Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Analisis cluster merupakan sebuah cabang ilmu statistik analisis multivariate
yang digunakan khusus untuk mengelompokkan objek yang memiliki kesamaan karakter.
Objek yang sama akan dikelompokkan menjadi sebuah kelas yang memiliki beberapa
anggota. Dengan kata lain, analisis cluster adalah analisis yang dilakukan untuk
mengelompokkan objek – objek berdasarkan kesamaan karakteristik di antara objek –
objek tersebut. Diharapkan dengan terbentuknya kelompok – kelompok tersebut akan
lebih mudah dalam menganalisa dan lebih tepat pengambilan keputusan yang
sehubungan dengan masalah tersebut. Perbedaan analisis cluster dengan analisis faktor
adalah bahwa analisis cluster terfokus pada pengelompokan objek sedangkan analisis
faktor terfokus pada kelompok variabel.Penerapan anallisis cluster secara tradisisonal
bertujuan mengeksplorasi dan membentuk suatu klasisfikasi/taksonomi secara empiris.
Karena kemampuan partisinya analisis cluster dapat diterapkan secara luas.

Dendogram, disebut juga grafik pohon, output minitab yang memvisualisasikan


hasil analisis cluster yang dilakukan peneliti. Garis vertikal atau tegak menunjukkan
cluster yang digabung bersama. Posisi garis pada pada skala menunjukkan jarak
untuk mana cluster digabung. Dendogram harus dibaca dari kiri ke kanan.Dendrogram
juga dapat diartikan sebagai sebuah binary tree di mana setiap cluster awalnya berisi satu
elemen saja yaitu leave dari tree tersebut. Setiap internal node mewakili cluster yang
merupakan gabungan dari obyek dari dua cluster pada node anak. Tingkat dari node
tersebut sesuai dengan jarak antara cluster yang digabung. Dendrogram memiliki dua
keterbatasan, karena masing-masing pengamatan harus ditampilkan sebagai daun yang
mereka hanya dapat digunakan untuk sejumlah kecil pengamatan. Dendrogram seperti
ponsel dan dapat secara bebas diputar di setiap node. Dalam contoh di atas, dendrogram
bisa berputar sedemikian rupa sehingga sampel muncul dalam urutan yang berbeda.
Dendrogram adalah cara yang berguna untuk menonjolkan pola chaining atau kekhasan
sebuah tanaman.

1
I.2 TUJUAN

Tujuan dibuatnya pembahasan hasil dendogram pada makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui cara membuat dendogram


2. Untuk mengetahui ciri khas dari masing-masing spesies yang dapat membedakannya
dengan spesies lain
3. Untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara famili satu dengan yang lain

I.3 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara membuat dendogram?


2. Bagaimana cara mengetahui ciri khas dari masing-masing spesies yang dapat
membedakannya dengan spesies yang lain?
3. Bagaimana mengetahui hubungan kekerabatan antara satu famili dan famili yang lain
dengan memperhatikan hasil dendogram?

2
BAB II
METODOLOGI

II.1. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Hari/Tanggal : Kamis, 7 Mei 2015
Tempat : Kebun Raya Bogor, Bogor Jawa Barat

III. 2. PROSEDUR PEMBUATAN DENDOGRAM


 Buka program MVSP 3.1
 Untuk membuat file baru:
a. Pilih menu file New
b. Ketik jumlah variable (kolom) dan cases (garis)
c. Untuk memberi judul file, pilih menu data Edit title ketik judul file
yang diinginkan pda kolom OK
d. Untuk entri data :
Pilih menu data edit data kemudian isi jenis tumbuhan dan
variablenya.
e. Setelah pengisian data, pilih menu analysis Cluster Analysis Persen
similiarity OK.

3
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III. 1. HASIL DENDOGRAM

III. 2. PEMBAHASAN
Berdasarkan dendogram yang telah dibuat, terdapat hubungan kekerabatan
yang cukup dekat antara Cordyline rubra dan Cordyline pteolaris yaitu sekitar 58%
namun terdapat hubungan kekerabatan yang cukup jauh terutama antara lichen, dan
hepaticae dengan Pterydopyita spesies Asplenium nidus yaitu sekitar 20%.

Dendogram tersebut terdiri dari 5 jenis tumbuhan yaitu Asplenium nidus,


Lichen foliose, Hepaticae (lumut hati), Cordyline rubra dan Cordyline pteolaris
dengan 42 variabel. Seperti yang kita ketahui, Asplenium nidus merupakan salah satu
spesies dari Paku-Pakuan (Pterydophyta) yang dikenal dengan Tracheophyta karena
tumbuhan ini telah memiliki pembuluh kayu dan pembuluh tapis tetapi, tidak
mengahasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Lichen foliose adalah salah satu
bentuk dari lichen (lumut kerak) yang bagian margin atau tepinya berbentuk lembaran
lembaran seperti daun dan mudah terlepas dari substratnya. Hepaticae dalah salah
satu kelas dari lumut (Bryophyta) dengan bentuk talus menyerupai hati dapat
bereproduksi secara seksual dengan peleburan gamet jantan dan betina, sedangkan
aseksual dengan pembentukan gammae. Sedangkan Cordyline pteolaris dan

4
Cordyline rubra adalah dua spesies tumbuhan yang berasal dari satu famili yaitu
Asparagaceae yang merupakan jenis tumbuhan perdu.

