Anda di halaman 1dari 12

UJI PROTEIN METODE LOWRY

PROTEIN TEST BY LOWRY METHOD


Rr. Bhintarti Suryohastari1), Maulana Malik Assayyidin2), Puri Dwi2),
Aditya Rizky Maulana, Alfathan Lutfi, Eka Novia Mahesti, Marita Yuni Fitriadi.
Rahma Qurrotu A’yun 3).
1)
Dosen Praktikum Biologi Molekular UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2)
Asisten Dosen Praktikum Biologi Molekular UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3)
Mahasiswa Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstrak

Protein merupakan suatu polipeptida dengan Berat Molekul (BM) yang sangat bervariasi dari 5000 KD sampai
lebih dari satu juta KD yang tersusun atas asam amino. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu
melakukan isolasi protein dan mampu menentukan kadar protein pada sampel tertentu. Uji protein ini
menggunakan Metode Lowry yang mengkombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain (Folin-
Ciocalteauphenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan dalam protein. Alat dan bahan yang
digunakan antara lain mikrotube, mikropipet, tabung reaksi, pipet, kuvet, spektrofotometer, BSA, pereaksi A
dan B, folin, aquades dan larutan kalibrasi. Sampel diambil 1ml yang ditambahkan dengan larutan A dan B
kemudian divortex. Setelah itu larutan ditambahkan 0.5 ml reagen folin dan kembali di vortex. Lalu diukur
kadar protein dengan alat Spektrofotometri UV. Hasil menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimal yang
dihasilkan sebesar 774.05 nm denan nilai absorbansi tertinggi sebesar 2970 dengan konsentrasi 160 ppm. Pita
protein yang terlihat paa hasil SDS-PAGE terdapat 4 pita protein dengan berat molekul 0,0666666567 kDa,
0,0666666567 kDa, 0,1111111111 kDa dan 0,1777777778 kDa. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi larutan maka akan semakin tinggi nilai nilai absorbansinya.
Kata kunci : Protein, Metode Lowry, Spektrofotometri UV

Abstract

Protein is a polypeptide with a molecular weight (Mw) that varies greatly from KD 5,000 to more than one
million KD composed of amino acids. Practicum is intended that the students were able to isolate the protein
and were able to determine the protein content on a particular sample. This protein assay using Lowry method
that combines the biuret reagent with another reagent (Folin-Ciocalteauphenol) which reacts with tyrosine and
tryptophan residues in proteins. Tools and materials used, among others mikrotube, micropipette, test tubes,
pipettes, cuvette, spectrophotometers, BSA, reagents A and B, Folin, distilled and calibration solutions. Samples
were taken 1ml is added to the solution A and B later in the vortex. After the solution was added 0.5 ml of
reagent Folin and vortex it. Then the protein content is measured by means of UV spectrophotometry. The
results showed that the wavelength of maximum generated at 774.05 nm absorbance value primarily to a high
of 2970 at a concentration of 160 ppm. Protein bands are visible on the results of the SDS-PAGE there are 4
Ribbon protein with molecular weight 0.0666666567 kDa, 0.0666666567 kDa, 0.1111111111 kDa and
0.1777777778 kDa. It can be concluded that the higher the concentration, the higher the value of an
absorbance values.
Keywords: Protein, Lowry method, UV spectrophotometry

PENDAHULUAN aktivitas biologisnya. Banyak agensia yang


menyebabkan perubahan sifat alamiah dari
Protein merupakan suatu protein seperti panas, asam, basa, solven
polipeptida dengan Berat Molekul (BM) organik, garam, logam berat, radiasi sinar
yang sangat bervariasi dari 5000 KD radioaktif (Sudarmadji, 1996).
sampai lebih dari satu juta KD karena
molekul protein yang besar, protein sangat Protein tersusun atas asam amino.
mudah mengalami perubahan fisis dan Asam amino merupakan unit pembangun

