Anda di halaman 1dari 28

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1
BAB 1 PENDAHULUAN 2
1.1 Latar Belakang 2

1.2 Rumusan Masalah2

1.3 Tujuan Makalah 2

BAB 2 PEMBAHASAN 3
2.1. Definisi Pemerintah Daerah 3

2.2. Sejarah Pemerintahan Daerah di Indonesia. 12

2.3. Asas-Asas Pemerintahan Daerah 19

2.4. Pemerintahan Daerah dalam UUD NRI Tahun 1945 22

BAB 3 KESIMPULAN 26
DAFTAR PUSTAKA 27

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam suatu negara akan sangat sulit untuk dikelola dengan hanya satu pemerintahan pusat atau
secara sentralisasi pastilah terdapat daerah-daerah yang menjadi bagian dari negara tersebut.
Dengan adanya daerah suatu pemerintahan bisa dijalankan dengan efektif karena akan ada
pengawasan yang menjurus atau spesifik pada seuatu daerah sehingga memperkecil
kemungkinan adanya salah satu daerah yang luput dari pengawasan pemerintah. Apalagi untuk
negara yang luas seperti Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke dan dibatasi
oleh lautan karena merupakan negara kepaluan, sistem daerah ini akan menjadi seolah-olah satu-
satunya jalan untuk memberikan pengawasan kepada seluruh pulau yang menjadi daerah
kedaulata demi terciptanya pemerataan pembangunan pada seluruh Kawasan di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sebagai sistem yang dianut oleh Indonesia sudah tentu akan diatur dalam
landasan konstitusional dari Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 karena merupakan hal yang krusial untuk diawasi demi terwujudnya kesejahteraan
masyarakat sebagai kedaulatan tertinggi di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Akan menjadi
pertanyaan dimana dan bagaimana kedudukan Daerah termasuk Pemerintahannya yang
merupakan komponen penting dalam Hukum Tata Negara dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, maka akan dibahas pada makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa Definisi dari Pemerintahan Daerah?
1.2.2. Bagaimana Sejarah dari Pemerintaha Daerah di Indonesia?
1.2.3. Apa Saja Asas yang Digunakan dalam Pemerintah Daerah?
1.2.4. Dimana Diatur Pemerintahan Daerah dalam UUD NRI 1945?
1.3. Tujuan Makalah
1.3.1. Mengetahui Definisi dair Pemerintahan Daerah.
1.3.2. Mengetahui Bagaimana Sejarah dari Pemerintahan Daerah.
1.3.3. Mengathui Asas yang Digunakan dalam Pemerintahan Daerah.
1.3.4. Mengetahui Dimana Diatur Pemerintahan Daerah dalam UUD NRI 1945.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Pemerintahan Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintahan


Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan
daerah ini sendiri merujuk pada Undang-Undang yang sama terdiri dari Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintaha Daerah Kabupaten/Kota yang terdiri atas Kepala Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dibantu oleh perangkat daerah.

Dalam pembagian kekuasaan Indonesia menganut asas desentralisasi. Desentralisasi adalah


penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan
Asas Otonomi. jadi pemerintahan tidak terpusat di ibu kota atau pusat pemerintahan saja, tetapi
tersebar di setiap daerah. Di Indonesia setiap daerahnya menggunakan sistem otonomi daerah
sehingga daerah tersebut. Hal itu terlihat pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang
menyatakan bahwa Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas Otonomi adalah prinsip dasar
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan Otonomi Daerah. Walaupun dikatan sebagai
memberikan kekuasaan secara mandiri kepada suatu daerah kepada pemerintah daerah dalam
memerintah daerahnya sendiri, tidak semua dapat menjadi urusan dari pemerintah daerah karena
masih ada pertimbangan. Masih banyak hal yang menjadi urusan pemerintah pusat seperti
menurut Pasal 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 meliputi:

a. Politik Luar Negeri


b. Pertahanan
c. Keamanan

3
d. Yustisi
e. Fiskal Dan Moneter
f. Agama

Yang merupakan urusan yang digolongkan sebagai urusan pemerintah absolut yang tidak akan
dilimpahkan ke pemerintah daerah. Urusan yang akan dilimpahkan kepada Pemerintahan Daerah
disebut urusan pemerintah konkruen ang menjadi wewenang daerah terdiri atas urusan
pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. yang meliputi:

Urusan berhubungan dengan pelayanan dasar yaitu:

a. Pendidikan
b. Kesehatan
c. Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
d. Perumahan Rakyat Dan Kawasan Pemukiman
e. Ketentraman
f. Ketertiban Umum
g. Perlindungan Masyarakat
h. Sosial.

Untuk urusan pemerintah yang tidak berhubungan dengan pelayanan dasar seperti:

a. Tenaga kerja
b. Perlindungan perempuan dan anak
c. Pangan, pertahanan, lingkungan hidup
d. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
e. Pemberdayaan masyarakat dan desa
f. Pengendalian penduduk dan keluarga berencana
g. Perhubungan
h. Komunikasi dan informatika
i. Koperasi (usaha kecil menengah)
j. Penanaman modal
k. Kepemudaan dan olahraga

4
l. Statistik
m. Persandian
n. Kebudayaan
o. Perpusatakaan
p. Kearsipan

Selain itu ada pula urusan pemerintah pilihan yaitu kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian,
kehutanan, energi dan sumber daya mineral, perdagangan, perindustrian, transmigrasi. Urusan
pemerintahan absolut adalah urusan yang diurus oleh pemerintah pusat secara spesifik
merupakan urusan atau wewenang presiden sebagai kepala pemerintahan yang meliputi:

a. Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka memantapkan


pengalaman pancasila, pelaksanaan UUD NRI Tahun 1945, pelestarian Bhineka Tunggal
Ika, serta pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan NKRI.
b. Pembinaan persatuan dan kesatuan di suatu negara.
c. Pembinaan kerukunan antar suku dan intra suku, umat beragama, ras, dan golongan
lainnya guna mewujudkan stabilitas keamanan lokal, regional, dan nasional.
d. Penanganan konflik sosial yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
e. Koordinasi pelaksanaan tugas antar instasi pemerintahan yang ada di wilayah daerah
provinsi dan daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan, potensi, serta keanekaragaman daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Pengembangan demokrasi kehidupan berdasarkan Pancasila.
g. Pelaksanaan semua urusan pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan daerah dan
tidak dilaksanakan oleh instansi vertikal.

