Makalah Bimbingan Konseling 4 Materi 4
Makalah Bimbingan Konseling 4 Materi 4
TENTANG
OLEH KELOMPOK 4:
DOSEN PENGAMPU:
JURUSAN PAI
SYEKH BURHANUDIN
1443 H/2021 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah ‘Azza wa jalla atas segala
nikmat yang telah diberikan kepada kita semua sehingga kita masih bisa menikmati
kehidupan sampai saat sekarang ini dan kami dapat menyelesaikan makalah kami.
Shalawat dan salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi besar Muhammad
Shalllallahu ‘alaihi wasallam yang telah membawa kita dari zaman yang tidak
berilmu pengetahuan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan yang kita
rasakan pada saat sekarang ini.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
bimbingan dan konseling islam yang telah membimbing kami dalam penulisan
makalah ini. Ucapan terima kasih kami juga ucapkan kepada semua pihak yang
memberikan bantuan untuk menyelesaikan makalah kami.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
i
DAFTAR ISI
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................3
A. Kesimpulan .........................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam
berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak
para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang
landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak
bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya..
1
dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak
langkah bimbingan dan konseling.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling
Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2008). h. 2
2
Ibid, h. 4-5
3
memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan
ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak
didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran
terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya
adalah individu yang dilayaninya (klien).
Oleh karena itu, dalam upaya penanggulangan dan perbaikan atas nama
bimbingan konseling, perlu adanya pemahaman yang lebih tentang landasan
bimbingan konseling khususnya bagi para konselor. Melalui tulisan ini akan
dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pilar pijakan dalam setiap gerak
langkah konselor.3
Secara teoretik ,berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum
terdapat tiga aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan
konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan social budaya.
Selanjutnya dibawah ini akan di jelaskan dan digambarkan secara sederhana dari
masing-masing landasan Bimbingan dan Konseling tersebut :
3
Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di sekolah (Bandung : YRAMA WIDYA,
2012). h. 16
4
1. Landasan Filosofis
4
Syamsu Yusuf, A. Juntika Narihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012). h. 108
5
Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan
memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
2. Landasan Psikologis
c. Perkembangan individu
5
Ibid, h. 158
6
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya
individu sejak masa konsepsi (pranatal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi
aspek fisik dan psikomotrik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial.
d. Belajar
Merupakan salah satu konsep yang paling dasar dalam psikologi. Manusia
belajar untuk hidup.
e. Kepribadian
3. Landasan Sosial-Budaya
Sekolah tidak dapat melepaslan diri dari situasi kehidupan masyarakat, dan
mempunyai tanggung jawab untuk membantu para siswa atau peserta didik baik
sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai suatu lembaga
pendidikan formal, sekolah bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan
siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat serta dan mampu memecahkan
berbagai masalah yang dihadapinya.
Setiap anak sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya
tetapi tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan budaya itu menghendaki agar ia
7
mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat
diterima dalam budaya tersebut.6
4. Landasan Religius
1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan.
2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perkehidupan manusia berjalan
kea rah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal
suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dan
meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan
pemecahan maalah individu.
5. Landasan Ilmiah Teknologis
8
ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan konseling mempunyai objek kajiannya sendiri,
metode penggalian yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.
Salah satu ilmu dan perangkat teknologi yang berkembang dewasa ini, yaitu
computer dimanfaatkan pula dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Sejak tahun
1980-an peranan computer telah banyak dikembangkan. Bidanng yang banyak
memanfaatkan computer adalah bimbingan dibidang karir dan bimbingan atau
konselor pendidikan.
6. Landasan Pedagogis
7
Sutirna. Bimbingan dan Konseling (Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal).
(Yogyakarta : CV. Andi Press, 2012). h. 48
9
Artinya bahwa pengembangan individu (peserta didik/mahasiswa) di jalur
pendidikan formal, non formal dan informal hanya akan berkembang optimal jika
hanya jika seluruh rangkaian kegiatan pendidikan berjalan dengan optimal, yaitu
penyelenggaraan pendidikan, pengajaran dan bimbingan.
Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: Philos berarti cinta dan
sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan.
Sikun pribadi mengartikan filsafat sebagai suatu “usaha manusia untuk memperoleh
pandangan atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa makna hidup manusia
dialam semesta ini”.8
Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana
apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan
berkemampuan untuk melakukan sesuatu. Dengan memahami hakikat manusia
tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang
dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan
kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh
manusia dengan berbagai dimensinya.
1. Bimbingan hendaknya didasarkan pada pengakuan akan keilmuan dan harga diri
individu (klien) dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.
2. Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan. Artinya
bimbingan merupakan bagian integral dalam pendidikan.
8
Syamsu Yusuf, A. Juntika Narihsan Op, cit. h. 106
10
3. Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang meminta bantuan
atau pelayanan.
4. Bimbingan bukan prerogratif kelompok khusus profesi kesehatan mental.
Bimbingan dilaaksanakan melalui kerjasama, yang masing-masing bekerja
berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri.
5. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi
dirinya.
6. Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisasi,
personalisasi dan sosialisasi.9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
Henni Syafriana Nasution, Abdillah, Bimbingan Konseling “Konsep, Teori dan Aplikasinya”
(Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2019). h. 25
11
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan
faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor
selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling.
Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan
fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi
yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian
pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi
atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan
bimbingan dan konseling itu sendiri.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.
12
DAFTAR PUSAKA
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses Bimbingan Dan
Konseling Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008)
Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Edisi revisi, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2004)