Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERSPEKTIF PERKEMBANGAN TEORI ILMU ILMU


SOSIAL

DOSEN PEMBIMBING :
Yuyud Susilo, S.E., M.M.

DISUSUN OLEH :
1. Lukman hakim
2. Sandi Maulana
3. Suhendi
4. Yeni
5. Yuliani

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


STKIP PANGERAN DHARMA KUSUMA
INDRAMAYU 2021/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tak lupa kami ucapkan kepada
pihak-pihak yang telah membantu menyusun makalah ini baik dalam bentuk
materi maupun atau pun ide yang sangat membantu dalam pembentukan
makalah.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Teori Sosial Indonesia:
perspektif Perkembangan Teori Sosial di Indonesia ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi pembaca

Indramayu, 29 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………. 1
C. Tujuan………………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan teori sosial Indonesia……………………………………………. 3
a. Ilmu Sosial Kolonial/Ideologi…………………………………………… 3
b. Ilmu sosial Developmentalis.……………………………………………. 5
c. Ilmu sosial Kontemporer Indonesia ……………………………………. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 10
B. Saran…………………………………………………………………………….. 10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu sosial adalah Ilmu yang sudah berkembang sejak sejak lama, yaitu semenjak
zaman yunani sudah muncul ahli-ahli yang mengembangkan teori ideal tentang
manusia yang terkait dengan interaksi sosialnya baik dalam hal ekonomi, sosial dan
politik. Dari perkembangan tersebut memunculkan teori-teori yang mampu
mendominasi dan menjadi rujukan. Namun teori-teori yang dikembangkan oleh
ilmuwan sosial tersebut tidak dapat dikatakan sebagai teori yang netral. Setiap teori
yang mampu mendominasi praktik ilmu sosial adalah teori yang mampu
merepresentasikan kepentingan yang dominan dari sebuah kelompok masyarakat.
Teori sosial di indonesia yang berkembang saat ini sangatlah banyak. Di balik
banyaknya teori sosial yang berkembang di indonesia saat ini juga diiringi dengan
problematika di indonesia yang semakin kompleks. Teori sosial di indonesia harusnya
bisa digunakan untuk menyelesaikan problematika yang berkembang di indonesia
tetapi kenyataannya tidak demikian. Hal tersebut terjadi dikarenakan indonesia terlalu
sering mengadopsi ilmu barat yang kenyataanya pengadopsian ilmu tersebut tidak
sesuai dengan kondisi

Permasalahan di indonesia.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana awal kemunculan teori sosial di indonesia ?
b. Bagaimana perkembangan teori sosial di indonesia ?
c. Bagaimana pemahaman mahasiswa terhadap perkembangan teori
sosial di indonesia ?

1
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui awal kemunculan teori sosial di indonesia
b. Untuk mengetahui perkembangan teori sosial di indonesia dari
masa ke masa
c. Untuk mengetahui pemahaman mahasiswa tentang perkembangan
teori sosial di indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Teori Sosial Indonesia

Sejarah perkembangan teori sosial indonesia terbagi menjadi beberapa fase yaitu
ilmu sosial colonial(indilogi), ilmu sosial developmentalis dan ilmu sosial
kontemporer. Perkembangan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh zaman nya saja
melainkan juga pemikiran- pemikiranya juga. Perkembangan-perkembangan teori
sosial indonesia yaitu:

a. Ilmu Sosial Kolonial/Indilogi

Ilmu sosial awalnya merupakan corpus yang telah melembaga dimana di bentuk
di Leiden yang dimana di lembaga tersebut menyiapkan para pegawai administrasi
yang kemudian akan dikirim di Negara hindia belanda(sekarang Indonesia). Zeitgeist
(iklim intelektual) yang melatarbelakangi ini ialah proses pasifikasi daerah jajahan di
hindia belanda (Nasiwan Y. S., 2016). Penjajah yang telah merebut daerah jajahanya
mereka juga membutuhkan ilmu pengetahuan tentang masyarakat di daerah jajahan
tersebut untuk menguasai masyarakat tersebut sehingga mudah untuk dikendalikan.
Untuk itu didirikannya Universitas Leiden dan dengan semangat orientalisme masuk
ke Indonesia melalui lembaga colonial di luar institusi. Pada tahun 1920-an
didirikanlah dua perguruan tinggi terkait ilmu sosial yaitu Sekolah Tinggi Hukum
(Rechsthogeschool, RHS) dan Fakultas Sastra dan Filsafat ( Faculteit der Letteren en
Wijsbegeerte) yang dimana kedua lembaga perguruan tinggi tersebut berkembanglah
ilmu-ilmu sosial versi indilogi. Beberapa ciri umum dalam perkembangan Ilmu sosial
Kolonial/Indilogi:

3
- Rezim colonial belanda datang ke Indonesia tidak hanya membawa perangkat
birokrasi colonial, melainkan juga rezim ilmu sosial (Nasiwan Y. S., 2016, p. 20)
berarti dalam hal tersebut dapat kita ketahui bahwa colonial Belanda datang ke
Indonesia membawa ilmu-ilmu campuran. Ilmu campuran disitu ialah mereka bukan
ahli dalam satu bidang melainkan banyak bidang. Jadi kendati terdapat keahlian
bidang-bidang keahlian dalam akademi indilogie seperti geografi sosial, antropologi,
sosiologi, etnologi, filosofi, studi islam, hukum adat dan linguistic, pada masa nya
seorang indolog menguasai banyak bidang sedang mata kuliah sejarah masih
bergabung dalam semua mata kuliah tersebut sebelum mendirikan jurusan sejarah dan
filsafat tahun 1940 (NasiwanY. S., 2016).

- Sesuai dengan sifatnya ilmu sosial versi indilogi knowledge is power manakala
kelompok disiplin ilmu itu kian identic dengan ilmu Negara yang mengabdikan
dirinya untuk kepentingan kekuasaan dan jika perlu harus masuk kedalam birokrasi
pemerintah colonial.

- Ilmu sosial Indonesia generasi pertama ini hampir terdiri dari para ilmuan sarjana
belanda yang ilmunya sampai saat ini masih berpengaruh seperti J.H Boeke ( teori
ekonomi ganda) Van Volenhoven (hukum teori adat) dan lain sebagainya.

Bagaimanapun perkembangan indilogie merupakan tonggak awal perkembangan


ilmu pengetahuan sosial yang membangun sebuah aspirasi, proposisi dan pencarian
legitimasi. Aspirasi yang dimaksudkan adalah untuk mengetahui kehidupan
masyarakat indonesia khususnya ketika zaman penjajahan. Kemenangan kemerdekaan
indonesia sebenarnya bukan karena kemenangan di medan perang melainkan juga
karena perkembangan ilmu pengetahuan.

4
b. Ilmu sosial Developmentalis
Semenjak terjadinya perang dunia ke II peradaban ilmu indonesia yang berkiblat
indilogie menjadi berkiblat ke AS. Ketika indonesia setelah dijajah banyak sekali
perubahan khususnya di bidang politik. Salah satunya adanya penggusuran
masyarakat belanda dimana pihak- pihak belanda yang berada di indonesia dilakukan
sterilisasi dari pihak-pihak belanda tak lain masyarakat belanda yang bekerja di
perguruan tinggi di indonesia mereka melakukan pemberhentian. Terputusnya
hubungan antara belanda dengan indonesia membuat banyak terjadi perubahan
khususnya di bidang peradaban ilmu. Peradaban ilmu saat itu menjadi berkiblat ke AS
karena setelah perang dunia I AS adalah Negara adidaya. Berkembangnya kawasan
studi sebagai salah satu strategi penting dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial
meskipun tak lain didalamnya juga terdapat kepentingan- kepentingan ideologi global.
Di Indonesia sendiri karena pengaruh The Social Science Research Council yang
dibentuk oleh AS setelah perang dunia ke II membuka jalan kerjasama antara kedua
Negara tersebut dengan melakukan pertukaran mahasiswa.
Studi di kawasan Asia Tenggara khususnya indonesia mendapat perhatian
khusus terhadap AS sebab tidak ada Negara di kawasan Asia Tenggara selain
Indonesia yang oleh AS banyak sekali menggelontorkan dana. Dana tersebut tidak
hanya digunakan untuk pembangunan melainkan digunakan untuk pertukaran di
bidang pendidikan kemudian untuk tujuan riset. Di Bidang pendidikan AS dengan
Indonesia melakukan pembiayaan mengenai bagi para doctoral yang kemudian
membuat disertasi dan tidak hanya sebatas itu saja melainkan juga nantinya
menerbitkan buku yang di Indonesia digunakan sebagai rujukan.
Dengan demikian ilmu sosial di indonesia secara lambat tahun tetapi pasti
mulai bergeser dari tradisi indologie yang berorientasi eurosentrisme ke ilmu sosial
developmentalis ,yang berorientasi AS (Nasiwan Y. S., 2016, p. 23). Erat kaitannya
dengan butir di atas, studi kawasan (dalam hal ini Asia Tenggara, khususnya
Indonesia) merupakan unit kajian yang dapat ditarik ke dalam orbit akademik dan
sekaligus ideologi politik AS. Di situ ilmuwan sosial bekerja secara bersama-sama
menangani masalah-masalah pembangunan ekonomi secara komprehensif, terutama
dengan mengadopsi teori-teori modernisasi sebagai mainstreamnya.