1
protein yang dihubungkan melalui ikatan dengan residu tyrosine dan tryptophan
peptida pada setiap ujungnya. Dari struktur dalam protein. Reaksi ini menghasilkan
umumnya, asam amino mempunyai dua warna kebiruan yang bisa dibaca di antara
gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus 500 – 750 nm, tergantung sensitivitas yang
amino dan gugus karboksil, yang dibutuhkan. Akan muncul puncak kecil di
digambarkan sebagai struktur ion dipolar. sekitar 500 nm yang dapat digunakan
Gugus amino dan gugus karboksil pada untuk menentukan protein dengan
asam amino menunjukkan sifat-sifat konsentrasi tinggi dan sebuah puncak
spesifiknya. Karena asam amino besar disekitar 750 nm yang dapat
mengandung kedua gugus tersebut, digunakan untuk menentukan kadar
senyawa ini akan memberikan reaksi kimia protein dengan konsentrasi rendah. Metode
yang yang mencirikan gugus-gugusnya. ini lebih sensitif untuk protein konsentrasi
( Hawab. 2004). rendah dibanding metode biuret.
(Soeharsono, 2006). Menurut Hawab
Ada beberapa metode yang biasa (2004) dalam metode ini terlibat 2 reaksi,
digunakan dalam rangka penentuan yaitu awalnya, kompleks Cu(II)-protein
konsentrasi preotein, yaitu metode Biuret, akan terbentuk sebagaimana metode
Lowry, dan lain sebagainya. Masing- biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II)
masing metode mempunyai kekurangan akan tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+
dan kelebihan. Pemilihan metode yang kemudian akan mereduksi reagen Folin-
terbaik dan tepat untuk suatu pengukuran Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat
bergantung pada beberapa faktor seperti phosphotungstat (phosphomolyb
misalnya, banyaknya material atau sampel dotungstate), menghasilkan heteropoly
yang tersedia, waktu yang tersedia untuk molybdenum blue akibat reaksi oksidasi
melakukan pengukuran, alat gugus aromatik (rantai samping asam
spektrofotometri yang tersedia (VIS atau amino) terkatalis Cu, yang memberikan
UV). warna biru intensif yang dapat dideteksi
Reagen pendeteksi gugus-gugus secara kolorimetri.
fenolik seperti reagen folin dan ciocalteu Salah satu alat yang dapat
telah digunakan dalam penentuan mengukur absorban dari larutan yang
konsentrasi protein oleh Lowry (1951) berwarna adalah Spektrofotometer Uv-Vis.
yang kemudian dikenal dengan metode Spektrofotometri UV-Vis merupakan
Lowry. Dalam bentuk yang paling gabungan antara spektrofotometri UV dan
sederhana reagen folin ciocalteu apat Visible. Alat ini menggunakan dua buah
mendeteksi residu tirosin (dalam protein) sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber
karena kandungan fenolik dalam residu cahaya UV dan sumber cahaya Visible.
tersebut mampu mereduksi fosfotungsat Larutan yang dianalisis diukur serapan
dan fosfomolibdat, yang merupakan sinar ultra violet atau sinar tampaknya.
konstituen utama reagen folin ciocalteu, Konsentrasi larutan yang dianalisis akan
menjadi tungsten dan molibdenum yang sebanding dengan jumlah sinar yang
berwarna biru. Hasil reduksi ini diserap oleh zat yang terapat dalam larutan
menunjukkan puncak absorbsi yang lebar tersebut.
pada daerah merah. Sensitifitas dari Spektrofotometri UV-Vis adalah
metode folin ciocalteu ini mengalami anggota teknik analisis spektroskopik yang
perbaikan yang cukup signifikan apabila memakai sumber REM (radiasi
digabung dengan ion-ion Cu. elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-
Metode Lowry mengkombinasikan 380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm)
pereaksi biuret dengan pereaksi lain dengan memakai instrumen
(Folin-Ciocalteauphenol) yang bereaksi spektrofotometer. Spektrofotometri UV-

2
Vis melibatkan energi elektronik yang bertujuan agar mahasiswa mampu
cukup besar pada molekul yang dianalisis, melakukan isolasi protein dan mampu
sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih menentukan kadar protein pada sampel
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif tertentu.
dibandingkan kualitatif. Praktikum ini

Teknik Spektrofotometri seperti yang tertera pada gambar.

