Anda di halaman 1dari 36

PENELITIAN EPIDEMIOLOGI TENTANG PENYEBARAN PENYAKIT HIPERTENSI DI

KELURAHANSUNGAI BESAR

MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN

OLEH :
LAILA HAYATI H1E115012
EVI MELIYANTI H1E115034
MUHAMMAD ANDREAN H1E115039

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2017
PENELITIAN EPIDEMIOLOGI TENTANG PENYEBARAN PENYAKIT HIPERTENSI DI
KELURAHANSUNGAI BESAR

MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN

OLEH :
LAILA HAYATI H1E115012
EVI MELIYANTI H1E115034
MUHAMMAD ANDREAN H1E115039

PROGRAM
STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2017
REKTOR UNLAM

Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si.,


M.Sc
NIP.19660331 199102 1 001

WAKIL REKTOR 1 WAKIL REKTOR 2 WAKIL REKTOR 3 WAKIL REKTOR 4

Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D Dr. Ir. H.Abrani Sulaiman, Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul
Dr. Ahmad Alim Bachri, SE.,
M.Sc. Arifin, M.Sc
M.Si NIP. 196001101986032001
NIP. 196707161992031002
NIP. 19671231 199512 1 002 NIP. 196401051990031023

DEKAN FAKULTAS TEKNIK

Dr.Ing Yulian Firmana Arifin,


S.T.,M.T
NIP. 19750719 200003 1 002

KETUA PRODI TEKNIK


LINGKUNGAN

Dr. Rony Riduan, S.T., M.T


NIP. 19761017 199903 1 003

DOSEN MATA KULIAH


EPIDEMOLOGI

Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, Amd.


Hyp., S.T., Mkes.
NIP. 19780420 200501 2 002

Mahasiswa teknik lingkungan angkatan 2015

Laila Hayati
Evi Meliyanti Muhammad Andrean
H1E115012
H1E115034 H1E115039
Ucapanterimakasih kami ucapkankepada :

1. RektorUniversitasLambungMangkurat :
Prof. Dr. H. SutartoHadi, M.Si, M.Sc.

2. wakil rektor 1 UniversitasLambungMangkurat


Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si

3. Wakil rektor 2UniversitasLambungMangkurat


Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D

4. Wakil rektor3Universitas Lambung Mangkurat


Dr. Ir. H.Abrani Sulaiman, M.Sc.
5. Wakil rektor 4 Universitas Lambung Mangkurat
Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc

6.
DekanFakultasTeknikUniversitasLambungMangku
rat :
Dr-Ing Yulian FirmanaArifin, ST., MT.

7. Kepala Prodi TeknikLingkunganUniversitas


LambungMangkurat :
Dr. RonyRiduan, ST., MT.

8. Dosen Mata KuliahEpidemiologi :


Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp, ST.,
M.Kes
9. AnggotaKelompok :
 Laila Hayati
 Evi Meliyanti
 Muhammad Andrean
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena limpahan rahmat, karunia, hidayah,
inayah dan maghfirah-Nya, Laporan Observasi Lapangan kami yang berjudul: “Penelitian Epidemiologi
Tentang Penyebaran Penyakit Hipertensi dikota X”, ini dapat kami selesaikan.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam pengerjaan makalah
ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc selaku Rektor Universitas Lambung Mangkurat.
3. Bapak Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST. MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat.
4. Bapak Chairul Irawan, ST., MT., Ph.D selaku Dekan I Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat.
5. Bapak Dr. Andy Mizwar, ST., M.Si selaku Dekan II Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat.
6. Bapak Nurhakim, ST.MT selaku Dekan III Fakultas Teknik Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat.
7. Bapak Dr. Rony Riduan ST., MT selaku kepala prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat.
8. Ibu Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah,Amd.Hyp,ST,.M.Kes selaku dosen mata kuliah Epidemiologi.
9. Ibu Rd. Indah Nirtha Nilawati N.P.S.selaku dosen pembimbing mata kuliah Epidemiologi.
10.Teman-teman yang mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan observasi ini.
11.Semua Pihak yang telah membantu penulisan laporan observasi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih membutuhkan
banyak masukkan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya skripsi
ini. Namun demikian, penulis berharap semoga ini menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan
khususnya ilmu Epidemiologi Lingkungan.
Banjarbaru, November 2017

Penulis

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO 16


Tabel 2.2 Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi.......................................................22
Tabel 2.3 Data tentang jumlah penderita hipertensi pada tahun 2016 kota Banjarbaru………...29
Tabel 2.4 Data penderita Hipertensi pada 5 tahun terakhir di Kelurahan Sungai Besar.................30

viii
Daftra Gambar

Gambar 1.........................................................................................................................................36

Gambar 2.........................................................................................................................................36

ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................................ix