Garis dendogram pada skala 0, terbagi menjadi dua garis yaitu tumbuhan
tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan tingkat rendah terdiri dari
Asplenium nidus, Lichen foliose dan Hepaticae. Sedangkan pada tumbuhan tingkat
tinggi yaitu Cordyline pteolaris dan Cordyline rubra. Hal ini disebabkan karena pada
A. nidus, Lichen dan Hepaticeae tidak terdapat kesamaan dengan Cordyline rubra,
Cordyline pteolaris dan tumbuhan paku. Lichen, Hepaticeae dan A. nidus merupakan
tumbuhan dengan struktur yang masih sangat sederhana, sedangkan pada Cordyline
rubra dan Cordyline pteolaris merupakan tumbuhan dengan struktur yang telah
berkembang dengan baik sehingga secara struktur sangat berbeda dan tidak sama
dengan lichen, lumut dan tumbuhan paku.

Kedekatan hubungan kekerabatan antara tumbuhan paku, Lichen dan


Hepaticeae adalah sekitar 20%. Hal ini disebabkan karena ketiga tumbuhan tersebut
termasuk kedalam tumbuhan tingkat rendah. Sama sama memiliki akar yang disebut
rhizoid. Namun tumbuhan paku jauh lebih maju dari pada Lichen dan Hepaticheae
karena telah memiliki pembuluh kayu dan tapis, memiliki sorus terletak di permukaan
bawah daun, memiliki daun tunggal sejajar. Lichen dan Hepaticeae memiliki garis
kekerabatan sekitar 40% karena memiliki persamaan berbentuk thalus sehingga
disebut dengan tumbuhan Thalophyta. Bentuk talus Lichen foliose adalah lembaran
lembaran seperti daun yang mudah dilepas dari substratnya. Sedangkan bentuk talus
Hepaticeae seperti hati dan memiliki rhizoid.

Kedekatan hubungan kekerabatan antara Cordyline rubra dan Cordyline


pteolaris sekitar 58%. Hal ini terlihat dari beberapa kesamaan yang terdapat pada
kedua spesies yaitu keduanya merupakan tumbuhan perdu, permukaan batang kasar,
bentuk daun lonjong, permukaan daun halus, jumlah benang sari <10, warna buah
matang merah dan warna biji hitam. Sedangkan perbedaan keduanya, pada Cordyline
rubra tinggi perdu mencapai 1-5 m, diameter batang <10 cm, panjang daun mencapai
5-10 cm, warna daun merah, bentuk ujung daun acute, warna bunga hijau keunguan,
dan warna permukaan daun merah. Pada Cordyline pteolaris tinggi perdu mencapai 5-
15 m, diameter batang >10 cm, panjang daun 10-20 cm, warna daun hijau, bentuk
ujung daun obtuse, warna bunga putih merah muda dan warna permukaan daun hijau.

5
BAB IV
PENUTUP

IV.1. SIMPULAN
 Pembuatan dendogram dengan menggunakan program software MVSP 3.1.
 Semakin dekat garis persamaan dengan skala 100% maka hubungan kekerabatan
suatu spesies akan semakin dekat. Begitu juga sebaliknya jika garis persamaan
semakin jauh dari skala 100% maka hubungan kekerabatan suatu spesies akan
semakin jauh.
 Lumut Foliose dan Hepaticae memiliki garis persamaan pada skala 40% yang
menunjukkan kedua spesies tersebut emiliki hubungan yang dekat.
 Sedangkan antara lumut foliose, Hepaticae dan Asplenium nidus memiliki garis
persamaan pada skala 20% yang menunjukkan hubungan kekerabatan diantara
spesies tersebut jauh.
 Tumbuhan Cordyline rubra dan Cordyline pteolaris memiliki garis persamaan
pada skala 58% menunjukkan keduanya memiliki hubungan kekerabatan yang
dekat.

IV.2. KATA PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai pembahasan dendogram yang telah
kami buat. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan, kritik dan saran sangat kami harapkan
demi kesempurnaan dikemudian hari.

6
Daftar Pustaka

Adi, Cahaya. 2011. Laporan Praktikum Biosistematika dengan Menggunakan MVSP.


Bandung : ITB.
Priyanti, Dasumiyati, Dini Damayanti. 2015. Penuntun Praktikum Sistematika Tumbuhan.
Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
www. anbg.gov.au/Australian-National-Botanic-Garden/Codyline pteolaris-Cordyline rubra.
Diakses pada tanggal 1 Juli 2015.

Anda mungkin juga menyukai