(Sumber : dualbeamspectromete.com)
Protein-protein dapat dipisahkan jarak yang ditempuh oleh kompleks
berdasarkan berat molekul. SDS-Page protein SDS. Jadi beberapa faktor yang
(Sodium Dodocyl Sulfate –Polyakrilamid ditentukan untuk memaksimalkan
Gel Electrophoresis) adalah teknik pemisahan protein-protein melalui teknik
elektroforesis yang sering digunakan SDS-Page, antara lain kadar SDS,
dalam analisis protein di laboratorium. Konsentrasi gel akrilamide dan ukuran gel
Sampel protein didenaturasi dan dicampur nya. Kemurnian sampel protein dan jumlah
dengan SDS (yang merupakan deterjen sampel yang diletakkan pada el, voltage
anionic) dengan akibat kompleks protein yang digunakan pada alat elektroforesis
deterjen bermuatan negative dan protein dan selama medan listrik dihidupkan.
yang lebih besar mempunyai muatan
negative yang lebih besar. Komplek Gel disusun oleh akrilamida dan
protein-deterjen itu akan dibawa oleh N’, N’ metilen akrilamida yang
medan listrik kea rah kutub positif (anoda). berpolimerisasi melalui radikal bebas
Gel akrilamide berfungsi sebagai dasar dengan bantuan katalisator N,N’. Prinsip
atau alas dari gerakan sampel protein. analisis SDS-PAGE yaitu pemisahan
Konsentrasi akrilamide menentukan protein berdasarkan ukuran molekul.
ukuran pori-pori gel dan ukuran pori pori (Dun,1989)
gel menentukan
N Reagen Folin, larutan BSA dan larutan
MATERIAL DAN METODE sampel standar.
Bahan-bahan yang digunakan Alat-alat yang digunakan dalam
dalam praktikum ini antara lain akuades, praktikum ini antara lain 6 buah tabung
Pereaksi A yang terbuat CuSO4 1% dalam reaksi, Adjustable mikropipet, Tip, Kuvet,
1% NaK-Tartat, Pereaksi B yang terbuat Vortex, dan Spektrofotometri UV.
dari Na2CO3 2% dalam 0,1 N NaOH , 0,1
Uji Kualitatif Protein

3
Larutan sampel dan BSA dengan dengan menggunakan mikropipet sampai
masing-masing konsentrasi 0, 10, 20 40, batas tertentu atau kurang lebih tiga
80, 100 dan 160 ppm dimasukkan ke perempat dari tinggi lempeng kaca.
dalam tabung reaksi dan ditambahkan Selanjutnya ditambahkan akuades hingga
dengan akuades hingga 1 mL. Masing- penuh agar permukaan gel menjadi rata.
masing tabung kemudian ditetesi dengan Larutan stacking gel disiapkan pada saat
Pereaksi A dan B dengan total volume resolving/separating gel telah mulai
campuran adalah 5 mL. Tabung divortex memadat. Akuades yang berada di atas
selama beberapa saat. Kemudian, masing- resolving/separating gel dibuang,
masing tabung ditetesi Reagen Folin kemudian larutan stacking gel dimasukkan
sebanyak 0,5 mL. Setelah itu, divortex di antara dua lempeng kaca. Bagian
kembali selama beberapa saat dan seluruh permukaan stacking gel dipasang sisir
larutan diinkubasi selama 30 menit dalam pembentuk sumuran. Lempeng kaca yang
suhu ruang. Bahan yang positif berisi gel yang telah memadat dipindahkan
mengandung protein akan berwarna biru ke dalam tanki elektroforesis. Larutan
kehijauan. running buffer dimasukkan hingga
memenuhi permukaan lempeng kaca dan
sisi bagian luar lempeng kaca terendam
Uji Kadar Protein dengan hingga kurang lebih setinggi 4 cm atau
Spektrofotometri UV sampai meren-dam bagian bawah gel
Spektrofotometri dipersiapkan poliakrilamid. Sampel dengan volume 10
terlebih dahulu. Disiapkan kuvet untuk μl dimasukkan ke dalam sumuran yang
menampung larutan yang akan dianalisa. telah dicetak oleh sisir pada gel
Larutan sampel dimasukkan ke dalam poliakrilamid. Elektroforesis dijalankan
kuvet hingga sedikit penuh. Kuvet pada tegangan 150 volt selama kurang
dimasukkan ke dalam Spektrofotometri lebih 1 jam. Visualisasi hasil elektroforesis
dengan bagian kaca yang bening SDS-PAGE dilakukan dengan
menghadap ke arah kanan dan kiri. Alat menggunakan pewarna CBB. Pewarnaan
dijalankan dengan panjang gelombang dilakukan setelah gel poli-akrilamid
sekitar . Akan terlihat kurva standar dari dilepaskan dari kedua lempeng kaca.
seluruh larutan sampel yang telah Perendaman gel poliakrilamid hasil
dimasukkan. Titik tertinggi dari kurva elektro-foresis dalam larutan CBB
dijadikan batas acuan serapan gelombang dilakukan selama kurang lebih 24 jam di
yang akan diterapkan pada larutan yang atas shaker. Selanjutnya gel poliakrilamid
akan diujikan. Terakhir, data dianalisa dimasukkan ke dalam wadah yang larutan
untuk melihat kadar protein yang destaining selama 15 menit di atas shaker.
terkandung di dalam larutan berdasarkan Pada gel poliakrilamid yang telah
panjang gelombang yang terserap. memperlihatkan adanya pita-pita profil
protein, dilakukan pembilasan dengan
Uji Kadar Protein dengan SDS-PAGE akuades selama 15 menit di atas shaker.
Keberadaan protein pada sampel Selanjutnya dilakukan analisis terhadap
dianalisis melalui teknik pemisahan profil protein yang telah terlihat dalam gel
protein berdasar berat molekul, dengan poliakrilamid tersebut.
menggunakan elektroforesis SDS-PAGE
pada gel poliakrilamid 17%. Pencetakan Analisis terhadap profil protein
gel poliakri-lamid dengan memposisikan yang muncul pada gel poliakrilamid hasil
bahan pembentuk gel di antara dua elektroforesis SDS-PAGE dilakukan
lempeng kaca. Larutan dengan mengidentifikasi BM pada pita-
resolving/separating gel dimasukkan ke pita protein yang terbentuk pada masing-
dalam ruang di antara dua lempeng kaca masing sampel. Penentuan nilai-nilai BM