Maka dari itu akan ada keseimbangan dalam pemeritahan sehingga mampu terciptanya
demokrasi yang seadil-adilnya dengan hukum yang ditegakkan seadil-adilnya dan upaya
seteguh-teguhnya dalam menyejahterakan rakyat dan menjauhkan pemerintah dari
absolutisme.

5
Pemerintahan daerah tentu saja bukan hanya terdiri dari gubernur saja karena memiliki
berbagai macam jajaran dan daerah tingkat. Terdapat Daerah Tingkat I yang disebut dengan
Provinsi yang dibantu menjalankan pemerintahannya oleh DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah) yang menciptakan peraturan di Provinsi tersebut dan adapula Daerah Tingkat II yang
disebut dengan Kabupaten/Kota, tetapi sebelum memasuki pembahasan selayaknya perlu
dipahami terlebih dahulu bahwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 Poin keetiga
bahwasanya yang termasuk pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Secara lebih lanjut dan
terperinci akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Pemerintah Daerah Provinsi (Daerah Tingkat I)

Yang terdiri atas Gubernur yang dibantu oleh seorang wakil gubernur dan Perangkat Daerah,
yang meliputi Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah yang meliputi
Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah. Dimana teradapat pula Dewan
Perwakilan Daerah dalam Pemerintahan Provinsi, dalam pemerintahan Provinsi tidak bisa
dikatakan DPRD adalah bawahan dari Gubernur karena kedudukan mereka setara dimana
Gubernur sebagai Lembaga eksekutif dan DPRD sebagai Lembaga legislatifnya dimana kedua
Lembaga tersebut dipilih langsung oleh rakyat dalam pemilu kewenangan dari Gubernur dapat
dijabarkan sebagai berikut menurut PP Nomor 38 Tahun 2018 gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat memiliki wewenang:

a. Membatalkan peraturan daerah kabupaten/kota;


b. Memberikan penghargaan atau sanksi kepada bupati/wali kota terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
c. Menyelesaikan perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintah antardaerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;
d. Memberikan persetujuan terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang
pembentukan dan susunan perangkat daerah kabupaten/kota; dan
e. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6
Selain berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut Gubernur memiliki kewenangan:

a. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Pusat atas usulan dana alokasi khusus pada
daerah kabupaten/kota di wilayahnya;
b. melantik bupati/wali kota;
c. melantik kepala instansi vertikal dari kementerian dan lembaga pemerintah
nonkementerian yang ditugaskan di wilayah provinsi yang bersangkutan kecuali untuk
kepala instansi vertikal yang melaksanakan urusan pemerintahan absolut dan kepala
instansi vertikal yang dibentuk oleh kementerian yang nomenklaturnya secara tegas
disebutkan dalam UUD 1945.

Namun tidak lupa sebagai perwakilan pemerintan pusat di Provinsi seorang gubernur juga
melakukan pengawasan pada provinsi yang ia pimpin memperhatikan Lembaga-lembaga di
bawahnya yaitu kepada pemerintahan kabupaten kota, kecamatan, dan desa. Dan menjalankan
selain asas otonomi juga asas dekonsentrasi yang pada Pasal 1 Poin ke 8 Undang-Undnag Nomor
32 Tahun 2004 menyatakan bahwa Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu.

Sedangkan Wakil Gubernur memiliki kewenangan

a. Membantu kepala daerah dalam:

1. Memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah;

2. Mengoordinasikan kegiatan Perangkat Daerah dan menindaklanjuti laporan dan/atau


temuan hasil pengawasan aparat pengawasan;

3. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dilaksanakan


oleh Perangkat Daerah provinsi bagi wakil gubernur; dan

4. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan oleh


Perangkat Daerah kabupaten/kota, kelurahan, dan/atau Desa bagi wakil bupati/wali kota;

7
b. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam pelaksanaan
Pemerintahan Daerah;
c. Melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah menjalani masa
tahanan atau berhalangan sementara;
d. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan Tugas dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah:

a. Membentuk Peraturan Daerah bersama Gubernur;


b. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan Peraturan Daerah mengenai APBD
yang diajukan oleh Gubernur;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan APBD;
d. Mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian Gubernur dan/atau Wakil Gubernur
kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan pengesahan
pengangkatan dan/atau pemberhentian;
e. Memilih Wakil Gubernur dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Gubernur;
f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana
perjanjian internasional di daerah;
g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh
pemerintah daerah;
h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Gubernur dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
i. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan
pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;
j. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
k. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Perangkat Daerah dibentuk oleh masing-masing Daerah berdasarkan pertimbangan karakteristik,


potensi, dan kebutuhan Daerah. Yang terdiri dari ekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga
Teknis Daerah. Kewenangan dari sekretaris daerah yang diambil dalam Peraturan Pemerintah

8
Nomor 38 Tahun 2018 Sekretaris daerah karena jabatannya ditetapkan sebagai sekretaris
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat (Pasal 2 ayat (4) PP ini), sedangkan tugas dari
Lembaga teknis provinsi adalah sebagai sebagaimana dimaksud PP Nomor 8 Tahun 2003 Pasal 6
dalam ayat (2), meliputi bidang penelitian dan pengembangan, perencanaan, pengawasan,
pendidikan dan pelatihan, perpustakaan, kearsipan dan dokumentasi, kependudukan, dan
pelayanan kesehatan. Dinas Daerah Provinsi mempunyai tugas melaksanakan
kewenangan desentralisasi dan dapat ditugaskan untuk melaksanakan penyelenggaraan
wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah Pusat kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah
dalam rangka dekonsentrasi.

2) Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

yang terdiri atas Bupati/Wali kota dan Perangkat Daerah, yang meliputi Sekretariat


Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan. Beberapa sumber
menyebutkan bahwa perbedaan dari kabupaten dan kota terdapat pada wilayah kabupaten yang
relative lebih luas daripada kota tetapi kabupaten atau kota sejujurnya tidak bisa serta merta
dibedakan karena alasan tersebut saja karena biasanya semua memang berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan pemerintah mulai dari pusat hingga Daerah Tingkat I untuk
menamai apa wilayah otonomi yang mekar tersebut, selain itu perlu diingat bahwa Bupati atau
Walikota yang merupakan Lembaga eksekutif dari Kabupaten atau Kota sendiri dipilih secara
langsung oleh rakyat dalam pemilu. Kewenangannya adalah sebagai berikut:

a. Memimpin dalam penyelenggaraan pemerintahan kabupaten daerah berdasarkan atas


kebijakan yang ditetapkan bersama dengan DPRD.

b. Mengajukan atas rancangan peraturan daerah (perda).

c. Menyusun serta mengajukan rancangan perda tentang APBD kepada DPRD untuk
dibahas dan juga ditetapkan secara bersama.

d. Mengusahakan terlaksananya kewajiban daerah

e. Menetapkan perda yang telah memperoleh persetujuan bersama dengan DPRD.

9
f. Mewakili daerahnya baik didalam dan diluar pengadilan, dan bisa menunjuk kuasa
hakum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perudang-undangan, serta

g. Melaksanakan tugas beserta wewenang lain sesuai dengan peraturan perudang-undangan.

Sedangkan tugasnya dirumuskan sebagai berikut:

a. Memimpin setiap pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah


berdasarkan ketentuan peraturan perudang-undangan serta kebijakan yang telah
ditetapkan bersama DPRD.

b. Menyususn serta mengajukan rancangan peraturan daerah (perda) tentang APBD,


rancangan perda tentang perubahan APBD dan juga rancangan perda tentang
pertanggung jawaban terhadap pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama

c. Memelihara kententraman dan juga ketertiban masyarakat, menuyun dan mengajukan


rancangan perda mengenai PRJPD dan rancangan perda tentang PRJMD kepada DPRD
untuk dibahas secara bersama dengan DPRD, serta Menyusun dan juga menetapkan
RKPD.

d. Mewakili daerahnya baik didalam dan diluar pengadilan, dan bisa menunjuk kuasa
hakum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perudang-undangan

e. Mengusulkan pengakatan wakil bupati, dan

f. Melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan kententuan peraturan perudang-undangan.

Tidak lupa walikota bertanggung jawab kepada gubernur dalam menjalankan daerah
kekuasaannya yaitu Kabupaten/Kota.

Kewenangan dan tugas dari wakil walikota

a. Membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah;


b. Membantu kepala daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal di daerah,

10
c. Menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan,
melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan
pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;
d. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan kabupaten dan kota bagi
wakil kepala daerah provinsi;
e. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di
wilayah kecamatan, kelurahan dan/atau desa bagi wakil kepala daerah kabupaten/kota;
f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam penyelenggaraan
kegiatan pemerintah daerah;
g. Melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh kepala
daerah; dan
h. Melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah berhalangan.

Selain itu terdapat jajaran yang sama dengan Provinsi dimana juga terdapat meliputi Sekretariat
Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah yang memiliki kewenangan yang sama, tetapi
hanya berbeda wilayah yang diaturnya jikalau di Pemerintah Provinsi Lembaga-lembaga ini
mengatur Provinsi, pada ranah Kabupaten/Kota lembaga-lembaga ini mengatur ranah
Kabupaten/Kota. Namun terdapat juga daerah tingkat 2 yang penting untuk dibahas yaitu
Kecamatan.

Kecamatan atau yang disebut dengan nama lain adalah bagian wilayah dari Daerah
kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat. Camat diangkat dari seorang Pegawai Negeri Sipil
yang diangkat oleh Bupat atau Walikota karena memiliki pengetahuan teknis tentang
pemerintahan dan memenuhi persyaratan dalam perundang-undangan. Berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah yang secara terperinci
tugas dan wewenang camat diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Kecamatan. Pada Pasal 15 ayat (1). Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya seorang
camat tidaklah sendiri karena dibantu oleh sekretaris camat Sekretaris Camat mempunyai tugas
membantu Camat dalam mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, ketatalaksanaan, kerumahtanggaan, hubungan masyarakat, perlengkapan,
kepegawaian, pengumpulan data, pelaporan, bahan perumusan rencana program, keuangan serta
pemberian pelayanan teknis dan administrasi kepada Camat dan semua unsur di lingkungan

11
Kecamatan. Dimana camat ini sendiri akan mengawasi beberapa desa dalam satu kecamatan.
Desa sendiri adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang
dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa unit permukiman
kecil yang disebut kampung (Banten, Jawa Barat) atau dusun (Yogyakarta) atau Banjar
(Bali) atau jorong (Sumatra Barat). Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain misalnya
Kepala Kampung atau Petinggi di Kalimantan Timur, Klèbun di Madura, Pambakal di
Kalimantan Selatan, dan Kuwu di Cirebon, Hukum Tua di Sulawesi Utara dimana kepala desa
bertanggung jawab pada Camat.

Mengenai wewenang dari Lembaga lainnya antara Provinsi dengan Kabupaten atau Kota
jatuhnya menjadi sama saja, tetapi perbedaan terbesar terdapat pada daerah mana yang diatur,
apabila pemerintah Provinsi maka akan diatur beberapa kota dan kabupaten, sedangkan sebagai
pemerintah Kabupaten/Kota maka akan mengatur beberapa kecamatan, begitu juga dengan
kecamatan yang memerintah beberapa desa dengan perbedaan semakin di bawah daerah tersebut
semakin sempit ruang lingkup wilayah yang diatur.

2.2. Sejarah Pemerintahan Daerah di Indonesia

Sejarah pemerintahan daerah di Indonesia adalah sejarah yang panjang, dalam perjalanan
berkembangnya pemerintahan daerah di Indonesia yang sudah melewati setengah abad terdapat
sekiranya tujuh periode dalam perkembangannya menyesuaikan dengan peraturan umum yang
ditetapkan oleh Undang-Undang.

1. Periode I (1945-1948)

Pada periode ini belum terdapat sebuah undang-undang yang mengatur Pemerintahan


Daerah secara khusus. Aturan yang digunakan adalah aturan yang ditetapkan oleh PPKI. Selain
itu digunakan pula aturan UU No 1 Tahun 1945 yang mengatur mengenai penyelenggaraan
pemerintahan sehari-hari oleh Komite Nasional Daerah. PPKI dalam rapatnya pada 19
Agustus 1945 menetapkan pembagian daerah dan pelaksanaan pemerintahan secara umum
dengan melanjutkan pelaksanaan yang sudah ada. PPKI hanya menetapkan adanya Komite
Nasional di Daerah untuk membantu pekerjaan kepala daerah seperti yang dilakukan di pusat

12
dengan adanya KNI Pusat. Oleh PPKI, secara umum, wilayah Indonesia dibagi menjadi provinsi-
provinsi. Tiap-tiap provinsi dibagi lagi menjadi karesidenan-karesidenan.