DAFTAR ISI x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 12

1.2 RUMUSAN MASALAH 13

1.3 TUJUAN PENELITIAN 13

1.4 MANFAAT PENELITIAN 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN HIPERTENSI 15

2.2 KLASIFIKASI HIPERTENSI 15

2.3 FAKTOR RESIKO PENYAKIT HIPERTENSI 16

2.4 GEJALA PENYAKIT HIPERTENSI 20

2.5 DIAGNOSIS PENYAKIT HIPERTENSI 20

2.6 PENATALAKSANAAN PENYAKIT HIPERTENSI 21

2.6.1 TERAPI NONFARMAKOLOGI 21

2.6.2 TERAPI FARMAKOLOGI 23

2.6.3 TERAPI KOMBINASI 13

2.7 KOMPLIKASI PENYAKIT HIPERTENSI 24

2.8 DISTRIBUSI PENYAKIT HIPERTENSI 24

2.8.1 PERSON (ORANG) 24

x
2.8.2 PLACE (TEMPAT) 25

2.9 PENCEGAHAN HIPERTENSI 25

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 KERANGKA PENELITIAN 26


3.2 HIPOTESIS 26
3.3 DEFINISI OPERASIONAL 27
3.4 METODOLOGI PENELITIAN 27
3.4.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 27
3.4.2 DESAIN PENELITIAN 27
3.4.3 VARIABEL PENELITIAN 27
3.4.4 OBJEK PENELITIAN 28
3.4.5 INSTRUMEN PENELITIAN 28
3.4.6 TEKNIK ANALISA DATA 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL 29
4.2 PEMBAHASAN 32
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN 33
5.2 SARAN 33
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN DOKUMENTASI 36
DAFTAR SOAL 37

xi
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami peningkatan yang
memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Hal ini dapatmenimbulkan
kerusakan yang lebih berat, mialnya stroke (terjadi pada otak danmenyebabkan kematian
yang cukup tinggi), penyakit jantung koroner (terjadikerusakan pembuluh darah jantung),
dan hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada ototjantung). Hipertensi juga dapat
menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakitpembuluh lain dan penyakit lainnya
(Syahrini dan Nur, 2012).
Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari 40
tahun. Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal
belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya (Gunawan,
2012). Hal ini serupa seperti yang dikemukakan oleh Yogiantoro (2006), hipertensi tidak
mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya.
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah tinggi.
Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta dan
mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013).Hasil
riset WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada peringkat tiga sebagaifaktor
resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62% kasus stroke, 49%
serangan jantung setiap tahunnya (Corwin, 2007).
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2007
diketahuibahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 3,17%
dari totalpenduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1 orang yang
menderita hipertensi (Riskesdas, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh 2 Riskesdas
menemukan prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Daerah
Bangka Belitung menjadi daerah dengan prevalensi hipertensi yang tertinggi yaitu
sebesar 30,9%, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) (Riskesdas, 2013).
Dikalimantan selatan beberapa penyakit tidak menular yang menjadi penyebab
kematian yaitu, diabetes melitus 2% dari jumlah penduduk, kemudian hipertensi
mencapai 30,8%, stroke 9,2 %, kanker 1,6 %, dan jantung koroner 0,5 %. Sedangkan data
secara riil penderita hipertensi per kabupaten dan kota di Kalsel tahun 2015 yaitu, Kota

12
Banjarmasin merupakan tertinggi penderita hipertensi yaitu 18.730 penderita, disusul
Tanah Laut sebanyak 14.121 orang penderita. Kemudian Kabupaten Banjar 7.738 orang
penderita, Kotabaru 6.680 orang penderita, Banjarbaru 5.629 orang penderita, Tapin
3.085 orang, Barito Kuala 2.985 orang dan sisanya berkisar antara 2.500 hingga di atas
seribu orang (Riskesdas, 2016).
Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk meneliti kasus hipertensi di tempat
tinggal penulis sekarang dengan metode deskriptif sesuai dalam buku Sholehah dan
Hanafi (2016) mengenai gambaran masalah berdasarkan karakteristik orang (who),
karakteristik waktu (time) dan karakteristik tempat (plate). Hal ini dikarenakan
Kalimantan selatan merupakan salah satu wilayah yang masyrakatnya merupakan salah
satu urutan tertinggi pengidap hipertensi di Indoesia.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penyakit hipertensi dapat terjadi?
2. Bagaimana angka kejadian hipertensi di Kelurahan Sungai Besar ?
3. Bagaimana penanggulangan serta pengobatan penyakit hipertensi ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui penyebab penyakit hipertensi dengan survey langsung ke lapangan.
2. Mengetahui angka kejadian hipertensi di Kelurahan Sungai Besar.
3. Mengetahui penanggulangan serta pengobatan penyakit hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan meneliti penulis dalam
matakuliah Epidemiologi khususnya yang berhubungan dengan penyakit
hipertensi.
2. Menambah informasi bagi mahasiswa mengenai kondisi kesehatan dimasyarakat
yang berhubungan dengan penyakit hipertensi di Indonesia khususnya daerah
Kalimantan selatan.
3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, serta menginformasikan data yang telah
ditemukan.