5
Konsep-konsep utama dalam teori modernisasi mempertegas pembagian dua dunia.
Kalau pra PD II hanya ada dua dunia: penjajah dan rakyat jajahan, dikotomi baru
berasal dari teori modernisasi ialah: dunia tradisional-modern, yang berakar pada
konsep-konsep klasik sosiologi seperti gemeinschaft- geselschaft (Tonnies),
solidaritas mekanis-solidaritas organik (Durkheim), folk-urban (Redfield), agraris dan
industrial, maju dan terbelakang(Gunder Frank)dan seterusnya (Zed, 2014). Konsep
Konsep tersebut menjadi alat analisis yang digemari, tetapi sekaligus juga
mencerminkan titik perhatian mereka terhadap masalah-masalah pembangunan‘ di
negara Dunia Ketiga (Belakangan citra hierarkhis dari “Dunia Ketiga diubah
sedemikian rupa menjadi lebih egaliter: Tiga Dunia”). Menurut Utrecht, 1973;
Wertheim, 1984 dalam (Zed, 2014) Kalangan ilmu sosial Marxist umumnya sudah
lama mencurigai teori-teori modernisasi, termasuk yang dikembangkan AS di
Indonesia sebagai ilmu borjuis‘ dan ahistoris .

Pertengahan 1960-an, ilmu sosial yang ada di Indonesia tak lain ialah ilmu sosial
yang diperkenalkan oleh sarjana Amerika di universitas-universitas di negerinya dan
dibawa ke Indonesia dalam kerangka kerjasama riset dan pengembangan ilmu sosial
di Indonesia. Termasuk ke dalam jaringan ini antara lain ialah didirikannya pusat-
pusat pelatihan ilmu sosial di beberapa tempat di Jawa dan luar Jawa. Implikasi
teoretis-metodologis dari kecenderungan ini amatlah besar pengaruhnya terhadap
perkembangan selanjutnya. Pendidikan lanjutan yang mereka peroleh, seperti juga
pergaulan akademik internasional mereka pada periode yang lebih kemudian,
membuat watak indologie semakin menghilang, dan sejak itu digantikan oleh
mainstream ilmu sosial developmentalis yang menjadi pusat gravitasi baru dalam
khazanah pengembangan ilmu sosial Indonesia (Zed, 2014).

6
c. Ilmu sosial Kontemporer Indonesia

Penggunaan istilah kontemporer hanyalah digunakan atau merujuk perkembangan


dan kemajuan ilmu sosial pada saat orde baru dan sesudahnya. Pada pertengahan
pertama 1960-an belum bisa berbicara tentang statistik perkembangan ilmu sosial
Indonesia, baik mengenai profesi ataupun komunitas ilmuwan sosialnya, maupun
lembaga penelitian dan pendidikan ilmu-ilmu sosial yang lebih profesional. Namun
sejak awal Orde Baru, memasuki tahun 1970 an sejalan dengan pulangnya sejumlah
sarjana ilmu sosial yang menyelesaikan studi mereka di luar negeri, tampaknya
hal-hal penting. Menurut (Zed, 2014) perkembangan ilmu sosial pada tahun 1980-an
yaitu:
Mengamati perkembangan ilmu sosial sampai tahun 1980-an, orang
pada umumnya berpendapat bahwa tingkat dukungan dan minat
pemerintah terhadap ilmu sosial di Indonesia melebihi negara mana
pun di Asia Tenggara. Peluang ini dalam satu dan lain haljelas
merupakan buah yang telah disemaikan sejak tahun 1950- an, ketika
ilmu sosial developmentalis makin mengikis tradisi ilmu sosial
kolonial alias indologie.