Masing-masing provinsi dikepalai oleh  Gubernur. Sedangkan karesidenan dikepalai


oleh Residen. Gubernur dan Residen dalam melaksanakan pemerintahan dibantu oleh Komite
Nasional Daerah. Selebihnya susunan dan bentuk pemerintahan daerah dilanjutkan menurut
kondisi yang sudah ada. Dengan demikian provinsi dan karesidenan hanya sebagai daerah
administratif dan belum mendapat otonomi. Dimana pada tingkat daerah terdapat tingkat daerah
atas dan bawah yang disebut Provinisi dan keresidenan. Selain itu PPKI juga memutuskan
disamping adanya provinsi terdapat pula Kooti (Zelfbestuurende Landschappen/Kerajaan)
dan Kota (Gemeente/Haminte) yang kedudukan dan pemerintahan lokalnya tetap diteruskan
sampai diatur lebih lanjut. Wilayah-wilayah Provinsi yang ada tersebut tidak mencakup wilayah-
wilayah kooti (Zelfbestuurende Landschappen/Kerajaan). Wilayah-wilayah kooti berada di
bawah pemerintahan pusat baik secara langsung maupun melalui perwakilan yang disebut
dengan Komisaris.

Otonomi daerah baru dirintis pada saat keluarnya UU No. 1 Tahun 1945 tentang
Kedudukan Komite Nasional Daerah. UU No. 1 Tahun 1945 menyebutkan setidaknya ada tiga
jenis daerah yang memiliki otonomi yaitu: Karesidenan, Kota otonom dan Kabupaten serta lain-
lain daerah yang dianggap perlu (kecuali daerah Surakarta dan Yogyakarta). Pemberian otonomi
itu dilakukan dengan membentuk Komite Nasional Daerah sebagai Badan Perwakilan Rakyat
Daerah. Sebagai penyelenggara pemerintahan daerah adalah Komite Nasional Daerah bersama-
sama dengan dan dipimpin oleh Kepala Daerah. Untuk pemerintahan sehari-hari dibentuk Badan
Eksekutif dari dan oleh Komite Nasional Daerah dan dipimpin oleh Kepala Daerah.

Mengingat situasi dan kondisi pada masa itu tidak semua daerah dapat membentuk dan
melaksanakan pemerintahan daerah. Daerah-daerah Maluku (termasuk didalamnya Papua), Nusa
Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan bahkan harus dihapuskan dari wilayah Indonesia sesuai
isi Perjanjian Linggajati.

Begitu pula dengan daerah-daerah Sumatra Timur, Riau, Bangka, Belitung, Sumatra Selatan


bagian timur, Jawa Barat, Jawa Tengah bagian barat, Jawa Timur bagian timur, dan Madura juga
harus dilepaskan dengan Perjanjian Renville.

13
2. Periode II (1948-1957)

Pada periode ini berlaku Undang-Undang Pokok No. 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan


Daerah. UU ini adalah UU pertama kalinya yang mengatur susunan dan
kedudukan pemerintahan daerah di Indonesia. Secara umum Indonesia memiliki dua jenis daerah
berotonomi yaitu daerah otonom biasa dan daerah otonom khusus yang disebut dengan daerah
istimewa. Daerah otonom khusus yang diberi nomenklatur "Daerah Istimewa" adalah daerah
kerajaan/kesultanan dengan kedudukan zelfbesturende landschapen atau koorti atau daerah
swapraja yang telah ada sebelum Indonesia merdeka dan masih dikuasai oleh dinasti
pemerintahannya. yang telah ada sebelum Indonesia merdeka dan masih dikuasai oleh dinasti
pemerintahannya. Masing-masing daerah berotonomi tersebut memiliki tiga tingkatan dan
nomenklatur yang berbeda-beda yaitu:

a. Daerah tingkat I dimana nomenklatur daerah otonom biasanya disebut Provinsi


dan khususnya disebut daerah khusus setingkat Provinsi.
b. Daerah tingkat II nomenklatur daerah otonom biasa disebut Kabupaten/Kota
Besar dan khususnya disebut daerah khusus setingkat Kabupaten atau Kota.
c. Daerah tingkat III nomenklatur daerah otonom biasa disebut desa, nagari, atau
nama lain/kota kecil, dengan daerah otonom khusus disebut daerah istimewa
setingkat desa.

Undang-undang menentukan bahwa pemerintahan lokal menggunakan nomenklatur "Pemerintah


Daerah". Pemerintahan lokal terdiri dari Lembaga Legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dan Lembaga Eksekutif yaitu Dewan Perwakilan Daerah. DPRD mengatur dan mengurus
rumah tangga daerahnya. Anggota DPRD dipilih dalam sebuah pemilihan yang diatur oleh UU
pembentukan daerah. Masa jabatan Anggota DPRD adalah lima tahun. Jumlah
anggota DPRD juga diatur dalam UU pembentukan daerah yang bersangkutan. Ketua dan Wakil
Ketua DPRD dipilih oleh dan dari anggota DPRD yang bersangkutan. Sedangkan DPD yang
menjalankan pemerintahan sehari-hari dimana kepala daerah akan sekaligus menjadi ketua DPD.
DPD dipilih oleh DPRD dengan memperhatikan perimbangan komposisi kekuatan
politik dalam DPRD. Masa jabatan anggota DPD sama seperti masa jabatan DPRD yang

14
bersangkutan. Jumlah anggota DPD ditetapkan dalam UU pembentukan daerah yang
bersangkutan.

