD.

Unit-Unit Pengolah yang dilayani oleh Unit Kearsipan I adalah :

a. Unit Pengolah Sekretariat BPA Provinsi Sumatera Barat dan 48 SKPD.

2. Unit Kearsipan II

Unit Kearsipan II adalah Induk Tata Usaha yang berada di sekretariat

BPA Provinsi Sumatera Barat. Adapun tugas-tugasnya yaitu :

a. Pengurusan surat masuk dan surat keluar.

b. Melaksanakan pengelolaan arsip dinamis.

c. Menyimpan arsip dinamis.

d. Melaksanakan pemilahan arsip dinamis menjadi 2 kategori arsip yaitu

arsip aktif dan arsip in aktif sesuai dengan nilai guna isi informasi pada

arsip dengan mempedomani Peraturan Gurbernur Sumatera Barat

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nomor 26 Tahun 2006 tentang Jadwal Retensi Arsip Kepegawaian

Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Negara.

e. Melakukan penyusutan dengan memindahkan arsip in aktif ke Unit

Kearsipan I dan pemusnahan arsip dinamis aktif yang sudah tidak

bernilai guna sesuai dengan pedoman JRA yang telah disusun.

Unit-Unit Pengolah yang dilayani oleh Unit Kearsipan II adalah :

a. Kepala Pusat BPA Provinsi Sumatera Barat

b. Bidang-bidang di BPA Provinsi Sumatera Barat

Berikut gambar struktur organisasi Unit Kearsipan di BPA Provinsi

Sumatera Barat :

Unit Kearsipan I
Pusat Arsip BPA

Bidang Bidang Bidang


Pengelolaan Pengelolaan Pemeliharaan dan
Arsip In Aktif Arsip Statis Pelestarian Arsip

Unit Kearsipan II
Induk Tata Usaha Sekretariat

Bidang
Sekretariat

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Unit Kearsipan BPA Provinsi Sumatera Barat

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.5 Analisis Data

4.5.1 Profil Informan

Dalam rangka memperoleh informasi mengenai evaluasi penerapan Jadwal

Retensi Arsip di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat,

maka peneliti melakukan wawancara. Sesuai dengan tujuan wawancara secara

mendalam yaitu untuk mengumpulkan informasi yang kompleks sebagian besar

berisi pendapat, sikap dan pengalaman pribadi (Sulistyo-Basuki, 2006, 173).

Tabel 4.1
Profil Informan

Informan Bidang Jabatan Latar Belakang


Pendidikan
I1 Sekretariat Kasubbag Umum dan S1 Manajemen
Kepegawaian

I2 Sekretariat Staf Fungsional Arsiparis S1 Sastra Inggris

I3 Pengelolaan Arsip Kasubbid Penyimpanan S1 Manajemen


In Aktif dan Pengolahan Arsip In
Aktif

I4 Pengelolaan Arsip Kasubbid Pengawasan S1 Administrasi


In Aktif Kearsipan Negara

Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada seorangpun dari

informan yang berlatar pendidikan ilmu kearsipan. Hampir semua mendapatkan

Diklat atau pelatihan kearsipan yang diadakan oleh Internal di BPA Provinsi

Sumatera Barat maupun dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

Menurut Undang-undang RI Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan dalam

pasal 1 ayat 10 menjelaskan bahwa arsiparis adalah seseorang yang memiliki

kompetensi di bidang kearsipan yang diperoleh melalui pendidikan formal atau

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pendidikan dan pelatihan kearsipan serta mempunyai fungsi, tugas, dan tanggung

jawab melaksanakan kegiatan kearsipan.

4.5.2 Jadwal Retensi Arsip di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi


Sumatera Barat

Jadwal Retensi Arsip merupakan salah satu program manajemen arsip

dinamis yang dijadikan pedoman oleh setiap organisasi baik organisasi

pemerintahan ataupun organisasi swasta dalam melakukan penyusutan arsip.

Jadwal Retensi Arsip berbentuk tabel yang berisikan daftar yang memuat

kebijaksanaan seberapa jauh sekelompok arsip disimpan atau dimusnahkan.

Dengan demikian Jadwal Retensi Arsip adalah suatu daftar yang menunjukkan :

a) lamanya masing-masing arsip disimpan pada file aktif (Unit Pengolah) sebelum

dipindahkan ke file in aktif (Unit Kearsipan); b) jangka waktu penyimpanan

masing-masing arsip baik arsip aktif dan arsip in aktif sebelum dimusnahkan

ataupun dipindahkan ke ANRI; dan c) sebagai dasar hukum untuk menyimpan

arsip, memusnahkan arsip yang tidak bernilai guna atau sebagai dasar hukum

penyusutan arsip.

Di dalam bidang kearsipan Jadwal Retensi Arsip merupakan salah satu

sub sistem dari pada sistem kearsipan secara keseluruhan dengan demikian adanya

Jadwal Retensi Arsip akan memudahkan dalam proses penyusutan arsip di setiap

organisasi. Oleh karena itu Jadwal Retensi Arsip harus dimiliki oleh setiap Badan

Pemerintahan sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2012

sebagai pelaksanaan Undang-undang RI Nomor 43 Tahun 2009 tentang

Kearsipan, dalam pasal 53 ayat 3 menjelaskan dalam rangka melaksanakan

penyusutan dan penyelamatan arsip dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berbangsa dan bernegara, perguruan tinggi swasta, perusahaan swasta, organisasi

politik dan organisasi kemasyarakatan harus memiliki Jadwal Retensi Arsip.

BPA Provinsi Sumatera Barat saat ini dalam melakukan proses penyusutan

arsip di bagian Unit Pengolah Sekretariat dan Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip

In Aktif sudah berpedoman kepada Jadwal Retensi Arsip. Jadwal Retensi Arsip di

BPA Provinsi Sumatera Barat disusun oleh Unit Pengolah Sekretariat dan Unit

Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif dengan berpedoman kepada Peraturan

Gurbernur Sumatera Barat Nomor 26 Tahun 2006 tentang Jadwal Retensi Arsip

Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Negara untuk menyelenggarakan

penertiban dan penyempurnaan tata kearsipan dinamis secara keseluruhan di BPA

Provinsi Sumatera Barat.

Berikut gambar pedoman Jadwal Retensi Arsip Kepegawaian Pegawai

Negeri Sipil dan Pejabat Negara di BPA Provinsi Sumatera Barat :

Gambar 4.2
Jadwal Retensi Arsip Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Negara

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari hasil penelitian yang ditemui oleh peneliti dengan 2 orang informan

di Unit Pengolah Sekretariat dan 2 orang informan di Unit Kearsipan Pengelolaan

Arsip In Aktif di BPA Provinsi Sumatera Barat menerangkan tentang proses

penyusunan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat dan di Unit

Kearsipan PengelolaanArsip In aktif. Berikut hasil wawancara dengan 2 orang

informan tentang proses penyusunan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah

Sekretariat :

I1, I2 : “Proses penyusunan JRA di Unit Pengolah yaitu pertama pembentukan tim

di Unit Pengolah yang terdiri dari 3 orang, kedua melakukan survei

terhadap isi arsip untuk menentukan nilai guna arsip yang berpedoman

kepada Peraturan Gurbernur Sumatera Barat Nomor 26 Tahun 2006

tentang Jadwal Retensi Arsip Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil dan

Pejabat Negara, ketiga melakukan pendataan arsip untuk penentuan jangka

waktu penyimpanan arsip aktif dan in aktifnya yang selanjutnya akan

menentukan nasib akhir arsip tersebut, proses pendataan arsip ini

berbentuk draf mengacu kepada peraturan ANRI tentang bentuk JRA,

kemudian JRA yang telah dibuat oleh Unit Pengolah akan dikirim dan

dikonsultasikan ke ANRI. Setelah disetujui oleh Kepala ANRI maka draf

tersebut akan dikirim kembali ke BPA Provinsi Sumatera Barat yang

selanjutnya akan menjadi Peraturan Gurbernur Provinsi Sumatera Barat,

kemudian draf tersebut diajukan ke Biro Hukum untuk dikonsultasikan,

dirapatkan dan dikoreksi kembali, setelah disetujui oleh Biro hukum maka

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


selanjutnya diajukan ke Kepala Gurbernur Provinsi Sumatera Barat untuk

ditanda tangani”.

Dari hasil wawancara dengan 2 orang informan di Unit Pengolah

Sekretariat BPA Provinsi Sumatera Barat dapat dinyatakan bahwa tata cara

penyusunan Jadwal Retensi Arsip sebagai berikut :

1. Pembentukan tim di Unit Pengolah yang terdiri dari 3 orang yang kemudian

melakukan survei terhadap isi arsip untuk menentukan nilai guna arsip yang

berpedoman kepada Peraturan Gurbernur Sumatera Barat Nomor 26 Tahun

2006 tentang Jadwal Retensi Arsip Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil dan

Pejabat Negara dan melakukan pendataan arsip untuk penentuan jangka

waktu penyimpanan arsip aktif dan in aktifnya yg selanjutnya akan

menentukan nasib akhir arsip, proses pendataan arsip ini berbentuk draf

mengacu kepada peraturan ANRI tentang bentuk JRA.