4
pada pita-pita protein dalam sampel hal ini sehingga meminimalisir terjadinya
dilakukan dengan menggunakan grafik human error terhadap sampel darah.
kalibrasi berat molekul. Hal tersebut Lengan bagian atas sebelumnya diberikan
dilakukan dengan menentukan jarak alkohol yang berperan untuk sterilisasi
migrasi sampel atau nilai Retardation area tersebut sehingga sampel darah tidak
Factor (Rf). Nilai Rf dari masing-masing terkontaminasi. Kemudian sampel darah
pita yang muncul pada gel hasil diambil sebanyak 3 ml dan dimasukkan
elektroforesis SDS-PAGE, dihitung kedalam botol sampel. Waktu pembekuan
dengan rumus: Rf sama dengan jarak ideal yaitu 60 menit, tetapi dapat
pergerakan protein dari tempat awal/ jarak disentrifuge dibawah 60 menit asalkan
pergerakan warna dari tempat awal sampel sudah mengental. Sampel
(Rantam, 2003 dalam Bhintarti,2016). disentrifuge dengan kecepatan 1300-2000
Nilai Rf yang telah diperoleh kemudian rpm selama 10 menit, hal ini dilakukan
dimasukkan dalam persamaan regresi untuk memisahkan serum dengan bahan-
linier y = ax + b, dengan y adalah nilai bahan darah yang lain.
berat molekul dan x adalah nilai Rf
sampel. Jika persamaan regresi linier K3-EDTA yang mempunyai
menghasilkan R2 yang nilainya semakin stabilitas yang lebih baik daripada garam
mendekati 1, maka persamaan regresi EDTA yang lain karena mempunyai pH
linier yang diperoleh semakin bagus. mendekati pH darah. EDTA mencegah
Semakin mendekati 1 menunjukkan bahwa koagulasi dengan cara mengikat Kalsium
persamaan tersebut mendekati kepastian (Ca), sehingga EDTA memiliki
nilai berat molekul dari protein yang keunggulan dibandingkan dengan
dianalisis. antikoagulan lain, yaitu tidak
mempengaruhi sel – sel darah sehingga
ideal untuk pengujian hematologi, seperti
HASIL DAN PEMBAHASAN pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan
lainnya. Hal yang harus diperhatikan yaitu
Serum adalah plasma darah tanpa konsentrasi darah yang harus sesuai
fibrinogen. Serum terdiri dari semua dengan jumlah EDTA yang digunakan.
protein (yang tidak digunakan untuk Jumlah EDTA yang kurang, akan dapat
pembekuan darah) termasuk cairan menyebabkan darah mengalami koagulasi,
elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan sebaliknya bila EDTA berlebihan, eritrosit
semua substansi exogenous. Serum protein mengalami krenasi dan trombosit
merupakan salah satu dari tiga jenis membesar (Aulia, 2013). Setelah itu
protein di dalam tubuh yang terbentuk dari disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm
asam amino berupa larutan koloidal di selama 30 menit untuk mendapatkan
dalam plasma darah (Frandson, 1996). serum darah, sehingga terbentuk 2 lapisan
Preparasi diperlukan sebelum yaitu cair dan padatan. Supernatan atau
menggunakan Spektrofotometer, dimana bagian atas merupakan plasma darah yang
alat ini merupakan salah satu alat advance mengandung serum darah, sedangkan pelet
yang memiliki penanganan khusus dalam atau bagian bawah yang mengendap
penggunaannya. merupakan bahan-bahan darah lain seperti
Pengambilan serum darah diawali leukosit, trombosit dan eritrosit. Hal ini
dengan serum darah diambil dari dikarenakan berat molekul antara sel-sel
probandus melalui vena mediana cubital darah mengendap dibawah dna plasma
yang terdapat di lengan atas bagian bawah. berada diatas (Marshall dan Halnan,1946).
Pengambilan sampel darah dari probandus Serum yang diambil yaitu bagian
dilakukan secara hati-hati dan dilakukan atas yang berupa cairan bening agak
oleh seseorang yang berkompeten dalam kekuningan. Frandson (1981) berpendapat