3. Periode III (1957-1965)

Pada periode ini berlaku Undang-Undang No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan


Daerah yang disebut juga Undang-undang tentang pokok-pokok pemerintahan 1956. UU ini
menggantikan Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1948 dan UU NIT No. 44 Tahun 1950. Secara
umum Indonesia memiliki dua jenis daerah berotonomi yaitu daerah otonom biasa yang
disebut daerah swatantra dan daerah otonom khusus yang disebut dengan daerah istimewa.
Masing-masing daerah berotonomi tersebut memiliki tiga tingkatan dan nomenklatur yang
berbeda-beda yaitu:

a. Daerah tingkat I dimana nomenklatur daerah otonom disebut Daerah Swatantra Tingkat
ke I/Kotapraja Jakarta Rayadan khususnya disebut Daerah Istimewa Tingkat I.
b. Daerah tingkat II nomenklatur daerah otonom biasa Daerah Swatantra Tingkat ke
II/Kotapraja dan khususnya disebut Daerah Istimewa Tingkat ke II
c. Daerah tingkat III nomenklatur daerah otonom biasa Daerah Swatantra Tingkat ke III
dengan daerah otonom khusus disebut Daerah Istimewa Tingkat ke III.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1957 disusun berdasarkan aturan Konstitusi Republik III Pasal
131, 132, dan 133. Namun dalam perjalanan waktu, peraturan tersebut mengalami perubahan
pada 1959 dan 1960 karena menyesuaikan dengan sistem ketata negaraan Republik IV.
Penyesuaian pada tahun 1959 dilaksanakan dengan Penetapan Presiden No. 6 Tahun 1959.
Menurut peraturan itu pemerintahan daerah terdiri dari Lembaga Legislatif ialah DPRD
sedangkan Lembaga Eksekutif adalah Kepala Daerah yang dibantu oleh Badan Pemerintah
Harian (BPH).

4. Periode IV (1965-1974)

Pada periode ini berlaku Undang-Undang No. 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok


Pemerintahan Daerah. UU ini menggantikan Undang-Undang No. 1 Tahun 1957, Penetapan
Presiden No. 6 tahun 1959; Penetapan Presiden No. 2 tahun 1960; Penetapan Presiden No. 5
tahun 1960 jo Penetapan Presiden No. 7 tahun 1965. Menurut UU ini secara

15
umum Indonesia hanya mengenal satu jenis daerah otonomi. Daerah otonomi tersebut dibagi
menjadi tiga tingkatan daerah yaitu:

a. Daerah tingkat I dimana nomenklatur daerah otonom disebut Provinsi/Kotaraya.


b. Daerah tingkat II nomenklatur daerah otonom biasa Kabupaten/Kotamadya
c. Daerah tingkat III nomenklatur daerah otonom biasa Kecamatan/Kotapraja
dengan.

Daerah-daerah yang memiliki otonomi khusus menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1957


boleh dikatakan dihapus secara sistematis dan diseragamkan dengan daerah otonomi biasa.
Selain itu untuk mempersiapkan pembentukan daerah otonom tingkat III maka
dikeluarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 1965 tentang Desapraja Sebagai Bentuk Peralihan
Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di seluruh Wilayah Indonesia yang dalam
artikel ini disingkat menjadi "UU Desapraja". Undang-undang menentukan bahwa pemerintahan
lokal menggunakan nomenklatur "Pemerintah Daerah". Pemerintah Daerah berhak dan
berkewajiban mengatur dan mengurus rumah-tangga daerahnya. Pemerintahan lokal terdiri dari
Lembaga Legislatif yaitu Dewan Perwakilan Daerah dan Lembaga Eksekutif yaitu Kepala
Daerah yang dibantu wakilnya dan Badan Pemerintah Harian.

Masa jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta Anggota BPH adalah 5


tahun. Kepala Daerah adalah pegawai Negara. Kepala Daerah merupakan wakil pemerintah
pusat sekaligus pejabat dalam pemerintahan daerah. Oleh karena itu Kepala Daerah harus
melaksanakan politik pemerintah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
Dalam Negeri menurut hierarki yang ada. Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah serta Anggota BPH diangkat dan diberhentikan oleh:

a. Presiden bagi Daerah tingkat I.
b. Menteri Dalam Negeri dengan persetujuan Presiden bagi Daerah tingkat II.
c. Kepala Daerah tingkat I dengan persetujuan Menteri Dalam Negeri bagi Daerah tingkat
III yang ada dalam Daerah tingkat I.

Anggota BPH bagi masing-masing tingkatan daerah adalah:

a. Bagi Daerah tingkat I sekurang-kurangnya 7 orang.

16
b. Bagi Daerah tingkat II sekurang-kurangnya 5 orang.
c. Bagi Daerah tingkat III sekurang-kurangnya 3 orang.

5. Periode V (1974-1999)

Pada periode ini berlaku Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan


di Daerah. UU ini menggantikan Undang-Undang No. 18 Tahun 1965 yang dinyatakan tidak
dapat diterapkan. Menurut UU ini secara umum Indonesia dibagi menjadi satu macam Daerah
Otonom sebagai pelaksanaan asas desentralisasi dan Wilayah Administratif sebagai
pelaksanaan asas dekonsentrasi.

Tingkatan daerah otonom dan daerah administratif yang secara spesifik dibagi menjadi berikut;

a. Tingkat I Nomenklatur daerah otonomnya disebut dengan Daerah Tingkat I (Dati


I)/Daerah Khusus Ibu kota/Daerah Istimewa.
b. Tingkat II Nomenklatur daerah otonomnya disebut dengan Daerah Tingkat II
(Dati II).

Daerah administratifnya dapat dibagi sebagai berikut:

a. Tingkat I Nomenklatur daerah administratifnya disebut dengan Provinsi/Ibu kota


Negara.
b. Tingkat II Nomenklatur daerah administratifnya disebut dengan
Kabupaten/Kotamadya.
c. Tingkat IIa Nomenklatur daerah administratifnya disebut dengan Kota
Administratif.
d. Tingkat III Nomenklatur daerah administratifnya disebut dengan Kecamatan.