2. JRA yang telah dibuat oleh Unit Pengolah akan dikirim dan dikonsultasikan

ke ANRI, setelah disetujui oleh kepala ANRI maka draf tersebut akan dikirim

kembali ke BPA Provinsi Sumatera Barat yang selanjutnya akan menjadi

Peraturan Gurbernur Provinsi Sumatera Barat.

3. Draf tersebut diajukan ke Biro Hukum untuk dikonsultasikan, dirapatkan dan

dikoreksi kembali, setelah disetujui oleh Biro Hukum maka selanjutnya

diajukan ke Kepala Gurbernur Provinsi Sumatera Barat untuk ditanda

tangani.

Berikut gambar bentuk Jadwal Retensi Arsip yang telah disusun oleh Unit

Pengolah Sekretariat BPA Provinsi Sumatera Barat :

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.3
Bentuk Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat BPA Provinsi
Sumatera Barat

Berikut hasil wawancara dengan 2 orang informan tentang proses

penyusunan Jadwal Retensi Arsip di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif :

I1, I2 : “Arsip-arsip in aktif dari SKPD yang telah diserahkan ke Unit Kearsipan

BPA Provinsi Sumatera Barat beserta daftar pertelaan arsip dan berita

acara penyerahan arsip in aktifnya maka selanjutnya akan dilakukan

penyusunan JRA oleh tim dari BPA Provinsi Sumatera Barat, yang

kemudian diajukan ke Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk arsip

dari SKPD, selanjutnya akan dirapatkan dengan SKPD yang terkait

kemudian diserahkan ke Biro Hukum selanjutnya dijadikan Peraturan

Gurbernur Provinsi Sumatera Barat.

Dari hasil wawancara dengan 2 orang informan di Unit Kearsipan

Pengelolaan Arsip In Aktif BPA Provinsi Sumatera Barat dapat dinyatakan bahwa

tata cara penyusunan Jadwal Retensi Arsip sebagai berikut :

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Arsip-arsip in aktif dari SKPD yang telah diserahkan ke Unit Kearsipan BPA

Provinsi Sumatera Barat beserta daftar pertelaan arsip dan berita acara

penyerahan arsip in aktifnya maka selanjutnya akan dilakukan penyusunan

JRA oleh tim dari BPA Provinsi Sumatera Barat.

2. Mengajukan penyusunan JRA ke Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk

arsip dari SKPD, selanjutnya akan dirapatkan dengan SKPD yang terkait.

3. Menyerahkan penyusunan JRA ke Biro Hukum untuk dikoreksi, setelah

dikoreksi oleh Biro Hukum selanjutnya dijadikan Peraturan Gurbernur

Provinsi Sumatera Barat.

Berikut gambar bentuk Jadwal Retensi Arsip yang telah disusun oleh Unit

Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif BPA Provinsi Sumatera Barat :

Gambar 4.4
Bentuk Jadwal Retensi Arsip di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip
In Aktif BPA Provinsi Sumatera Barat

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.5.3 Proses Penyusutan Arsip di Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Sumatera Barat

Penyusutan arsip merupakan upaya untuk mengurangi jumlah arsip yang

tercipta terhadap arsip-arsip yang memiliki jangka waktu penyimpanannya yang

telah habis. Dengan adanya program penyusutan arsip memungkinkan setiap

organisasi menyingkirkan semua arsip yang tidak memiliki nilai guna untuk di

simpan. Program penyusutan arsip berdasarkan pada suatu pemikiran bahwa

sebagian besar arsip yang telah tercipta tidak perlu disimpan tergantung dari segi

isi informasi yang ada pada arsipnya. Tujuan penyusutan arsip adalah

mendapatkan penghematan dan efisiensi, memudahkan untuk pencarian arsip

yang masih penting, tidak tertumpuknya arsip yang tergolong kedalam arsip

penting dan tidak penting.

Proses penyusutan arsip di BPA Provinsi Sumatera Barat terdiri dari 3

tahapan diataranya yaitu : a) pemindahan arsip in aktif dari Unit Pengolah

Sekretariat ke Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif; b) memusnahkan arsip

yang tidak bernilai guna di Unit Kearsipan; dan c) menyerahkan arsip permanen

ke Bidang Pengelolaan Arsip Statis yang akan dikelola lagi untuk penyerahan

arsip statis ke ANRI. Sesuai dengan teori Barthos (2005, 101) yang mengatakan

bahwa proses penyusutan arsip merupakan kegiatan pengurangan arsip dengan

cara; a) memindahkan arsip in aktif dari unit pengolah ke unit kearsipan; b)

memusnahkan arsip sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan c) menyerahkan

arsip statis oleh unit kearsipan ke ANRI.

Dari hasil penelitian yang ditemui oleh peneliti dengan 2 orang informan

di Unit Pengolah Sekretariat dan 2 orang informan di Unit Kearsipan Pengelolaan

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Arsip In Aktif di BPA Provinsi Sumatera Barat tentang proses penyusutan arsip di

BPA Provinsi Sumatera Barat dilaksanakan oleh Unit Pengolah Sekretariat dan

Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif. Berikut hasil wawancara dengan 2

orang informan tentang proses penyusutan arsip di Unit Pengolah Sekretariat :

I1 : “Proses penyusutan arsip di Unit Pengolah antara lain melakukan proses

pemindahan arsip ketempat penyimpanan arsip aktif dan tempat

penyimpanan arsip in aktif sesuai dengan pedoman JRA yang telah habis

jangka waktu penyimpanannya maka dilakukan proses pemusnahan.

Menurut pendapat informan 1 (I1) bahwa proses penyusutan arsip di Unit

Pengolah Sekretariat yaitu melakukan penyimpanan terhadap arsip aktif dan arsip

in aktif sesuai dengan pedoman Jadwal Retensi Arsip yang telah disusun dan

melakukan pemusnahan terhadap arsip yang telah habis masa penyimpanannya,

pendapat informan 1 juga didukung oleh pendapat informan 2 (I2) bahwa proses

penyusutan arsip di Unit Pengolah Sekretariat juga melakukan proses

penyimpanan terhadap arsip aktif dan arsip in aktif ditempat yang berbeda dan

memindahkan arsip in aktif ke Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif, berikut

hasil wawancaranya :

I2 : “Proses penyusutan arsip di Unit Pengolah yaitu sesuai JRA yang telah

disusun di Unit Pengolah Sekretariat, maka arsip yang telah diolah menjadi

2 kategori arsip aktif dan arsip in aktif akan dilakukan proses penyimpanan

ditempat yang berbeda dan terakhir memindahkan arsip in aktif ke Unit

Kearsipan dengan dibuatkan berita acara pemindahannya”.

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari hasil wawancara dengan 2 orang informan di Unit Pengolah

Sekretariat BPA Provinsi Sumatera Barat dapat dinyatakan bahwa proses

penyusutan arsip yang dilakukan di Unit Pengolah Sekretariat sebagai berikut :

1. Sesuai Jadwal Retensi Arsip yang telah disusun di Unit Pengolah Sekretariat

BPA Provinsi Sumatera Barat maka arsip yang telah diolah menjadi 2

kategori arsip aktif dan arsip in aktif akan dilakukan proses penyimpanan

arsip ditempat yang berbeda.

Berikut gambar tempat penyimpanan arsip aktif di Unit Pengolah

Sekretariat BPA Provinsi Sumatera Barat :

Gambar 4.5
Tempat Penyimpanan Arsip Aktif

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Terhadap arsip aktif yang telah habis jangka penyimpanannya maka

dilakukan proses pemusnahan arsip aktif di Unit Pengolah.

3. Unit Pengolah melakukan proses penyusutan arsip dengan cara memindahkan

arsip in aktif ke Unit Kearsipan dengan dibuatkan berita acara pemindahan

arsipnya.

Berikut gambar tempat penyimpanan arsip in aktif dan berita acara

pemindahan arsip in aktif ke Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif BPA

Provinsi Sumatera Barat :

Gambar 4.6
Tempat Penyimpanan Arsip In Aktif

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.7
Berita Acara Pemindahan Arsip In Aktif

Berikut hasil wawancara dengan 2 orang informan tentang proses

penyusutan arsip di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif :

I1, I2 : “Sesuai dengan JRA yang telah dibuat maka arsip in aktif di di lingkungan

BPA Provinsi Sumatera Barat dan arsip in aktif dari SKPD yang telah

habis masa simpanya akan dilakukan proses nasib akhir dari arsip in aktif

tersebut dipindahkan ke Bidang Pengelolaan Arsip Statis, disimpan

permanen atau dimusnahkan dengan dibuatkan daftar pertelaan usul

musnah arsip dan berkas arsip yang akan di serahkan ke Bidang

Pengelolaan Arsip Statis maupun ke ANRI di buatkan daftar pencarian usul

simpan arsip”.