Berikut beberapa hal menarik pada masa perkembangan ilmu sosial kotemporer:
- Semakin banyaknya minat sarjana luar negeri yang semakin tertarik
mempelajari indonesia. Pertama diawali oleh AS, Australia, Ingris, Prancis, jerman
dan belakangan ini juga di Swedia dan Jepang. Bersamaan dengan kecenderungan di
atas, ada dua gejala unik yang perlu dicatat: pertama masuknya kembali generasi baru
peneliti Belanda yang sudah tercerahkan‘ dalam paradigma baru dalam werkgroep
Indonesia studies dengan sejumlah bidang studi (vakgroep) di berbagai universitas
Belanda, menggantikan mantel lama, indologie (Zed, 2014) Dengan hal tersebut
terciptanya hubungan antara kawasan Asia Tenggara karena pada saat sebelum PD II
belum mengenal kerjasama tersebut.

7
- Tingginya kadar ‘parokhial’ antar disiplin ilmu yang terorganisasi dalam
lembaga atau rumpun ilmu sosial, baik ke luar mau ke dalam. Ke luar, maksudnya
klaim keabsahan pembagian ilmu pengetahuan modern ke dalam tiga locus yang
secara instrinsik dianggap berbeda: rumpun ilmu alam, ilmu sosial dan ilmu
kemanusiaan (humaniora). Di lembaga pendidikan tinggi, masing-masing cenderung
melihat diri mereka sebagai berbeda dan membuat sekat-sekat yang tinggi satu sama
lain (Zed, 2014).
Ke dalam maksudnya perbedaan di antara rumpun displin ilmu-ilmu sosial
(dalam bentuk jamak). Keduanya sama parahnya karena masing-masing saling
mengabaikan dan bahkan melecehkan satu sama lain, sehingga terjadi apa yang
digambarkan oleh Burke (2005) sebagai dialog ‘si tuli’, suatu fenomena klasik yang
rupanya juga terjadi Barat. Lebih celaka lagi, kelompok yang satu cenderung
memandang rendah yang lain, atau kalau bukan demikian, yang satu merasa lebih
hebat dari yang lain. Ahli sejarah atau mahasiswa sejarah, misalnya, seringkali
dilecehkan dengan mengaggap pekerjaan mereka hanyalah sebagai tukang kumpul
fakta-fakta (facts-collector), mengurus manusia yang telah mati; pekerja ilmu
amatiran yang rabun, karena tidak mempunyai teori. Ini mengingatkan kita pada
ejekan Herbert Spencer yang mengatakan bahwa sejarawan hanyalah tukang angkat
batu (fakta) yang akan digunakan sosiologiwan untuk membuat bangunan. Sebaliknya
banyak sejarawan yang memandang ilmuwan sosial sebagai orang yang suka
menggunakan jargon-jargon yang kabur untuk menyatakan hal-hal yang sudah jelas;
tidak memiliki sense waktu dan tempat, membenamkan individu ke dalam
kategori-kategori umum yang kaku. Maka untuk menutup semua ini, mereka
menyebut kegiatan mereka sebagai hal yang ‘ilmiah’. Dibeberapa tempat di
Indonesia, para dosen dan mahasiswa fakultas tertentu ramai ramai ikut mendesak
agar pindah ke atau bergabung dengan fakultas lain karena beberapa alasan praktis,
tidak nyaman di rumah yang lama, antara lain merasa ijazah cap fakultas mereka yang
lama kurang ‘bonafide’ atau kurang dihargai oleh pemerintah atau biro pelayanan
tenaga kerja. Jadi berkaitan dengan masalah praktis dari segi kelembagaan atau
organisasi ilmu pengetahuan (Nasiwan Y. S., 2016)