5
apabila darah menggumpal di dalam suatu spektrofotometri, cahaya dari sumber
tabung reaksi terbentuklah suatu massa cahaya diuraikan dengan menggunaka
padat yang berwarna merah akan tetapi prisma sehingga diperoleh cahaya
bila dibiarkan agak lama gumpalan itu monokromatis yang diserap oleh zat yang
akan berkontraksi dan menghasilkan akan diperiksa. Cahaya monokromatis
cairan kuning supernatan yang dinamakan merupakan cahaya satu warna dengan satu
serum. Pada intinya serum adalah plasma panjang gelombang, sehingga cahaya yang
darah tanpa fibrinogen dan faktor-faktor diserap oleh larutan berwarna dapat
penggumpalan darah. Selain itu Hames diukur. Hubungan antara konsentrasi
(1998), berpendapat bahwa serum adalah dengan cahaya yang diserap dinyatakan
salah satu bagian dari plasma darah yaitu dalam hukum Beer-Lambert. Hukum Beer-
pada protein. protein memiliki molekul Lambert menyatakan pengurangan
yang cukup besar. Jika darah diputar intensitas cahaya monokromatis yang
dalam sentrifuge, maka protein tersebut melalui suatu larutan berwarna
akan mengendap, sisanya berupa cairan berlangsung secara eksponensial dan
bening dan jernih yang disebut serum. bergantung pada panjang larutan yang
Pada praktikum kali ini, serum tersebut dilalui cahaya dan kadar zat dalam larutan.
diukur kandunan kadar proteinnya dengan
alat spektrofotometri. Pada analisa kadar protein metode
lowry ini dilakukan pembuatan kurva
Teknik spektrofotometri telah lama standard (Gambar 2) dan dilanjutkan
digunakan sebagai suatu teknik yang menghitung konsentrasi protein pada
handal untuk deteksi, identifikasi, dan sampel. Sedangkan panjang gelombang
pengukuran kadar senyawa kimia dalam maksimal yang dihasilkan oleh
suatu larutan. Spektrum cahaya yang dapat spektofotometri setelah dilakukan
terlihat oleh mata terentang antara 400 nm pengukuran BSA standar 80 ppm sebesar
sampai 800 nm.Pada teknik 774.05 nm (Gambar 1.).

0.20
774.05nm, 0.18A
0.19
0.18
0.17
0.16
0.15
0.14
A

0.13
0.12
0.11
0.10
0.09
0.08
0.07
450 500 600 700 800 900
nm
Name Description
standar protein_10102016.Sample BSA 80 ppm

Gambar 1. Kurva panjang gelombang yang dihasilkan pada alat spektrofotometri


nm pada sampel BSA standar 80 ppm yang
ditunjukkan dengan puncak gelombang
Pada gambar kurva diatas, dapat
pada kurva. Hal ini menjadikan panjang
dilihat bahwa panjang gelombang
maksimal yang dihasilkan sebesar 774.05

6
analisis suatu kadar sampel pada
spektrofotometri memiliki panjang
gelombang maksimal yang digunakan pada
gelombang yang berbeda-beda disesuaikan
analisis kadar protein pada praktikum kali
dengan kadar yang dapat dibaca oleh
ini sebesar 774.05 nm. Karena setiap
spektrofotometri.