Dari hasil wawancara dengan 2 orang informan di Unit Kearsipan

Pengelolaan Arsip In Aktif BPA Provinsi Sumatera Barat dapat dinyatakan bahwa

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


proses penyusutan arsip yang dilakukan di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In

Aktif sebagai berikut :

1. Sesuai dengan JRA yang telah dibuat maka arsip in aktif di lingkungan BPA

Provinsi Sumatera Barat dan arsip in aktif dari SKPD yang telah habis masa

simpanya akan dilakukan proses nasib akhir dari arsip in aktif tersebut

dipindahkan ke Bidang Pengelolaan Arsip Statis, disimpan permanen atau

dimusnahkan dengan dibuatkan daftar pertelaan usul musnah arsip.

Berikut gambar tempat penyimpanan arsip yang dipermanenkan dan

gambar daftar pertelaan usul musnah arsip:

Gambar 4.8
Tempat Penyimpanan Arsip Permanen

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.9
Daftar Pertelaan Usul Musnah Arsip

2. Berkas arsip yang akan di serahkan ke Bidang Pengelolaan Arsip Statis

maupun ke ANRI di buatkan daftar pencarian usul simpan arsip. Berikut

gambar daftar pencarian usul simpan arsip :

Gambar 4.10
Daftar Pencarian Usul Simpan Arsip

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.5.4 Manfaat Penerapan Jadwal Retensi Arsip di Badan Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Sumatera Barat

Jadwal Retensi Arsip di BPA Provinsi Sumatera Barat merupakan suatu

pedoman yang amat penting dalam manajemen kearsipan di BPA Provinsi

Sumatera, yang diperlukan sebagai pedoman untuk penyelenggaraan proses

penyusutan arsip, sekaligus sebagai sarana pengendalian arsip yang tercipta di

Unit Pengolah dan Unit Kearsipan BPA Provinsi Sumatera Barat yang berupa

daftar dan berisi sekurang-kurangnya jenis arsip, retensi, dan nasib akhir arsip.

Sesuai dengan pernyataan Fischer (2006, 26) yang menyatakan bahwa Jadwal

Retensi Arsip adalah komponen penting dari semua program manajemen arsip,

karena mengidentifikasi arsip untuk dikelola serta berapa lama arsip harus

dipertahankan dan Jadwal Retensi Arsip juga merupakan alat utama yang

membantu organisasi dalam pengelolaan arsipnya karena memberikan alasan di

balik kebijakan retensi serta arahan dan bimbingan tentang persyaratan pencatatan

lain dan kondisi.

Dengan disusunnya Jadwal Retensi Arsip disuatu organisasi/lembaga/

instansi baik swasta maupun pemerintah menurut Penn (1994, 117) akan

mendapatkan manfaat antara lain: a) pengurangan arsip, menghemat waktu dalam

penelusuran arsip; b) menghindari masalah hukum; c) melakukan efisiensi dalam

menetapkan arsip yang sangat penting; d) menghemat tempat, dengan

memindahkan arsip yang tidak digunakan saat ini; dan e) mengidentifikasi arsip

yang memiliki nilai permanen. Dari hasil penelitian yang ditemui oleh peneliti

dengan 2 orang informan di Unit Pengolah Sekretariat dan 2 orang informan di

Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif di BPA Provinsi Sumatera Barat

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengatakan bahwa penerapan Jadwal Retensi Arsip di BPA Provinsi Sumatera

Barat memberikan manfaat kepada petugas arsip atau arsiparis di Unit Pengolah

dan Unit Kearsipan di BPA Provinsi Sumatera Barat sebagai pedoman kerja

dalam melakukan pengelolaan kearsipan yang baik di BPA Provinsi Sumatera

Barat.

Berikut hasil wawancara dengan 2 orang infoman tentang manfaat

penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat BPA Provinsi

Sumatera Barat adalah :

I1: “Sangat memberikan manfaat karena dengan adanya JRA di Unit Pengolah

dapat memudahkan dalam proses penyusutan arsip untuk menentukan

pengekatagorian arsip arsip aktif dan in aktif, jangka waktu penyimpanan

arsip aktif dan arsip in aktif dan nasib akhir arsip tersebut apakah

dimusnahkan atau disimpan permanen”.

Menurut pendapat Informan 1 (I1) bahwa penerapan Jadwal Retensi Arsip

sangat memberikan manfaat untuk memudahkan dalam proses penyusutan arsip

di Unit Pengolah Sekretariat, pendapat informan 1 juga di dukung oleh pendapat

informan 2 (I2) bahwa penerapan Jadwal Retensi Arsip juga memberikan manfaat

dalam pengelolaan arsip di Unit Pengolah Sekretariat, berikut hasil

wawancaranya:

I2: “JRA sangat bermanfaat di Unit Pengolah karena dengan adanya pedoman

JRA ini akan membantu dalam pengelolaan arsip di Unit Pengolah selain itu

dengan adanya JRA sangat membantu dalam menentukan usia arsip, sehingga

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tidak terjadi penumpukan-penumpukan arsip yang tidak berguna di Unit

Pengolah”.

Dari hasil wawancara dengan 2 orang informan di Unit Pengolah

Sekretariat BPA Provinsi Sumatera Barat dapat dinyatakan bahwa penerapan

Jadwal Retensi Arsip sangat memberikan manfaat untuk memudahkan dalam

proses penyusutan arsip untuk menentukan pengkatagorian arsip aktif dan arsip in

aktif, menentukan usia arsip kapan jangka waktu penyimpanan dan nasib akhir

dari arsip aktif dan arsip in aktif apakah dimusnahkan atau disimpan permanen

dan penerapan Jadwal Retensi Arsip juga memberikan manfaat dalam pengelolaan

arsip di Unit Pengolah Sekretariat karena tidak ada lagi penumpukan arsip yang

tidak memiliki nilai guna di Unit Pengolah Sekretariat. Sesuai dengan tujuan

Jadwal Retensi Arsip menurut Widjaja (1993, 121) yaitu penyisihan arsip-arsip

dengan tepat bagi arsip-arsip yang tidak memiliki jangka waktu simpan lama,

penyusutan sementara arsip-arsip yang tidak diperlukan lagi bagi kepentingan

administrasi, dan pemilihan arsip-arsip yang bernilai permanen.

Berikut hasil wawancara dengan 2 orang infoman tentang manfaat

penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif

BPA Provinsi Sumatera Barat adalah :

I3: “Sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan organisasi BPA Provinsi

Sumatera Barat di Unit Kearsipan, manfaatnya antara lain dapat mengurangi

biaya dalam pemeliharaan arsip, meningkatkan efektivitas di dalam

pengelolaan arsip in aktif di Unit Kearsipan, dan menjamin keselamatan arsip

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


in aktif karena penerapan JRA dengan benar akan terhindar dari kemungkinan

pemusnahan arsip yang memiliki nilai berkelanjutan”.

Menurut pendapat Informan 3 (I3) bahwa penerapan Jadwal Retensi Arsip

sangat memberikan manfaat dalam memenuhi kebutuhan organisasi BPA Provinsi

Sumatera Barat di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif, pendapat informan

3 sama dengan pendapat informan 4 (I4) bahwa penerapan Jadwal Retensi Arsip

juga memberikan manfaat dalam pengelolaan arsip in aktif menjadi lebih baik di

Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif, berikut kutipan wawancara dengan

Informan 4 (I4) :

I4: “Dengan adanya JRA dapat menghemat ruangan dan dalam pengelolaan arsip

in aktif menjadi lebih baik karena dalam melakukan pemusnahan arsip in aktif

yang sudah tidak memiliki nilai guna dapat berjalan sesuai dengan program

yaitu sesuai dengan pedoman JRA yang sudah ada”.

Dari hasil wawancara dengan 2 orang informan di Unit Kearsipan

Pengelolaan Arsip In Aktif BPA Provinsi Sumatera Barat dapat dinyatakan bahwa

penerapan Jadwal Retensi Arsip sangat memberikan manfaat dalam memenuhi

kebutuhan organisasi BPA Provinsi Sumatera Barat di Unit Kearsipan yaitu dapat

mengurangi biaya dalam pemeliharaan arsip, meningkatkan efektivitas di dalam

pengelolaan arsip in aktif di Unit Kearsipan, dan menjamin keselamatan arsip in

aktif dan juga Jadwal Retensi Arsip dapat bermanfaat dalam pengelolaan arsip in

aktif karena dengan adanya pedoman Jadwal Retensi Arsip pengelolaan arsip in

aktif menjadi lebih baik. Sesuai dengan tujuan Jadwal Retensi Arsip oleh ANRI

(2002, 26) yaitu mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi, menjamin

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


keselamatan bahan pertanggungjawaban dan mewujudkan konsitensi dalam

penyusutan.

