Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AUDITING 1

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

DISUSUN OLEH :
NOR HABIBAH (1901036005)

DOSEN PENGAMPU:
DWI RISMA DEVIYANTI, SE., M.SI., AK, CA,CSRS

KELAS AK/B
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Materialitas dan Risiko Audit” dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu
Dwi Risma Deviyanti, SE.,M.Si.,Ak.,CA,CSRS selaku Dosen mata kuliah Auditing
1 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Samarinda, 29 September 2021

                                                                                                                                                    
                                                                

Nor Habibah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan  ...............................................................................................1
BAB II ISI............................................................................................................................2
1.2.1 Konsep Materialitas dalam Audit.....................................................................1
1.2.2 Pertimbangan Awal dalam Menentukan Materialitas .....................................2
1.2.3 Materialitas pada tingkat laporan keuangan dan tingkat saldo akun ...............4
1.2.4 Hubungan materialitas dengan bukti audit.......................................................4
1.2.5 Resiko audit......................................................................................................5
1.2.6 Hubungan antar unsur resiko............................................................................5
1.2.7 Hubungan antara materialitas,resiko audit dan bukti audit..............................5
1.2.8 Strategi audit awal............................................................................................6
1.2.9 Pendekatan terutama substansif dan resiko pengendalian rendah……………6

BAB III PENUTUP.............................................................................................................7


3.1 Kesimpulan..........................................................................................................7
           
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Materialitas merupakan besarnya nilai yang dihilangkan atausalah saji informasi


akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya,
dapatmengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakankepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau
salah saji itu.
Risiko audit merupakan risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidakmemodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan
yangmengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan
pendapatnya,semakin rendah resiko audit yang auditor bersedia menanggung nya
Materialitas dan resiko audit merupakan konsep penting dalam audit laporan
keuangan karena keduanya memepengaruhi penerapan standar auditing. Khususnya
standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Auditor perlu mempertimbangkan
materialitas dan risiko audit dalam melakukan evaluasi atas temuan yang diperoleh
melalui penerapan prosedur audit tersebut. Oleh karena itu materialitas, risiko dan
strategi audit pendahuluan sangat penting guna memperlancar tugas seorang auditor
serta sebagai bahan pertimbangannya saat melakukan audit.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan konsep materialitas dalam audit?


1.2.2 Bagaimana pertimbangan awal dalam penentuan materialitas?
1.2.3 Materialitas pada tingkat laporan keuangan dan tingkat saldo akun?
1.2.4 Bagaimana hubungan materialitas dengan bukti audit?
1.2.5 Apa yang dimaksud dengan resiko audit?
1.2.6 Bagaimana hubungan antar unsur resiko?
1.2.7 Bagaimana hubungan antara materialitas,resiko audit dan bukti audit?
1.2.8 Bagaimana strategi audit awal?
1.2.9 Bagaimana Pendekatan terutama substansif dan pendekatan resiko pengendalian
rendah?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui :


1.3.1 Konsep materialitas dalam audit
1.3.2 Pertimbangan awal dalam penentuan materialitas
1.3.3 Seperti apa materialitas pada tingkat laporan keuangan dan saldo akun
1.3.4 Hubungan materialitas dengan bukti audit
1.3.5 Definisi resiko audit
1.3.6 Hubungan antar unsur resiko
1.3.7 Hubungan antara materialitas,resiko audit dan bukti audit
1.3.8 Seperti apa strategi audit awal
1.3.9 Pendekatan terutama substansif dan pendekatan resiko pengendalian rendah
1
BAB II
ISI

1.2.1 Konsep materialitas dalam audit

A. Pengertian

  Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas


sebagai : “Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang
,dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang
dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau
terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.”     
Definisi diatas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan-
keadaan yang berhubung dengan perusahaan klien dan informasi yang diperlukan oleh
mereka yang akan mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit. Karena
tanggung jawab menentukan apakah laporan keuangan salah saji secara material,
auditor harus, berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal itu
kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi.
Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau
keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan
prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan beberapa hal
lainnya adalah tidak penting. Auditor mengikuti lima langkah yang saling terkait erat
dalam menerapkan materialitas. Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas:

1. Menetapkan pertimbangan awal materialitas.


2. Mengalokasikan pertimbangan awal materialitas kepada segmen audit.
3. Mengestimasi keseluruhan dalam segmen.
4. Mengestimasi keseluruhan kesalahan.
5. Membandingkan keseluruhan estimasi dengan pertimbangan awal materialitas
yang telah direvisi.