Tabel 1. Hasil Analisis Spektrofotometer BSA Standar

No Konsentrasi Nilai Absorbansi


. BSA Standar (λ = 774.05 nm)
1. 0 ppm 0
2. 10 ppm 0.016
3. 20 ppm 0.053
4. 40 ppm 0.088
5. 80 ppm 0.192
6. 160 ppm 0.297

Gambar 2. Kurva kalibrasi standar hasil analisis spektrofotometer BSA standar

Absorbance vs concentration - Protein BSA (mgl-1)


0.36 tinggi nilai nilai absorbansinya. Hal ini
0.30 terjadi karena pada prinsip awal 160

0.25
penyerapan cahaya. Semakin tinggi
Absorbance (A)

0.20 80
konsentrasi, semakin pekat warna larutan
0.15
tersebut, dan ini menyebabkan tingginya
0.10 40

0.05 20 bilangan absorbansi. Selain itu juga


0.00 0
10
mengindikasikan protein yang terlarut
0 50 100 150 192
dalam
Specified larutan semakin banyak. Nilai
concentration

Pada metode lowry ini, Cu2+ pada suasana absorbansi tertinggi terdapat pada
basa akan tereduksi menjadi Cu+.
konsentrasi 160 ppm yaitu sebesar 0.297.
Cu+ kemudian akan mereduksi reagen
Folin-Ciocalteu, kompleks Gambar 2. merupakan kurva
phosphomolibdat – phosphotungstat, kalibrasi standar. Fungsi dari pembuatan
menghasilkan heteropoly - molybdenum kurva ini yaitu untuk membuat persamaan
blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik kurva baku y= bx+a. Berdasarkan kurva
(rantai samping asam amino) terkatalis Cu, tersebut serapan maksimal terbaca pada
yang menghasilkan warna biru. Warna biru gelombang 774,05nm. Hal ini menunjukan
yang di hasilkan bergantung pada
bahwa kadar protein yang terkandung
kandungan residu tryptophan dan tyrosine-
dalam sampel tergolong tinggi. Nilai
nya (Soeharsono,2006).
absorbansi dan konsentrasi protein dari
Berdasarkan hasil yang didapat standar BSA diplotkan pada grafik dengan
pada tabel 1 analisis spektofotometer BSA konsentrasi protein sebagai absis (sumbu
standar dapat dilihat bahwa semakin tinggi x) dan absorbansi sebagai ordinat (sumbu
konsentrasi larutan maka akan semakin y), kemudian ditentukan persamaan garis

7
regresinya. Kurva yang terbentuk dijadikan sebagai kurva standar untuk
menentukan konsentrasi protein.

Tabel 2. Hasil Analisi Spektrofotometer Sampel

No Sampel Konsentrasi Nilai Absorbansi Y = ax+b (x) mg/ml x Faktor Kadar


. Sampel (λ = 774.05 nm) (x) pengenceran protein %
1. A1 0 ppm 0.174 86.73 2.08 x 106 8.673
2. A2 10 ppm 0.165 81.98 1.96 x 106 8.198
3. A3 20 ppm 0.170 84.62 84.62 x 104 8.462
4. A4 40 ppm 0.015 2.78 2.78 x 104 0.278
5. U1 80 ppm -0.006 -8.29 -8.29 x 104 -0.829
6. A6 160 ppm 0.019 4.90 4.90 x 104 0.490