4.5.5 Penerapan Jadwal Retensi Arsip di Badan Perpustakaan dan


Kearsipan Provinsi Sumatera Barat

Penerapan Jadwal Retensi Arsip di BPA Provinsi Sumatera Barat di

gunakan sebagai pedoman dalam proses penyusutan arsip di Unit Pengolah

Sekretariat dan Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif BPA Provinsi

Sumatera Barat, supaya dengan adanya penerapan Jadwal Retensi Arsip di BPA

Provinsi Sumatera Barat pengelolaan arsip menjadi lebih baik.

Berikut hasil wawancara dengan 2 orang infoman tentang penerapan

Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat BPA Provinsi Sumatera Barat

adalah :

I1: “Penerapan JRA di Unit Pengolah Sekretariat sudah dikatakan efektif dalam

pengelolaan arsip, karena JRA digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

proses penyusutan arsip untuk menetapkan pengkatagorian arsip aktif dan in

aktif, jangka waktu penyimpanan, dan nasib akhir arsip tersebut sehingga

pengelolaan arsip di Unit Pengolah menjadi terorganisir tetapi masih terdapat

kekurangan dalam pelaksanaan penerapan JRA di Unit Pengolah Sekretariat

seperti tidak semua pegawai di Unit Pengolah bisa menggunakan buku

pedoman JRA Peraturan Gurbernur Sumatera Barat, dan masih terbatasnya

SDM yang memiliki latar belakang ilmu kearsipan”.

Menurut pendapat Informan 1 (I1) bahwa penerapan Jadwal Retensi Arsip

di Unit Pengolah Sekretariat sudah dikatakan efektif dalam pengelolaan arsip,

karena Jadwal Retensi Arsip digunakan sebagai pedoman dalam proses

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penyusutan arsip di Unit Pengolah Sekretariat, tetapi dalam pelaksanaan

penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat masih terdapat

kekurangan, pendapat informan 1 juga di dukung oleh pendapat informan 2 (I2)

bahwa penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat juga sudah

dikatakan efektif dalam pengelolaan arsip menjadi lebih baik, tetapi dalam

pelaksanaan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat masih terdapat

kekurangan, berikut hasil wawancaranya :

I2: “Sudah dikatakan efektif dalam pengelolaan arsip, karena dengan adanya

penerapan JRA pengelolaan arsip di Unit Pengolah Sekretariat sudah menjadi

lebih baik tetapi dalam pelaksanaan penerapan JRA masih terdapat

kekurangan yaitu banyak pegawai yang tidak memiliki latar belakang

pendidikan kearsipan”.

Dari hasil wawancara dengan 2 orang informan di Unit Pengolah

Sekretariat BPA Provinsi Sumatera Barat dapat dinyatakan bahwa penerapan

Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat sudah dikatakan efektif dalam

pengelolaan arsip menjadi lebih baik dan terorganisir, karena Jadwal Retensi

Arsip digunakan sebagai pedoman dalam proses penyusutan arsip untuk

menetapkan pengkatagorian arsip aktif dan in aktif, jangka waktu penyimpanan,

dan nasib akhir arsip tersebut, tetapi dalam pelaksanaan Jadwal Retensi Arsip di

Unit Pengolah Sekretariat masih terdapat kekurangan karena masih terbatasnya

SDM khusus bidang kearsipan. Sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 43

Tahun 2009 tentang Kearsipan yang menjelaskan bahwa Jadwal Retensi Arsip

dipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan penyelamatan arsip.

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berikut hasil wawancara dengan 2 orang infoman tentang penerapan

Jadwal Retensi Arsip di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif adalah :

I3: “Sudah efektif dalam pengelolaan arsip in aktif, karena dengan adanya

penerapan JRA pengelolaan arsip in aktif di Unit Kearsipan menjadi lebih

terorganisir tetapi dalam pelaksanaanya masih terdapat beberapa kekurangan

diantaranya yaitu masih terbatasnya SDM khusus bidang kearsipan”.

Menurut pendapat Informan 3 (I3) bahwa penerapan Jadwal Retensi Arsip

di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif sudah dikatakan efektif dalam

Pengelolaan arsip in aktif, karena dengan adanya penerapan Jadwal Retensi Arsip

di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif pengelolaan arsip in aktif menjadi

terorganisir, tetapi dalam pelaksanaan penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit

Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif masih terdapat kekurangan, pendapat

informan 3 sama dengan pendapat informan 4 (I4) bahwa penerapan Jadwal

Retensi Arsip di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif juga sudah dikatakan

efektif dalam pengelolaan arsip in aktif menjadi lebih baik dan tertata rapi, tetapi

dalam pelaksanaan Jadwal Retensi Arsip di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In

Aktif masih terdapat kekurangan, berikut hasil wawancaranya :

I4: “Sudah efektif dalam pengelolaan arsip in aktif, dengan adanya penerapan

JRA di Unit Kearsipan dalam pengelolaan arsip in aktif menjadi lebih baik dan

tertata dengan rapi tetapi dalam pelaksanaannya masih belum optimal karena

tidak semua pegawai di Unit Kearsipan yang memiliki latar belakang ilmu

kearsipan”.

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari hasil wawancara dengan 2 orang informan di Unit Kearsipan

Pengelolaan Arsip In Aktif BPA Provinsi Sumatera Barat dapat dinyatakan

bahwa penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In

Aktif sudah dikatakan efektif dalam pengelolaan arsip in aktif menjadi lebih baik,

terorganisir, dan tertata dengan rapi, tetapi dalam pelaksanaan Jadwal Retensi

Arsip di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif masih terdapat kekurangan

karena masih terbatasnya SDM khusus bidang kearsipan dan tidak semua pegawai

berlatar pendidikan kearsipan.

4.5.6 Kendala Penerapan Jadwal Retensi Arsip di Badan Perpustakaan dan


Kearsipan Provinsi Sumatera Barat

Dalam menerapkan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat dan

Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif BPA Provinsi Sumatera Barat

seharusnya telah diterapkan dengan baik karena Jadwal Retensi Arsip merupakan

pedoman dalam proses penyusutan arsip yang memuat jangka waktu

penyimpanan arsip aktif dan in aktif dan nasib akhir dari arsip tersebut apakah

disimpan permanen atau dimusnahkan. Jadwal Retensi Arsip di BPA Provinsi

Sumatera Barat telah disetujui oleh ANRI dan telah disahkan melalui Keputusan

Gurbernur Provinsi Sumatera Barat sehingga wajib diterapkan dalam proses

penyusutan arsip di BPA Provinsi Sumatera Barat. Namun dalam

mengimplementasikan Jadwal Retensi Arsip dalam proses penyusutan arsip di

Unit Pengolah Sekretariat dan Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif BPA

Provinsi Sumatera Barat masih terdapat kendala dalam penerapanya.

Berikut hasil wawancara dengan 2 orang infoman tentang kendala

penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat adalah :

70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


I1: “Masih terdapat kendala dalam proses penerapan JRA di Unit Pengolah

Sekretariat yaitu masih terbatasnya SDM yang memiliki latar belakang ilmu

kearsipan karena kebanyakan pegawai hanya dibekali pendidikan kearsipan

dari diklat yang diadakan baik dari instansi dalam di BPA maupun dari

instansi luar seperi ANRI tentang pelatihan JRA”.

Menurut pendapat Informan 1 (I1) bahwa kendala penerapan Jadwal

Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat adalah terbatasnya SDM yang berlatar

pendidikan ilmu kearsipan karena pegawai hanya dibekali pendidikan kearsipan,

pendapat informan 1 juga di dukung oleh pendapat informan 2 (I2) bahwa kendala

penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat adalah tidak semua

pegawai yang mengerti tentang penerapan Jadwal Retensi Arsip karena

terbatasnya SDM khusus kearsipan, berikut hasil wawancaranya :

I2: “Dalam penerapan JRA di Unit Pengolah Sekretariat masih terdapat kendala,

yaitu dari 6 pegawai yang bekerja di Unit Pengolah Sekretariat hanya 3

orang pegawai yang mengerti tentang penerapan JRA karena masih

terbatasnya SDM khusus kearsipan di Unit Pengolah Sekretariat dan tidak

semua pegawai mengerti tentang JRA karena tidak semua pegawai yang

dibekali pendidikan kearsipan dari diklat”.