8
- Erat kaitannya dengan butir di atas, ialah kecenderungan ahistoris ilmuwan
sosial Indonesia kontemporer seperti yang disinyalir oleh Arif Budiman beberapa
tahun lalu.1 Ciri ini jelas merupakan penyimpangan atau bahkan kemersotan dua
tipologi ilmu sosial sebelumnya, baik indologi maupun ilmu sosial developmentalis
sejak semula sangat kuat dalam apresiasi sejarah mereka. Ini tidak hanya berlaku di
kalangan para perintis seperti Geerzts dan Ben Anderson dan lain-lain, tetapi juga di
kalangan generasi pertama ilmuwan sosial Indonesia sendiri seperti Selo Soemardjan
dan juniornya Harsja Bachtiar (sosiologi), Sayogyo (sosiologi pertanian),
Kuntjaraningrat (antropologi), Sumitro Djojohadikusumo (ekonomi), dan tentu saja
juga Soekmono (arkeologi) untuk menyebut beberapa di antaranya (Zed, 2014).

- Perangkap ideologi dalam kajian ilmu sosial kontemporer. Para ilmuwan sosial
di negara-negara Dunia Ketiga, yang notabene adalah bekas negeri jajahan seperti
Indonesia lambat laun mulai sadar dan merasa malu bahwa mereka terlalu lama hidup
sebagai sarjana imitasi‘ (Ignas, 1987). Dengan demikian, pengalaman-pengalaman
baru dalam pembangunan (modernisasi) dan praktek ilmu sosial developmentalis,
menimbulkan ketidakpuasan intelektual yang baru pula. Dalam situasi yang paradoks
seperti itu,di manakah sesungguhnya tempat ilmu ilmu sosial (dalam bentuk jamak)
Indonesia, khususnya di tengah perkisaran sejarah bangsa yang dilanda krisis
multidimensi berkepanjangan dewasa ini, yang notabene berada pada pergantian
zaman: pergantian abad, pergantian melinium, pergantian rejim, pergantian paradigma
dan seterusnya. Atas dasar itu, maka kiranya tidak mudah untuk mengidentifikasi
gambaran monolitik tentang ilmu sosial Indonesia hari ini, yang masih sedang
berlangsung dan tengah mencari legitimasi-legitimasi baru, sepertiyang tampak dari
wacana ‘indigenisasi’ ilmu sosial Indonesia akhir-akhir ini (Zed,2014)

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah perkembangan teori sosial Indonesia terbagi menjadi beberapa fase yaitu
ilmu sosial colonial(indologi), ilmu sosial developmentalis dan ilmu sosial
kotemporer. Perkembangan ilmu sosial di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh
tahun saja melainkan bagaimana penyebaranya dan sosok yang mempengaruhi juga
berpengaruh terhadap perkembangan teori sosial Indonesia. Selain itu pada
perkembangan Indilogie dipengaruhi oleh rezim Belanda dimana mereka telah lama
menjajah indonesia sehingga mereka dapat mempengaruhi perkembangan ilmu sosial
yang ada di Indonesia. Pada masa ilmu sosial developmentalis dipengaruhi oleh AS
karena pada saat setelah terjadi perang dunia AS adalah Negara yang menjadi kiblat
peradaban ilmu dimana juga hal ini dipengaruhi oleh ideologi politiknya. Pada saat
kotemporer merupakan istilah yang digunakan setelah orde baru dimana masyarakat
mulai sadar tentang pentignya indigenisasi teori sosial Indonesia di buktikan mulai
berkembangnya ilmuan-ilmuan yang membuat pemikiran mengenai teori sosial
indonesia yang bersifat keIndonesiaan.

B. Saran
Ilmu sosial yang ada di Indonesia saat ini mengalami kemandegan. Sebagai
seorang yang bergelut di dalam dunia pendidikan seharusnya kita bisa turut serta
dalam mengembangkan teori-teori dari cendekiawan indonesia, Agar teori teori sosial
di indonesia lebih berkembang dan bisa lebih baik lagi. Pembuatan makalah ini
diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi para pembacanya sehingga semakin
banyak orang yang tau mengenai kondisi ilmu sosial yang ada di Indonesia
diharapkan juga semakin banyak yang mengerti bagaimana
cendekiawan-cendekiawan Indonesia telah memikirkan ilmu sosial yang bersifat
keIndonesiaan.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.scribd.com/document/3
75022977/makalah-perkembangan-teori-sosial-di-indonesia&ved=2ahUKEwig26-h86LzAh
WCbX0KHfYyB9cQFnoECC8QAQ&usg=AOvVaw2Th5KcJiakTU0S8oMT0MyH

11

Anda mungkin juga menyukai