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai absorbansi tertinggi sampel pada konsetrasi 0 ppm
sebesar 0.174, kemudian sampel dengan konsentrasi 20 ppm sebesar 0.170 dan konsentrasi
10 ppm memiliki nilai absorbansi 0.165. Hasil ini bertolak belakang dengan hasil pada tabel 1
yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan maka akan semakin tinggi nilai
panjang gelombangnya. Hal ini disebabkan oleh, pada konsentrasi 0,10,20 ppm sampel masih
berwarna sangat biru walaupun sudah dilakukan pengenceran 10000 kali. Sehinga hal ini
sangat berdampak pada hasil absorbansi yang dibaca oleh spektrofotometri. Pada persamaan
y = ax+b, nilai a sebesar 0.001894 dan nilai b sebesar 0.009717. dari persamaan diatas dapat
dilihat bahwa semakin besar nilai absorbansi maka semakin besar pula nilai x yang
didapatkan, hal ini mempenaruhi hasil akhir x yang dikalikan dengan faktor pengenceran.
Faktor pengenceran kelompok 1 dan 2 sebanyak 24000 kali. Sedangkan kelompok 3-6
sebanyak 10000 kali. Hasil yang didapatkan kelompok 1 dan 2 mendapatkan hasil terbesar
yaitu 2.08 x 106 dan 1.96 x 106.

Analisis Profil Defensin


Hasil elektroforesis SDS-PAGE pada gel nilai Rf. Pada sumuran 6 terdapat 2 pita
poliakrilamid 12% memperlihatkan adanya protein yang terlihat dan pada sumuran 7
pita-pita protein yang terdapat pada terdapat 2 pita protein yang terlihat.
masing-masing sumuran. Pada sumuran 6 Sampel diletakan dalam 7 sumuran yang
dan 7 tampak pita-pita protein yang diberikan urutan D2, D1, D3, S2, A1, A4
kemudian dilakukan pengukuran terhadap dan A4.
jarak antar pita protein yang menghasilkan

8
9
A4 A4 A1 S2 D3 D1 D2
A2

0,1777777778 kDa

0,0666666567 kDa

0,0666666567 kDa

0,1111111111 kDa

Gambar. 1 Profil SDS-Page pada urutan D2, D1, D3, S2, A1, A4 dan A4.

Tabel 1. Nilai Rf terhadap Log BM

Pita Protein Jarak Pita Jarak Tracking Rf Log BM


Sampel 4 Protein dari Dye (cm)
Batas atas Gel
Pemisah (cm)
1 0,3 4,5 0,0666666567 2,30103
2 0,3 4,5 0,0666666567 2,06069784
3 0,5 4,5 0,1111111111 1,97081161
4 0,8 4,5 0,1777777778 1,81954394
elektroforesis SDS-PAGE dala gel
poliakrilamid 12% memperlihtkan
Pada gel poliakrilamid 12% hasil
intensitas warna yang cukup jelas namun
SDS PAGE terdapat pita-pita protein yang
hanya seperti bayang-bayang berwarna
dapat dihitung berat molekulnya.
biru. Selain itu, Ns-A4 dan Ns-A4 yang
Penentuan berat molekul terhadap sampel
memiliki berat molekul 0,0666666567
darah yang telah diambil pada tiap sampel
pita-pita protein tersebut tampak pada
difokuskan pada pita-pita dengan berat
urutan pertama dari atas. Pita-pita protein
molekulnya dibawah 0,444444444 kDa.
dengan berat molekul 0,1111111111 dan
Pita protein dengan berat molekul
0,1777777778 berada pada urutan kedua
0,444444444 kDa pada hasil
dari atas. Berdasarkan data tersebut, maka