Dari hasil wawancara dengan 2 orang informan di Unit Pengolah

Sekretariat BPA Provinsi Sumatera Barat dapat dinyatakan bahwa kendala

penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat adalah masih

terbatasnya SDM khusus kearsipan yang berlatar pendidikan ilmu kearsipan dan

dari 6 orang pegawai hanya 3 orang pegawai yang mengerti tentang penerapan

71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jadwal Retensi Arsip karena tidak semua pegawai dibekali pendidikan kearsipan

dari diklat yang diadakan baik dari instansi dalam di BPA maupun dari instansi

luar seperi ANRI tentang pelatihan JRA. sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI

Nomor 28 Tahun 2012 sebagai pelaksanaan Undang-undang RI Nomor 43 Tahun

2009 tentang Kearsipan, dalam pasal 18 ayat 2 menyebutkan bahwa pendidikan

dan pelatihan kearsipan bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

memenuhi persyaratan kompetensi di bidang kearsipan, sehingga pengembangan

SDM untuk menunjang kegiatan kearsipan dapat dilakukan sesuai dengan

Undang-undang RI Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan dalam pasal 30 ayat

2 dijelaskan lembaga kearsipan nasional melaksanakan pembinaan dan

pengembangan arsiparis melalui upaya: a) pengadaan arsiparis; b) pengembangan

kompetensi dan keprofesionalan arsiparis melalui penyelengaraan, pengaturan,

serta pengawasan pendidikan dan pelatihan kearsipan; c) pengaturan peran dan

kedudukan hukum arsiparis; dan d) penyediaan jaminan kesehatan dan tunjangan

profesi untuk sumber daya kearsipan.

Berikut hasil wawancara dengan 2 orang infoman tentang kendala

penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif

adalah :

I3: “Masih terdapat beberapa kendala dalam penerapan JRA di Unit Kearsipan

yaitu diantaranya masih kurangnya SDM khusus bidang kearsipan dan

kurangnya sarana dan prasarana tempat penyimpanan arsip in aktif yang

dapat menghambat penerapan JRA di Unit Kearsipan di BPA Provinsi

Sumatera Barat karena volume arsip yang harus dikerjakan banyak yang

72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berasal dari arsip in aktif dari 48 SKPD dan arsip in aktif dari lingkungan

BPA sendiri”.

Menurut pendapat Informan 3 (I3) bahwa kendala penerapan Jadwal

Retensi Arsip di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif adalah kurangnya

SDM khusus kearsipan dan kurangnya sarana dan prasarana tempat penyimpanan

arsip in aktif yang dapat menghambat penerapan JRA di unit kearsipan di BPA

Provinsi Sumatera Barat, pendapat informan 3 sama dengan pendapat informan 4

(I4) bahwa kendala penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Kearsipan

Pengelolaan Arsip In Aktif adalah terbatasnya SDM yang berlatar pendidikan

ilmu kearsipan dan kurangnya anggaran, berikut hasil wawancaranya :

I4 : “Kendala dalam penerapan JRA di Unit Kearsipan yaitu masih terbatasnya

SDM yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu kearsipan karena hanya

dibekali pelatihan tentang JRA oleh ANRI selain itu kurang tersedianya

anggaran dalam pelaksanaan penyusutan arsip karena menganggap

anggaran penyusutan bukanlah skala prioritas sehingga membuat lambanya

penerapan JRA”.

Dari hasil wawancara dengan 2 orang informan di Unit Kearsipan

Pengelolaan Arsip In Aktif BPA Provinsi Sumatera Barat dapat dinyatakan bahwa

kendala penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In

Aktif adalah masih terbatasnya SDM yang berlatar pendidikan ilmu kearsipan,

kurangnya sarana dan prasarana dan kurangnya anggaran dalam proses

penyusutan arsip sehingga membuat lambanya penerapan Jadwal Retensi Arsip.

Hal ini tidak sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 43 Tahun 2009 tentang

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kearsipan pasal 32 ayat 1 mengenai sarana dan prasarana yaitu: pencipta arsip dan

lembaga kearsipan menyediakan sarana dan prasarana kearsipan sesuai dengan

standar kearsipan untuk pengelolaan arsip dimana dengan adanya sarana dan

prasarana yang baik maka sistem kearsipanpun akan berjalan dengan baik,

termasuk dari tempat dan lokasi penyimpanan arsip yang memerlukan perhatian.

Hal ini juga tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 28

Tahun 2012 sebagai pelaksanaan Undang-undang RI Nomor 43 Tahun 2009

tentang Kearsipan, dalam dalam pasal 1 ayat 29 disebutkan bahwa

penyelenggaraan kearsipan adalah seluruh kegiatan meliputi kebijakan,

pembinaan kearsipan, dan pengelolaan arsip dalam suatu sistem kearsipan

nasional yang harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana,

serta sumber daya lainya dan juga di dalam pasal 1 ayat 36 dijelaskan salah satu

sumber daya kearsipan adalah dukungan terhadap kearsipan nasional berupa

pendanaan.

4.5.7 Rangkuman Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan 2 orang informan di Unit

Pengolah Sekretariat dan 2 orang informan di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip

In Aktif, melalui proses analisis data yang menjaga keabsahan data serta

melakukan triangulasi data, maka diperoleh sebuah kategori evaluasi penerapan

JRA dengan sub bagian-bagiannya. Kategori evaluasi penerapan JRA di BPA

Provinsi Sumatera Barat sebagai berikut:

74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.2
Rangkuman Hasil Penelitian

Kategori Evaluasi Penerapan JRA Hasil

Manfaat Penerapan Jadwal Retensi  Memudahkan dalam proses

Arsip penyusutan arsip di Unit Pengolah

Sekretariat.

 Menentukan jangka waktu

penyimpanan, dan nasib akhir arsip

di Unit Pengolah Sekretariat.

 Memenuhi kebutuhan organisasi

BPA Provinsi Sumatera Barat di

Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In

Aktif.

Penerapan Jadwal Retensi Arsip  Sudah dikatakan efektif dalam

pengelolaan arsip menjadi lebih

baik, terorganisir dan tertata dengan

rapi di Unit Pengolah Sekretariat..

 Penerapan Jadwal Retensi Arsip

digunakan sebagai pedoman dalam

proses penyusutan arsip, tetapi

dalam pelaksanaan penerapan

Jadwal Retensi Arsip di Unit

Pengolah Sekretariat dan Unit

75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kearsipan Pengelolaan Arsip In

Aktif masih terdapat beberapa

kendala.

Kendala Penerapan Jadwal Retensi  Masih terbatasnya sumber daya

Arsip manusia khusus kearsipan yang

berlatar pendidikan ilmu kearsipan.

 Tidak semua pegawai yang mengerti

tentang penerapan Jadwal Retensi

Arsip

 Kurangnya sarana dan prasarana

tempat penyimpanan arsip.

 Kurangnya anggaran dalam proses

penyusutan arsip sehingga membuat

lambanya penerapan Jadwal Retensi

Arsip.

Dari table 4.2 diatas dapat dijelaskan bahwa evaluasi penerapan Jadwal

Retensi Arsip di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat

khususnya di Unit Pengolah Sekretariat dan Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In

Aktif terdiri dari beberapa kategori evaluasi :

1. Penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat dan Unit

Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif memberikan manfaat yaitu

memudahkan dalam proses penyusutan arsip dalam melakukan

76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pengkatagorian arsip ke dalam 2 kategori arsip terdiri dari arsip aktif dan

arsip in aktif, menentukan jangka waktu penyimpanan, dan nasib akhir

akhir arsip sehingga tidak ada lagi penumpukan arsip yang tidak

bernilaiguna di Unit Pengolah Sekretariat dan memenuhi kebutuhan

organisasi BPA Provinsi Sumatera Barat di Unit Kearsipan Pengelolaan

Arsip In Aktif.

2. Penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat dan Unit

Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif BPA Provinsi Sumatera Barat sudah

dikatakan efektif dalam pengelolaan arsip menjadi lebih baik karena arsip

yang memiliki nilai guna berkelanjutan dapat dengan mudah ditemukan

kembali, pengelolaan arsip menjadi terorganisir karena arsip-arsip yang

tidak penting dapat segera dimusnahkan dan arsip yang penting dapat

disimpan permanen, dan pengelolaan arsip dapat tertata dengan baik

karena arsip yang telah dikategorikan ke dalam 2 kategori arsip yaitu arsip

aktif dan arsip in aktif dapat disimpan ditempat yang berbeda yakninya

arsip aktif disimpan di tempat penyimpanan arsip aktif di Unit Pengolah

Sekretariat dan arsip in aktif disimpan ditempat penyimpanan arsip in aktif

di Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif tetapi dalam pelaksanaan

penerapan Jadwal Retensi Arsip masih terdapat beberapa kendala.