13
4. Sebagai bacaan ilmiah dan tambahan informasi bagi peneliti lain untuk
mengembangkan serta melakukan penelitian lebih lanjut.
5. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko
yang berhubungan degan kejadian penyakit hipertensi sehingga masyarakat
menjadi waspada akan bahaya dari penyakit hipertensi.

14
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Hipertensi
Menurut Lanny Sustrani, dkk dalam Nurhaedar Jafar (2010), Hipertensi atau
penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh
gelap(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan
gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Hipertensi adalah
peningkatan tekanan pada sistole, yang tingginya tergantung umur individu yang terkena.
Tekanan darah berfluktuasi dalam batas – batas tertentu, tergantung pada posisi tubuh,
umur dan tingkat stress. Hipertensi juga dapat digolongkan sebagai ringan, sedang atau
berat, berdasarkan diastole. Hipertensi ringan apabila tekanan diastole 95 – 104 mmHg,
hipertensi sedang apabila tekanan diastole 105 – 114 mmHg, hipertensi berat apabila
tekanan diastole > 115 mmHg. Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas
160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah di atas normal yaitu bila tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan
diastolic (bawah) 90 mmHg atau lebih.

2.2 Klasifikasi Hipertensi


2.2.1 Menurut Kausanya
a) Hipertensi esensial (Hipertensi Primer)
Sekitar 95% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi esensial (primer).
Penyebab hipertensi esensial ini masih belum diketahui, tetapi faktor genetik dan
lingkungan diyakini memegang peranan dalam menyebabkan hipertensi esensial
(Weber dkk., 2014). Faktor genetik dapat menyebabkan kenaikan aktivitas dari
sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf simpatik serta sensitivitas
garam terhadap tekanan darah. Selain faktor genetik, faktor lingkungan yang
mempengaruhi antara lain yaitu konsumsi garam, obesitas dan gaya hidup yang
tidak sehat (Weber dkk., 2014) serta konsumsialkohol dan merokok (Mansjoer
dkk., 1999). Penurunan ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri normal
merupakan peristiwa awal dalam hipertensi esensial. Penurunan ekskresi natrium
dapat menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan
15
vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah meningkat. Faktor lingkungan
dapat memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stres, kegemukan,
merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar
dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi (Robbins dkk., 2007).
b) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder diderita sekitar 5% pasien hipertensi (Weber dkk., 2014).
Hipertensi sekunder disebabkan oleh adanya penyakit komorbid atau penggunaan
obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Obat-obat tertentu,
baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi. Penghentian penggunaan obat tersebut atau mengobati
kondisi komorbid yang menyertainya merupakan tahap pertama dalam
penanganan hipertensi sekunder (Depkes RI, 2006).
2.2.2 Menurut Gangguan tekanan darah
a) Hipertensi Sistolik: Peninggian tekanan darah sistolik saja
b) Hipertensi Diastolik : Peninggian tekanan darah diastolik.
2.2.3 Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah
a) Hipertensi Ringan
b) Hipertensi Sedang
c) Hipertensi Berat

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO


Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

2.3 Faktor Resiko Penyakit Hipertensi


Menurut Anggraini, dkk (2009), faktor resiko hipertensi adalah :
2.3.1 Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai
risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium
intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua

16
dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari
pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. 14 Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.
2.3.2 Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang berumur
di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90
mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah
usianya. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi
berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat.
Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh
darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan
tekanan darah diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap
atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.
Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju
filtrasi glomerulus menurun.

2.3.3 Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung
dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami
menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap
sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause
wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut
berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi
pada wanita umur 45-55 tahun.
2.3.4 Etnis

17
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih.
Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam
ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar.
2.3.5 Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan
kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,1998),
prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30
(obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi
18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal
menurut standar internasional). Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi
insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan
perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma,
dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan
tekanan darah secara terus menerus.
2.3.6 Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan
pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram
garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber
natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap
masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur
(mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu
sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak
masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.
2.3.7 Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan
dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis. Laporan dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa upaya
menghentikan kebiasaan merokok dalam jangka waktu 10 tahun dapat menurunkan insiden

18
penyakit jantung koroner (PJK) sekitar 24.4% (Karyadi 2002). Tandra (2003) menyatakan bahwa
nikotin mengganggu sistem saraf simpatis yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan oksigen
miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meningkatkan frekuensi denyut
jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen jantung, merangsang pelepasan adrenalin, serta
menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak
bagian tubuh lainnya.
2.3.8 Tipe kepribadian
Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan prevalensi hipertensi.
Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A menimbulkan hipertensi banyak
penelitian menghubungkan dengan sifatnya yang ambisius, suka bersaing, bekerja tidak
pernah lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas. Sifat tersebut akan
mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan prevalensi kadar kolesterol serum
meningkat, hingga akan mempermudah terjadinya aterosklerosis. Stress akan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas
saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi,
dan karakteristik personal.