10
didapatkan 4 buah pita protein yang pada konsetrasi 0 ppm sebesar 0.174,
tampak pada hasil analisis dengan kemudian sampel dengan konsentrasi 20
menggunakan elektroforesis yang ppm sebesar 0.170 dan konsentrasi 10 ppm
digunakan untuk menentukan berat memiliki nilai absorbansi 0.165. Hasil ini
molekul yang terdapat pada tiap sampel. bertolak belakang dengan hasil pada tabel
Berat molekul pada tiap sampel ditentukan 1 yang mengatakan bahwa semakin tinggi
melalui nilai Rf dari masing-masing pita konsentrasi larutan maka akan semakin
protein yang terlihat yaitu A4 dan A4. tinggi nilai panjang gelombangnya. Hal ini
Pada praktikum ini tidak menggunakan disebabkan oleh, pada konsentrasi 0,10,20
marker Page-ruler Low Range Unstained ppm sampel masih berwarna sangat biru
Protein Ladder sebagai standar yang walaupun sudah dilakukan pengenceran
dapat dihitung. 10000 kali. Sehinga hal ini sangat
berdampak pada hasil absorbansi yang
Perhitungan berat molekul terhadap
dibaca oleh spektrofotometri. Pada
pita-pita protein yang muncul pada sampel
persamaan y = ax+b, nilai a sebesar
A4 dan A4 yang muncul pada gel
0.001894 dan nilai b sebesar 0.009717.
poliakrilamid 12% hasil SDS-PAGE
dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa
menghasilkan nilai Rf dan Log BM pada
semakin besar nilai absorbansi maka
masing-masing sampel (Tabel). Hasil
semakin besar pula nilai x yang
analisis terhadap pita-pita protein yang
didapatkan, hal ini mempenaruhi hasil
muncul pada hasil SDS-PAGE
akhir x yang dikalikan dengan faktor
menunjukan bahwa pada sampe darah
pengenceran. Faktor pengenceran
terdapat 4 pita protein yang terlihat yaitu
kelompok 1 dan 2 sebanyak 24000 kali.
pada A4 dan A4. Pada bagian lain tidak
Sedangkan kelompok 3-6 sebanyak 10000
tampak pita protein, hal ini disebabkan
kali. Hasil yang didapatkan kelompok 1
karena ketebalan pita protein yang terdapat
dan 2 mendapatkan hasil terbesar yaitu
pada sampel tersebut. Hal lain juga tampak
2.08 x 106 dan 1.96 x 106.
pada bagian paling atas yang tampak
samar-samar sehingga pita protein tidak
tampak dan tidak dapat diukur. Hal ini
KESIMPULAN
disebabkan karena pita protein hasil SDS-
PAGE terlalu tipis. Tebal atau tipisnya pita Pada uji protein ini didapatkan
protein dapat disebabkan oleh kesalahan hasil absorbansi tertinggi pada BSA
dalam pengukuran perbandingan larutan standar konsentrasi 160 ppm sebesar
yang digunakan sehingga menghasilkan 0.297. Sedangkan pada sampel pada
pita protein yang terlalu tebal atau bahkan konsentrasi 0 ppm sebesar 0.174 dengan
terlalu tipis. panjang gelombang maksimal sebesar
774.05 nm. Pita protein yang terlihat paa
hasil SDS-PAGE terdapat 4 pita protein
dengan berat molekul 0,0666666567 kDa,
0,0666666567 kDa, 0,1111111111 kDa
dan 0,1777777778 kDa.
Pada tabel di atas dapat dilihat
DAFTAR PUSTAKA
bahwa nilai absorbansi tertinggi sampel

11
Alberida, H. 2003. Struktur Protein Ekspresi gen. Sagung Seto. Jakarta
Membran. Jurnal Eksakta, Vol. 1, Girindra, A. (1986). Biokimia I. Gramedia,
No. 1, Februari 2003, Hal. 65-75. Jakarta.
Aulia, Rienda. 2013. Antikoagulasi: Hawab, HM. 2004. Pengantar Biokimia.
EDTA. Jakarta : Bayu Media Publishing.
Kesmas press. Jakarta Marshall, F. H. and E. T. Halnan. 1948.
Bhintarti,RR. 2016. Analisis Protein Physiology of Farm Animal.
Defensin Dari Biji Jinten Hitam Cambridge at The University
Pada Mencit Yang Diberi Jinten Press, New York
Hitam Melalui Teknik SDS-PAGE. Siti Sulastri dan Susila K. (2006).
Jurnal Alkauniyah 9(1), UIN Pembentukan Asosiasi Ion Untuk
Jakarta. Analisis Ion Raksa dalam Larutan
Frandson, R. D. 1996. Anatomi dan Secara Spektrofotometri. Laporan
Fisiologi Ternak, edisi keempat. Penelitian. Yogyakarta: FMIPA
Gadjah Mada University Press. UNY
Yogyakarta Soeharsono. 2006. Biokimia 1.
Guyton, Arthur C. & John E. Hall. Yogyakarta:
1997.Buku Ajar Fisiologi UGM Press
Kedokteran, edisi 9. Editor: Irawati Sudarmaji, Slamet, dkk. (2007). Analisis
Setiawan. EGC. Jakarta bahan Makanan dan Pangan.
Hames, B.D., 1998. Gel Electrophoresis of Penerbit Liberty.
protein. Oxford University Press.
New York
Jusuf.2001. Genetika I: Struktur dan

12

Anda mungkin juga menyukai