Nama dan batas Daerah Tingkat I sama dengan nama dan batas wilayah Provinsi atau ibukota
negara. Ibu kota Daerah Tingkat I adalah Ibu Kota Wilayah Provinsi. Nama dan batas Daerah
Tingkat II sama dengan nama dan batas Wilayah Kabupaten atau Kotamadya. Ibu kots Daerah
Tingkat II adalah Ibu Kota Wilayah Kabupaten penyebutan wilayah administratif dan daerah
otonom disatukan. Contohnya seperti Daerah Otonom Tingkat I disebut Provinsi Daerah Tingkat

17
I contohnya Provinsi Daerah Tingkat I, untuk wilyah administrative ibu kota negara dan daerah
khusus Ibukota Jakarta Jakarta disebut dengan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Lembaga legislatif yang menjabat pada pemerintahan daerah adalah Dewan Perakilan Rakyat
Daerah dengan Lembaga eksekutif yang menjabat adalah kepala daerah. Kepala Daerah Tingkat
I karena jabatannya adalah Kepala Wilayah Provinsi atau Ibukota Negara disebut dengan
Gubernur begitu pula dengan wakilnya yang disebut Wakil Gubernur. Kepala Daerah Tingkat II
karena jabatannya adalah Kepala Wilayah Kabupaten atau Kotamadya disebut sebagai Bupati
atau Walikota begitu pula dengan wakilnya yang disebut sebagai Wakil Bupati atau Wakil
Walikota. Namun perbedaan dengan sebutan yang ada sekarang dahulu adanya penyatuan antara
sebutan kepala wilayah dengan kepala daerah sehingga menjadi Gubernur Daerah Tingkat I
Kalimantan Tengah.

6. Periode VI (1999-2004)

Pada periode ini berlaku Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
UU ini menggantikan UU No. 5 Tahun 1974. Menurut Undang-Undang ini Indonesia dibagi
menjadi satu macam daerah otonom dengan mengakui kekhususan yang ada pada tiga daerah
yaitu Aceh, Jakarta, da Yogyakarta dan satu tingkat wilayah Administratif. Tiga jenis daerah
otonom adalah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota. Ketiga jenis daerah
tersebut berkedudukan setara dalam artian tidak ada hirearki daerah otonom. Daerah Provinsi
berkedudukan pula sebagai wilayah administratif.

Badan legislatif yang menjabat daerah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Badan Eksekutif
Daerahnya adalah Pemerintah Daerah yang terdiri atas Kepala Daerah dan Perangkat Daerah
kedua Lembaga ini berkedudukan sama. Dengan kepala daerah provinsi disebut Gubernur dan
wakilnya Wakil Gubernur yang merupakan wakil dari pemerintah dan kepala daerah Kota
adalah Walikota dan wakilnya Wakil Walikota yang kesemuanya dipilih oleh rakyat dan setiap
calon gubernur dan calon walikota mencalonkan diri bersama sekaligus wakilnya.

Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa. Pemerintah Desa
terdiri atas Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan perangkat Desa. Kepala Desa
dipilih langsung oleh Penduduk Desa. Masa jabatan Kepala Desa paling lama sepuluh tahun atau

18
dua kali masa jabatan terhitung sejak tanggal ditetapkan. Badan Perwakilan Desa atau yang
disebut dengan nama lain berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Anggota Badan Perwakilan Desa dipilih dari dan oleh
penduduk Desa yang memenuhi persyaratan. Pimpinan Badan Perwakilan Desa dipilih dari dan
oleh anggota. Di Desa dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan Desa dan
ditetapkan dengan Peraturan Desa.

7. Periode VII (2004-Sekarang)

Pada periode ini berlaku Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. UU


ini menggantikan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. Menurut UU ini Indonesia dibagi
menjadi satu jenis daerah otonom dengan perincian Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan daerah
kota. Selain itu Negara mengakui kekhususan dan/atau keistimewaan yang ada pada empat
daerah yaitu Aceh, Jakarta, Papua, dan Yogyakarta. Negara juga mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat (Desa atau nama lain) beserta hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan, dimana terdapat daerah yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Tingkat I dengan sebutan Nomenklatur Daerah Otonomnya disebut Provinsi.


b. Tingkat I dengan sebutan Nomenklatur Daerah Otonomnya disebut
Kabupaten/Kota.

Undang-undang menentukan bahwa pemerintahan lokal menggunakan nomenklatur "Pemerintah


Daerah". Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan
lokal secara umum terdiri dari Lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan
Lembaga Eksekutif yaitu Pemerintah Daerah yang terdiri atas Kepala Daerah dan Perangkat
Daerah dan menyesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah pada Pasal 1 Poin kedua Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan

19
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dan pada poin ketiga dari Undang-Undang dan Pasal yang sama Pemerintah daerah
adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.

2.3. Asas-Asas Pada Pemerintahan Daerah

Saat membicarakan tentang pemerintahan daerah tentu saja tidak bisa dilepaskan dari asas yang
dianutnya yaitu asas otonominya atau disebut juga dengan asas desentralisasinya. Logemann
menyatakan bahwa negara adalah organisasi jabatan-jabatan, struktur jabatan dalam sebuah
negara memiliki hubungan horizontal maupun vertikal. Pembagian jabatan secara horizontal
akan melahirkan sistem pemerintahan, sedangkan pembagian jabatan secara vertical berkaitan
erat dengan hubungan pemerintah Hubungan vertikal ini diselenggarakan dengan asas
dekonsentrasi, asas desentralisasi dan asas medebewind atau tugas pembantuan.

Asas desentralisasi adalah: lawan dari asas sentralisasi asas desentralisasi yang artinya tidak
sentralisasi, berarti ada penyerahan wewenang untuk mengatur berdasarkan inisiatif aparat
pemerintah daerah. Kewenangan untuk mengatur inilah disebut dengan otonomi. Desentralisasi
berarti ada penyerahan wewenang kepada aparat daerah daerah otonum, yang intinya adalah
pembagian kekuasaan. Daerah otonom (Gemeente) merupakan suatu persekutuan penduduk yang
disatukan oleh hubungan setempat atau sedaerah, yang memiliki ciri-ciri:

1) Adanya wilayah atau lingkungan yang lebih kecil dari pada negara.
2) Adanya penduduk yang mencukupi.
3) Adanya kepentingan-kepentingan yang coraknya sukar dibedakan dengan kepentingan
negara.
4) Adanya organisasi yang memadai untuk menyelenggarakan kepentingan-kepentingan itu.
5) Adanya kemampuan untuk menyediakan biaya yang diperlukan.