Adapun menurut Farida Nur Aisyiyah (2009) Hipertensi dibagi menjadi 2 penyebab utama
yaitu :
a. Aktivitas Fisik
Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat
melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat. Aktivitas fisik adalah
gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan
aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan
jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan
oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.
b. Stress
Stress dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur fungsi saraf dan
hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah,
dan meningkatkan retensi air dan garam. Pada saat stress, sekresi katekolamin semakin
meningkat sehingga renin, angiotensin, dan aldosteron yang dihasilkan juga semakin
meningkat. Peningkatan sekresi hormon tersebut berdampak pada peningkatan tekanan
darah.

19
2.4 Gejala Penyakit Hipertensi
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Menurut  Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
1. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
2. Sering gelisah
3. Wajah merah
4. Tengkuk terasa pegal
5. Mudah marah
6. Telinga berdengung
7. Sukar tidur
8. Sesak napas
9. Rasa berat ditengkuk
10.Mudah lelah
11.Mata berkunang-kunang

2.5  Diagnosis Penyakit Hipertensi


Hipertensi biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik umum check up, atau
kunjungan ke dokter untuk beberapa keluhan lain - kadang-kadang seseorang mungkin
didiagnosis mengalami stroke atau serangan jantung dan kemudian ditemukan memiliki
tekanan darah tinggi. Tekanan darah diukur adalah dengan menggunakan alat yang disebut
sphygmomanometer, yang memiliki manset karet yang dibungkus di sekitar lengan atas dan
ditiup dengan udara melalui bola karet yang berulang kali diperas. Ketika tekanan dalam
manset mendapat cukup tinggi, itu memotong aliran darah pada arteri utama dari lengan atas
- udara ini kemudian perlahan-lahan dilepaskan dari manset melalui katup dan sebagai
tekanan dalam manset turun suara darah mengalir deras melalui arteri didengar melalui
stetoskop ditempatkan di atas arteri. Tekanan di mana pertama kali mendengar suara seperti
manset dilepaskan adalah tekanan sistolik dan tekanan di mana suara terakhir adalah
mendengar seperti darah kembali ke alirannya diam, tanpa hambatan - adalah tekanan
diastolik. Otomatis alat ukur elektronik melakukan hal yang sama tetapi lebih akurat, lebih
mudah digunakan, dan dapat digunakan oleh pasien untuk pemantauan tekanan darah di
rumah.
Seorang dokter tidak akan mendiagnosa hipertensi berdasarkan satu membaca abnormal
karena tekanan darah berfluktuasi dan biasanya memakan waktu tiga bacaan abnormal tinggi
berturut-turut, yang diambil pada kesempatan yang berbeda, sebelum diagnosis hipertensi
20
dapat dibuat. Titik di mana pembacaan tekanan darah tinggi dianggap abnormal akan
tergantung pada usia seseorang - ahli menyarankan bahwa orang di bawah usia 65 tahun
harus memiliki tekanan darah pada sisa tidak lebih dari 130/85 mm Hg - dan mereka lebih
dari 65 tahun harus bertujuan untuk pembacaan tekanan darah tidak lebih dari 140/90 mm
Hg. Ketika tekanan darah seseorang dipandang tinggi secara konsisten, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa apakah ada penyakit yang mendasarinya bisa
pelakunya dan juga memeriksa apakah ada tanda-tanda kerusakan pada organ-organ tubuh
seperti pulsa absen di anggota badan, bukti dari penyakit arteri di retina mata, atau jejak
mikroskopis darah dalam urin (tanda penyakit ginjal).
Bahkan jika tekanan darah menjadi normal ditemukan setelah tiga cek itu masih harus
diperiksa secara teratur karena dapat berubah dan hipertensi sebelumnya didiagnosa dan
dikendalikan, semakin sedikit kerusakan akan ada pada, otak jantung, ginjal dan organ
lainnya. Mereka yang tidak memiliki riwayat pribadi atau keluarga dari kondisi harus
memiliki memeriksa setiap dua tahun dan selama kunjungan rutin ke dokter - mereka yang
memiliki riwayat pribadi atau keluarga tekanan darah tinggi Stroke, atau serangan jantung
harus diperiksa lebih sering. Untuk anak-anak, tekanan darah tinggi ditentukan dengan
membandingkan tekanan darah anak dengan distribusi tekanan darah untuk anak-anak yang
sama, usia jenis kelamin dan tinggi.

2.6  Penatalaksana Penyakit Hipertensi


Menurut Pharmaceutical Care untuk penyakit hipertensi Departemen Kesehatan RI
(2006), Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:
2.6.1 Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien
dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang
sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat terlihat pada tabel sesuai dengan rekomendasi
dari JNC VII.