3. Kendala penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah Sekretariat dan

Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif antara lain, masih terbatasnya

sumber daya manusia khusus kearsipan yang berlatar pendidikan ilmu

kearsipan, dapat dilihat dari hasil wawancara dengan 2 orang informan di

77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Unit Pengolah Sekretariat dan 2 orang informan di Unit Kearsipan

Pengelolaan Arsip In Aktif bahwa tidak ada satupun dari mereka yang

berlatar pendidikan ilmu kearsipan, tidak semua pegawai mengerti tentang

penerapan Jadwal Retensi Arsip karena tidak semua pegawai yang

dibekali kearsipan dari diklat, kurangnya sarana dan prasarana tempat

penyimpanan arsip baik arsip aktif dan arsip in aktif dan kurangnya

anggaran dalam proses penyusutan arsip sehingga membuat lambanya

penerapan Jadwal Retensi Arsip.

78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa

evaluasi penerapan Jadwal Retensi Arsip di BPA Provinsi Sumatera Barat

khususnya di Unit Pengolah Sekretariat dan Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In

Aktif memberikan manfaat yaitu memudahkan dalam proses penyusutan arsip

dalam melakukan pengkatagorian arsip, menentukan jangka waktu penyimpanan,

dan nasib akhir arsip, sehingga tidak ada lagi penumpukan arsip yang tidak

bernilai guna di Unit Pengolah Sekretariat dan juga memberikan manfaat dalam

memenuhi kebutuhan organisasi BPA Provinsi Sumatera Barat di Unit Kearsipan

Pengelolaan Arsip In Aktif.

Selain memberikan manfaat, penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit

Pengolah Sekretariat dan Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif BPA

Provinsi Sumatera Barat sudah dikatakan efektif dalam pengelolaan arsip aktif

dan arsip in aktif menjadi lebih baik, terorganisir, dan tertata dengan rapi, karena

Jadwal Retensi Arsip digunakan sebagai pedoman dalam proses penyusutan arsip,

tetapi dalam pelaksanaan penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah

Sekretariat dan Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif masih terdapat

beberapa kendala.

Kendala dalam penerapan Jadwal Retensi Arsip di Unit Pengolah

Sekretariat dan Unit Kearsipan Pengelolaan Arsip In Aktif antara lain, masih

terbatasnya sumber daya manusia khusus kearsipan yang berlatar pendidikan ilmu

kearsipan, tidak semua pegawai yang mengerti tentang penerapan Jadwal Retensi

79

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Arsip karena tidak semua pegawai yang dibekali pendidikan kearsipan dari diklat,

kurangnya sarana dan prasarana tempat penyimpanan arsip dan kurangnya

anggaran dalam proses penyusutan arsip sehingga membuat lambanya penerapan

Jadwal Retensi Arsip.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil wawancara dan kesimpulan di atas maka peneliti

memberikan saran kepada BPA Provinsi Sumatera Barat, yaitu :

1. Meningkatkan sumber daya manusia khusus kearsipan yang memiliki latar

belakang ilmu pendidikan kearsipan dalam upaya memaksimalkan fungsi

BPA Provinsi Sumatera Barat sebagai pengelola arsip di lingkungan BPA

Provinsi Sumatera Barat dan SKPD di Provinsi Sumatera Barat.

2. Dalam pengelolaan arsip khususnya dalam melakukan proses penyusutan

arsip menggunakan Jadwal Retensi Arsip sebaiknya diserahkan kepada

sumber daya manusia yang memiliki latar belakang ilmu pendidikan

kearsipan agar dapat menerapkan Jadwal Retensi Arsip dengan mudah dan

baik.

3. Seringnya diadakan pembinaan kearsipan dalam 1 kali sebulan melalui

pelatihan kearsipan dari diklat yang dilakukan oleh ANRI maupun dari

internal BPA Provinsi Sumatera Barat khususnya pembinaan dalam

pelatihan dan sosialisasi Jadwal Retensi Arsip.

4. Dalam melakukan pengelolaan kearsipan yang baik dan

pengimplementasian Jadwal Retensi Arsip di BPA Provinsi Sumatera

Barat diperlukan perhatian khusus dari pimpinan berupa:

80

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Penyediaan fasilitas sarana dan prasarana dalam penyimpanan arsip

yang menunjang kegiatan penerapan Jadwal Retensi Arsip di BPA

Provinsi Sumatera Barat.

b. Penyediaan anggaran dalam proses penyusutan arsip sehingga

penerapan Jadwal Retensi Arsip di BPA Provinsi Sumatera Barat

menjadi lancar.

81

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan


Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.

Amsyah, Zulkifli. 2003. Manajemen Kearsipan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka


Cipta.

__________. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka


Cipta.

Arsip Nasional Republik Indonesia. 2002. Penilaian Arsip dan Jadwal Retensi Arsip.
Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia.

Barthos, Basir. 2005. Manajemen Kearsipan untuk Lembaga Negara, Swasta, dan
Perguruan Tinggi. Jakarta: Bumi Aksara.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik, dan Ilmu Sosial Lainya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Cisco, Susan, PhD, CRM. “Big Buckets for Simplifying Records Retention
Schedules.” Information Management Journal. (2008).

Dewi, Irra Chrisyanti. 2011. Manajemen Kearsipan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Diers, Fred V. “The Bankruptcy of Records Retention Schedules.” ARMA Records


Management Quarterly, (Apr 1992).

Fischer, Laurie. “Condicition Critical: Developing Records Retention Schedules.”


Information Management Journal, (Jan/Feb 2006).

Hadiwardoyo, Sauki. “Merumuskan Jadwal Retensi Arsip.” Jurnal Suara Badar, No.
4 (2002).

ISO 15489-1. 2001. Information and documentation-Records management part 1 :


General.

82

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Laksmi; FuadGani; Budiantoro. 2007. Manajemen perkantoran Modern. Depok:
FBUI.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2002. Pedoman Tata Kearsipan Lembaga


Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jakarta.

Martono, Boedi. 1994. Penyusutan dan Pengamanan Arsip Vital dalam Manajemen
Kearsipan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Maulana, M.N. 1996. Adinistrasi Kearsipan. Jakarta: Bhratara.

Munadi. “Pengelolaan Penyusutan Arsip Berdasarkan Jadwal Retensi Arsip (JRA).”


Jurnal Admisi dan Bisnis, Vol.14 No. 10 (Agustus 2013).

Mustari. 2009. Perancangan Jadwal Retensi Arsip. Jakarta: Universitas Terbuka.

Myler, Ellie. “The ABC’s of Records Retention Schedule Development.” AIIM - Doc
Magazine. (May/Jun 2006).

Penn, Ira A, Gail Pennix, Anne Morddel and Kelvin Smith. 1994. Record
Management Handbook. Vermont: Ashgate Publish.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan


Arsip

Rusidi. “Pentingnya Jadwal Retensi Arsip dalam Manajemen Kearsipan.” Jurnal


Super Administrator, (Januari 2014).

_____. “Prosedur Penyusunan Jadwal Retensi Arsip Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota.” Jurnal Super Administrator, (Januari 2014).

Sedarmayanti. 2008. Tata Kearsipan dengan Memanfaatkan Teknologi Modern.


Bandung: Mandar Maju.

Subagyo, Joko P. 2006. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


(R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukoco, Badri Munir. 2006. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern.


Surabaya: Erlangga.

83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sulistyo-Basuki. 2003. Manajemen Arsip Dinamis, Pengantar Memahami dan
Mengelola Informasi dan Dokumen. Jakarta: Gramedia.

_____________. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_____________. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.

Surat Edaran Nomor : SE/02/1983 tentang Pedoman Umum untuk Menentukan Nilai
Guna Arsip.

Surat Edaran Nomor : SE/01/1981 tentang Penanganan Arsip Inaktif sebagai


Pelaksanaan Ketentuan Peralihan Peraturan Pemerintah tentang Penyusutan
Arsip.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok


Kearsipan.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.

Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.

Widjaja, A.W. 1993. Administrasi Kearsipan : Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Yatimah, Durotul. 2009. Kesekretariatan Modern dan Administrasi Perkantoran.


Bandung: CV. Pustaka Setia.

84

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA

a. Pertanyaan untuk Bidang Sekretariat untuk mengetahui pengelolaan arsip

dinamis aktif di unit pengolah BPA Provinsi Sumatera Barat :

1. Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu/Saudara?

2. Apakah kedudukan Bapak/Ibu/Saudara di BPA Provinsi Sumatera Barat?

3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mendapatkan diklat atau pelatihan

mengenai kearsipan?

4. Sistem apakah yang digunakan oleh BPA Provinsi Sumatera Barat dalam

pengorganisasian arsip di BPA ?

5. Bagaimanakah unit kerja di lingkungan BPA Provinsi Sumatera Barat?

6. Bagaimanakah poses penyusunan JRA di Unit Pengolah BPA Provinsi

Sumatera Barat?