B. Pentingnya Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan Keuangan

Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan
bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan
adalah akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi yang
terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi
yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya
ke dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan,
auditor memberikan keyakinan (assurance) sebagai berikut:
1. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan
dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas,
digolongkan, dan dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti
audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan
pendapat atas laporan keuangan auditan.
2
3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau
memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan
keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah
saji material karena kekeliruan dan ketidakberesan.

Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan oleh
auditor yaitu:

1. Konsep materialitas yang menunjukkan seberapa besar salah sajinya, dan


2. Konsep risiko audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor
untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya
berisi salah saji material.

1.2.2 Pertimbangan awal dalam menentukan materialitas


Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya. Penentuan materialitas ini, yang sering kali disebut dengan
materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang
digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan
audit karena keadaan yang melingkupi berubah, informasi tambahan tentang klien
dapat diperoleh selama berlangsungnya audit. Kemudian audit yang telah
dilaksanakan dapat memastikan bahwa karena sumber pembelanjaan tersebut,
solvabilitas klien dalam periode yang diaudit telah mengalami peningkatan secara
signifikan.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitataif.
Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci
tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab
salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif
material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.
Berikut ini disajikan contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang
dilakukan oleh auditor dalam mempertimbangkan materialitas.
1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
 Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.
 Total aktiva dalam neraca.
 Total aktiva lancer dalam neraca
 Total equitas pemegang saham dalam neraca
2. Faktor kualitatif, seperti:
 Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum
 Kemungkinan terjadinya kecurangan
 Syarat yang tercantun dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan pada
tingkat minimum tertentu.
 Adanya gangguan dalam tren laba
 Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan

3
1.2.3 Materialitas pada tingkat laporan keuangan dan tingkat saldo akun
A. Pada tingkat laporan keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama,
auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat
mengevaluasi bukti audit dalam melaksanakan audit. Pada saat merencanakan audit,
auditor perlu membuat estimasi materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik
antara jumlah dalam laporan keuangan yang di pandang material oleh auditor dengan
jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan
keuangan.
            Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi
kekeliruan atau kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan,
sedemikian signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan
tersebut sesuai prinsip akutansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat
terjadi sebagai akibat penerapan secara keliru prinsip akutansi berterima umum di
Indonesia, penyimpangan dari fakta, atau penghilangn informasi yang diperlukan.
            Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari
satu tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kenyataannya, satiap
laporan keuangan dapat memiliki lebih dari satu tingkat materialitas. Untuk laporan
laba-rugi, materialitas dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba bersih usaha,
laba bersih sebelum pajak, atau laba bersih setelah pajak. Untuk neraca, materialitas
dapat di dasarkan pada total aktiva, aktiva lancar, modal kerja, atau modal saham.

B. Pada tingkat saldo akun


Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep
materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampur adukan dengan istilah saldo
akun material. Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat,
sedangkan konsep materialitas berkaita dengan jumlah salah saji yang dapat
mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan.
            Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus
mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan
keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan audit guna
mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak material secara individual, namun jika
digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang lain, dapat material terhadap
laporan keuangan secara keseluruhan.

1.2.4 Hubungan materialitas dengan bukti audit


Materialitas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi
pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi
hubungan antara materalitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan
saldo akun material harus tetap diperhatikan, karena semakin rendah tingkat
materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan.