Tabel 2.2 Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi


21
Modifikasi Rekomendasi Kira-kira penurunan
tekanan darah, range
Penurunan berat Pelihara berat badan normal 5-20 mmHg/10-kg
badan (BB) (BMI 18.5 – 24.9) penurunan BB
DASH Diet kaya dengan buah,
Adopsi pola makan sayur, dan produk susu rendah 8-14 mm Hg
lemak
Mengurangi diet sodium, tidak
Diet rendah sodium lebih dari 100meq/L (2,4 g 2-8 mm Hg
sodium atau 6 g sodium klorida)
Regular aktifitas fisik aerobic
Aktifitas fisik seperti jalan kaki 30 menit/hari, 4-9 mm Hg
beberapa hari/minggu
Limit minum alkohol tidak lebih
dari 2/hari (30 ml etanol
Minum alkohol
(mis.720 ml beer, 300ml wine) 2-4 mm Hg
sedikit saja
untuk laki-laki dan 1/hari untuk
perempuan

Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi,


modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi
pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang
penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk
individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to
Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas
fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan
tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan
berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat. Program diet yang
mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-
lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan
alkohol.
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur,
dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang.
Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat
menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari

22
beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah
raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat
menurunkan tekanan darah. Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk
penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan
dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh merokok.

2.6.2 Terapi farmakologi


Ada 9 kelas obat antihipertensi yakni Diuretikm, Tiazid, Loop, Penahan kalium,
Antagonis Aldosteron, ACE inhibitor, Penyekat reseptor angiotensin, Penyekat beta,
Antagonis kalsium. Obat-obat antihipertensi alternatif yakni : Penyekat alfa-1, Agonis
sentralα-2, Antagonis Adrenergik, Perifer, Vasodilator arteri langsung.
Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati
mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas
obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium)
mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam
mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, agonis alfa 2
sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada
pasien-pasien tertentu disamping obat utama.

2.6.3 Terapi Kombinasi


Fixed-dose combination yang paling efektif adalah sebagai berikut:
1.      Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan diuretik
2.      Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) dengan diuretik
3.      Penyekat beta dengan diuretik
4.      Diuretik dengan agen penahan kalium
5.      Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan antagonis kalsium
6.      Agonis α-2 dengan diuretik
7.      Penyekat α-1 dengan diureticKe

2.7  Komplikasi Hipertensi
Jika hipertensi tidak diobati maka akan menyebabkan stroke, penyakit jantung koroner,
gagal jantung, gagal ginjal kronik.
2.8 Distribusi Penyakit Hipertensi
23
Distribusi epidemiologi penyakit hipertensi terdiri dari :
2.8.1 Person (orang)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi dilihat dari segi orang :
a. Umur
Penyakit hipertensi pada kelompok umur paling dominant berumur (31-55tahun). Hal ini
dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat. Yang man
penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapau paruh
baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada
usia lebih dari 60 tahun keatas.
b. Jenis kelamin
Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan dibandingkan
dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan meningkat seiring dengan
bertambahnya usia yang mana pada perempuan  masa premenopause cenderung memiliki
tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki penyebabnya sebelum menopause, wanita
relatife terlindungi dari penyakit kardiovaskuler oleh hormone estrogen yang dimana
kadar estrogen menurun setelah menopause.
c. Status gizi
Keadaan Zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak Kekurangan   atau kelebihan
salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh karena itu, perlu
diterapkan kebiasaan makanan yang  seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan masing-masing individu agar tercapai kondisi kesehatan yang
prima.Dimana ini merupakan faktor penting sebagai zat pembangun atau protein ini
penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan
makanan hewani atau tumbuh-tumbuhan (nabati).Sehingga ini  sebagai penunjang untuk
membantu menyiapkan makanan khusus serta mengingatkan kepada penderita, makanan
yang harus dihindari/dibatasi.
d. Faktor psikokultural 
Penyakit Hipertensi ada banyak hubungan antara psiko-kultural, tetapi belum dapat
diambil kesimpulan.Namun pada dasarnya dapat berpengaruh apabaila terjadi stres,
psikososial akut menaikkan tekanan darah secara tiba-tiba yang mana ini merupakan
penyebab utama  terjadinya penyakit hipertensi dan merupakan masalah kesehatan yang
layak untuk perlu diperhatikan
2.8.2 Place (tempat)

24
Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus hipertensi adalah
merupakan wilayah yang berdominan dipesisir dari pada dipegunungan. Yang dimana
penduduk yang berdomisil didaerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena
tingkat mengkonsumsi garam lebih tinggi atau berlebihan dibanding daerah pegunungan yang
kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.
2.9  Pencegahan Hipertensi
Menurut Bustan (2007), upaya pencegahan terhadap Hipertensi meliputi :
1.      Pencegahan primodial, yaitu upaya pencegahan munculnya factor predisposisi terhadap
hipertensi dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya factor yang menjadi resiko
Hipertensi.
2.      Promosi Kesehatan berkaitan dengan penyakit Hipertensi
3.      Proteksi spesifik yakni dengan : kurangi mengkonsumsi garam sebagai salah satu factor
risiko.
4.      Diagnosis dini dengan melakukan screening dan pemeriksaan check-up
5.      Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komprehensif dan kausal awal
keluhan
6.      Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

25
3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Genetika

Penyakit Hipertensi
Faktor Makanan
Faktor lingkungan

3.2 Hipotesis

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Hipotesis Mayor
Penyakit Hipertensi lebih beresiko terjadi karena faktor genetik dan
makanan. Faktor lingkungan seperti asap rokok dan daerah pesisir juga
merupakan salah satu faktor lain penyebab penyakit Hipertensi.
2. Hipotesis Minor
a. Semakin banyak keluarga terkena hipertensi semakin besar kemungkinan terkena
hipertensi.
b. Semakin banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung Natrium, semakin
besar resiko terkena hipertensi.
c. Semakin stressseseorang semakin besar resiko terkena hipertensi.

