Anda di halaman 1dari 2

Hukum

“Negara Indonesia adalah negara hukum”. Demikian bunyi Pasal 2 ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen III (2001).
Hukum ada yang tertulis yaitu berbagai peraturan perundangan, dan yang tidak tertulis,
yakni peraturan yang merupakan kesepakatan tak tertulis dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam mata kuliah ini, yang dimaksud hukum adalah peraturan perundang-undangan yang
tertulis.
Collin, John W et all, dalam buku Business Law Text and Case (dalam Ade Marman
Suherman, Perbandingan Sistem Hukum, 2004) menyatakan bahwa secara umum, tujuan hukum
meliputi:
1. The goal of promoting morality (untuk menegakkan moral).
2. The goal of reflecting custom (untuk merefleksikan kebiasaan).
3. The goal of social welfare (untuk kesejahteraan masyarakat).
4. The goal of serving power (untuk melayani kekuasaan).
Tujuan hukum tersebut membawa konsekuensi bahwa semua sistem yang ada dalam
negara dan masyarakat harus berdasarkan hukum. Dalam konteks mata kuliah ini maka
hukum yang dimaksud adalah hukum media, baik media massa maupun media sosial.
Mark Pearson dalam bukunya The Journalist’s Guide to Media Law 3rd edition (2007)
menyatakan setidaknya ada 3 kepentingan dalam memelajari hukum media, yaitu:
1. Public responsibility;
2. Self protection;
3. Professionalism.

Hukum Pers
Sistem pers (maksudnya media massa cetak) di negara Republik Indonesia juga harus
berdasarkan hukum.
Sumber dari segala sumber hukum Indonesia adalah Pancasila. “Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum negara” (UU RI No.10 Tahun 2004).
Pasal 1 ayat (1) UU No.40 Tahun 1999 Tentang Pers mengatakan, dalam undang-undang
ini yang dimaksud dengan “pers” ialah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya, dengan menggunakan media cetak,
media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (penerbit Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta: 1990), pers diartikan: (1) usaha percetakan dan penerbitan;
(2) usaha pengumpulan dan penyiaran berita; (3) penyiaran berita melalui suratkabar, majalah
dan radio; (4) orang yang bergerak dalam penyiaran berita; (5) medium penyiaran berita seperti
suratkabar, majalah, radio, televisi, dan film.
Hukum pers adalah segala peraturan perundangan tertulis tentang pers. Dalam hal ini
Hukum Pers Indonesia.
Berhubung sumber hukum Indonesia adalah Pancasila maka sumber hukum pers
Indonesia juga Pancasila. Maka sistem pers Indonesia dinamai Pers Pancasila.
Dalam Sidang Dewan Pleno XXV Dewan Pers di Surakarta pada 1984, penjelasan atas
Pers Pancasila adalah sebagai berikut:
1) Pers Nasional ialah Pers Pancasila, dalam arti pers yang orientasi, sikap dan tingkah
lakunya berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
2) Pers Pancasila ialah pers pembangunan, dalam arti mengamalkan Pancasila dan UUD
1945 dalam membangun berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara termasuk pers itu sendiri.
3) Hakikat Pers Pancasila ialah pers yang sehat, yaitu pers yang bebas dan
bertanggungjawab guna mengembangkan suasana saling percaya menuju masyarakat
terbuka yang demokratis dengan mekanisme interaksi positif antara pers, pemerintah
dan ma syarakat.
Secara teoritik, pers Pancasila sebagaimana yang dirumuskan oleh Dewan Pers tersebut termasuk
“pers tanggung jawab sosial, pers pembangunan, pers demokratis-partisipan”. Siebert dkk (1956)
dalam buku berjudul Four Theories of the Press, teori pers di dunia terdapat empat macam, yaitu
teori otoriter, teori liberal, teori tanggung jawab sosial, dan teori media Soviet. Menanggapi
empat teori pers itu, ahli komunikasi massa Denis McQuail menambahkan dua teori pers yakni
teori pers pembangunan dan teori pers demokratis-partisipan (dalam Hari Wiryawan, 2007,
Dasar-Dasar Hukum Media

Anda mungkin juga menyukai