4
1.2.5 Resiko Audit
Resiko audit merupakan risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana semestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material. Auditor tidak cukup hanya
menentukan materialitas dengan pertanyaan berikut ini:

Kami akan menerima bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar dan tidak berisi
salah saji material jika:

 Total aktiva tidak mengandung salah saji lebih dari Rp.40.000.000


 Aktiva lancar tidak mengandung salah saji lebih dari Rp.20.000.000

Auditor harus membuat pernyataan lebih lanjut berikut ini:


Kami akan menerima, pada tingkat risiko tertentu, bahwa laporan keuangan disajikan
secara wajar dan tidak berisi salah saji material jika:

 Total aktiva tidak mengandung salah saji lebih dari Rp.40.000.000


 Aktiva lancar tidak mengandung salah saji lebih dari Rp.20.000.000

Risiko audit, dibagi menjadi dua:

1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai


keseluruhan.
2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.

1.2.6 Hubungan antar unsur Resiko


Terdapat tiga unsur risiko audit:
1)      Risiko bawaan : kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait
2)      Risiko pengendalian : risiko terjadinya salah saji material dalam suatu
asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas. Risiko ini ditentukan oleh efektivitas
kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk mencapai tujuan umum
pengendalian intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan
entitas. Risiko pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan
bawaan dalam setiap pengendalian intern.
3)      Risiko deteksi : risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditentukan
oleh efektivitas prosedur audit dan penerapanya oleh auditor.

1.2.7 Hubungan antara materialitas, resiko audit dan bukti audit


Berbagai kemungkinan hubungan anatara materialitas, risiko audit, dan bukti audit
digambarkan sebagai berikut:
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas
dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi
jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit meningkat.

5
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat
menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini:
 Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah
bukti audit yang dikumpulkan.
 Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
 Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat
materialitas secara bersama-sama.

1.2.8 Strategi audit awal


Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan proses audit
adalah mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung
pendapatnya, apakah dalam sebuah hal yang material, laporan keuangan disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Tujuan ini dicapai
dengan mengumpulkan bukti audit tentang asersi yang terdapat dalam laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen. Strategi audit awal dibagi menjadi dua
macam:
 Pendekatan terutama substantif (primarily substantive approach).
  Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah (lower assessed level of control risk
approach).

Unsur Strategi Audit Awal


Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor
menetapkan empat unsur berikut ini:
1. Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.
2. Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.
3.  Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko
pengendalian.
4. Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko
audit ketingkat yang cukup rendah.

1.2.9 Pendekatan terutama substanstif dan pendekatan resiko pengenendalian


rendah

A. Pendekatan Terutama Substantif


Dalam pendekatan ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti
audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakan
kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern.

B. Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah


Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat
kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya
melaksanakan sedikit pengujian substantif.

6
BAB III
PENUTUP

1.3.1 Kesimpulan

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan  perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau
salah saji itu.
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya. Penentuan materialitas ini, yang sering kali disebut dengan
materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang
digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit
karena keadaan yang melingkupi berubah, informasi tambahan tentang klien dapat
diperoleh selama berlangsungnya audit. Kemudian audit yang telah dilaksanakan dapat
memastikan bahwa karena sumber pembelanjaan tersebut, solvabilitas klien dalam periode
yang diaudit telah mengalami peningkatan secara signifikan.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitataif.
Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci
tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab
salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif
material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya,
apakah dalam sebuah hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU).

1.3.2 Saran
Pembaca diharapkan dapat mengetahui dan mempelajari tentang auditing: Materialitas
dan Resiko Audit. Demikian yang dapat saya sampaikan tentang materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangannya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan materi makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, 2002. Auditing edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.


https://docplayer.info/61103045-Konsep-materialitas-dalam-audit-atas-laporan-
keuangan.html
https://pdfcoffee.com/makalah-materialitas-resiko-audit-strategi-audit-pendahuluan-pdf-
free.html
https://www.academia.edu/38499413/Makalah_Materialitas_Dan_Risiko_Audit_docx

Anda mungkin juga menyukai