7. Apakah poses penyusunan JRA di UnitPengolah BPA Provinsi Sumatera

Barat menggunakan pedoman JRA?

8. Bagaimanakah prosedur penyusutan arsip di Unit Pengolah BPA Provinsi

Sumatera Barat?

9. Bagaimanakah prosedur pemindahan arsip in aktif dari Unit Pengolah ke Unit

Kearsipan?

10. Apakah JRA di Unit Pengolah memberikan manfaat? Manfaat apa saja yang

diperoleh pada pengelolaan arsip aktif di unit pengolah?

86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11. Bagaimanakah selama ini penerapan JRA di Unit Pengolah BPA Provinsi

Sumatera Barat? Apakah sudah efektif dalam pengelolaan arsip?

12. Apakah ada kendala dalam penerapan JRA di Unit Pengolah BPA Provinsi

Sumatera Barat?

b. Pertanyaan untuk Bidang Pengelolaan Arsip In aktif untuk mengetahui

pengelolaan arsip in aktif di Unit Kearsipan BPA Provinsi Sumatera Barat :

1. Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu/Saudara?

2. Apakah kedudukan Bapak/Ibu/Saudara di BPA Provinsi Sumatera Barat?

3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mendapatkan diklat atau pelatihan

mengenai kearsipan khusus mengenai JRA?

4. Arsip apa sajakah yang disimpan di Unit Kearsipan BPA Provinsi Sumatera

Barat?

5. Bagaimanakah proses penyerahan arsip in aktif dari SKPD?

6. Bagaimanakah proses penyusunan JRA untuk arsip in aktif dari SKPD di

Unit Kearsipan BPA Provinsi Sumatera Barat?

7. Bagaimanakah proses penyusutan arsip in aktif di Unit Kearsipan?

8. Apakah JRA di Unit Kearsipan memberikan manfaat? Manfaat apa sajakah

yang diperoleh pada pengelolaan arsip in aktif di Unit Kearsipan?

9. Bagaimanakah selama ini penerapan JRA di Unit Kearsipan BPA Provinsi

Sumatera Barat? Apakah pengelolaan arsip in aktif menjadi lebih baik?

10. Apakah ada kendala dalam penerapan JRA di Unit Kearsipan BPA Provinsi

Sumatera Barat?

87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3

HASIL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Selasa/06 Desember 2016

Bidang : Sekretariat

1. Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu/Saudara?

I1 : Latar belakang pendidikan bapak adalah tamatan S1 Manajemen.

I2 : Latar belakang pendidikan ibuk adalah tamatan S1 Sastra Inggris.

2. Apakah kedudukan Bapak/Ibu/Saudara di BPA Provinsi Sumatera Barat?

I1 : Kedudukan bapak di BPA Provinsi Sumatera Barat adalah Kasubbag

Umum dan Kepegawaian.

I2 : Kedudukan ibuk di BPA Provinsi Sumatera Barat adalah Staf Fungsional

Arsiparis.

3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mendapatkan diklat atau pelatihan

mengenai kearsipan?

I1 : Pernah diantaranya pelatihan kearsipan dari ANRI dan seminar arsip.

I2 : Pernah diantaranya seminar kearsipan yang dilakukan oleh Internal di BPA

Provinsi Sumatera Barat.

4. Sistem apakah yang digunakan oleh BPA Provinsi Sumatera Barat dalam

pengorganisasian arsip di BPA ?

I1, I2 : Sistem pengorganisasian arsip di BPA Provinsi Sumatera Barat adalah

menggunakan sistem sentralisasi, dimana penanganan arsip dilakukan

88

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan cara dipusatkan ke satu unit yaitu dibagian unit pengolah di

sekretariat.

5. Bagaimanakah unit kerja di lingkungan BPA Provinsi Sumatera Barat?

I1, I2 : Unit kerja di lingkungan BPA Provinsi Sumatera Barat adalah terdiri

dari unit kearsipan 1 yaitu unit kearsipan untuk seluruh unit kerja di

lingkungan BPA dan SKPD dan unit kearsipan II yaitu unit kearsipan

untuk seluruh bidang tata usaha atau unit pengolah di lingkungan BPA

Provinsi Sumatera Barat.

6. Bagaimanakah poses penyusunan JRA di Unit Pengolah BPA Provinsi

Sumatera Barat?

I1, I2 : Proses penyusunan JRA di Unit Pengolah yaitu pertama pembentukan

tim di Unit Pengolah yang terdiri dari 3 orang, kedua melakukan survei

terhadap isi arsip untuk menentukan nilai guna arsip yang berpedoman

kepada Peraturan Gurbernur Sumatera Barat Nomor 26 Tahun 2006

tentang Jadwal Retensi Arsip Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil dan

Pejabat Negara, ketiga melakukan pendataan arsip untuk penentuan

jangka waktu penyimpanan arsip aktif dan in aktifnya yg selanjutnya

akan menentukan nasib akhir arsip tersebut, proses pendataan arsip ini

berbentuk draf mengacu kepada peraturan ANRI tentang bentuk JRA,

kemudian JRA yang telah dibuat oleh Unit Pengolah akan dikirim dan

dikonsultasikan ke ANRI, setelah disetujui oleh kepala ANRI maka

draf tersebut akan dikirim kembali ke BPA Provinsi Sumatera Barat

89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang selanjutnya akan menjadi Peraturan Gurbernur Provinsi Sumatera

Barat, kemudian draf tersebut diajukan ke Biro Hukum untuk

dikonsultasikan, dirapatkan dan dikoreksi kembali, setelah disetujui

oleh Biro Hukum maka selanjutnya diajukan ke Kepala Gurbernur

Provinsi Sumatera Barat untuk ditanda tangani.

7. Bagaimanakah proses penyusutan arsip di Unit Pengolah BPA Provinsi

Sumatera Barat ?

I1 : Proses penyusutan arsip di Unit Pengolah antara lain melakukan proses

pemindahan arsip ketempat penyimpanan arsip aktif dan tempat

penyimpanan arsip in aktif sesuai dengan pedoman JRA yang telah dibuat

oleh unit pengolah maka selanjutnya terhadap arsip aktif yang telah habis

jangka waktu penyimpanannya maka dilakukan proses pemusnahan.

I2 : Proses penyusutan arsip di Unit Pengolah yaitu sesuai JRA yang telah

disusun di Unit Pengolah Sekretariat maka arsip yang telah diolah

menjadi 2 kategori arsip aktif dan arsip in aktif akan dilakukan proses

penyimpanan ditempat yang berbeda dan memindahkan arsip in aktif ke

Unit Kearsipan dengan dibuatkan berita acara pemindahanya.

8. Apakah dalam proses penyusunan JRA di Unit Pengolah Sekretariat

menggunakan pedoman JRA ?

I1,I2 : Dalam proses penyusunan JRA, Unit Pengolah Sekretariat menggunakan

pedoman kepada Peraturan Gurbernur Sumatera Barat Nomor 26 Tahun

2006 tentang Jadwal Retensi Arsip Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil

90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan Pejabat Negara, sehingga dengan mempedomani JRA tersebut maka

memudahkan pegawai untuk memilah arsip sesuai kategori arsip aktif

dan in aktifnya.

9. Bagaimanakah prosedur pemindahan arsip in aktif dari Unit Pengolah ke Unit

Kearsipan?

I1, I2 : Prosedur pemindahannya antara lain pertama malakukan pemeriksaan

untuk mengetahui apakah arsip tersebut sudah benar in aktif, kedua

melakukan pembuatan daftar pertelaan arsip dan ketiga pembuatan

berita acara pemindahan arsip in aktif dari Unit Pengolah ke Unit

Kearsipan.

10. Apakah JRA di Unit Pengolah memberikan manfaat? Manfaat apa saja yang

diperoleh pada pengelolaan arsip aktif di Unit Pengolah?

I1 : Sangat memberikan manfaat karena dengan adanya JRA di Unit Pengolah

dapat memudahkan dalam proses penyusutan arsip untuk menentukan

pengekatagorian arsip arsip aktif dan in aktif, jangka waktu penyimpanan

arsip aktif dan arsip in aktif dan nasib akhir arsip tersebut apakah

dimusnahkan atau disimpan permanen.

I2 : JRA sangat bermanfaat di Unit Pengolah karena dengan adanya pedoman

JRA ini akan membantu dalam pengelolaan arsip di Unit Pengolah selain

itu dengan adanya JRA sangat membantu dalam menentukan usia arsip,

sehingga tidak terjadi penumpukan-penumpukan arsip yang tidak berguna

di Unit Pengolah.

91

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11. Bagaimanakah selama ini penerapan JRA di Unit Pengolah BPA Provinsi

Sumatera Barat? apakah sudah efektif dalam pengelolaan arsip?