Kata otonomi berasal dari kata Latin auto = sendiri, nomoi = undang-undang, sehingga otonomi
daerah berarti membuat undang-undang sendiri. Pengertian ini terlalu sempit, karena dalam

20
kenyataanya pemerintah daerah tidak hanya membuat undangundang atau menjalankan fungsi
legislative saja, melainkan menjalankan fungsi penyelenggaraan pemerintahan (eksekutip)
daerah. Dilihat dari sejarah perkembangan pemerintahan daerah, istilah daerah otonom disebut
dengan daerah swatantra dalam UU No.1 Tahun 1957 dan UU No. 18 Tahun 1965, atau swapraja
dalam UU No. 22 Tahun 1948, yang berarti menyelenggarakan pemerintahan sendiri. Tetapi
kemudian dalam UU No. 5 Tahun 1974 dan UU No.22 Tahun 1999 menggunakan nama daerah
otonom., dengan UU No. 32 Tahun 2004 disebut Provinsi dan daerah yang lebih kecil disebut
Kabupaten/Kota.

Asas dekonsentrasi adalah lawan dari asas konsentrasi. Asas konsentrasi berarti seluruh
penyelenggaraan administrasi pemerintahan diselenggarakan oleh pemerintah pusat yang
berkedudukan di ibukota negara. Semua diselenggarakan di pusat. Sedangkan dekonsentrasi
artinya tidak konsentrasi, yang berarti dalam menyelenggarakan pemerintahan, pemerintah pusat
menempatkan pejabat-pejabatnya di daerah yang bertugas sebagai tangan pemerintah pusat di
daerah. Inti dari dekonsentrasi adalah pelimpahan tugas penyelenggaraan atau administrasi saja,
bukan penyerahan wewenang. Sedangkan Asas medebewind atau tugas pembantuan adalah suatu
asas yang memungkinkan pemerintah pusat untuk meminta bantuan aparat pemerintah daerah
otonom untuk mengurus atau melaksanakan urusan pemerintah pusat di daerah. Dengan
demikian, pemerintah daerah otonom hanya bertugas melaksanakan sesuai dengan perintah atau
petunjuk pemerintah pusat.

Ketiga asas penyelenggaraan pemerintahan secara vertikal ini selalu ada terutama dalam negara
yang memiliki wilayah yang luas, termasuk di Indonesia sejak kemerdekaan sampai sekarang.
Yang kemungkinan berbeda-beda adalah: pada substansi wewenang yang diserahkan kepada
pemerintah daerah otonom. Hal ini berkaitan dengan otonomi daerah. Berikut ini dibahas
mengenai ajaran tentang pengisian otonomi daerah. Ada tiga macam ajaran otonomi daerah yaitu
ajaran otonomi materiil, ajaran otonomi formil dan ajaran otonomi riil atau otonomi nyata.

1) Ajaran Otonomi Materiil

Ajaran ini pada pokoknya bertitik tolak pada pandangan bahwa ada perbedaan kakekat yang
prinsipil antara tugas yang dilakukan oleh pemerintah pusat dengan apa yang dilakukan oleh
pemerintah daerah otonom. Urusan yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan yang

21
dapat dikerjakan oleh daerah otonom secara materiil sangat berbeda. Urusan-urusan yang
diserahkan pada daerah otonom harus dirinci dengan tegas dalam undang-undang pembentukan
daerah otonom tersebut, sehingga tidak mungkin untuk ditambah atau dikurangi.

2) Ajaran Otonomi Formil

Ajaran ini adalah kebalikan dari ajaran otonomi materiil yang didasarkan pada pandangan bahwa
tidak ada perbedaan hakiki antara urusan yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat dengan
urusan yang dapat diselenggarakan oleh pemerintah dareah otonum, baik pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat dapat saja melakukan urusan itu, tetapi atas dasar pertimbangan daya
guna dan hasil guna, maka urusan-urusan tertentu diserahkan kepada daerah otonom, dengan
menekankan bahwa urusan itu harus dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan
yang jelas. Jadi, pertimbangan utama ditekankan pada efisiensi dan efektivitas pemerintahan,
kemungkinan untuk menambah atau mengurangi urusan yang diserahkan kepada daerah otonom
tetap ada berdasarkan pertimbangan efisiensi dan efektivitasnya.

3) Ajaran Riil atau Otonomi Nyata

Ajaran ini menekankan pada suatu prinsip bahwa pemberian otonomi kepada daerah otonum
didasarkan atas pertimbangan kondisi nyata, kebutuhan serta kemampuan daerah otonom untuk
menyelenggarakan urusan tertentu, di samping pertimbangan efisiensi dan efektivitas. Penerapan
ajaran ini ditempuh dengan cara pemberian urusan pangkal pada saat terbentuknya daerah
otonum tersebut, kemudian berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keadaan dan kebutuhan
nyata, urusan itu dapat ditambah atau ditarik kembali oleh pemerintah pusat. Prinsip otonomi
nyata sendiri dianut dalam:

 UU No. 1 Tahun 1957 dengan otonomi yang seluas-luasnya.


 UU No.5 Tahun 1974 dengan prinsip otonomi nyata dan bertanggung jawab.
 UU No. 22 Tahun 1999 dengan prinsip otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.
 UU No. 32 Tahun 2004 dengan prinsip otonomi seluas-luasnya.

2.4. Pemerintahan Daerah dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

22
Prinsip Negara Kesatuan dalam UUD 1945 sebelu di amandemen ditentukan dengan regas dalam
Pasal 1 ayat (1) dan dipertegas lagi dalam penjelasan Pasal 18 yang berbunyi sebagai berikut:
“Oleh karena Negara Indonesia itu suatu”eenheidstaat”, maka Indonesia tidak akan mempunyai
daerah dalam lingkungannya yang bersifat” staat”juga. Daerah Indonesia akan dibagi dalam
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi akan bi bagi-bagi pula dalam daerah-daerah yang
lebih kecil. Daerah ini bersifat otonum (streek dan locale rechtgemeenschaps) atau bersifat
administrative belaka, semua menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang”. Prinsip
ini tetap dipegang dalam UUD NRI 1945, dimana Penjelasan UUD 1945 dihapus dan
substansinya dituangkan dalam Batang Tubuh UUD BAB VI PEMERINTAH DAERAH sebagai
berikut:

Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi
itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

(4) Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis

(5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam Undang-Undang.

Pasal 18A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

23
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerahprovinsi, kabupaten,
dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan Undang-undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.

(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang.

Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus
atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-undang.

(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak
tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Sehingga dari Pasal 18, 18A, dan 18B yang ada pada Undang-Undang Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dengan membahas pemerintah daerah maka membuktikan sebarapa
pentingnya pemerintahan daerah yang bahkan menjadi hal yang termasuk dalam hal yang
konstitusional bagi negara ini. Sehingga terbentuklah Undang-Undang di bawahnya yaitu
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menurut Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 hingga Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015.

Undang-undang yang merupakan implementasi dari Perintah Pasal 18 dan 18 A UUD NRI 1945
adalah UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 10 UU No.32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah menentukan:

(1) Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan
menjadi urusan Pemerintah.
(2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-

24
luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan.
(3) Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. Politik luar negeri;
b. Pertahanan;
c. Keamanan;
d. Yustisi;
e. Moneter dan fiskal nasional;
f. Agama.
(4) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan sebagian urusan
pemerintahan kepada perangkat Pemerintah atau wakil Pemerintah di daerah atau dapat
menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa. Dilihat dari
ketentuan Pasal 10 ayat (1, 2 dan 3) UU No.32 Tahun 2004, sering kali orang
menafsirkan bahwa urusan pemerintahan yang lain merupakan kewenangan Pemerintah
Daerah Prinsip Otonomi yang seluas-luasnya dibuka asal Pemerintah Daerah mampu
melaksanakan sesuai dengan prinsip yang ditentukan dalam Pasal 11 UU No.32 Tahun
2004, Kemudian, muncul perubahan pasca gejolak dimasyarakat, dengan kemunculan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, menyangkut pelaksanaan Pasal 18 khususnya Bab Pemerintahan Daerah dalam
UUD NRI 1945 yang menyampaikan adanya Pembagian wilayah Negara Indonesia
dalam undang-undang ini menempatkan desa adalah bagian dari kecamatan dan
mempunyai susunan ketatanegaraan dengan pemerintah daerah yang ada diatasnya.
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah
kabupaten dan kota. daerah kabupaten/kota dibagi atas kecamatan dan kecamatan dibagi
atas kelurahan dan/atau desa. Daerah kabupaten/kota membentuk kecamatan dalam
rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan
pemberdayaan masyarakat Desa/kelurahan. Salah satu tugas dari camat adalah untuk
membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan Desa dan/atau kelurahan. Ketentuan

25
dalam undang-undang ini pengaturan terkait tentang desa dicantumkan dalam BAB
XVIII. Dalam bab tersebut, pengaturan desa hanya terdiri dari dua pasal yaitu Pasal 371
dan Pasal 372. Dalam undangundang ini tidak dijelaskan secara rinci mengenai susunan
pemerintah desa beserta kewenangan-kewenangan yang diberikan. Hal ini sungguh
berbeda apabila melihat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yang mencantumkan pengaturan tentang desa sebanyak 16 pasal dari Pasal 200
sampai dengan Pasal 216. Dalam undang-undang ini sangat sedikit sekali terkait
pengaturan tentang desa (hanya dua pasal). Dalam Pasal 371 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 menyebutkan bahwa pengaturan kewenangan desa dicantumkan dalam
undang-undang terkait dengan desa.

BAB 3

KESIMPULAN

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintahan


Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam
pembagian kekuasaan Indonesia menganut asas desentralisasi. Desentralisasi adalah penyerahan
Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.
jadi pemerintahan tidak terpusat di ibu kota atau pusat pemerintahan saja, tetapi tersebar di setiap
daerah. Urusan pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 yang membedakan antara urusan pemerintah, urusan konkruen, dan
urusan pemerintah absolut. Pemerintah daerah memiliki kewenangan di wilayah yang berbeda
ada yang dinamai Daerah Tingkat I yaitu Provinsi dan Daerah Tingkat II yaitu Kabupaten/Kota
dengan Lembaga legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Daerah Tingkat I sedangkan

26
yang tidak ada di Daerah Tingkat II tetapi tetap saja DPRD akan berkoordinasi dengan
Bupati/Walikota untuk mensejahterakan rakyat.

Pemerintahan daerah memiliki sejarah yang sangat panjang di Indonesia dengan penyempurnaan
sehingga menjadi seperti sekarang yang dapat ditarik kesimpulan terdapat tujuh periode. Asas-
asas yang ada di pemerintah daerah ada asas dekonsentrasi, asas desentralisasi dan asas
medebewind atau tugas pembantuan. Asas-asas inilah yang selalu dipegang oleh Indonesia dalam
menjalankan Pemerintahan Daerah yang dianggap sangat penting di Indonesia bahkan hingga
masuk pada Landasan Konstitusi di Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 tepatnya pada BAB VI Pemerintahan Daerah Pasal 18, 18A, dan 18B.

DAFTAR PsUSTAKA

Syamsudin, Rahman 2019. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta:Kencana.

Yusa, I Gede, dkk 2016. Hukum Tata Negara Pasca Perubahan UUD NRI 1945. Malang:Setara
Press.

Safa’at, Muchamad Ali 2015. Struktur Pemerintahan Daerah.


https://slideplayer.info/slide/3083430/. Diakses pada 16 April 2021 pukul 12.10 WITA.

Santoso, Urip 2014. Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Pertanahan.


https://media.neliti.com/media/publications/58062-ID-kewenangan-pemerintah-kabupatenkota-
dala.pdf. Diakses Pada 16 April 2021 pukul 13.00 WITA.

Humas Sekretarian Republik Indonesia 2018. PP No. 33/2018: Inilah Tugas dan Wewenang
Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat. https://setkab.go.id/pp-no-332018-inilah-tugas-dan-
wewenang-gubernur-sebagai-wakil-pemerintah-pusat/#:~:text=Dalam%20melaksanakan
%20tugas%20sebagaimana%20dimaksud,daerah%3B%20c.%20menyelesaikan%20perselisihan
%20dalam. Diakses Pada 18 April 2021 pukul 13.35 WITA.

27
Bappenas 2008. PP No. 8 Tahun 2003 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.
https://www.bappenas.go.id/id/data-dan-informasi-utama/produk-hukum-peraturan-
perundangan/peraturan-pemerintah/pp-no-8-tahun-2003-tentang-pedoman-organisasi-perangkat-
daerah/#:~:text=(3)Tugas%20tertentu%20Lembaga%20Teknis,%2C%20kependudukan%2C
%20dan%20pelayanan%20kesehatan. Diakses pada 20 April 2021 pukul 20.00 WITA.

28

Anda mungkin juga menyukai