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Terkait : Kejadian meningkatnya jumlah pengidap Hipertensi

26
Kejadian Penyakit Hipertensi adalah kejadian penyakit dimana tenanan darah di
atas tekanan normal yang bisa di tandai dengan pusing, muka memerah, sukar
tidur, mudah marah dls.
2. Variabel bebas :
a. Genetik
Faktor genetic sangat berpengaruh terhadap resiko terkenanya penyakit
Hipertensi itu lagi pada anggota keluarga yang lain.
b. Makanan
Makanan yang rendah gizi dan konsumsi garam yang berlebihan sangat besar
pengaruhnya terhadap meningkatnya tekanan darah seseorang.
c. Lingkungan
Lingkungan yang tidak nyaman membuat seseorang mudah stress sehingga
rentan terkena hipertensi.

3.4 Metodologi Penelitian


3.4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di Lakukan di kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 dan 16 November 2017.

3.4.2 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif


untuk mengetahui penyakit yang sering dialami warga di kota Banjarbaru pada 5 tahun
terakhair.

3.4.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen.Variabel Dependen ini


merupakan variabel tergantung, terikat, akibat, terpengaruh. Pada penelitian ini, variabel
dependen yang dimaksud adalah Penyakit Hipertensi.

3.4.4 Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang
menderitapenyakit Hipertensi yang tinggal disekitar wilayah kelurahan Sungai Besar kota

27
Banjarbarudan kebiasaan hidup yang menjadi faktor utama dalam terjadinya Hipertensi
sekitar serta pencegahannya.

3.4.5 Instrumen Penelitian

Untuk data primer dilakukan dengan interview kepada pihak puskesmas yang
menangani masalah pendataan penyakit yang terjadi di pusmesmas ini tentang penyebab
penyakit, gejala dan pengobatannya. Data sekunder diperolehdari pengumpulan
pasien/penderita yang terkena penyakit Hipertensi di Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru
dan Puskesmas Sungai Besar yang memiliki data kasus penyakit hipertensi nomor satu
dalam 5 tahun terakhir.

3.4.6 Teknik Analisa Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisisunivariat yang


dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, dengan menggunakan tabel
distribusi frekwensi dan persentase dari tiap variabel.Penelitian analisis univariat adalah
analisa yang dilakukan, menganalisis tiap variable dari hasil penelitian. Analisis univariat
berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga
kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna, peringkasan tersebut
bias berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Dalam penelitian ini (kasus Hipertensi di
Kelurahan Sungai Besar kota Banjarbaru) setelah dilakukan pengumpulan data, langkah
berikutnya adalah melakukan pengolahan data agar data yang masih terkesan bertebaran
dapat disusun sehingga lebih mudah dimanfaatkan dalam analisis oleh alat analisisnya
untuk menjawab tujuan penelitian.

28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Sebelum menentukan penyakit yang ingin kami angkat dalam penelitian kami,
terlebih dahulu kami ingin mengetahui jenis penyakit yang dominan dialami oleh
masyarakat kota Banjarbaru. Pada pengambilan data awal terlebih dahulu kami
melakukan observasi lapangan ke Departemen Kesehatan Kota Banjarbaru pada hari
Rabu, 15 November 2017 jam 9.00 WITA dimana seminggu sebelumnya kami sudah
mengirimkan surat permohonan pengambilan data penyakit di Departemen Kesehatan ini.
Adapun data yang didapat adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Data 10 penyakit terbanyak di kota Banjarbaru
Puskesmas
No Nama Satu
Penyakit kota
Banjararu Banjarbaru Sungai Sungai Landasan Cempaka Liang Gungtung
Utara Besar Ulin Ulin Anggang Payung
1 Nashopari 2470 3800 1579 868 1389 66 385 2537 1309
ngitis 4
Akuta
2 Hipertensi 2026 706 1350 567 567 248 455 266 6530
Primer
3 Peny Pulpa 1288 866 1192 654 654 516 411 5150
dan
Jaringan
Periapikal
4 Peny Gusi 1289 843 326 1007 1007 256 349 4076
dan Jar
Periodental
5 Pharingitis 1504 750 514 70 70 52 143 560 3743
6 Infeksi 414 1271 1271 338 1185 158 3713
akut lain
pada
pernafasan
bag
7 Dipepsia 505 996 600 416 416 188 185 458 3685
8 Gangguan 826 630 361 612 612 223 340 3072
Pertumbuh
an Gigi
dan Eropsi

29
9 Diare dan 410 442 287 426 426 126 145 228 2195
Gastroentri
tis non
spesifik
10 Casies gigi 495 510 20 20 119 39 1255
(Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, 2017)
Dari hasil observasi didapat bahwa penyakit terbanyak yang dialami olah warga
banjarbaru yaitu penyakit Nasopharingitis akuta (common cold) dengan jumlah kasus
pada tahun 2016 yaitu 13.094 kasus. Disusul dengan penyakit hipertensi sebanyak 6.530
kasus. Setelah mengetahui jenis penyakit terbanyak yang terjadi di kota Banjarbaru kami
mengangkat penelitian mengenai penyakit hipertensi yang memiliki urutan ke-2 jumlah
kasus terbanyak yang dialami oleh masyarakat kota Banjarbaru. Alasan kami memilih
penyakit hipertensi dalam penelitian kami dikarenakan ketertarikan kami mengenai kasus
penyakit tidak menular yang memiliki jumlah kasus terbanyak dari peyakit tidak menular
lainnya.
Setelah menentukan penyakit yang ingin kami angkat, selanjutnya kami meminta
surat observasi data oleh Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru ke salah satu puskesmas yang
memiliki jumlah kasus hipertensi terbanyak. Disini kami memilih Puskesmas Sungai
Besar sebagai sampel tempat penelitian kami. Observasi datapun kami lakukan pada hari
selanjutnya yaitu pada hari kamis, 16 Noveember 2017 sekitar jam 10.00 WITA. Adapun
data hipertensi yang kami dapat di Puskesmas Sungai Besar adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Data penderita Hipertensi pada 5 tahun terakhir di Kelurahan Sungai Besar
Tahun Banyak Kasus
2012 2.121
2013 2.090
2014 1.901
2015 1.898
2016 1.767
Total 9.777
(Sumber : Puskesmas Sungai Besar, 2017)
Dari Tabel 2.2 diatas diketahui jumlah kasus dari 5 tahun terkhir sebanyak 9.777
penderita penyakit hipertensi dengan jumlah kasus terbanyak di alami pada tahun 2012
sebanyak 2.121 kasus dan 2016 sebanyak 1.767 kasus.

4.2 PEMBAHASAN
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

30
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut
sebagai pembunuh gelap(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa
disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan pada sistole, yang tingginya tergantung umur
individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas – batas tertentu,
tergantung pada posisi tubuh, umur dan tingkat stress. Hipertensi juga dapat digolongkan
sebagai ringan, sedang atau berat, berdasarkan diastole. Hipertensi ringan apabila
tekanan diastole 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang apabila tekanan diastole 105 – 114
mmHg, hipertensi berat apabila tekanan diastole > 115 mmHg.Menurut WHO (1978)
batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan
darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi
adalah peningkatan tekana darah di atas normal yaitu bila tekanan sistolik (atas) 140
mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah) 90 mmHg atau lebih.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular tetapi yang paling
sering terjadi pada masyarakat khususnya di wilayah Kelurahan Sungai Besar. Adapun
rentang usia yang biasa terkena penyakit ini yaitu di sekitar umur 20 tahun keatas.
1. Tempat
Berdasarkan tempat penyakit ini paling banyak terjadi di Kelurahan Sungai Besar
Kota Banjarbaru.
2. Waktu
Dari hasil penelitian penyakit Hipertensi paling banyak pada tahun 2012 yaitu
tercatat 2.121 orang penderita, sedangkan kasus terendah yaitu pada tahun 2016 yaitu
hanya 1.767 penderita penyakit Hipertensi. dari hasil wawancara kami ke bagian staff
umu yang mengurus laporan data penyakit secara range penyakit hipertensi dalam 5
tahun terkahir semakin menurun, hal ini disebabkan karena jumlah kesadaran penderita
hipertensi semakin meningkat dengan menerapkan pola hidup dan Lingkungan yang
sehat dengan sering berolahraga mengurangi stress menciptakan suasana Lingkungan
yang nyaman ditempati dan lain sebagainya.Selain itu pola makan yang baik sangat
mempengaruhi dalam mengurangi resiko terkenanya penyakit hipertensi dengan
mengurangi makanan-makanan yang mengandung natrium klorida yang tinggi.

31
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
1. Penyakit Hipertensi terjadi disebabkan oleh 2 faktor utama yaitu faktor yang tidak
dapat dihindari seperti : Genetik dan usia serta faktor yang bisa dihindari seperti
jenis makanan dan stress.
2. Angka kejadian penyakit Hipertensi di kota Banjarbaru pada tahun 2012 sampai
dengan tahun 2016 mencampai angka 6.530 korban.
3. Penanggulangan dan pengobatan penyakit Hipertensi yaitu Penderita yang
memiliki kelebihan berat badan dianjurkan menurunkan berat badannya sampai
batas ideal, merubah pola makan, mengurangi pemakaian garam disertai dengan
kalsium, magnesium dan kalium yang cukup, berolah raga teratur, serta ciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman sehingga terhindar dari stress.

5.2 Saran
1. Adapun saran dari penelitian ini adalah :
2. Hendaknya setiap warga yang mengidap penyakit hipertensi segera berobat ke
puskesmas atau pelayanan kesehatan lain agar bisa terdata jumlah pengidap
penyakit hipertensi di wilahnya secara akurat.
3. Karena penyakit hipertensi merupakan penyakit tertinggi sebaiknya pemerintah/
pelayanan kesehatan memberikan penyuluhan mengenai pengurangan resiko
penyebab terjadinya penyakit tersebut.
4. Memberikan pembinaan atau pendampingan terhadap warga sekitar untuk
menerapkan pola hidup sehat sehingga dapat menurunkan tingkat resiko warga
terkena hipertensi.

32
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. & Gunawan, J., 2012. Dispepsia dalam Cermin Dunia Kedokteran. Vol. 39
no. 9. Available online at : http://www.kalbemed.com/Portals/6/ 197_CME-
Dispepsia.pdf

Aisyiyah, Farida Nur. 2009. Faktor Risiko Hipertensi pada Empat Kabupaten/Kota
dengan Prevalensi hipertensi Tertinggi Di Jawa dan Sumatera. Bogor:
Departemen gizi masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Anggraini, Ade Dian dkk. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Pekanbaru : University of Riau

Anonim, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik DITJEN Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka Cipta
: Jakarta.

Corwin, E J. 2009. Buku Saku Patofisiologi .Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit
di
Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Gunawan, (2012) Gaya Hidup Sehat Cara Jitu Cegah Stroke. Rumah Sakit Pondok Indah
Group. pp 27.

Karyadi, E. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat dan Jantung Koroner.
Intisari Mediatama, Jakarta.

Jafar, Nurhaedar. 2010. Hipertensi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


Hasanuddin Makassar

Lanny Sustrani, dkk. 2004, Hipertensi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Univ Indonesia.

NIH. National Institutes of Health (1998). Clinical Guidelines on the Identification,


Evaluation, and Treatment of Overweight and Obesity in Adults: The Evidence
Report. Obes Res6 (suppl 2), 51S- 209S.

33
Organization WH. A global brief on Hypertension: silent killer, global public health
crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO. 2013.

Riset Kesehatan Dasar. 2008. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar. 2016. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Robbins, dkk., 1999. Dasar Patologi Penyakit. Edisi 5. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Sholehah, Q. & A.S. Hanafi. 2016. Buku Ajar Manajemen Epidimiologi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Lambung Mangkurat University Press, Banjarmasin.

Sutanto. 2009. Awas 7 Penyakit Degeneratif, Paradigma Indonesia,Yogyakarta

Syahrini & E. Nur. 2012. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Primer di Puskesmas Tlogosari
Kulon Kota Semarang. [Thesis Ilmiah]. Semarang: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro.

Tandra, H. 2003. Merokok dan Kesehatan


(http://www.antirokok.or.id/berita/berita_rokok_kesehatan.htm) (on-line)

Weber, M.A., Schiffrin, E.L., White, W.B., Mann, S., Lindholm, L.H., Kenerson, J.G.,
2014. Clinical Practice Guidelines for the Management of Hypertension in the
Community: A Statement by the American Society of Hypertension and the
International Society of Hypertension. Journal of Clinical Hypertension
(Greenwich, Conn.), 16: 14–26.

World Health Organization.www.WHO.int/healthinfo/survey/en .2013

World Health Organization.www.WHO.int/healthinfo/survey/en .1978

Yogiantoro, M., 2006. Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi,
I., Simadibrata, K., Setiadi, S., eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 599.

34
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1 Pengambilan data ke Dinas Kesehatan Kota banjarbaru

Gambar 2 Pengambilan data ke Puskesmas Sungai Besar

35
DAFTAR SOAL

1. Apa yang maksud dengan hipertensi ?


a. Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan
darah.
b. Penyakit tekanan darah tinggi yang menular.
c. Penyakit tekanan darah di bawah nilai 140/90 mm Hg.
d. Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan
tekanan darah di atasnilai normal (140/90 mm Hg atau lebih).
 
2. Apa penyebab penyakit hipertensi?
a. Faktor keturunan
b. Faktor usia
c. Obesitas/kegemukan
d. Semuanya benar

3. Apa saja tanda dan gejala hipertensi?


a. Pusing dan kaku di tengkuk  
b. Penglihatan kabur
c. Mudah lelah
d. Semuanya benar 

4. Di bawah ini manakah yang bukan akibat lanjut dari hipertensi?


a. Penyakit jantung 
b. Penyakit ginjal
c. Stroke
d. Hidup sejahtera

5. Hal apa saja yang harus kita lakukan untuk mengontrol hipertensi?
a. Kurangi garam dan lemak 
b. Olahraga teratur 
c. Konsumsi makanan sehat
d. Semua benar 

36

Anda mungkin juga menyukai