I1 : Penerapan JRA di Unit Pengolah Sekretariat sudah dikatakan efektif dalam

pengelolaan arsip karena JRA digunakan sebagai pedoman dalam

melakukan proses penyusutan arsip untuk menetapkan pengkatagorian

arsip aktif dan in aktif, jangka waktu penyimpanan, dan nasib akhir arsip

tersebut sehingga pengelolaan arsip di unit pengolah menjadi terorganisir

tetapi masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan penerapan JRA di

Unit Pengolah Sekretariat seperti tidak semua pegawai di Unit Pengolah

bisa menggunakan buku pedoman JRA Peraturan Gurbernur Sumatera

Barat, dan masih terbatasnya SDM yang memiliki latar belakang ilmu

kearsipan.

I2 : Sudah dikatakan efektif dalam pengelolaan arsip karena dengan adanya

penerapan JRA pengelolaan arsip di Unit Pengolah Sekretariat sudah

menjadi lebih baik tetapi dalam pelaksanaan penerapan JRA masih terdapat

kekurangan yaitu banyak pegawai yang tidak memiliki latar belakang

pendidikan kearsipan.

12. Apakah ada kendala dalam proses penerapan JRA di Unit Pengolah BPA

Provinsi Sumatera Barat?

I1 : Masih terdapat kendala dalam proses penerapan JRA di Unit Pengolah

Sekretariat yaitu masih terbatasnya SDM yang memiliki latar belakang

ilmu kearsipan karena kebanyakan pegawai hanya dibekali pendidikan

92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kearsipan dari diklat yang diadakan baik dari instansi dalam di BPA

maupun dari instansi luar seperi ANRI tentang pelatihan JRA.

I2 : Dalam penerapan JRA di Unit Pengolah Sekretariat masih terdapat

kendala, yaitu dari 6 pegawai yang bekerja di Unit Pengolah Sekretariat

hanya 3 orang pegawai yang mengerti tentang penerapan JRA karena

masih terbatasnya SDM khusus kearsipan di Unit Pengolah Sekretariat dan

tidak semua pegawai mengerti tentang JRA karena tidak semua pegawai

yang dibekali pendidikan kearsipan dari diklat.

93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HASIL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Rabu/07 Desember 2016

Bidang : Pengelolaan Arsip In aktif

1. Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu/Saudara?

I3 : Latar belakang pendidikan ibuk adalah tamatan S1 Manajemen.

I4 : Latar belakang pendidikan ibuk adalah tamatan S1 Administrasi Negara.

2. Apakah kedudukan Bapak/Ibu/Saudara di BPA Provinsi Sumatera Barat?

I3 : Kedudukan ibuk di BPA Provinsi Sumatera Barat adalah Kasubbid

Penyimpanan dan Pengolahan arsip in aktif.

I4 : Kedudukan ibuk di BPA Provinsi Sumatera Barat adalah Kasubbid

Pengawasan Kearsipan.

3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mendapatkan diklat atau pelatihan

mengenai kearsipan khusus mengenai JRA?

I3 : Pernah diantaranya yaitu pelatihan khusus mengenai JRA yang

diselenggarakan oleh ANRI.

I4 : Sudah pernah, yaitu diklat atau pelatihan baik dari ANRI maupun dari

internal BPA Provinsi Sumatera Barat mengenai JRA.

4. Arsip apa sajakah yang disimpan di Unit Kearsipan BPA Provinsi Sumatera

Barat?

I3, I4 : Arsip yang disimpan di Unit Kearsipan adalah arsip in aktif yang berasal

dari lingkungan BPA Provinsi Sumatera Barat dan arsip in aktif yang

berasal dari 48 SKPD.

94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Bagaimanakah proses penyerahan arsip in aktif dari SKPD?

I3, I4 : Arsip in aktif yang berasal dari SKPD yang telah ditata dan telah

diberikan daftar pertelaan arsip yang memiliki jangka waktu

penyimpanan maksimal selama 10 th maka diserahkan ke BPA

Provinsi Sumatera Barat dengan menggunakan berita acara

penyerahan arsip in aktif untuk dilakukan proses nasib akhir arsip

apakah dimusnahkan dan disimpan permanen.

6. Bagaimanakah proses penyusunan JRA untuk arsip in aktif dari SKPD di Unit

Kearsipan BPA Provinsi Sumatera Barat?

I3, I4 : Arsip-arsip in aktif dari SKPD yang telah diserahkan ke Unit Kearsipan

BPA Provinsi Sumatera Barat beserta daftar pertelaan arsip dan berita

acara penyerahan arsip in aktifnya maka selanjutnya akan dilakukan

penyusunan JRA oleh tim dari Badan Perpustakaan dan Kearsipan

Provinsi Sumatera Barat, yang kemudian diajukan ke Pemerintah

Provinsi Sumatera Barat untuk arsip dari SKPD, selanjutnya akan

dirapatkan dengan SKPD yang terkait kemudian diserahkan ke Biro

Hukum untuk dikoreksi, setelah diskoreksi oleh Biro Hukum

selanjutnya dijadikan Peraturan Gurbernur Provinsi Sumatera Barat.

7. Bagaimanakah proses penyusutan arsip in aktif di Unit Kearsipan?

95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


I1, I2 : Sesuai dengan JRA yang telah dibuat maka arsip in aktif di lingkungan

BPA Provinsi Sumatera Barat dan arsip in aktif dari SKPD yang telah

habis masa simpanya akan dilakukan proses nasib akhir dari arsip in

aktif tersebut dipindahkan ke Bidang Pengelolaan Arsip Statis,

disimpan permanen atau dimusnahkan dengan dibuatkan daftar

pertelaan usul musnah arsip dan berkas arsip yang akan diserahkan ke

Bidang Pengelolaan Arsip Statis maupun ke ANRI di buatkan daftar

pencarian usul simpan arsip.

8. Apakah JRA di Unit Kearsipan memberikan manfaat? Manfaat apa sajakah

yang diperoleh pada pengelolaan arsip in aktif di Unit Kearsipan?

I3 : Sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan organisasi BPA Provinsi

Sumatera Barat di Unit Kearsipan, manfaatnya antara lain dapat

mengurangi biaya dalam pemeliharaan arsip, meningkatkan efektivitas di

dalam pengelolaan arsip in aktif di Unit Kearsipan, dan menjamin

keselamatan arsip in aktif karena penerapan JRA dengan benar akan

terhindar dari kemungkinan pemusnahan arsip yang memiliki nilai

berkelanjutan.

I4 : Dengan adanya JRA dapat menghemat ruangan dan dalam pengelolaan

arsip in aktif menjadi lebih baik karena dalam melakukan pemusnahan

arsip in aktif yang sudah tidak memiliki nilai guna dapat berjalan sesuai

dengan program yaitu sesuai dengan pedoman JRA yang sudah ada.

96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9. Bagaimanakah selama ini penerapan JRA di Unit Kearsipan BPA Provinsi

Sumatera Barat? Apakah efektif dalam pengelolaan arsip in aktif?

I3 : Sudah efektif dalam pengelolaan arsip in aktif karena dengan adanya

penerapan JRA pengelolaan arsip in aktif di Unit Kearsipan menjadi lebih

terorganisir tetapi dalam pelaksanaanya masih terdapat beberapa

kekurangan diantaranya yaitu masih terbatasnya SDM khusus bidang

kearsipan.

I4 : Sudah efektif dalam pengelolaan arsip in aktif, dengan adanya penerapan

JRA di Unit Kearsipan dalam pengelolaan arsip in aktif menjadi lebih

baik dan tertata dengan rapi tetapi dalam pelaksanaannya masih belum

optimal karena tidak semua pegawai di Unit Kearsipan yang memiliki

latar belakang ilmu kearsipan.

10. Apakah ada kendala dalam penerapan JRA di Unit Kearsipan BPA Provinsi

Sumatera Barat?

I3 : Masih terdapat beberapa kendala dalam penerapan JRA di Unit Kearsipan

yaitu diantaranya masih kurangnya SDM khusus bidang kearsipan dan

kurangnya sarana dan prasarana tempat penyimpanan arsip in aktif yang

dapat menghambat penerapan JRA di Unit Kearsipan di BPA Provinsi

Sumatera Barat karena volume arsip yang harus dikerjakan banyak yang

berasal dari arsip in aktif dari 48 SKPD dan arsip in aktif dari lingkungan

BPA sendiri.

97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


I4 : Kendala dalam penerapan JRA di Unit Kearsipan yaitu masih terbatasnya

SDM yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu kearsipan karena

hanya dibekali pelatihan tentang JRA oleh ANRI selain itu kurang

tersedianya anggaran dalam pelaksanaan penyusutan arsip karena

menganggap anggaran penyusutan bukanlah skala prioritas sehingga

membuat lambanya penerapan JRA.

98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4

1. Lampiran balasan surat izin penelitian dari BPA Provinsi Sumatera Barat

99

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai